Teologi Spiritualitas dalam Injil Yohanes

Meneliti dan Menggali Teologi Spiritualitas dalam Injil Yohanes serta Refleksinya di Era Revolusi Industri  4.0.

I. Pendahuluan
Spiritualitas manusia juga dilihat dari hubungannya dengan Tuhan, dan melihat iman yang dimiliki dari manusia tersebut kepada Kristus, karena spiritualitas yang menandakan “kerohanian” atau “hidup rohani” yang menekankan segi kebersamaan atau kesalehan yang menandakan hubungan orang-perorangan dengan Allah. Spiritualitas itu menunjuk pada kualitas dari iman seseorang kepada Allah, kualitas itu akan dilihat dari buah perilakunya baik hubungannya dengan Allah, sesamanya manusia atau dengan ciptaan lainnya. Kita akan melihat bagaimana spiritualitas yang disajikan oleh Injil Yohanes dan bagaimana refleksinya dalam era revolusi industri 4.0. Dalam sajian ini kami akan memaparkannya dan semoga dapat menambah pengetahuan kita bersama. Tuhan memerkati.

Baca Juga: 

II.Pembahasan

2.1. Injil Yohanes
Injil Yohanes lebih banyak menguraikan tentang tanda-tanda ajaib serta percakapan dan pengajaran Yesus. Tujuan penulisan Injil Yohanes ini adalah “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:30-31).[1] Kitab ini ditulis kira-kira pada tahun 100 M, yaitu kira-kira 70 tahun setelah Yesus tidak ada di dunia ini. Kitab ini ditulis oleh seorang penatua dari jemaat Efesus yang bernama Yohanes.[2] Dalam Injil ini pengajaran Yesus yang dikutip didalamnya lebih banyak menyangkut pribadi-Nya daripada ajaran etika tentang kerajaan. Injil ini sangat bercorak teologis dan terutama membahas sifat-sifat pribadi Yesus serta makna iman kepada-Nya.[3]

2.2. Pengertian Spritualitas
Spritualitas dalah sikap hidup yang memberlakukan kebaikan Allah yang adalah Roh Pencipta hidup dan sejarah dalam kehidupan sehari-hari manusia.[4] Istilah spiritualitas berasal dari bahasa Latin yaitu, “spare”. Dari kata kerja “spare” terjadi pembentukan makna yaitu: spiritus atau spirit yang artinya antara lain: roh, jiwa, nafas hidup, ilham, kesadaran diri, keberanian, sikap, perasaan, kebesaran hati.[5] Jadi spiritual berasal dari kata Spirit yang berarti semangat, jiwa, roh, sukma, mental, batin, rohani dan keagamaan.[6] Spiritualitas adalah istilah baru yang menandakan “kerohanian” atau “hidup rohani”. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu “kesalehan” yang menandakan hubungan orang-perorangan dengan Allah. Spiritual mencakup dua aspek, yaitu askese, yaitu usaha melatih diri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah mistik, sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia.[7] Dalam arti luas, spiritualitas berhubungan dengan seluruh kehidupan kita yang didasarkan pada realitas tertinggi, yaitu di dalam roh yang menyatu dengan dimensi keberadaan rohani yang melampaui aspek ragawi.[8]

Next to: Makna Spritualitas Dalam Injil Yohanes