SGU: Sejarah Aliran Kharismatik di dunia secara lengkap


KHARISMATIK


I.                   Pembahasan
1.1.Pengertian Kharismatik
Kharismatik berasal dari kata Yunani Charisma.[1] Kata Kharisma adalah tunggal : karunia: kata kharismatik adalah jamak : karunia-karunia,[2] yang menekan karunia-karunia tanda yang ajaib (Mujizat, Bahasa Roh, dan Penyembahan) dan “Baptisan Roh Kudus” sebagai suatu pengalaman atau yang sudah terjadi sebagai keselamatan. Kharismatik adalah istilah yang diambil oleh kaum Pentakosta baru untuk mendifinisikan apa yang mereka akui sebagai karya-karya khusus dari Roh Kudus di masa kini. Kharismatik ini juga merupakan gerakan orang Kristen yang mengutamakan baptisan Roh dan karunia-karunia Roh. Charismata merupakan karunia yang diberikan oleh Allah, bukan hasil usaha umat melainkan anugerah Allah semata. Jadi, Allah memberikan karunia-karunia kepada orang percaya untuk dapat ambil bagian dalam kehidupan umat, sekaligus hendak menegaskan bahwa Allah bekerja untuk menyatakan kuasa-Nya melalui umat-Nya.[3]
1.2.Latar Belakang munculnya Aliran Kharismatik
Pada akhir tahun 1960-an terjadi lagi suatu kebangunan Pentakosta.[4] Gerakan Kharismatik (sering juga disebut Pembaruan Kharismatik: Charismatic Renewal) dikenal juga dengan nama gerakan Pentakosta Baru. Karena itu, sering kali gerakan ini diidentikkan atau dicampuradukkan dengan gerakan/aliran/gereja-gereja Pentakostal yang sudah muncul. Tak dapat disangkal bahwa gerakan Kharismatik mempunyai banyak persamaan dengan gerakan atau aliran Pentakostal [lama].[5] Montanisme merupakan titik berangkat adanya gerakan Kharismatik karena memiliki kemiripan mencakup fokus pada pribadi ketiga dari Trinitas, kembalinya Kristus dengan segera, aturan moral yang ketat, ucapan dan nubuatan, kelanjutan dan kerohanian-kerohanian Rohani dan pengharapan akhir zaman. Gerakan Kharismatik ini disebut dengan Gerakan Kebangkitan (revival movement).[6]
Walaupun gerakan8 Kharismatik mewarisi berbagai karakteristiknya dari banyak gerakan yang mendahuluinya, banyak tokoh sejarawan gereja yang mengaitkan nama Full Gospel Bussinismen Men’s Fellowship International (FGBMFI), yang dipelopori oleh Demos Shakarian, seorang petani jutawan dengan latar belakang Armenian sebagai salah seorang tokoh pemicu lahirnya gerakan Kharismatik ini. Shakiran mengalami baptisan Roh Kudus pada usia 13 tahun (1926, berlatar belakang Pentakosta), dengan disertai kesembuhan pada telinganya. Ia bekerja sama dengan Dr. Charles S. Price setelah kesembuhan adiknya yang mengalami kecelakaan fatal melalui penumpangan tangannya. Kerinduannya adalah mendukung segala upaya untuk kebaktian-kebaktian kebangunan rohani. Tahun 1951 ia mengatakan kerinduannya untuk membentuk FGBMFI kepada Oral Roberts. Allah meneguhkan kerinduannya itu melalui pengelihatan.
Peristiwa bersejarah itu diawali dengan pertemuan Morning Breakfast antara Shakarian dengan Oral Roberts . Dari pertemuan ini lahirlah FGBMFI, yang akhirnya berkembang menjadi pertemuan konvensi berskala besar, suatu organisasi penguasa Kristen yang dipenuhi Roh Kudus dan berbahasa Roh. Misi mereka adalah bersaksi kepada orang Kristen non Pentakosta dengan sarana majalah bulanan mereka yang bernama Voice.[7]
Kelahiran gerakan Kharismatik semakin kuat dengan kehadiran David J. Du Plessis. Pelayanannya diawali oleh nubuat Smith Wigglesworth di Afrika Selatan (1936). Ia mempunyai kecakapan dan kedalaman teologi yang luar  biasa, sehingga ia sering diundang menjadi penceramah di perguruan-perguruan teologi ternama. Pada 1951 ia bersaksi bahwa Tuhan memanggilnya untuk pergi dan memberi kesaksian kepada para World Council of Churches/ DGD. Ia mewakili kalangan Pentakostal dan Kharismatik karena pada kesempatan itu digunakannya untuk memperkenalkan gerakan atau aliran Pentakostal dan pembaruan Kharismatik di lingkungan gereja-gereja protestan arus utama.[8]
Awal publikasi kelahiran Gerakan Kharismatik dimulai di kalangan Episkopalian tahun 1959 saat John dan Joan Baker mengalami baptisan Roh Kudus dengan tanda bahasa Roh, disusul oleh Dennis Bennet dan Frank Maguire pada tahun yang sama, Bennetlah yang pertama kali mengumumkan pengalaman Kharismatiknya di hadapan anggota jemaat gereja lokalnya di Van Nuys yang menyebabkan pemecetannya (tahun 1959). Setelah itu ia ditawari mengembalakan gereja St. Luke, gereja yang nyaris tutup karena mengalami kemunduran. Akhirnya, gereja ini menjadi pusat penyebaran gerakkan Kharismatik di seluruh Amerika.[9]
Khusus di AS, kemunculan gerakan ini, perkembangan gerakan Kharismatik berlangsung dalam beberapa tahap. Kita akan meninjau tahap demi tahap, sambil mengaitkannya dengan perluasan ke negeri-negeri lain termasuk ke Indonesia, juga dengan mengandalkan beberapa literatur yang sudah diacu diatas.
1.2.1.      Tahap Pertama (1960-1967), khusus di lingkungan Protestan
Peristiwa yang membuat khalayak ramai sadar akan munculnya sebuah gerakan baru yang disebut pembaruan Kharismatik, dan yang lazim diacu sebagai penanda kemunculan gerakan ini, berlangsung di lingkungan gereja Episcopal di sekitar kota Los Angeles-California. Pada 1959 sepasang suami-istri yang masih muda, John dan Joan Baker, anggota jemaat Episcopal di Monterey Park, di pinggiran Los Angeles, menerima baptisan Roh, yang ditandai oleh ‘Berbahasa Roh’ setelah bersentuhan dengan kalangan Pentakostal. Segera menyusul sekitar sepuluh orang lagi, lalu mereka berhimpun mengadakan kebaktian tersendiri. Pendeta setempat, Frank Maguire, menjadi bingung dan merasa terganggu, lalu berkonsultasi dengan rekannya, Pendete Dennis Bennett, dari jemaat tetangga St. Markus di Kota Van Nuys. Pada November 1959 malah kedua Pendeta itu ikut mendapat Baptisan Roh. Benner segera membagikan pengalaman itu kepada warga jemaat dan anggota majelisnya yang berminat, dan pada musim semi tahun 1960 sekitar 70 orang, termasuk tokoh-tokoh penting dan pemegang posisi kunci di jemaat itu, mendapat Baptisan Roh. Sementara itu, tanpa diketahui oleh kedua jemaat tadi, sekelompok kecil di jemaat Episcopal St. Lukas di Monrovia, masih di kawasan pinggiran Los Angeles, pada musim gugur tahun 1959 juga mendapat karunia berbahasa roh, menafsirkannya, dan bernubuat.
1.2.2.      Tahap Kedua (1967-1977), khusunya di lingkungan GKR
Pada tahap kedua ini, yang juga sering disebut tahap pemantapan dan puncak perkembangan, gerakan/pembaruan Kharismatik semakin meluas ke seluruh gereja historis-tradisional atau arus utama. Tetapi pada bagian ini kita terutama akan membicarakan terobosannya di lingkungan Gereja Katolik Roma (GKR), karena perkembangan gerakan ini di GKR pada periode ini sangat pesat sekaligus unik. Secara individual sebenarnya sebelum 1967 sudah ada beberapa warga dan imam Katolik yang menerima Baptisan Roh, antara lain mereka yang mengunjungi jemaat Episcopal yang dilayani Pendeta Bennet di Seattle tersebut di atas. Tetapi dalam bentuk massal, yang lazim disebut Pembaruan Kharismatik Katolik (PKK), awal gerakan ini di GKR berlangsung di Universitas Duquesne, Pittsburgh-Pennsylvania, dan Universitas Notre Dame, South Bend-Indiana, sejak Februari 1967. Kehadiran dan perkembangan di lingkungan GKR ini menjadi unik dan berbeda dari yang terjadi di lingkungan Protestan, antara lain karena:
1.      Peristiwa-peristiwa yang menandai kehadiran gerakan ini berlangsung di lingkungan perguruan tinggi; jadi kalangan Kharismatik pertama di lingkungan GKR adalah orang-orang berpendidikan tinggi. Ini sekaligus menepis cemoohan bahwa gerakan Kharismatik bersifat anti-intelektual.
2.      Pelopor-peloprnya, yang kemudian menjadi pemimpin-pemimpin PKK, adalah kaum awam muda; para imam lebih berperan sekedar sebagai penasihat rohani dan teologi.
3.      Para pemimpin awam ini tiga-empat tahun sebelumnya telah bersama-sama bekerja dan beribadah di lingkungan kampus, sehingga gerakan ini jadi sangat padu-hal yang tidak terdapat di gereja-gereja lain.
4.      Para pelopor ini sebelumnya telah sangat kuat dipengaruhi serangkain debat, etos, dan dekrit Konsili Vatikan II (1962-1965) yang ketika itu baru saja berakhir.
1.2.3.      Tahap Ketiga (1977 dst.)
Tahap ini, khususnya di AS, sering juga disebut tahap Konsolidasi. Istilah Konsolidasi di satu sisi bisa berarti bahwa gerakan ini semakin mewujud-nyata sebagai salah satu persekutuan keagamaan yang masuk kategori arus utama. Di sisi lain itu berarti bahwa gerakan ini sudah semakin ‘kalem’ dan ‘tenang’ berdiam di dalam gereja-gereja arus utama; tidak lagi meledak-ledak dan bergegap-gempita seperti ‘saudara-tuanya’ kalangan Pentakostal, melainkan bekerja secara tersembunyi membawa pembaruan dalam kehidupan gereja. Tetapi dari penampilan lahiriah dan secara kuantitatif, keadaan ini bisa pula ditafsirkan sebagai pertanda bahwa gerakan Kharismatik sudah mengendor; masa puncak perkembangannya sudah berlalu.[10]
1.3.Tokoh-tokoh Aliran Kharismatik
1.3.1.      Demos Shakarian
Shakarian adalah seorang milyuner, pengusaha peternakan di California, berasal dari keluarga imigran Armenian. Di negeri asalnya mereka sudah mengenal praktek berbahasa roh.[11] Shakiran adalah seorang pelopor sebuah organisasi yang merupakan pemicu lahirnya Kharismatik ini.[12] Di California bagian selatan ia mendirikan Full Gospel Businessmen’s Fellowship International, sebuah organisasi interdenominasional yang terdiri dari para usahawan.[13] Peristiwa bersejarah itu diawali dengan Pertemuan Morning Breakfast antara Shakiran dan Oral Roberts dalam suatu konvensi nasional perdana para pelayan kesembuhan ilahi tahun 1953, dimana Oral Roberts menjadi pembicaranya.[14] Didirikan untuk mendorong orang-orang terbuka kepada Roh walau tetap setia kepada gereja mereka. Pada 1951, pusat pertama FGBMFI diresmikan di Los Angeles dimana kelompok itu secara teratur bertemu di Clifton’s Cafetaria pada hari sabtu pagi. Pada pertengahan tahun 1960-an, organisasi ini dinyatakan telah mendirikan lebih dari tiga ratus pusat dengan keanggotan yang diperkirakan mencapai seratus ribu orang percaya. PGBMFI mengambil gagasan tentang kuasa injil untuk menyembuhkan serta melepaskan dan tentang baptisan Roh Kudus. Kontribusi Shakarian meyakinkan komunitas bisnis elite di dalam denominasi sangatlah besar karena karakter oikumenisnya serta kemampuannya dengan mudah mendanai pengkabaran Injil, menerbitkan literature dan mendelegasikan para pekabar injil di seluruh dunia (para penginjil penyembuhan) telah membuat organisasi itu menjadi suatu alat yang kuat dalam pengkabaran injil.[15]
1.3.2.      David J. Du Plessis
Kelahiran gerakan Kharismatik semakin kuat dengan kehadiran David J. Du Plessis.[16] Du Plessis lahir 1905 di Afrika Selatan di lingkungan Hugenot (Protestan) Prancis. Du Plessis sering disebut sebagai “Bapak Pentakosta” dan merupakan tokoh utama dalam kekristenan pada abad XX.[17] Ia mengalami pertobatan versi injil pada tahun 1916 dan menerima baptisan Roh tahun 1918 di salah satu gereja Pentakostal  di Afsel, sementara ia dan orang tuanya masih merupakan anggota Reformed Belanda. Hal ini membuat mereka dikeluarkan dari gereja itu, karena paham dan Gereja Pentakostal di nilai gereja itu bersifat keskretariatan dan sesat. Du Plessis menjadi pendeta Gereja Pentakostal itu, bahkan menjadi seorang pemimpin tertingginya, kendati tanpa pendidikan teologi yang formal, sama seperti kebanyakan pendeta Pentakostal pada masa itu. Sejak tahun 1949 ia menetap di AS dan menjadi pendeta gereja “The Assemblies of God”. Ia mempunyai kecakapan dan kedalaman teologi yang luar biasa, sehingga ia sering di undang menjadi memberi ceramah di perguruan-perguruan teologi ternama. Pada tahun 1951 ia bersaksi bahwa Tuhan memanggilnya untuk pergi dan memberi kesaksian kepada para World Council of Churches/ DGD. Ia mewakili kalangan Pentakostal dan Kharismatik karena pada kesempatan itu digunakannya untuk memperkenalkan gerakan atau aliran Pentakostal dan pembaruan Kharismatik di lingkungan gereja-gereja Protestan arus utama.[18]
1.3.3.      Dennis Bennett
Orang ketiga yang berperan besar dalam kelahiran gerakan Kharismatik ini semula melayani di Gereja Kongregasional sejak tahun 1949-1950 di San Diego, California. Tetapi kemudian ia menjadi vikaris di Paul’s Episcopal Church, serta menjadi imam (tahun 1952) di situ, dan menjabat rektor di St. Mark’s Episkopal Church di Van Nuys, California (tahun 1953). Setelah ia dipecat dari gereja terakhir karena ia mengalami baptisan Roh Kudus, ia ditawari menggembala di gereja St. Luke’s Episcopal Church, gereja yang nyaris ditutup karena mengalami kemunduran.[19] Pada suatu minggu di tahun 1960, dia mengumumkan bahwa dia dan beberapa jemaat mengalami baptisan Roh Kudus dan berbicara dalam bahasa Roh.[20] Akhirnya gereja ini menjadi pusat penyebaran gerakan Kharismatik di seluruh Amerika. Ia juga mendirikan Episcopal Charismatic Fellowship.[21] Sebuah gereja terkenal dengan ritual penyembahannya yang agung. Dan Christian Renewal Association sebuah badan antar denominasi untuk penginjilan, kesembuhan dan pembaruan gereja. Bennet lahir di London. Mereka berdua menulis beberapa buku diantaranya The Holy Spirit and You (1971). Bennet adalah tokoh yang amat disegani sebagai perintis kegerakan rohani Kharismatik abad ke XX.[22]
1.3.4.      Agnes Sanford
Agnes Sanford adalah anggota gereja Episcopal dan ordo Santo Lukas, yakni yang berupaya memajukan pemulihan “Praktik penyembuhan rasuli sebagaimana diajarkan dan diperagakan Yesus Kristus”. Selama bertahun-tahun ia giat melaksanakan pelayanan penyembuhan, dan sambil menyelenggarakan serangkaian konferensi yang bertema “Kuasa Roh Kudus bekerja di dalam diri banyak orang untuk memberi kesembuhan atas penyakit fisik, mental, dan sosial”. Setelah bertahun-tahun mengalami depresi, Sanford mengaku telah mengalami kesembuhan Ilahi dan ia memiliki karunia kesembuhan.[23] Tahun 1953 ia percaya bahwa Roh Kudus memberinya kuasa yang dahsyat dan mendapat karunia bahasa Roh. Bukunya antara lain; The Healing Light Gifts of the Spirit dan The Healing Power of the Bible.[24]
1.4.Paham-paham Aliran Kharismatik
1.      Berpumpun pada Yesus
Kesaksian tentang Baptisan Roh secara konstan mengacu pada perjumpaan dengan Yesus, penyerahan yang lebih mendalam kepada Yesus, dan penerimaan yang lebih penuh akan Yesus sebagai Tuhan. Pumpunan pada Yesus ini diungkapkan dalam keyakinan bersama bahwa Yesus adalah Pemberi Baptisan Roh Kudus. Yesus dihayati pula sebagai Tuhan yang hadir pada jantung setiap ibadah Kristiani, Tuhan yang berbicara pada masa kini melalui Firman, membebaskan manusia dari si jahat, memberi kesembuhan dan seterusnya
2.      Pujian
Hasil pertama dari kedatangan Roh Kudus lewat Baptisan Roh adalah luapan pujian dari lubuk hati orang-orang percaya. Hasilnya, orang percaya memiliki kemampuan baru untuk memuliakan Allah, sebagaimana tampak dalam lagu-lagu pujian Kharismatik yang spontan, dan yang – pada sebagian- dilambangkan oleh pemberian karunia berbahasa lidah. Berbarengan dengan luapan pujian baru, yang dalam hal jumlah mungkin tidak ada bandingnya di sepanjang sejarah.
3.      Kecintaan pada Alkitab
Gerakan Kharismatik melakukan pendekatan pemahaman Alkitab secara Intutif. Artinya, dasar dan titik tolak memahami Alkitab adalah penghayatan, keyakinan dan naluri spiritualitas yang dimiliki oleh seorang. Pemahaman yang berdasarkan analisa berpikir, dengan mengandalkan pertimbangan-pertimbangan rasional dan dengan memanfaatkan hasil penelitian historis, arkeologis dan penelitian ilmiah lainnya sama sekali tidak dipergunakan dalam memahami Alkitab. Akan tetapi penghayatan secara intutif lebih diyakini sebagai kebenaran mutlak. Berdasarkan pendekatan intutif itu maka Alkitab dipahami:
1.      Alkitab adalah wahyu murni dari Allah sesuai dengan pemahaman pengilhaman.
2.      Sebagai fakta dan data, Alkitab tidak mungkin salah. Apa yang sudah tertulis dalam Alkitab, seperti nama seseorang, nama tempat, kronologis peristiwa dan keterangan lainnya dipahami sebagai suatu kebenaran yang tidak mungkin salah.
3.      Isi Alkitab adalah perintah, sabda langsung dari Allah. Semua perkataan, kalimat yang ada di dalam Alkitab dipahami sebagai rekaman pendiktean, ucapan langsung Allah, yang kemudian dibuat dalam bentuk tulisan.
4.      Semua ilmu pengetahuan dan upaya memahami hal-hal yang terjadi dalam kehidupan masa kini dapat di rujuk dan didasarkan kepada isi Alkitab. Alkitab seolah-olah telah berbicara dan mengatakan apa yang terjadi di dalam kehidupan dan peristiwa yang terjadi setiap zaman.
5.      Isi Alkitab dipahami sudah sangat jelas, dan mempunyai kuasa, otoritas, terhadap berbagai pemahaman lainnya.[25]
4.      Allah Berbicara hari ini
Allah berbicara kepada umat-Nya, sebagai persekutuan maupun pribadi, sama langsungnya dan seringnya dengan pada abad kristiani yang pertama. Orang-orang yang mendapat baptisan Roh mendengar suara Tuhan. Mereka mengalami bahwa Tuhan berkomunikasi dan menuntun mereka secara langsung melalui cara-cara yang menarik perhatian, mengagetkan, membingungkan, menimbulkan rasa tidak senang pada orang Kristen lainnya. Lewat pengalaman ini mereka mengenal Allah sebagai Bapa yang penuh kasih, yang menyapa anak-anak-Nya dan menyatkan bahwa mereka adalah ahli waris-Nya.
5.      Penginjilan
Kedatangan Roh Kudus melalui Baptisan Roh memimpin kepada penginjilan. Bagi sebagian hal ini mendorong mereka untuk menginjili secara lebih efektif lagi, sedangkan bagi sebagian merupakan dorongan menginjili untuk pertama kalinya. Sama seperti orang-orang Kristen yang dibaptis di dalam Roh menerima kemampuan baru untuk berbicara secara bebas kepada Allah di dalam pujian, begitu juga mereka memiliki kemampuan dan kebebasan baru untuk berbicara kepada orang lain tentang Tuhan.
6.      Kewaspadaan akan si jahat
Kehadiran pembaruan Kharismatik melalui Baptisan Roh diikuti dengan kesadaran baru akan realitas Setan dan kuasa si jahat. Kaum Kharismatik memandang hal ini seturut dengan pola pengalaman Yesus sendiri, di mana pencobaan di padang gurun disusul oleh Baptisan di sungai Yordan. Kesadaran ini membuat acara pengusiran  setan menjadi penting dan dianggap relevan di lingkungan Kharismatik.
7.      Karunia-karunia Roh
Hal yang paling banyak disebut sebagai ciri Kharismatik adalah karunia-karunia Roh yang terdapat dalam 1 Korintus 12:8-10, dalam bentuk yang lebih pendek dan yang hanya mencakup 5 karunia, yaitu:
1.      Karunia berkata-kata dengan Hikmat.
2.      Karunia berkata-kata dengan Pengetahuan.
3.      Karunia untuk Menyembuhkan.
4.      Karunia untuk mengadakan Mujizat/Bernubuat.
5.      Karunia untuk membedakan bermacam-macam Roh.
6.      Karunia untuk berkata dengan Bahasa Roh.
7.      Karunia untuk menafsirkan Bahasa Roh.
8.      Pengharapan Akhir Zaman
Kerinduan kalangan Kharismatik pada umumnya akan kedatangan Kristus kedua kali pada akhir zaman sangat kuat. Sebagian membayangkan bahwa hal itu akan terjadi segera, tetapi keyakinan yang beredar lebih luas adalah bahwa sejarah dunia ini sedang menuju pada puncaknya, dan umat kristiani lewat doanya, “Datanglah ya Tuhan Yesus”, dengan sungguh-sungguh merindukan penggenapan segala sesuatu.
9.      Kuasa Rohani
Unsur ini disebut paling belakangan, karena ia ini justru merangkumi seluruh aspek pandangan dan praktik gerakan Kharismatik. Kuasa rohani yang mendampingi Baptisan Roh mewujud-nyata dalam kemampuan memuji Allah, menginjili, mengusir, dan mengalahkan si jahat, serta mempraktikkan karunia-karunia Roh. Kuasa rohani ini dialami sebagai karunia dari Tuhan  Yesus yang bangkit, mengalir dari kepatuhan pada Firman Allah dan mewujud dalam setiap bentuk pelayanan kristiani, termasuk di dalam pemberitaan Firman dan pelayanan sakramen.[26]
1.5.Ciri-ciri Aliran Kharismatik
1. Bukan orang Kristen tanpa bahasa lidah
2. Baptisan Roh ditegaskan
3. Keabsahan Bahasa Lidah
4. Menegaskan Esensialitas Karunia Rohani dalam Misi
1.6.Perbedaan Aliran Kharismatik dengan Pentakosta
Dari seluruh uraian terdahulu, termasuk dari data statistik di atas, yang masih harus diuji keabsahannya, bisa muncul kesan bahwa kaum Pentakostal dengan kaum Kharismatik tak bisa dibedakan/dipisahkan, atau paling tidak sangat akrab satu sama lain. Dalam banyak hal dan perkembangan awalnya memang demikian, sehingga tak sedikit dari kalangan Pentakostal yang mendaku bahwa gerakan Kharismatik antara lain merupakan buah pekerjaan mereka atau bagian dari keberadaan dan sejarah mereka. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya terlihat beberapa perbedaan yang penting dan mendasar, yang membuat banyak kalangan Pentakostal merasa bahwa kaum Kharismatik bukan [lagi] bagian mereka, antara lain:
1.6.1.      Latar belakang dan Lingkungan Sosial
Gerakan Pentakostal, sekurang-kurangnya pada mulanya, merupakan gerakan masyarakat pekerja kelas bawah dari segala jenis ras dan warna kulit (namun  kulit hitam, termasuk ‘muatan budaya Afrika’nya, cukup dominan). Sedangkan gerakan Kharismatik (terutama di AS) lebih didominasi oleh masyarakat kulit putih dari kelas menengah ke atas.
1.6.2.      Latar belakang Pendidikan
Gerakan Pentakostal untuk waktu yang cukup lama-bahkan di banyak negara hingga kini-terlihat sebagai gerakan masyarakat kurang berpendidikan, dan karena itu terkesan anti-intelektual. Sedangkan kaum Kharismatik justru sebagian besar dari kalangan berpendidikan tinggi. Ini membuat kaum Kharismatik lebih agresif dan lebih percaya diri dalam pergaulan di dalam dan di luar lingkungan gereja, sementara kaum Pentakostal lebih banyak mengurung diri dalam persekutuan yang eksklusif.
1.6.3.      Kadar ‘kesucian’
Sebagai pelanjut gerakan kesucian, kaum Pentakostal memelihara kesucian dan penjauhan diri dari ‘dunia yang penuh dosa’ melalui penanaman nilai-nilai moral yang ketat. Sedangkan kalangan Kharismatik, oleh karena latar belakang denominasionalnya yang beraneka-ragam dan karena latar belakang sosial ekonominya tadi, tidak terlalu ketat mengurusi soal-soal seperti itu.
1.6.4.      Pemahaman atas Baptisan Roh dan Karunia Roh
Bagi kaum Pentakostal, Baptisan Roh tak bisa tidak harus disertai oleh karunia berbahasa lidah. Sedangkan bagi kaum Kharismatik, kendati Baptisan Roh juga merupakan pengalaman rohani yang mutlak, namun tidak mesti disertai oleh bahasa Roh. Sebab bagi kaum Kharismatik bukan itu saja yang merupakan karunia utama. Perbedaan ini bagi pengamat tertentu sekaligus menunjukkan bahwa kaum Pentakostal dalam arti tertentu masih mempertahankan ciri sektariannya, sedangkan kaum Kharismatik lebih menampilkan diri sebagai persekutuan antar-denominasi (bahkan sering menyebut diri sebagai persekutuan oikumenis).
1.6.5.      Corak dan Suasana Ibadah
Di lingkungan Kharismatik yang berlatar belakang atau sangat di denominasi oleh kaum Pentakostal, corak dan suasana kebaktian tidak ada bedanya dengan yang terdapat di gereja-gereja Pentakostal. Seperti telah kita lihat, salah satu faktor penentu corak dan suasana kebaktian yang demikian adalah ‘muatan kultural-psikologis Afrika’ di kalangan kulit hitam: mereka menghayati ibadah sebagai ungkapan pembebasan dari keadaan tertekan dan tertindas secara sosial, ekonomi, dan politik, sehingga kebaktian penuh dengan luapan emosi yang spontan. Padahal kaum Kharismatik yang berlatar belakang gereja arus utama dan tingkat sosial-ekonomi tinggi, corak dan suasana seperti itu kurang menyenangkan, bahkan menimbulkan perasaan kurang nyaman. Karena itu, di berbagai persekutuan Kharismatik ungkapan-ungkapan emosional dan spontan sangat dibatasi, agar hal itu tidak menjadi penghalang bagi orang yang tidak terbiasa akan hal itu untuk bergabung ke dalamnya.[27]
1.7.Tantangan Aliran Kharismatik
Kekristenan Kharismatik mempunyai banyak hal untuk ditawarkan kepada Gereja Tradisional. Kebutuhan untuk saling bekerja sama seperti itu merupakan kebutuhan yang paling mendesak dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman Kharismatik. Nilai-nilai dan model-model ‘Kharismatik’ telah berkembang selama bertahun-tahun. Dengan kecenderungan eklesiologis baru yang dibentangkan tersebut, kita perlu menanggapinya secara cerdas dan kritis. Beberapa dari kecenderungan-kecenderungan ini, sebagaimana telah dibahas, mempunyai kaitan-kaitan teologis yang lemah. Beberapa dengan jelas terlalu sederhana dan kurang berbobot dalam esensinya. Aliran-aliran Kristen Kharismatik sekarang ini cenderung untuk tidak mempedulikan hal-hal fundamental dalam eklesiologi, yaitu ‘koinonia’, hakikat gereja yang inklusif dan mempertahankan keseimbangan antara ‘teologi penderitaan’ dan ‘teologi kemenangan’.[28]
1.8.Perkembangan Aliran Kharismatik di Dunia[29]
Terobosan awal terbesar dari gerakan ini adalah di kalangan Episcopal. Tetapi segera menyusul di lingkungan Protestan arus utama lainnya, yaitu Methodis, Lutheran, Presbyteran, dan Mennonit. Di beberapa gereja atau jemaat cukup banyak warga dan rohaniawannya yang menyambut positif, bahkan menerima baptisan Roh. Contoh gereja The American Lutheran Church (ALC) antara lain lewat tokohnya, pendeta Larry Christenson, dari kota San Pedro-California. Oleh karena pengaruh dan kepemimpinan Christenson di dalam ALC sangat kuat, pada tahun 1962 gereja itu membuat pernyataan resmi menyangkut pembaruan dan kebangunan Kharismatik, dan itu menjadi pernyataan resmi pertama dari gereja arus utama tentang hal itu. Reaksi yang lebih keras dari kalangan Lutheran dikeluarkan oleh The Lutheran Church-Missiouri Synod (LC-MS). Sebagian besar warga jemaat dan pendetanya menerima Baptisan Roh maupun karunia nubuat. Dari AS gerakan ini dengan cepat meluas dan mendapat sambutan hangat di seluruh dunia, terutama ke lingkungan gereja-gereja mapan, seperti misalnya Gereja Anglican di Inggris, Australia di Selandia Baru, gereja-gereja Lutheran di Jerman dan Skandanavia, dan juga ke banyak gereja penginjilan berbagai lembaga zending Eropa di Asia (termasuk Indonesia). Sama seperti tahap perintisan (sebelum 1960), pada tahap ini pun sangat besar peranan media cetak bersama dengan sejumlah lembaga penerbitan yang khusus dibentuk untuk memajukan dan meluaskan gerakan ini ke seluruh dunia.
1.8.1.      Perkembangan Kharismatik di Indonesia
Untuk Indonesia sendiri, gerakan Kharismatik mulai masuk pada bagian kedua tahun 1960-an melalui penginjil-penginjil dari Amerika Serikat dan Eropa, tetapi pengaruhnya baru menonjol pada dasawarsa berikutnya. Latar belakangnya adalah kenyataan gereja-gereja yang kurang tanggap terhadap kebutuhan rohani warga jemaat yang terkait dengan perkembangan masyarakat. Dasawarsa pertama setelah G30S/PKI (1965) ditandai dengan pembangunan nasional oleh pemerintah Orde Baru yang memberi tekananan pada pembangunan ekonomi. Pembangunan ini memperhadapkan suatu kejutan, khususnya di kota-kota besar, yang diperumit oleh kontrol politik yang ketat dari pihak militer dan oleh ketegangan tersembunyi antar-penganut agama-agama yang berbeda, khususnya antar Islam dan Kristen. Ada kebingungan dan kekosongan rohani. Orang mencari kepastian dan pegangan hidup, tetapi pelayanan gereja berlangsung secara statis seperti sediakala: kurang penggembalaan, khotbah hambar dalam kebaktian yang tidak menyapa hati warga jemaat.[30]
1.9.Gereja-gereja Beraliran Kharismatik di Indonesia[31]
1.      Charismatic City Church (CCC)
2.      Charismatic Worship Service (CWS)
3.      Gereja Bethany Indonesi (Bethany)
4.      Gereja Bethel Indonesia (GBI), termasuk anggota PGI tetapi belum seluruhnya.
5.      Gereja Bethel Tabernakel (GBT)
6.      Gereja Duta Injil
7.      Gereja Jemaat Kristus Indonesia (GJKI)
8.      Gereja Kemenangan Iman Indonesia (GKII)
9.      Gereja Mawar Sharon (GMS)
10.  Gereja Pelayanan Penyembahan Kharismatik (GPPK-CWS)
11.  Gereja Rumah Doa Segala Bangsa (GRDSB)
12.  Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA), termasuk ke dalam anggota PGI.
13.  Gereja Tiberias Indonesia (GTI Tiberias)
14.  Gereja Yesus Kristus Tuhan (Abbalove Ministries)
15.  Gereja Jemaat Kristen Indonesia (GJKI)_
II.                Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2016.
Baker, David I., Roh dan Kerohanian dalam Jemaat, Jakarta: BPK-GM, 1991.
Browning, W. R. F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2015.
Jonge, Christian de ,Gereja Mencari Jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 1993.
Lang, J. Stephen, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002.
Lumbantobing, Darwin, Teologi di Pasar Bebas, Pematang Siantar: L-SAPA, 2008.
Samuel, Wilfred J., Kristen Kharismatik, Jakarta: BPK-GM, 2007.
Silalahi, Djaka Christianto, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?, Yogyakarta: ANDI, 2001.
Sumber Lain:
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Karismatik diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 15.37.



[1] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 200.
[2] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 197.
[3] David I. Baker, Roh dan Kerohanian dalam Jemaat, (Jakarta: BPK-GM, 1991), 21.
[4] Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 53.
[5] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 244-245.
[6] Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 29.
[7] Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta: ANDI, 2001), 25-26.
[8] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 248-249.
[9] Ibid, 249-250.
[10] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 251-262.
[11] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 245.
[12] Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?, 25-26.
[13] Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, (Jakarta:BPK-GM, 2011), 28-29.
[14] Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta: ANDI, 2001), 25.
[15] Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, (Jakarta:BPK-GM, 2011), 28-29.
[16] Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta: ANDI, 2001), 26.
[17] J. Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002), 206.
[18]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 248-249.
[19] Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta:ANDI, 2001), 27.
[20] J. Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002), 204.
[21] Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta:ANDI, 2001), 27.
[22] J. Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002), 205.
[23] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 249-250.
[24] J. Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002), 204.
[25] Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2008), 210.
[26] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 272-273.
[27] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2016), 275-277.
[28] Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 74-75.
[29] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2016), 263-264.
[30] Jan S. Aritonang, Berbagai aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM, 2016), 265-266.
[31] https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Karismatik diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul 15.37.