Belajar Mendalami Kitab Yudas secara Lengkap
Kitab Yudas
I.
Pendahuluan
Dengan
menunjukkan kesetiaan dalam memberikan suatu pengajaran yang membenarkan apa
yang sebenarnya harus dilakukan dan diketahui oleh jemaat pada masa para
penyesat yang beredar dalam lingkungan umat percaya. Hingga dalam mengikuti apa
yang dikatakan oleh suara kenabiannya Yudas dengan berani menentang orang-orang
yang berkeliaran itu yang menunjuk pada guru-guru palsu, dengan berbagai hal
yang dilakukan oleh Yudas untuk meneguhkan iman di kalangan umat yang ia
layani. Dan hal yang sangat ditekankan dalam kitab Yudas yaitu, mengajak umat
percaya untuk selalu hidup di dalam Kristus dan selalu tetap membawakan segala
persoalan hidup yang mungkin sekali menjadi pergumulan olehumat percaya dalam
menghadapi segala pencobaan dan khususnya para penyesat yang tercipta pada
sekeliling mereka. Yang dapat melunturkan kualitas Iman mereka kepada Yesus
Kristus.
II.
Pembahasan
2.1.Latar Belakang
Penulisan Kitab Yudas
Penulis surat ini memperkenalkan dirinya sebagai Yudas
(Ibrani: Yehuda), “Yehuda” nama salah seorang anak Yakub (Kej. 29: 35). Baik
Daud maupun Yesus berasal dari suku Yehuda (Luk. 3: 33).[1]
Hubungan
kesusasteraan antara Yudas dan II Petrus merupakan suatu faktor penting dalam
menentukan latar belakangnya. Tidak ada keraguan bahwa keduanya adalah dua buah
surat yang terpisah, tetapi kemiripan peristiwa khusus, pemikiran dan kosa kata
di antara keduanya sulit untuk dianggap sebagai suatu kebetulan. Suatu
perbandingan di antara surat Yudas dan pasal ke II Petrus akan meyakinkan
siapapun yang membacanya bahwa ada suatu hubungan di antara keduanya.
Pandangan
yang terakhir nampaknya adalah yang paling masuk diakal dan mendapat dukungan
yang terkenal dari Zahn. Surat ini menyatakan dengan jelas bahwa penulis
berusaha menulis kepada umatnya mengenai “keselamatan kita bersama” ketika
niatnya berubah oleh karena suatu dorongan baru yang mengahasilkan suatu surat
yang lebih bernada sebuah renungan (Yudas 1: 3). Ia berkata bahwa “ada orang
tertentu yang telah menyusuf”, yaitu mereka yang telah lama ditentukan untuk
dihukum, dan yang merejalela didalam gereja. Dalam ayat ke-17 dan 18 ia mengutip
secara langsung dari II Petrus 3:3, yang disebutnya sebagai perkataan
“rasul-rasul Tuhan kita Yesus Kristus.” Dari ayat-ayat inimudah
untukdisimpulkan bahwa surat Petrus yang kedua telah jatuh ketangan Yudas dan ia
telah menulis kepada para pembacanya mengenai kemurtadan yang telah diramalkan
Petrus dan yang sudah mulai terjadi dalam geraja. Pernyataan-pernyatan yang
lebih rinci dan susunan yang lebih ringkas adalah bagian dari gaya Yudas yang bebas.
Tidak diragukan lagi penulis adalah saudara Yakobus, pemimpin gereja di
Yerusalem, dan saudara Yesus yang disinggung dalam Markus 6:3.[2]
2.2.Penulis dan Waktu
Penulisan Kitab Yudas
Surat
ini ditulis oleh Yudas, hambaYesus Kristus, dan saudara Yakobus,(Yudas 1: 1).
dari Yudas dan Yakobus yang diacu dalam Perjanjian Baru adalah saudara-saudara
Yesus (Markus 6:3).[3]
Mengenai waktu penulisan, tidak ada petunjuk yang diberikan oleh surat mengenai
dimana atau kapan ditulisnya surat ini. Bila Yudas melayani gereja-gereja
yahudi di Palestina, mungkin surat ini telah dikirimkan kepada mereka dalam
masa keruntuhan Yerusalem. Mungkin orang akan menduga bahwa apa yang diramalkan
Petrus bagi gereja yang menjadi tujuan suratnya sudah mulai terjadi di dalam
gereja yang menjadi asuhan Yudas. Bila surat petrus baru saja diedarkan,
berarti Yudas ditulis sekitar tahun 67 atau 68. Sebaliknya bila Yudas bermaksud
menggugah ingatan orang (Yudas
1:17) berarti bahwa surat II Petrus sudah lama diedarkan, dan kitab Yudasmungkin
baru disebarkan sampai selambat-lambatnya tahun 80. Yerusalem tidak mungkin menjadi
tempat tujuan surat yang selambat itu.[4]
2.3.Tujuan Penulisan dan
Isi Kitab Yudas
Dalam surat Yudas yang singkat, hal itu dilihathampir sama dengan II Petrus, hal kutukan
terhadap guru-guru palsu dialamatkan kepada mereka “yang terpanggil, yang
dikasihi dalam Allah Bapa, dan yang diperlihatkan untuk Yesus Kristus” (Yudas1:1).
Lukisan para guru-guru palsu sangat berlawanan dengan ini, sebab guru-guru
palsu itu dilihat sebagai “hidup tanpa Roh Kudus” (Yudas1:19). Allah seCara khusus memelihara umat-Nya, tetapi mengutuk
orang-orang yang memang layak dikutuk karena hidupnya yang tak bermoral. Dalam
surat ini terdapat keseimbangan karya Allah dan karya manusia. Orang-orang
kristen harus memelihara diri mereka dalam kasih Allah (Yudas 1:21), tetapi
dijamin bahwa Allah berkuasa menjaga mereka supaya jangan tersandung (Yudas1:24).
Nasihat untuk membangun dasar iman dikaitkan dengan doa “dalam Roh Kudus”
(Yudas1:20). Orang-orang kristen perlu didorong maju terus hingga mereka memiliki
hidup yang kekal.
Ada yang menduga bahwa Yudas 1:22-23 mengacu kepada orang-orang perCaya yang telah menjadi mangsa ajaran-ajaran sesat, tetapi
yang masih bisa luput. Kata-kata “tunjukkan belas kasihan yang disertai
ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang
dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa”.[5] Penerima
surat ini ialah mereka yang terpanggil, yang dikasihi allah Bapa. Jadi menurut
rumusan ini tujuannya adalah meliputi umat Kristen selurunya, dengan maksud
surat ini ditulis menentang orang-orang yang tertentu, dan kepada orang-orang
tertentu yang diketahui keadaanya oleh pengarang.[6]
Naskah
ini berisi suatu polemik yang tajam melawan para penyesat. Setelahsalam
pembukaan dari kitab Yudas,pengarang langsung masuk ke temahnya. Ia bermaksud memperkuat
para penerimanya dalam pergumulan mereka melawan para penyesat yang telah
meyusup masuk dan menjalani hidup dengan dengan tidak tertib serta menyangkal
Tuhan (Yudas 1:4). Tetapi Tuhan akan menghukum dengan keras orang-orang yang
fasik, dan sebagai contoh dikutip, orang-orang Yahudi yang tidak percaya
dipadang gurun, malaikat-malaikat yang jatuh dan Sodom gomora (Yudas 1:5-7).
Para penyesat, yang digambarkan dalam ayat 8 sebagai “orang yang
bermimpi-mimpi”, terlibat dalam fitnah, kerusakan moral, penyelewengan dalam
perjamuan kasih,mengucapkan hal-hal yang bukan-bukan,menyombongkan diri (Yudas
1:8-13, 16). Dan mereka harus berpegang teguh pada iman mereka yang paling
suci, tetapi terutama sekali memperlihatkan belas kasihan kepada mereka yang
ragu-ragu (Yudas 1:20-23).
Dan
yang menjadi tujuan ditulisnya kitab ini ialah pengarang berjuang melawan
Gnostikisme libertinis yang berhasil masuk ke dalam gereja (Yudas 1:4) danjelas
cukup berhasil (Yudas 1:22-23). Dan hal
itulah yang menjadi suatu pokok pembahasan yaitu suatu masalah mengenai kaum
Gnostik.[7]Dan
wakil-wakilnya kini masih ikut sertadalam perjamuan perjamuan kasih (Yudas 1:12).
Kaum Gnostik tampaknya menganggap dirimereka serba rohani dan merendakan mereka
yang dianggap “daging” (bnd. Yudas 1:19). Sebagai pengembanmereka tidak terikat
pada etika apapun, dan hal ini jelas dari perilaku mereka (Yudas 1:4, 8, 10-13,
16). Namun kita harus berhati-hati dalam mamahami ayat-ayat ini, karena ayat-ayat diungkapkan dalam gaya
polemik yang tradisional
melawan penyesat.[8]
Dan
juga surat ini ditulis khusus untuk memperingatkan sidang jemaat terhadap
pekerja-pekerja yang menyalahi kesusilahan dan memberitahukan akan adanya
pengikut-pengikut bidat yang dapat membahayakan orang-orang percaya. Banyak
pemimpin gereja berpendapat bahwa Firman Allah adalah untuk orang Yahudi atau
Israel, tetapi karena mereka berpaling dari kebenaran, maka mereka cenderung
untuk kembali kepada kekafiran. Jika mereka tetap tinggal di dalam agama bidat,
mereka pasti tidak akan mewarisi kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus.[9]
2.4.Sruktur Kitab Yudas[10]
Yudas:
Suatu Peringatan Terhadap kemurtadan
I.
Salam Pasal
1:1-2
II.
Pernyataan Keadaan
Bahaya pasal
1:3-4
Bahaya Dari Bidat (Ajaran Sesat)
III.
Peringatan Dalam
Contoh-contoh Sejarah pasal
1:5-7
IV.
Dakwaan Terhadap
Guru-Guru Palsu Pasal
1:8-16
V.
Nasihat Bagi
Orang-Orang yang Percaya pasal
1:17-23
VI.
Berkat penutup pasal
1:24-25
2.5.Tema-tema Teologi Kitab
Yudas
Kita
melihat banyak orang yang mengaku dirinya orang Kristen namun telah memberi
tempat dalam hati mereka kepadahal-hal yang tidak senonoh sehingga “mengubah
anugerah Allah Tuhan kita, menjadi percabulan”.Disamping itu, pada pihak mereka
menunjukkan taraf moral yang rendah.Surat ini dialamatkan kepada suatu sidang
jemaat yang terdiri dari orang kafir yang mudah terpengaruh oleh perasaan takut,
kepecayaan-kepercayaan dan berbagai pengaruh yang berbau kekafiran, yang telah
diketahui oleh penulis ini.Ia menulis surat yang tegas ini untuk memberantas
segalah pengaruh kerusakan moral, danuntuk mempersatukan mereka kembali menjadi
suatu persekutuan yang kuat.[11]
Dan yang menjadi hal yang pokok dari tema pokok kitab ini adalah:
1.
Penghukuman Allah atas
para penyesat
Dengan
menggunakan beberapa kutipan dari perjanjian lama dan melakukan penafsiran yang
bersifat tradisional, Yudas mengatakan bahwa para pengejek itu adalah
musuh-musuh Allah yang telah dinubuatkan oleh para nabi dimasa lampau dan
sekarang telah hadir sebagai pemenuhan atas nubuat para nabi itu (ayat
4).Kahadiran para penyesat itu juga disampaikan oleh para Rasul Tuhan Yesus
Kristus (ayat 17).Para nabi maupun rasul telah menubuatkan bahwa penyesat itu
muncul dari antara persekutuan umat Allah dan berusaha untuk menyesatkan
mereka.
2.
Nasihat untuk
menghindari para penyesat
a.
Mereka harus membangun
iman yang paling suci
b.
Mereka harus selalu
tetap didalam doa
3.
Yudas menentang
guru-guru palsu dengan memberi kesan istilah gnosis (pengetahuan), dan mereka digambarkan sebagai psukhikoi dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan
dunia ini, (ayat 19),
dan ini adalah istilah teknis yang digunakan oleh kaum Gnostik. Orang-orang ini
memang sangat menekankan pengalaman rohani mereka sendiri(ayat 8).Mereka mengemukakan
bahwa mereka telah “diangkat” kepada kehidupan rohani rohani tingkat baru, dan
karena itu mereka telah dibebaskan dari pembatasan-pembatasan normal moralitas
Kristen (Yudas. 12-13, 16, 18, 23). Tetapi semuanya itu tidak dapat diterima oleh
warga-warga jemaat. Yudas memperingatkan mereka bahwa pada perjanjian Allah
menghukum manusia karena berbuat kesalahan yang serupa (ayat 8-16).[13]
3.6.Ciri-ciri Kitab Yudas
1. Surat
ini bersi celaan yang paling terbuka dan bersemangat dari perjanjian baru
terhadap para guru-guru palsu. Itu menandakan betapa seriusnya ancaman
ajaran palsu terhadap iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi umat yang
percaya.
2. Surat
ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi, contoh: penghukuman
dalam perjanjian lama (psl 1:5-7),
tiga ciri guru palsu (psl 1:8),
dan tiga contoh orang kudus dalam perjanjian lama(psl 1:11).
3. Di
bahwa pengaruh
penuh Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk kepada sumber-sumber tertulis:
a. Alkitab
perjanjian lama (psl 1:5-7,11).
b. Tradisi
yahudi (psl 1:9, 14-15)
c. 2
Petrus dan mengutip langsung dari 2 Petrus 3:3, yang diakuinya dari rasul-rasul
(psl 1:17-18).[14]
III.
Refleksi
Teologis
Hal
yang paling menarik dari kitab Yudas ini ialah Yudas 1 : 20. “Akan tetapi kamu,
saudara-saudaraku yang kekasih, bangunalah dirimu sendiri di atas dasar imanmu
yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus” dalam artian di dalam kehidupan
yang penuh dengan banyak tantangan dan hambatan, kristus bersabda melalui tinta dan pena yang dituliskan oleh Yudas, kepada
orang yang dikasihinya agar tetap selalu hidup dengan iman, tidak hanya pikiran
saja yang paling fundamental untuk menjalankan kehidupan yang diberikan oleh
pencipta yaitu Tuhan yang memberi kita perlindungan. Dengan selalu berdoa dalam
kehidupan suka maupun duka. Demikian halnya ketika Yudas menjalankan pelayanannya kepadajemaat
yang ia layani, ia selalu tetap berpesan kepada jemaat itu agar tetap menegukan
iman mereka dan tetap berdoa. Walaupun banyak tantangan yang mereka hadapi
dalam menghadapi para penyesat.
Kitab
ini berisi suatu polemik yang tajam melawan para penyesat.Dan penulis daripada
Kitab ini bermaksud memperkuat para penerimanya dalam pergumulan mereka melawan
para penyesat yang telah meyusup masuk dan menjalani hidup dengan dengan tidak
tertib serta menyangkal Tuhan (Yudas 1:4). Tetapi Tuhan berfirman melalui
hambanya Yudas dengan mengandalkan iman percayanya kepada Tuhan sehingga ia
dapat kuat, dan dengan terus terang menyampaikan akan menghukum dengan keras orang-orang yang
fasik, dan sebagai contoh dikutip, orang-orang Yahudi yang tidak percaya
dipadang gurun, malaikat-malaikat yang jatuh dan Sodom gomora (Yudas 1:5-7).
Para penyesat, terlibat dalam fitnah, kerusakan moral, penyelewengan dalam
perjamuan kasih, mengucapkan hal-hal yang bukan-bukan, menyombongkan diri
(Yudas 1:8-13, 16). Dan dari hal itulah
Yudas dengan kerendahan hatinya dalam mengasihi jemaat yang ia layani, ia
menghibur mereka dan selalu tetap berpengharapan kepada Tuhan agar kirannya
mereka dapat hidup dengan iman yang teguh dalam menjalani hidup mereka selaku
umat yang percaya akan kristus, ia samapaikan kepada jemaat yang ia kasihi. Dan
melalui hal itu tetap menjadikan iman mereka yang paling suci dengan memperlihatkan
belas kasihan didalam perjalanan seluruh umat yang dikasihi oleh Tuhan dan takut akan
Tuhan dengan tidak ragu-ragu dalam berbuat hal yang diinginkan oleh kristus.
(Yudas 1:20-23).
Hingga
kemudian Yudas menentang guru-guru palsu, yang memberi sebuah kesan istilah gnosis (pengetahuan), dan Yudas menggambarkan mereka sebagai psukhikoi dikuasai hanya oleh
keinginan-keinginan dunia ini (Yudas.19), dan ini adalah istilah teknis yang
digunakan oleh kaum Gnostik. Orang-orang ini memang sangat menekankan
pengalaman rohani mereka sendiri (Yudas. 8).
V.
Daftar
pustaka
Alkitab Edisi
Studi.Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011.
Benyamin
Hakh, Samuel.,Perjanjian Baru, Pengantar dan Pokok-pokok Teologinya,
Bandung: Bina Media Informasi, 2010.
Drane,
John. Memahami Perjanjian baru, Jakarta:
BPK gunung mulia, 2016.
Duyverman,
M. E., Pembimbing Ke Dalam Perjanjian
Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Eldon Ladd,George., Teologi
Perjanjian Baru Jilid 2, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002.
Gering,
Howard M., Analisa Alkitab, Jakarta:
Yayasan Pekabar Injil “Immanuel”, 1992.
Guthrie, Donald.,Teologi Perjanjian
Baru 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.
Marpaung,
Halomoan.,Penuntun Memahami Alkitab,
Perc. Stella Printing, 2014.
Marxsen,
Willi.,Pengantar
perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012.
Tenney,
Merrill C., Survei Perjanjian Lama, Malang:
gandum Mas, 2006.
[3] Willi Marxsen, Pengantar perjanjian Baru, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2012), 295.
[4] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Lama, 459.
[5]Donald
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1992), 290-300.
[6] M. E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam PerjanjianBaru, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996), 203.
[7]George Eldon
Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung,
Yayasan Kalam Hidup, 2002), 425.
[8]Willi Marxsen, Pengantar perjanjian Baru, 295-296.
[9] Howard M. Gering, Analisa Alkitab, (Jakarta: Yayasan
Pekabar Injil “Immanuel”, 1992), 121.
[10] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Lama, 460-461.
[11]Howard M. Gering, Analisa Alkitab,121.
[12] Samuel Benyamin Hakh,
Perjanjian Baru, Pengantar dan
Pokok-pokok Teologinya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 340-341.
[13] John Drane, Memahami Perjanjian baru, (Jakarta: BPK
gunung mulia, 2016), 521-522.