Penerapan Spiritualitas Yesus dalam Lukas

Lanjutan dari Teologi Spiritualitas Kitab Injil Lukas dan Kisah Rasul
Penerapan Spiritualitas Yesus dalam Lukas 

Tindakan Allah yang Diperlihatkan Dalam Kristus 
1. Peduli Pada Orang Bukan Yahudi
Injil Lukas tidak hanya diberitakan kepada orang-orang Yahudi tetapi juga kepada orang-orang yang dianggap kafir dan berdosa. Ini tampak dalam penjabaran silsilah Yesus yang ditelusuri hingga Adam, bapa semua manusia.[1] Dari awal, telah dikisahkan tentang malaikat yang datang mengabarkan kesukaan besar yakni kelahiran Juruselamat bagi seluruh bangsa.[1]Dalam cerita tentang Yohanes Pembaptis, Injil Lukas juga mengutip dari Yesaya 40:3-5 yang menyatakan bahwa keselamatan ditawarkan kepada semua bangsa (Lukas 3:4-6). Lukas pun menggambarkan peta pelayanan Yesus yang tidak hanya meliputi daerah Palestina. Tirus dan Sidon, kota-kota yang bukan milik orang Yahudi (Lukas 6:17) juga menjadi sasaran pelayanan Yesus.[6]

2. Sahabat Bagi Orang Miskin.
 Penulis Injil Lukas hidup pada masa ketika orang banyak pada umumnya menganggap hina orang-orang miskin. Pandangan yang muncul pada waktu itu adalah orang yang miskin berarti tidak berkenan pada Allah. Pandangan seperti inilah yang ditolak oleh penulis Lukas.[7]Oleh karena itu, bila dibandingkan dengan penulis-penulis Injil yang lain, penulis Lukaslah yang benyak memberikan perhatian terhadap kehidupan kaum miskin. Istilah ptokhos dalam bahasa Yunani yang berarti miskin banyak digunakan dalam Injil Lukas sedangkan bahasa Ibraninya adalah aniyang artinya orang-orang yang miskin dalam hal materi. Dalam Injil Lukas, istilah ptokhos dapat dijumpai pada Lukas 4:18-19; 7:22; 23; 14:13-21; 20:22-23. Pada perikop-perikop ini orang-orang miskin yang dimaksud adalah mereka yang tertindas, lumpuh, buta, kusta dan cacat. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa orang-orang miskin dalam Lukas adalah orang-orang yang miskin materi sehingga dijauhi dan dipinggirkan oleh masyarakat.Namun, walaupun perhatian Yesus terhadap orang miskin sangat besar ia tidak bermaksud mendorong orang-orang miskin untuk melakukan gerakan revolusioner. Yesus hanya menunjukkan bela rasa terhadap kelompok yang dikucilkan masyarakat ini melalui karya-karya pelayanannya seperti menyembuhkan orang-orang buta, lumpuh, kusta, tulis, bahkan membangkitkan orang mati. Semua itu dilakukannya agar orang-orang dapat terbebas dari segala hambatan sehingga mendapatkan masa depan yang lebih baik.[8]

3. Sahabat Bagi Kaum Perempuan.
 Dalam dunia Yahudi, perempuan tidak dihargai dan dianggap sebagai kaum yang rendah martabatnya. Perempuan juga dipandang tak ada bedanya dengan barang yang dapat dimiliki atau dibuang. Berbeda dengan orang-orang Yahudi kebanyakan, Yesus sebagai orang Yahudi justru tidak berpandangan demikian. Injil Lukas memperlihatkan keakraban Yesus dengan kaum perempuan sebagai sahabat. Ia digambarkan sangat menghargai harkat dan martabat mereka sebagai manusia. Potret perempuan yang sangat menonjol dalam Injil Lukas sudah terlihat sejak awal Injil ini ditulis. Elisabet dan Mariadigambarkan sebagai dua orang perempuan yang dipakai Allah terkait rencana-Nya untuk menyelamatkan dunia. Dalam pelayanan-Nya, Yesus pun melakukan berbagai mujizat terhadap beberapa perempuan seperti menyembuhkan mertua Petrus yang sedang sakit keras dan perempuan yang selama delapan belas tahun kerasukan roh, membangkitkan anak perempuan janda di Nain, memberi diri-Nya disentuh perempuan yang sedang mengalami pendarahan. Perempuan tidak sekadar tampil sebagai kaum yang dibela tetapi juga sebagai kaum yang ikut terlibat dalam pelayanan Yesus. Lukas melaporkan ada sejumlah perempuan yang menjadi murid Yesus.[9]

4. Sahabat Bagi Pemungut Cukai Dan Orang Berdosa. 
Meskipun kekuasaan pusat ada pada pemerintah Romawi akan tetapi pada pelaksanaan tugas ada pendelegasian tugas dan wewenang kepada alat-alat pemerintahan. Untuk mengurusi bidang keuangan diberikan kekuasaan kepada orang-orang Yahudi untuk menarik pajak. Agar dapat menjadi pemungut cukai, seseorang harus membayar sejumlah besar uang yang diambil dari pajak bangsa Israel kepada pemerintah Romawi. Walaupun sudah ada tarif pajak yang ditetapkan tetapi tanpa pengawasan yang ketat mudah saja bagi para pemungut cukai untuk menarik uang dari rakyat lebih banyak dari yang seharusnya diberikan.[10]