Arti, Sejarah dan Perkembangan Gereja Pentakosta di Dunia
PENTAKOSTAL
I.
Abstraksi
Setiap
umat Pentakostal percaya bahwa kenyataan pengalaman orang-orang yang percaya
saat ini sama dengan seperti yang diterima oleh murid-murid Tuhan pada hari
Pentakosta (Kis 2:4). Bagi umat Pentakostal, pengalaman Baptisan Roh Kudus
adalah Alkitabiah. Pengalaman ini sejajar dengan pertobatan. Dan bukti dasar
dari pertobatan ini adalah berkata-kata dalam bahasa asing (Bahasa Lidah/Glossolalia).
Gerakan dan aliran Pentakostalkadang-kadang mereka menyebut diri Pentakosta
atau Pantekostamerupakan salah satu diantara berbagai aliran Gereja yang
kemunculan dan perkembangangannya spektakuler. Untuk lebih jelasnya, mari kita
simak pembahasan berikut. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua. Tuhan memberkati.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Pentakosta
Pentakosta berasal dari bahasa Yunani “Pentekosta” yang artinya hari kelima
puluh. Sebutan itu dikenakan pada perayaan yang jatuh pada hari kelima puluh
setelah Paskah. Pada hari itu gandum dipersembahkan ( Ulangan 16 : 9).
Pentakosta juga diartikan hari turunnya Roh Kudus ke atas para murid Tuhan
Yesus di Yerusalem. Dalam lingkungan Kristen, Pentakosta dikenakan pada
perayaan hari Gerejawi yang memperingati turunnya Roh Kudus ke atas para murid
Yesus dan sebagai hari berdirinya Gereja
Kristus di dunia ini.[1]
Pada hari pentakosta, Roh Kudus dicurahkan sesuai dengan yang dijanjikan Yesus
sesudah kenaikan-Nya ke surga. Menurut Alkitab murid-murid yang berhasil
mempertobatkan tiga puluh ribu jiwa pada hari tersebut dan hal inilah yang
disebut dengan lahirnya Gereja Mula-Mula.[2]
2.2. Latar Belakang Lahirnya Pentakostal
Steven H, Talumewo dalam bukunya Ia mengatakan bahwa
“Gerakan Pentakosta timbul dari aliran Holiness, aliran yang didirikan John
Wesley”.[3]
Sehingga telah diakui oleh para sejarawan, termasuk dari kalangan Pentakosta, pada
umumnya sependapat bahwa gerakan ini merupakan lanjutan dari “Gerakan Kesuciaan
(Holiness Movement).[4]Gerakan
kesucian adalah langkah awal menuju pembaharuan. Gerakan ini sebagian besar dari
gerakan Methodis mencari “Anugerah Kedua” dari Allah, yaitu bahwa orang-orang
percaya akan “dikuduskan” untuk
kehidupan kristen yang suci.[5]
Gerakan ini bermula pada peristiwa di Topeka. Hal yang penting dari peristiwa
Topeka adalah pertama kalinya dibaptis Roh Kudusdikaitkan dengan tanda yang
nampak yaitu berkata-kata dalam bahasa asing.[6]Gerakan
kesucian ini ingin kembali kegairahan dan kesederhanaan yang terdapat dalam
gerakan Methodis pada masa Jhon Wesley, dan menekankan kembali pertobatan secara
mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis abad ke-18, serta
kesempurnaan Kristen yang dianjurkan dalam teologi Wesley dan yang mula-mula
dipertahankan dalam praktik kehidupan jemaat. Untuk membangun kembali hidup
kerohanian warga gereja yang telah suam, mereka kembali ke gaya ibadah yang
serba bebas dan yang memberi peluang
untuk luapan emosi sebagaimana telah berlaku dalam gerakan kebangunan kedua di
Amerika. Lama-kelamaan penganut gerakan kesucian ini keluar dari Gereja
Methodis dan membentuk organisasi-organisasi tersendiri.
Menjelang tahun 1900, salah seorang tokohnya yang bernama
Ch. F. Parham mengembangkan tiga pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri
gerakan Pentakosta pada umumnya, yaitu penekanan pada Eskatologi pada Baptisan
dengan Roh dan pada Karunia-Karunia Roh,
karunia bercakap-cakap dalam Bahasa Roh (Karunia Lidah), sebagai tanda seorang
menerima Baptisan Roh. Dengan demikian gerakan Pentakosta merupakan cabang
gerakan kesucian, tetapi dengan penekanan khusus pada Karunia-Karunia Roh.[7]
Awal kemunculan Pentakostal ketika ditengah ibadah pada tanggal 31 Desember
1900. Pada tanggal 1 januari 1901, salah
satu muridnya Agnes N. Ozman menerima Baptisan Roh Kudus yang diikuti Berbahasa
Lidah asing.[8]Agnes
tiba-tiba bisa berbahasa Cina, yang tak pernah dipelajarinya, ditambah dengan
lingkaran cahaya pada wajah dan kepalanya. Beberapa hari kemudian hal yang sama
terjadi atas murid-muridnya yang lain, jadi Agnes Ozman adalah orang pertama
pada zaman modern ini berhasil mengupayakan dan memperoleh pengalaman Berbahasa
Lidah (Glossolalia) sebagai tanda telah dibaptis dengan Roh Kudus peristiwa
inilah dipandang awal dari gerakan Pentakosta.[9]
Pada tahun 1914
kaum Pentakostal pada umumnya masih berada dalam lingkaran gerakan kesucian.
Sementara itu gerakan Pentakostal semakin meluas, bagi mereka ada tiga tahap
atau jenis berkat yaitu pembenaran, penyucian, dan Baptisan Roh. Tapi ada
diantara Gereja-Gereja kesucian itu merasa makin mendesak oleh gerakan Pentakosta
serta menilainya sebagai ajaran dan praktik yang sesat. Tahun 1906 sudah
kelihatan perbedaan pemahaman yang mengarah pada pertikaian dan perpecahan.
Perbedaan itu berkisar pada tidaknya ‘Berkat Kedua’, untuk mengatasi perbedaan
itu tersebut diadakan pertemuan Raya di kota Hot Springs, negara bagian
Arkansas pada tahun 1914. Disini disepakati bahwa kesucian itu memang harus
dikejar disepanjang hidup, tetapi bukan merupakan suatu berkat atau tahapan
tersendiri yang senilai dengan pertobatan dan Baptisan Roh. Dan dari sinilah
lahir organisasi Gereja Pentakosta yang pertama, The Assemblies Of God (Gereja
Sidang Jemaat Allah) yang kemudian mengklaim diri sebagai Gereja Pentakosta
terbesar di AS.[10]
2.2.1.
Awal Kemunculan Versi Pertama: Parham di Topeka
Seperti yang disinggung di atas, upaya penetapan awal
gerakan Pentakostal pada zaman modern ini pada umumnya mengacu pada serangkaian
pertistiwa di Topeka, negara bagian Kansas, Amerika Serikat, yang berpusat pada
diri Pendeta Charles Fox Parham. Pada saat itu terjadi hal yang luar biasa
menurut Parham ketika murid-muridnya serentak menjawab bahwa bukti dari Baptisan
Roh Kudus adalah Berbahasa Lidah (Glossolalia) yang kemudian pada tanggal 1
Januari 1901, murid Parham yang bernama Agnes N. Ozman memperoleh baptisan Roh,
dimana dia bisa berbahasa lain dan hal itu dialami murid-murid yang lain juga.
Dan hal itu dipandang sebagai awal gerakan Pentakostal. Setelah kejadian itu,
Parham lalu mengutus murid-muridnya menyebarluaskan Pentakostal melalui
perjalanan dan khotbah-khotbah.[11]
2.2.2.
Awal Kemunculan Versi Kedua: Seymour di Los Angeles
Peristiwa Pentakostal berikutnya yang menggemparkan dan
menentukan bagi perkembangan dan masa depan gerakan Pentakostal, terjadi di Los
angeles tanggal 9 april 1906. Beberapa hari sebelumnya, Seymour berkhotbah di
beberapa daerah tentang Baptisan Roh, tetapi beberapa jemaat menolak mendengar
khotbahnya lebih lanjut. Tetapi ada beberapa warga yang mengundang berkhotbah
di rumah mereka. Setelah berkhotbah tiga hari berturut-turut, Roh Kudus turun
dan terdengar bahasa lidah di kawasan itu. Peristiwa itu tersiar ke seluruh
penjuru negeri. Banyak yang mengemukakan reaksi yang mencemooh, tetapi banyak
juga yang minat akan hal itu. Sehingga semakin banyak jemaat yang berdatangan
untuk beribadah dengan jumlah yang besar lalu mereka menyewa sebuah bangunan
bekas gedung gereja Methodis di Azusa Street tersebut.[12]
2.3.
Ciri-ciri Pentakostal
Pentakosta ingin menghidupkan kembali semangat asli, yang
mula-mula terdapat dalam jemaat Kristen pada zaman rasuli. Roh Kudus sendiri
tidak berubah sejak itu, sehingga orang percaya masih boleh mengharapkan segala
karunia-Nya. Sebab itu, golongan-golongan Pentakosta menitikberatkan soal
bernubuat, berbahasa Roh, menyembuhkan orang sakit, dan lain sebagainya.[13]
Orang-orang yang berbicara dalam bahasa lidah dan ini diidentifikasi sebagai
bukti dari Babtisan Roh Kudus.[14]Sama
seperti aliran kesucian, gerakan Pentakosta tidak merasa bahwa mereka telah
menciptakan suatu doktrin atau standar yang baru. Dengan mengkhotbah “Injil Sepenuhnya”
mereka merasa hanya menekankan kembali ajaran yang sudah ada:
1.
Penekanan
Alkitabiah tentang keselamatan dan pembenaran iman yang yang diajarkan oleh tokoh-tokoh
reformasi.
2.
Doktrin kedatangan
Kristus kembali sebelum kerajaan 1000 tahun damai (Premilenial) yang diajarkan
oleh Jhon Nelson Dary dan Group Plymouth Brethern di abad ke-XIX.
3.
Penekanan pada
kesembuhan Ilahi sebagai akibat dari ajaran A.J.Gordon, A.B. Simpson, dan
Alexander Dowie dari Zion Illinois.
4.
Doktrin yang dinyatakan
oleh orang-orang Holiness adalah bahwa Baptisan Roh Kudus dapat memberikan
kuasa kepada orang percaya untuk hidup berkemenangan dan bersaksi secara
efektif. Dan dengan karunia Roh Kudus menyanggupkan orang percaya untuk
melakukan hal-hal yang Supranatural/Mujizat yang menyediakan kapasitas rohani
yang jauh lebih hebat daripada kemampuan alamiah yang dapat dilakukan.[15]
Adapun Ciri-ciri
lain yang dapat dilihat dari Pentakostal yaitu:
·
Kebaktian yang
serba-bebas
·
Pemakaian Alkitab
secara “spontan”
·
Tidak dipertanggung
jawabkan secara ilmiah
·
Pembangunan jemaat
melalui kegiatan kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuuk bertobat dan
hidup suci..
·
Anggapan bahwa dalam
lingkungan jemaat perlu ada Karunia Lidah dan juga Karunia Kesembuhan sebagai
tanda-tanda Kesucian.[16]
2.4. Lambang atau
Simbol Pentakosta
Pentakosta artinya
hari ke-lima puluh
sesudah paskah. Dirayakan sebagai hari turunnya Roh Kudus. Sejak abad
ke III secara umum dirayakan oleh Gereja.
Hari ini juga diperingati sebagai kelahiran Gereja, di mana kuasa Roh Kudus
Gereja dilengkapi untuk melaksanakan tugas pengutusannya kepada bangsa-bangsa.
Warna dasar Merah
Lambang/logo Lidah-lidahapi dan
burungmerpati
Warna merpati Putih Perak
Lidah-lidahapipinggirnya Kuning
Artinya : Di sini,
ketujuh Lidah Api yang menyimbolkan ketujuh
Suluh Api yaitu tujuh Roh
Allah (Wahyu 4:5) membentuk lingkaran yang menghadirkan Kekebalan, Keabadian. Merpati yang
menukik dan LidahApi menunjuk kepada peristiwa
pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Rasul 2: 2-3). Hari Pentakosta
(hari ke- 50 sesudah Paskah, hari minggu ke 7 sesudah Paskah).[17]
2.5. Paham-paham Pentakostal
Pernyataan Iman Sidang Jemaat Allah di Inggris yang
berbunyi sebagai berikut[18]:
Kami Percaya
Pada Alkitab sebagai Firman
Allah yang diilhamkan tidak bisa salah dan merupakan tata-tertib yang lengkap
bagi Iman, kegiatan dan prilaku;
Pada keesaan dari Allah yang
benar dan hidup, yang dinyatakan di dalam tiga pribadi: Bapa, Anak, Roh Kudus;
Pada kejatuhan manusia;
Pada keselamatan melalui iman
kepada kristus;
Pada Baptisan dengan cara
diselamkan ke dalam air;
Pada Baptisan di dalam Roh
Kudus dengan tanda awalnya berupa berbicara dalam bahasa lain (Bahasa Lidah);
Pada kesucian hidup dan
prilaku;
Pada pemulihan dari penyakit
lewat penyembuhan ilahi;
Pada pemecahan roti (perjamuan
Kudus);
Pada kedatangan Tuhan Yesus
Kristus yang kedua kali sebelum kerajaan
seribu tahun;
Pada penghukuman Kekal, yang
merupakan bagian dari semua yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan;
Pada Karunia-Karunia Roh Kudus
dan Jabatan-jabatan yang ditetapkan di dalam Gereja sebagaimana di catat di
dalam Perjanjian Baru.
Pentakosta memiliki pokok-pokok ajaran mereka sendiri
seperti berikut ini:
1. Alkitab
Alkitab dipahami sebagai Firman Allah yang diilhamkan dan
dinyatakan Allah kepada manusia, untuk menjadi tata tertib bagi iman dan perilaku.
2. Allah
Allahyang benar dan hidup itu sebagian besar kaum
pentakostal menyakini bahwa Allah yang esa, yang menyatakan di dalam tiga
pribadi: Bapa, Anak, Roh Kudus. Ke dalam ketiga nama inilah dibaptis setiap
orang yang sudah menyatakan imannya.
3.
Keselamatan
Diyakini sebagai sebuah buah kasih karunia Allah yang
ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan menyatakan penyesalan
dan mohon pengampunan kepada Allah, dan iman kepada Kristus. Manusia
diselamatkan melalui permandian kelahiran-kembali dan pembaharuan oleh Roh
Kudus.
4.
Baptisan
Baptisan terdiri atas dua jenis:
1.
Baptisan Air :
yakni lambang kematian dan penguburan kemanusiaan yang lama, dengan cara
menyelamkan kedalam air orang yang sudah menyatakan pertobatan dan percaya
sungguh-sungguh bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.
2.
Baptisan Rohdan Api: Setiap orang percaya dilayakkan untuk-dan harus dengan sungguh-sungguh
mengharapkan dan memperoleh Baptisan Roh dan Api yang dijanjikan oleh Bapa
sesuai dengan perintah Tuhan Yesus.
5.
Berbahasa Lidah.
Baptisan
atas orang-orang percaya di dalam Roh Kudus diawali dan disaksikan oleh tanda
lahiriah berupa berbicara dalam Lidah (Bahasa lain), sebagaimana kemampuan yang
diberikan Allah kepada Para Rasul ( Kis. 2:4).
6.
Perjamuan Kudus (Pemecahan Roti).
Yang
terdiri dari unsur Roti dan air buah Anggur, adalah lambang yang mengungkapkan keikutsertaan
di dalam kodrat ilahi dari Tuhan Yesus Kristus, pengenangan atas penderitaan
dan kematianNya dann nubuat atas kedatanganNya kedua kali.
7.
Kesucian Hidup Dan Perilaku Secara Menyeluruh.
Sebagai
pewaris gerakan kesucian (Kendati kemudian bayak kalangan kesucian yang
membedakan diri dari kaum Pentakosta), sebagian besar kaum pentakostal
tetap mempertahankan kesucian sebagai
pokok ajaran penting. Kesucian menyeluruh adalah kehendak Allah bagi semua
orang percaya, dan harus sungguh-sungguh dikejar dengan cara berjalan didalam
ketaatan pada Firman Allah.
8.
Penyembahan Ilahi (Penyembuhan Rohani).
Merupakan
salah salah satu dari Karunia Roh yang pada prinsipnya diberikan pada semua
orang percaya, tetapi dalam praktiknya hanya diperoleh orang-orang tertentu.
Parham dan sejumlah kalangan Pentakostal lainnya memahami penyembuhan Ilahi ini
sebagai bagian atau lanjutan dari penyucian.
9.
Akhir Zaman: Kedatangan Kristus Kedua kali,
PemerintahanNya Seribu Tahun Dan Langit-Bumi Baru.
Kaum
Pentakostal pada umumnya yakin bahwa sesuai dngan janji Kitab Suci, Yesus Kristus akan datang
kembali dan memerintah dalam kerajaan seribu tahun di dunia ini, sambil
memulihkan dan menyelamatkan bangsa Israel. Setelah kerajaan seribu tahun itu,
barulah turun langit dan bumi baru di mana kebenaran akan tinggal menetap.
Mereka yang telah diselamatkan, yaitu yang sudah bertobat, beroleh kasih
karunia pembenaran, dan hidup dalam kesucian akan menikmati kehidupan yang
kekal, sedangkan yang fasik akan menerima penghukuman yang kekal.
10.
Gereja.
Diyakini
sebagai tubuh Kristus, tempat Allah berdiam melalui RohNya dengan serangkaian
ketetapan Ilahi dalam rangka memenuhi amanat agungNya.
11.
Ibadah Dan Upacara Gerejawi.
Gereja-gereja
Pentakostal beribadah secara teratur pada hari minggu, ditambah dengan beberapa
pertemuan ibadah lainnya. Tidak diperlukan tata ibadah yang sangat rinci dan
baku, dan juga sebelumnya tidak diperlukan nats dan tema Khotbah, karena
menghambat pekerjaan Roh Kudus.[19]Walaupun
tidak ada tata ibadah yang baku, tapi ada semacam pola dan unsur –unsur yang
dibuat ketika ibadah rutin tiap hari Minggu yaitu:
1.
Doa pembuka
2.
Pujian Sukacita
(Sekitar 2-3 nyanyian)
3.
Penyembahan Singkat
4.
Lagu penyambut
Firman Tuhan
5.
Doa Firman
6.
Kolekte Pertama
7.
Firman Tuhan
8.
Berdoa dan
Bernyanyi
9.
Persembahan Kedua
10. Pengumuman
11. Doa penutup
12. Doa Berkat.[20]
2.6.
Tokoh-tokoh Pentakostal
2.6.1.
Charles Fox Parham (1873-1929)
Charls F. Parham lahir pada tanggal 4 Juni 1873 di Muscatine,
Amerika Serikat. Orangtuanya bernama William dan Ann Maria Parham. Setelah kelahirannya,
mereka pindah ke Selatan, Cheney, Kansas. Parham memiliki 4 saudara laki-laki
namun ia sedih karena ibu yang dia cintainya meninggal. Hal ini membuat hati
parhan kecil menjadi patah semangat. Ketika ibunya mengucapkan selamat tinggal
kepadanya sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dia menatap Farham dan
berkata “Charles, baik-baik ya”. Ketika Parham berumur 9 tahun, dia menderita
rematik yang mengakibatkan peradangan dan waktu tu juga dia masuk sekolah
pelayanan. Ia menyadari keberadaan Tuhan. Parham percaya bahwa pertobatan yang
sunguh-sungguh haus terjadi dalam hati orang yang betobat. Suatu ketika, Parham
dalam perjalanan dan meragukan pertobatan, namun ia dikuatkan pertobatannya dengan
menyanyikan sebuah lagu dan ia berkata “ada seberkas sinar dari langit yang
terangnya melebihi pancaran sinar matahari, bagaikan sambaran kilat sinar itu
menembus dan menggetarkan setiap jaringan dalam dirinya”. Lewat pertobatatannya
yang dramatis, Parham melayani sebagai
guru sekolah minggu. Dia mengadakan kebaktian umum pertama pada usia 13 tahun
dengan hasil yang nyata ia membangun gedung sekolah minggu di Pleasent dekat
Tonganoxie Kansas. Parham menikah dengan seorang gadis yang kaya. Sewaktu mereka
masih sekolah, mereka bekerjasama untuk sebuah rencana an tujuan dalam sebuah
pelayanan. Saat mengadakan kebakian di Kansas,, Parham menullis surat kepada
Sarah Thislewaiti dan mengajak menikah, akhirnya mereka menikah pada tanggal 31
desember 1896 di rumah kakek Sarah. Mereka dikaruniai dua orang anak yaitu putaranya
Claude dan putrinya Ester Marie.[21]
Parham pada mulanya adalah pendeta Episcopal Methodist
Church di Linwood, Kansas. Dia juga adalah direktur sekolah Alkitab Bethel di
Topeka, Kansas. Disitulah dia mempelajari ajaran kesucian sebagai berkat atau
karunia kedua. Tetapi kemudian dia meninggalkan gereja itu karena menurut dia
ajaran dan praktik gereja sudah kurang menekankan kesucian hidup dan peranan
dan karunia Roh kudus. Alasan lain adalah karena pada waktu yang sama, pada
dasawarsa 1898-an, Parham juga mengadakan kontak dengan kelompok-kelompok yang
menekankan berbagai unsur yang lebih radikal, lalu mendalaminya. Lalu Parham
membuka wisma penyembuhan (Ilahi) Bethel pada tahun 1898 di Topeka. Pada tahun
1900 Parham menyelenggarakan perjalanan pelayanan kesucian dan penyembuhan ke
berbagai kota AS. Parham membeli sebuah gedung, persis diluar kota dan membuka
sekolah Alkitab Bethel menjelang akhir 1900 yang bernama”Stone’s Folly”.[22]
Suatu waktu Parham mengajar di kelas dan membahas Kisah
Para Rasul 2 mengenai tanda-tanda kepenuhan Roh Kudus dengan berbahasa Roh.
Parhan meninggalkan sekolah dan berkhotbah di tempat lain. Sebelum pergi,
Parham memberi tugas kepada siswa untuk menyelidiki bukti-bukti atau atau tanda
Baptisan Roh Kudus. Setelah Parham kembali, ia menagih tugas tersebut. Sungguh
mengherankan, siswa menjawab dengan serentak bahwa bukti dari baptisan Roh
Kudus adalah berkata-kata dalam Bahasa Lidah. Mereka mendapatkan hal ini dari
empat kejadian yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:4, 10:46, 19:6 dan 1
Korintus 14:1-33. Bersamaan dengan penemuan kebenaran ini, Parham dan
murid-muridnya mengadakan kebaktian malam penutupan pada 31 Desember 1900 yang
berlangsung hingga subuh 1 Januari 1901. Pada kebaktian itu, ada siswa yang
bernama Agnes N. Ozman yang meminta kepada Parham supaya menumpangkan tangan
padanya supaya memperoleh Baptisan Roh Kudus dan tiba-tiba Agnes bisa Berbahasa
Cina (Tionghoa), bahasa yang tidak pernah dipelajarinya. Selama tiga hari ia
berada dalam situasi tersebut sehingga harus berkomunikasi secara tulisan dan
menulis aksara Cina. Hal yang sama juga terjadi pada semua siswa dan pada
akhirnya dialami Parham sendiri.[23]
2.6.2. William
J. Seymour (1870-1922)
Seymour dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1870 di
Centerville, dari pasangan bernama Simon dan Phylis seymour, seorang mantan
budak yang mendidik dirinya sebagai seorang baptis. Dia adalah seorang yang
berkulit hitam yang menjadi pemimpin Azusa Street. Pada masa mudanya William
sering mendapat penglihatan dari Tuhan dan dia rajin mempelajari Alkitab. Pada
usia 25 tahun, dia pindah ke Indiapolis dan disana ia bekerja sebagai pembawa
barang di stasiun kereta api dan seorang pelayan di sebuah restoran mewah.
Disana dia bergereja bersama orang yang di Indiapolis di gereja Episkopal Metodis
dengan jemaat berkulit hitam.Pada tahun 1900 dia pindah ke Cincinati, Ohio dan
mendaftarkan diri di sekolah Alkitab Holines yang menekankan kekudusan,
kesembuhan Ilahi, dan pengharapan akan adanya kebangunan rohani di seluruh
dunia oleh Roh Kudus sebelum kedatangan Tuhan kedua kalinya. Seymour mendengar
saat Tuhan memanggil dirinya menjadi seorang pengkhotbah, tetapi dia menolak
sampai dia akhirnya terkena cacar, dia merasakan bahwa penyakitnya ini membuat
mata kirinya buta. Setelah dia sembuh dia sembuh dia merasa bahwa penyakitnya
ini merupakan hukuman akibat tidak mematuhi panggilan Tuhan. Dia segera
menerima untuk ditahbiskan menjadi seorang pengkhotbah. Pada tahun 1903-1905,
dia menerima beberapa permintaan untuk berkhotbah di beberapa Gereja.[24]
Di Houston, dia berjumpa dengan sorang wanita yang
berkulit hitam, ibu Lucy Craw, yang mengaku dapat berbahasa Lidah saat
menyertai Charles F. Parham dan keluarganya pergi ke Kansas. Ibu Lucy adalah
seorang guru yang mengajar bagi keluarga itu. Sebelumnya, di Topeka, seorang
Agnes N. Ozman juga dapat berbahasa Lidah yang dimana Parham menyatakan bahwa
inilah bukti pertama kebangkitan Pentakosta. Seymoar belum pernah mengalami hal
ini sebelumnya, tetapi dia berkhotbah bahwa hal tersebut akan tiba. Setelah
Parham berada di Houstan, Seymour bermaksud untuk mempelajari hal ini lebih
lanjut. Tetapi Parham adalah fanatik dan dia tidak mengizinkan Seymour untuk
duduk di kelasnya bersama dengan murid-muridnya yang berkulit putih. Seymour
memutuskan untuk duduk di lorong di depan pintu masuk dan mendengarkan kuliah
Parham. Semua ajarannya sangat berarti secara teologis.
Suatu hari Seymour menerima sepucuk surat dari Gereja Kecil
di los Angeles. Salah satu anggota jemaat Gereja tersebut pernah mendengar khotbah
Seymour saat kunjungan ke Houston. Para jemaat disana meminta supaya ia menjadi
Pendeta disana. Dan mereka melampirkan
selembar tiket kereta api di dalam surat itu. Seymour tiba dan berkotbah
mengenai pesan-pesan Pentakostalnya di sebuah rumah yang dijadikan tempat
kebaktian tema yang dibawa Seymour adalah “Bahasa Lidah”. Setelah sebulan
berdoa dan berpuasa secara terus menerus, Roh Kudus pun turun menguasai
sekelompok jemaat itu. Beberapa orang diantaranya mereka bisa berbahasa Lidah
pada bulan April 1906. Selama tiga hari mereka berteriak dan menari-nari memuji
Tuhan sehingga orang berdatangan sampai tempat itu tidak mampu menampung Jemaat
pengunjung. Akhirnya kebaktian di pindahkan di jalan Azusa no 311. Pada awalnya
dewan Pers dan Pimpinan Agama menolak gerakan ini dan menganggap
Karunia-Karunia Roh dramatis lainnya seperti Penyembuhan, Nubuat, dan Bahasa Lidah
dianggap sebagai lelucon yang patut di pertanyakan. Tetapi bukan hal inilah
yang sebenarnya Seymour tekankan, tapi ia menekankan betapa pentingnya Baptisan
Roh Kudus.[25]
Bahasa Lidah merupakan salah satu tanda yang dapat
menerima oleh setiap orang yang sudah di Baptis, tapi bukan hal inilah yang
merupakan bukti nyata hadirnya Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
tertulis dalam Kisah pararasul 2, Seymour yakin bahwa Mujizat sesungguhnya
terjadi pada hari Pentakosta adalah tercurahnya Roh Kudus yang penuh kasih ke
atas 3000 orang dari berbagai bangsa dunia yang menerima injil pada hari itu.
Karunia Bahasa Lidah merupakan suatu cara untuk berkomunikasih dengan kasih,
bagi Seymour hal terpenting adalah kasih dapat mempersatukan orang-orang yang
berkulit hitam dan berkulit putih dan mempersatukan orang-orang yang berasal dari
Indian, Tiangkok, dan Amerika Selatan. Dia mengatakan bahwa bila orang-orang
tidak mempraktikan kasih seperti tertulis dalam 1 kor 3. Saymour mengatakan
“Tidak peduli berapa banyak Bahasa Lidah yang kau miliki, tidak ada artinya
bila engkau tidak di baptis dalan Roh Kudus”. Seymour berpendapat bahwa Yesus
menghapus garis pembatas perbedaan kulit di Gereja Kristus.
Pada akhir tahun 1906 terdapat sembilan aliran Pentakosta
di Los Angless, tampak tidak bermasah tetapi beberapa diantaranya tidak saling
berhubungan baik. Usaha Seymour mempersatukan berbagai ras tidak berjalan
dengan baik. Dimana-mana terjadi pemisahan diri, dan orang-orang lebih menekan
pentingnya Bahasa Lidah serta “Tanda-Tanda Ilahi”lainya dari pada persatuan
sebagai bukti dari Baptisan Roh Kudus. Pada tanggal 13 Mei 1908, Seymour
menikahi Jennie Evans Moore. Seorang jemaat Gereja yang berdidi kasih Clara
Lum, sekretaris Azusa Street Mission. Gerakan Pentakosta terus berkembang. Pada
tahun 1914, gerakan ini telah ada di setiap kota Amerika dengan anggota 3000
ribu orang atau lebih.[26]
2.7. Kritik
dan Tantangan Pentakosta
Gerakan Pentakosta yang bersifat radikal dan emosional
yang membuat, akan ada kemungkinan mengundang banyak kritikan dan tantangan,
baik dari dalam maupun dari luar. Ada banyak pendeta yang mengkritik ajaran
Pentakosta, setelah melihat gerakan tahun 1906. Alma White dari Gereja “Pillar Of Fire” menyebut bahwa Seymour
dan Parham “Penguasa Sodom”. Ia mengatakan orang-orang yang berkata-kata dalam
Bahasa Roh itu sedang mengucapkan “kata-kata Setan”. Polemiknya melawan gerakan
Pentakosta di publikasihkan pada tahun 1936 dengan judul “Demon dan Tongue”.
Penentang yang lain adalah penkotbah Holiness yang terkenal W.B. Godbey,
melihat ketidakteraturan kebaktian yang dipimpin oleh Seymour. Godbey menyebut
bahwa orang-orang Azusa adalah “Pengkotbah-Pengkotbah Setan”, Dukun, dan lain
sebagainya. Dengan Pandanganya tersebut itu mempengaruhi sebagian besar
pengikut Gereja Holiness untuk menolak berita pentakosta.
Gerakan Pentakosta ini bukan saja mengalami kritikan dari
luar saja tetapi juga dari dalam. Seorang tokoh W.H. Durham sebelumnya ia
adalah pendeta dari Gereja Nort Avenue Mission yang terkenal di Chicago
Illinois. Pada tahun 1917 Durham mengunjungi kebaktian di Azusa dan dia
menerima Doktrin Pentakosta. Kalau dulunya ia sering berkotbah tentang
pandangan kesucian Jhon Wesley sejak kembalinya dari Azusa, Los Angless. Ia
tidak mengkotbahkan hal itu. Pertentangan timbul lagi saat Durham menyampaikan
Khotbah dalam Konferensi Pentakosta di Chicago. Waktu ia menyangkal “Penyucian”
sebagai langkah kedua dari anungrah tetapi merupakan “Karya Sempurna Kristus”.
Pandangan ini di dasarkan pada pekerjaan Kristus yang
telah selesai di Golgata. Pandangan ini menentang konsep Wesley tentang “Sisa
Dosa” dalam diri orang-orang percaya. Ia mengajarkan bahwa seseorang telah di
sucikan secara sempurna pada saat pertobatan dan tidak membutuhkan “Pekerjaan Kedua”.
Ini timbul karena pengaruh “Theologia Oberlih” yang dikembangkan oleh Charles
G. Finney. Mulai saat itu Theologia Pentakosta terbagi menjadi dua. Seymour
(Tokoh kebaktian di Azusa) tidak menyetujui ajaran Durham, demikian juga
Parham. Ajaran Durham itu hanya di didukung oleh ratusan Gerja independen yang
terbesar di seluruh Amerika Serikat.[27]
2.8. Perkembangan
di Dunia
Gerakan yang dimulai pada 1 januari 1901 dalam sekolah
Alkitab di Topeka, Kansas, Amerika Serikat yang dipimpin oleh Charles Parham.
Parham berpendapat bahwa Alkitab tidak hanya mengajar Baptisan Roh, tetapi juga
Baptisan Roh disertai Bahasa Lidah. Agnes N. Ozman mengalami Baptisan Roh
menurut pendapat Parham setelah ia menumpangkan tangannya ke atas kepalanya
(dikemudian hari Parham terkenal juga karena mempunyai karunia penyembuhan).[28]
Beberapa hari kemudian hal yang sama yang terjadi dengan
muridnya yang lain dan akhirnya Parham sendiri mengalami Baptisan Roh tersebut.
Setelah itu, gerakan Pentakostal mulai disebarkan, tetapi kemajuannya belum
terlalu besar. Yang lebih menggemparkan dan lebih menentukan bagi perkembangan
dan masa depan gerakan Pentakostal terjadi di Los Angeles pada tanggal 9 April
1906. Beberapa hari sebelumnya , Willian
Seymour berkhotbah di sebuah jemaat dari Gereja Baptis. Setelah
mendengar kothbahnya tentang Baptisan Roh, jemaat itu menolak mendengar kotbahnya
lebih lanjut. Tetapi beberapa warganya mengundangnya berkotbah di rumah mereka.
Setelah berkhotbah tiga hati berturut-turut, “Roh Kudus turun” dan terdengarlah
“Bahasa Lidah” di kawasan itu. Peristiwa itu segera tersiar ke seluruh penjuru
negeri. Banyak yang mengemukakan reaksi mencemooh bahkan menolak, tetapi tak
sedikit yang menaruh minat besar. Akibatnya jumlah peserta perkumpulan itu
dengan cepat membengkak sehingga mereka menyewa sebuah gedung bekas Gereja
Metodis di Azusa Street.[29]
Tidak lama kemudian, Azysa Street menjadi pusat gerakan
Pentakosta yang terbesardari sana ke segala pelosok Amerika. Florence Crawford
membawa berita Pentakosta ke Amerika Utara dan Barat. Ia sebelumnya adalah
pekerja di bawah pengawasan William Seymour. Ia mengambil nama “Apostolic Faith” dari pelopor Pentakosta
tersebut. Gerakan ini berkembang menjadi satu dominasi, walaupun tidak
berhubungan lagi dengan kelompok Parham. Sebelumnya, ia telah disembuhkan dari
penyakit mata dan paru-paru. Dari pengalaman ini, ia mengadakan penginjilan ke
daerah-daerah Amrika Utara dan Barat sampai ke negara bagian Minesota.
G.B Chaswell membawa berita Pentakosta ke bagian selatan
Amerika Serikat. Ia berasal dari Dunn. Ia adalah bekas pendeta Metodis. Pada
tahun 1903, ia bergabung dengan gereja Holiness. Tetapai pada tahun 1906 ia
tidak mengikuti konferensi tahunan, malahan pergi ke Azusa. Banyak orang yang
simpatik dan berdoa bagi kepergiannya. Setibanya di Los Angless dia melihat
Wiliam berkotbah dan orang yang hadir pada umumnya adalah orang negro (orang
berkulit hitam) dan ia merasa tidak enak. Kemudian ia meninggalkan tempat itu,
namun semakin ia meninggalkan tempat itu semakin pula ia ingin menghadiri
kebaktian itu. Dan pada akhirnya ia ikut kebaktian. Pada kebaktian pertama
seorang negro yang muda datang dan menumpangkan tangan keatas kepalanya, dan
berdoa untuk Baptisan Roh Kudus. Hal ini mengakibatkan ada sesuatu yang
memasuki tubuhnya. Setelah beberapa kali mengikuti kebaktian kesombongannya
mulai menghilang, rasa nasionalisme mulai hilang. Setelah itu ia mulai
berbahasa asing. Setelah memperoleh pengalaman di tempat itu, ia kembali ke
kampung halamannya di Dunn. Lalu ia menyewa satu bangunan tua yang bertingkat
tiga, bekas gedung tembakau untuk tempat kebaktian. Kebaktian dimulai pada
tanggal 31 Desember 1906.
Salah satu orang yang berpengaruh dalam penyebaran ajaran
Pentakosta adalah Carles H. Mason, seorang pelayan Baptis dari Mempis. Mason
percaya bahwa Allah mencurah hal-hal yang Supranatural yang dinyatakan kedalam
mimpi-mimpi dan penglihatan. Mason dan teman-temannya pergi ke Azusa dan mereka
sangat senang melihat Seymour memimpin kebaktian yang kebanyakan dihadiri oleh
orang-orang berkulit putih. Selama tiga minggu mereka di Los Angless dan mereka
mengalami penglihatan-penglihatan, yaitu berkata-kata dalam berbagai Bahasa.
Sekembalinya Mason dan kawan-kawan di California, dominasi terbagi dua yang
menerima ajaran Pentakosta dibawah pimpinan Mason dan yang menerima dibawah
pimpinan Young. Mason dan pengikut-pengikutnya memakai “Church Of God In Christ” dan pimpinan Young memakai nama “The Church Of Christ”. Setelah diadakannya
reorganisasi, maka “Church Of God In Christ”berkembang dengan pesat menjadi
Group Pentakosta Negro yang terbesar di dunia. Karena Mason mempunyai pengaruh
yang besar, maka banyak pengkotbah-pengkotbah kulit putih dilantiknya.
Selanjutnya perkembangan di Eropa, Thomas Barrat, seorang
pendeta Nurwegia, seorang bekas pendeta Methodis di Olso, Norwegia. Ia lahir di
inggris, lalu pada umur 4 tahun ia pindah ke Norwegia bersama kedua orang
tuanya. Pada tahun 1905 ia mengunjungi Azusa Street dan menghadiri pertemuan
kelompok di New York. Disana ia menerima Baptisan Roh Suci dan berkata-kata
dalam Bahasa Asing. Di Norwegia pada tahun 1907, Thomas Barrat berkothbah dari
suatu tempat ke tempat lain dengan membawa berita Pentakosta. Barrat juga
mengunjungi Finlandia pada tahun 1911 dan itu sangat berpengaruh di seluruh
Eropa. Barrat melakukan kebaktian di gedung olahraga di Norwegia dan kebaktian
itu dihadiri oleh umat berbagai macam dominasi gereja dan banyak yang mampu
menampung 1500-2000 orang, diantara mereka yang menerima Baptisan Roh Kudus.
Kemudian pada tahun 1916 Barrat membangun “Philadelphia
Church sebuah Gereja terbesar, setelah Gereja Protestan di Norwegia. Di
Belanda R.G Polman menerima Baptisan Roh Kudus pada tahun 1907. Kemudian
suaminya juga menerima Baptisa Roh Kudus pada tanggal 06 oktober 1907. Sejak
saat itu tempat berkebaktian mereka “Immanuel
Haus” menjadi pusat dari Gereja Pentakosta di seluruh Belanda.
Gerakan Pentakosta di Brazil mulai masuk pada tahun 1901. Ketika Louis
Francesson dari Amerika Serikat mengunjungi Sao Paulo dan mendirikan Gereja
Pentakosta. Dalam waktu singkat Anggota Gereja itu menjadi 5000 orang. Selain
Louis, Daniel Bey Da Gunner Wingreen, dua penginjil keturunan Swedia-Amerika
datang ke para, Brazil. Mereka mengorganisir perkembangan gerakan Pentakosta
dan mendirikan Sidang-Sidang Baru. Perkembangan Pentakosta di Australia sedikit
lambat dikarenakan beberapa penginjil yang mengadakan kebaktian kebangunan
rohani di sana diantara lain: Smith Wigglesworth (1920). Amiee Semple
Mc.Pherson (1922) dan A.C Valdez (1925). Organisasi Pentakosta pertama di
Australia bernama “Apostolic Faith
Mission” terbentuk pada tahun 1927 dan bermarkas di Melbourne Utara.
Seorang Misionaris bernama Netti Moo membawa aliran Pentakosta ke China. Ia
berkotbah di Mocue dihadapan sekelompok Misionaris Baptis dan CMA beserta orang-orang pribumi China.
Mereka dibaptis dengan Roh Kudus dan mulai berkata-kata dalam Bahasa Asing.
Pentakosta di Asia, Aliran Pentakosta Asia muncul di India, di bawah pimpinan
Paudita Ramaibai. Pelayanannya di mulai dengan membangun panti asuhan untuk
yatim piatu dan para janda. Mereka setiap hari diajak berdoa terus-menerus,
meminta kuasa dari tempat yang maha tinggi. Tiba-tiba pendeta dipenuhi Roh
Kudus sama seperti yang terjadi di Amerika Serikat, yang mereka sebut Baptisan
Api pada tahun 1908.
Pentakosta di Indonesia, dimulai dari dua Misionaris dari
Amerika Groesbeck dan Van Claveren memperkenalkan ajaran Pentakosta pertama
kalinya ketika mereka mendarat di Bali pada tahun 1921 mereka dikirim oleh “Bethel Temple Inc” di Seatle, Washigton,
Amerika Serikat. Saat pengutusan Mereka ke Indonesia di tandai dengan Mujizat
Allah. Dimana seorang Janda mengidap penyakit tumor disembuhkan secara ajaib.
Akhirnya ia mempersembahkan korban untuk ongkos perjalanan misionaris itu ke
Indonesia. Banyak orang Bali datang dan membawa orang-orang sakit untuk
disembuhkan, bahkan orang berpenyakit kusta di sembuhkan.Namun ada juga yang
tidak senang. Mereka mengancam kedua misionaris itu dan hendak melancarkan niat
jahatnya suatu malam. Tetapi mereka merasa terkejut dan ketakutan karena mereka
melihat seorang malaikat berjaga-jaga di dekat rumah kedua misionaris itu.
Setelah bekerjasama dengan Van Bon Evangelisme, kedua misionaris ini diberi kesempatan
mengajarkan doktrin Pentakosta, yaitu Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, Yesus
adalah tabib yang hebat, Yesus adalah Pembabtis dengan Roh Kudus, dan Yesus
adalah Raja yang akan datang. Pada tahun 1924-1926, putera-puteri Indonesia
anatara lain: Julianus Repi, alex Tambuwun, Yan Lumenta, Efraim Lennusa, G.A
Jokom, R.O Manindam, dan wim Mamahit, serta yang lainnya dipenuhi oleh Roh
Kudus dan menjadi pelayan-pelayan Tuhan. Pada tahun 1932, keluarga W.W
Petterson, utusan Injil dari Bethel Temple, membuka Sekolah Alkitab yang
mendidik banyak hamba Tuhan Pentakosta dan telah mencetak banyak lulusan Hamba
Tuhan, Penginjil, dan Guru-Guru yang tersebar di seluruh Nusantara.[30]
IV.Daftar
Pustaka
Sumber Buku:
Aritonang,
Jan S., Berbagai Aliran Di Dalam Dan
Disekitar Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, 2016
Berkhof, H.,&
Enklaar,
Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016
Curtis,Kenneth.
dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah
Gereja,Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012
De Jonge,
Christian.Gereja Mencari Jawab, Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 1993
Hollenweger,
W. J.,The Pentecostals, London: SCM,
1972
Lane,Tony.Runtut Pijar. Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
2015
Rachman,Rasid.Hari Raya Liturgi.Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 2009
S, Jonar.Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: Andi,
2014
Samuel,
Wilfred J.,Charismatic Folk Christianity,
Malaysia : Sabah Theologia Sminary, 2013
Talumewo,Steven
H., Sejarah Gerakan Pentakosta.Yogyakarta
: Yayasan ANDI, 1988
Weitjens, Th.
Van Den End J., Ragi Carita 2,Jakarta:
BPK- Gunung Mulia, 2012
Wellem, F.D.,Kamus Sejarah Gereja,Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2011
Sumber lain:
http://m.biokristi.sabda.org/william-seymour
diakses pada tanggal 20 Oktober 2018
http://m.biokristi.sabda.org/william-seymour
diakses pada tanggal 20 Oktober 2018
http://nataliyanagigih.blogspot.com/2010/04/bapak-pentakosta-charle-parham
diakses pada tanggal 20 Oktober 2018
http://www.gpibhosea.or.id/index.php/tentang-kami/2015-04-08-10-13-42/101-simbol/169-Pentakostadiakses
pada tanggal 20 Oktober 2018.
Wawancara
dengan Gembala Jemaat Pdt. Daniel Palit, di GPDI Anugrah, Jl.Pardede No.46
Sunggal pada tanggal 04 November 2018
Di
kutipdariDosenBerthalynaTarigan, Pada tanggal 30 oktober 2018.
[1] F.D.Wellem,Kamus
Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2011), 350.
[2]Rasid Rachman,Hari
Raya Liturgi, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009), 88.
[3] Steven H. Talumewo, Sejarah Gerakan Pentakosta, (Yogyakarta : Yayasan ANDI, 1988), 3.
[4] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Disekitar Gereja, (Jakarta : Gunung
Mulia, 2016), 206.
[5]Kenneth Curtis , dkk,100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 2012), 147.
[6]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Disekitar Gereja, (Jakarta : Gunung
Mulia, 2016), 407.
[7]Th. Van Den End J. Weitjens, Ragi Carita 2, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2012), 270-271.
[8]Wilfred J. Samuel, Charismatic Folk Christianity, (Malaysia : Sabah Theologia Sminary,
2013), 17.
[9]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Disekitar Gereja, 214.
[10]Ibid, 220.
[11]Ibid, 214-215.
[12]Jans S.Aritonang,Berbagai Aliran Di Dalam Dan Disekitar Gereja, 217.
[14] Tony Lane, Runtut
Pijar, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 218.
[15]Steven H. Talumewo, Sejarah Gerakan Pentakosta, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1988), 5-6.
[16]Th. Van Den End J.Weitjens, Ragi Carita 2,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 270.
[17]http://www.gpibhosea.or.id/index.php/tentang-kami/2015-04-08-10-13-42/101-simbol/169-Pentakostadiakses
pada tanggal 20 Oktober 2018.
[18]W. J. Hollenweger, The Pentecostals, (London:SCM, 1972), 520.
[19]Jans S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 231-237.
[20]Wawancara dengan Gembala Jemaat Pdt. Daniel Palit,
di GPDI Anugrah, Jl.Pardede No.46 Sunggal pada tanggal 04 November 2018.
[21]http://nataliyanagigih.blogspot.com/2010/04/bapak-pentakosta-charle-parham
diakses pada tanggal 20 Oktober 2018
[22]Jans S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 214-215.
[23]Jonar S., Sejarah
Gereja Umum, (Yogyakarta: Andi, 2014), 407.
[24]http://m.biokristi.sabda.org/william-seymour
diakses pada tanggal 20 Oktober 2018.
[25]Jans S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 217.
[26]http://m.biokristi.sabda.org/william-seymour
diakses pada tanggal 20 Oktober 2018.
[27]Steven H. Talumewo, Sejarah Gerakan Pentakosta, (Yogyakarta : Yayasan Andi, 1988),
55-58.
[28]Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1993), 52
[29]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 217.
[30]Steven H. Talumewo, Sejarah Geragan Pentakosta, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1998),
17-30.