Doktrin Kristologi secara lengkap

 Doktrin Kristologi (Tabiat dan kehendak: Ke-Ilahian dan Ke-Insanan)
Akar Masalah Timbulnya Ide Kristologi dan Munculnya Keragaman Ide Pada Abad 1-7
Konsili Efesus, kalcedon & Konstantinopel II-III

Sebagai umat Kristiani tentunya pemahaman yang paling didalami adalah ajaran tentang Kristus. Sehingga perlu mengetahui kesiapaan Yesus itu yang sebenarnya dan apa yang ia perbuat sehingga sangat mempengaruhi banyak orang.

Pengertian Kristologi
Kristologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Kristos” yang artinya Kristus dan “Logos” yang artinya ilmu pengetahuan, jadi Kristologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai Kristus.

Kristologi ialah menyelidiki kesiapaan Dia dalam diri-Nya sendiri dan artinya bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Masalah Kristologi merupakan soal khusus Kristiani, dalam kristologi ditanyakan bagaimana yang ilahi dan yang insani berhubungan satu sama lain dalam pribadi tertentu, yakni dalam diri Yesus Kristus.

Pertanyaan ini hanya diajukan oleh orang yang telah berjumpa dengan Yesus Kristus, dan dan yang kemudian ingin mengungkapkan iman kepercayaannya bahwa di satu pihak Yesus itu sungguh manusia, tetapi di lain pihak Allah sendiri hadir di dalam Dia, malahan bahwa Yesus sendirilah Allah.



Pandangan para Tokoh tentang Kristologi
Berikut ini adalah beberapa pandangan atau rumusan para tokoh yang berkisar pada abad I-VII, terhadap  pemahaman tentang Kristologi. Tokoh tokoh tersebut adalah:

A. Ignatius dari Antiokhia (Abad I)
Ajarannya pada umumnya berbau ortodoks. Ia melawan ajaran-ajaran sesat,  seperti Dosetisme. Menurut dia, Yeus yang disalibkan adalah Allah yang menjadi manusia. Kristus sungguh-sungguh lahir dari dara Maria dan mati dibawah pemerintahan Pontius Pilatus. Kematian Kristus adalah sumber kehidupan orang percaya.

B. Marcion (Abad II)
Menurut Marcion, Tuhan Yesus yang diutus oleh Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia, tidak memiliki tubuh jasmani Ia hanya memiliki bentuk penampakan yang bersifat sementara atau memiliki tubuh yang semu. Ia tidak dilahirkan, tetapi Ia menampakkan diri dengan sokonyong-konyong.

C. Yustinus Martir (Abad II)
Bagi Yustinus, seluruh kebenaran adalah kebenaran Allah. Ia mengutib prinsip Yohanes tentang Kristus sebagai Logos, Firman. Allah bapa adalah kudus adanya dan terpisah dari manusia yang jahat. Namun melalui Kristus, Logos-Nya, Allah dapat berhubungan dengan manusia.  Ajarannya mengenai Logosdikatakan bahwa Logos dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Logos dalam Allah dan Logos yang keluar dari Allah. Yustinus melukiskan proses kelahiran Logos sebagai kelahiran tanpa pemisahan dan pengurangan terhadap hakekat Allah. Logos dilahirkan sebelum penciptaan dan keluar dari kehendak bebas Allah. Logos itu sudah ada diantara manusia sebagai benih-benih kebenaran.

D. Tertullianus (Abad III)
Ia mengatakan bahwa “Sabda telah menjadi daging” bukan berarti bahwa dengan demikian sabda ilahi bukan sabda ilahi lagi, seakan-akan mengalami perubahan hakiki, melainkan bahwa sabda manerima daging insani. Juga setelah menjelma menjadi manusia, Firman Allah tetaplah Firman Allah. Kalau Firman itu menerima daging menusiawi dan tetap tinggal Firman ilahi, maka hal ini berarti bahwa Yesus Kristus mempunyai dua kodrat atau substansi, yang bersifat utuh denga cirri dan coraknya sendiri. Masing-masing pula mempunyai fungsinya sendiri yang berbeda-beda. Sang Logos mengerjakan mukjizat, sedangkan kodrat insani menderita sengsara.

E. Origenes (Abad III)
Origenes beranggapan bahwa jiwa insani Yesus sudah ada sebelum inkarnasi. Jiwa insani Yesus sudah dalam keadaannya yang pra-ada dipersatukan dengan Logos ilahi. Persatuan itu demikian erat sehingga jiwa Kristus yang pra-ada itu memasukkan Logos seluruhnya kedalam dirinya, akibatnya dari Logoslah jiwa Yesus menerima terang  dan kemuliaanNya. Dan kareka kesatuan dengan Logos pula jiwa Yesus kehilangan kemampuan untuk berbuat dosa. Pada waktu inkarnasi, Logos yang sudah dipersatukan dengan jiwa Yesus itu masuk mkedalam tubuh Yesus. Sejak saat itu, jiwa Yesus memainkan peranan penengah antara Logos abadi dengan tubuh Yesus yang terbatas. Maksudnya, sebagaiman jiwa telah menampung Logos, begitu pula tubuh menerima jiwa, dan melalui jiwa itu menerima Logos juga. Dengan demikian menurut anggapan Origenes Yesus merupakan seorang manusia sungguh-sungguh, sama seperti manusia lainnya.

F. Athanasius (Abad IV)
Ia menjelaskan bagaimana Logos ilahi menjadi satu dengan kemanusiaan Yesus menyelamatkan manusia. Baginya Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia. Putra Allah adalah sehakekat dengan Allah Bapa. Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah dan hanya demikian Ia dapat menyelamatkan manusia.

G. Cyrillus (Abad V)
Cyrillus (Uskup Aleksandria 412-444) menyatakan bahwa hubungan antara tabiat keilahian dan kemanusiaan Kristus seperti hubungan antara susu dengan air: sifat khusus air tidak tampak lagi bila dicampur dengan susu. Begitu juga dengan sifat-sifat khusus dari kemanusiaan Kristus menjadi hilang ketika tabiat itu digabungkan dengan keilaahian Kristus, sehingga tubuh Kritus mengambil alih sifat-sifat ilahi, seperti kekekalan.

H. Santo Paulus (Abad V)
Dalam tulisannya terdapat tiga teks yang penting sebagai dasar biblis bagi ajaran tentang Kristus sebagaimana kemudian ditetapkan Gereja. Tiga teks itu ialah Gal. 4:4 dimana pra-eksistensi Yesus dinyatakan, dan Roma 1:3-4 serta Flp. 2:5-11 yang menyebutkan bahwa Yesus mempunyai dua cara berada, yaitu cara duniawi dan jasmani disatu pihak dan cara surgawi dan rohani di lain pihak. Menjurut yang pertama itu Yesus serupa denga kita manusia; menurut yang kedua, ia jauh melebihi kita. Menurut daging, Yesus Kristus berasal dari Daud; menurut Roh Kudus, Ia dinyatakan Anak Allah yang berkuasa.

I. Kaisar Heraklius (Abad VII)
Kaisar Heraklius pada tahun 638 mengeluarkan suatu dekret yang melarang barbicara selanjutnya satu atau dua daya (kerja). Sebab yang satu dan sama, Tuhan kita Yesus Kristus, mengerjakan baik apa yang ilahi maupun apa yang insan. Agar orang tidak berkesan bahwa pada Yesus Kristus ada dua kehendak yang berlawanan, maka kami (kaisar) mengakui adanya satu kehendak Tuhan kita Yesus Kristus, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.

J. Johanes dari Damsyik (Abad VII)
Ia mengatakan Kristus mempunyai dua kodrat. Tetapi, karena kedua kodrat-Nya mempunyai satu hypostatis (kepribadian), maka kita percaya bahwa hanya satu pribadi yang berkehendak yang berdaya dalam kedua kodrat tanpa perceraian, melainkan kesatuan yang utuh. Sebab dalam  betuk (kodrat) apapun ia berkehendak atau berdaya , selalu ada hubungan erat dengan kodrat yang lain.

Pengertian Konsili
Konsili dalam bahasa latin disebut “Concilium” yang artinya rapat perundingan sesuatu, dalam bahasa Yunani disebut “synodos” yang juga rapat atau pertemuan . Menurut KBBI konsili adalah musyawarah besar pembuka-pembuka gereja Khatolik . Jadi bisa disimpulkan bahwa konsili adalah sidang resmi para Uskup dan wakil beberapa gereja yang diundang dengan tujuan merumuskan suatu ajaran atau disiplin gereja .

Latar Belakang Konsili
Setelah penghambatan berakhir gereja dapat hidup dengan tentram, tetapi setelah tekanan dari luar berakhir mulailah pertikaian, Yang dipersoalkan ialah diri Kristus, yaitu hubungan-Nva dengan Allah Bapa dan Hubungan Tabiat Ilahi dan manusiawi di dalam diri Kristus (soal Kristologi), namun hal ini menimbulkan masalah, Filsafat Yunani- Roniawi memandang zat ilahi bertingkat-tingkat dan pemakaian filsafat itu sebagai wahana amanat Kristen akan menempatkan Kristus (dan Roh) dibawah Allah bahkan diluarnya. yang mana pokok persoalan mengenai Kristologi ialah bahwa dalam Alkitab dinyatakan dua hal mengenai Kristus yang juga tidak bisa disejajarkan dengan logis. Yang pertama ialah Kristus benar-benar Allah Tuhan. yang kedua ialah: Kristus benar-benar manusia (bnd. Mat 1:1, 4:2; GaL 4:4). akibatnya gereja terpaksa menertibkan kaum teolognya dengan menerima rumus yang wajib diterima semua orang percaya. Karena Nestorius mengabaikan hal yang pertama; Cynillius mengabaikan yang kedua  Nestorius adalah seorang Rahib yang berasal dan Siria. Pandangannya dipengaruhi oleh kristologi aliran Antiokhia . Pemikiran Nestorius bersumber pada Teologi Origenes, dan Cyrillus juga adalah seorang pengikut frenacus dan Athanasius . Cyrillus, patriakh Aleksandria, dengan teman-temanya adalah (golongan Alexandria) . Sehingga kaisar Theodosius II memanggil Konsili Efesus untuk mencari penyelesaian atas konflik antara Cyrillus dan Nestorius .

Konsili Efesus
Konsili Efesus dilatar belakangi oleh mencari penyelesaian atas konflik antara Cyrillus dan Nestorius.  Yang menjadi persoalan ialah: bagaimana eratnya hubungan antaia kemanusiaan dan keilahian dalam diri Kristus. Konsili Efesus inii merupakan Konsili Oikumenis yang ketiga yang dipanggil oleh Kaisar Theodosius untuk menyelesaikan persoalan Nestorius tahun 431. Konsili dibuka pada tahun 22 Juli 431 oleh Memmon, Uskup Efesus dan Cyrillus dari Aleksandria tanpa menunggu kedatangan Uskup dan Siria yang dipimpin oleh Yohanes dari Antiokhia . Dimana kelompok uskup-uskup yang menyokong Nestorius terlambat tiba di Efesus, Cyrillus yang sudah mendapat dukungan, menunggu 15 hari, lalu mulai Konsili dengan 200 uskup, Nestorius dipecat, empat hari kemudian kelompok Antiokhia tiba. Mereka menolak konsili dan Cyrillus dan membuat Konsili sendiri dan dimana Cyrillus yang dikutuk, jumblah yang ada 30 Uskup. Dan dua minggu kemudian delegasi dari Barat tiba dan mengesahkan Konsii Cyrillus .
Adapun tokoh dari konsili ini ialah:

  • Nestonius, Nestonius mengajarkan bahwa Yesus memiliki dua pribadi. Di sini terlihat letak kelemahan Kristologi Nestorius. Karena Kristologinya bertitik pangkal pada kemanusiaan Yesus, sulit bagi dia untuk menyatukannya dengan ke-Allah-an Yesus. Nestorius juga menjelaskan bahwa karya dan perbuatan Yesus saling terpisah; ada yang dilakukan hanya dengan kuasa Logos-Nya, dan yang lain dilakukan dengan kemanusiaan-Nya tidak menembus Keilahian-Nya (Contohnya, tentang kematian-Nya) . sebab Nestorius mengajarkan bahwa Yesus seakan-akan menjadi sebuah rumah kudus bagi logos Allah. Demikianlah Logos yang kekal itu dan oknum Yesus yang bebas dan yang dapat diubah itu, tinggal dua. Ada perbuatan-perbuatan Kristus yang dilakukan oleh logos (misalnya Mujizat-mujizat), ada lain pula yang hanya mengenai manusia Yesus (misalnya sengsara dan Kematian-Nya). Nestorius dan pengikut-pengikutnya, “golongan Antiokhia” namanya, menitik-beratkan kemanusiaan Kristus dan penceraian Kedua tabial-Nya. dan Kristus seolah-olah dibagi dalam dua oknum, yaitu ilahi dan insani. Dengan demikian Nestorius beranggapan bahawa Yesus bukan memiliki dua sifat dalam satu oknum, melainkan dua sifat dan dua oknum dalam Yesus Kristus (theophoros) 
  • Cyrillus, Cyrillus adalah Uskup Aleksardria pada tahun 412. Ia menggantikan Theopilus, pamannya di Aleksandria. Ia seorang yang sangat bersemangat anti-Nestorian pada konsili oikumenis yang ke-3 . Ia mengajarkan keesaan dan kedua tabiat Kristus, sambil menitik-beratkan tabiat ilahi. Akibatnya kemanusiaan Kristus kurang diperhatikan oleh Cyrillus. Katanya: Anak Allah menyelubungi dirinya dengan tabiat manusia, sehingga tabiat manusia yang tidak berpribadi itu telah hilang lenyap. Seperti setitik air susu hilang melebur dalarn samudra .
  • Hasil konsiLi Efesus: “oleh karenanya kami mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah, adalah Allah sempurna dan manusia sempurna, terdiri dari jiwa akali dan tubuh. Ia diperanakan dari sang Bapa sebelum sagala zaman, sebagai Allah, dan belakangan ini, demi kita dan keselamatan kita, Ia dilahirkan dari Anak dara Maria sebagai Manusia. Ia sehakekat (homoousios) dengan sang Bapa, sebagai Allah, dan sehakekat (homoousios) dengan kita, sebagai manusia. sebab ada kesatuan dua kodrat dan oleh Karena itu kami mengaku satu Knistus, satu Anak, dan satu Tuhan. Menurut pengertian bahwa kesatuan ini tidak mencampur-adukkan, kami mengaku bahwa anak dara kudus adalah theotokos (Bunda Allah), karena Allah firman menjelma menjadi manusia dan sejak pembuahan-Nya menyatukan pada diri-Nya baik yang diambil daripadanya (Maria) 

Konsili Calsedon
Konsili Chalcedon dipanggil oleh Kaisar Marcianus untuk menvelesaikan pensoalan Euthyches pada bulan Oktober 451 . Euthyches rahib di Mesir, menjadi penganut Mazhab Aleksandria dan tidak rnenyetujui pendirian Cyrillus. Yang mana mereka tetap mempertahankan bahwa Yesus kristus hanya ada satu kodrat (physis, ousia, hipostatis) seperti, menurut mereka diajarkan oleh cyrillus sebelum menghianati konsili Efesus. Bisa dikatakan Cyrillus sedikit banyak memberi angin kepada para rahib dari Euthyches .Adapun tokoh dari konsili ini ialah:

  1. Euthyces, yang memperuncing tedensi mazhab aleksandria, yang begitu menekankan, keilahian kristus, sehingga kemanusiaan-Nya tidak berarti apa-apa. paling tidak secara praktis kemanusiaan itu diserap oleh keilahian . Intinya bahwa Euthyces menyatakan bahwa Tuhan Yesus Kristus setelah kelahirannya hanya memiliki satu tabiat saja, yaitu tabiat Allah yang menjadi daging dan akhirnya menjadi manusia 
  2. Paus Leo, pokok Kristologi Leo itu adalah sebagai berikut: adapun diri (persona) Yesus Kristus, Allah dan manusia, ialah diri Firman Allah dan pra -existen. Yang satu dan sama serentak Allah sejati dan manusia sejati. Dan dirinya persona) hanya sam. Dua kodnat (natura) masing-masing dengan ciri —coraknya sendiri, bergabung dalam satu diri itu. dalam inkarnasi kedua kodrat itu tidak berubah dan keilahian tidak menyerap kemanusiaan. Kedua kodrat lengkap yang tetap berbeda itu menjadi pangkal serangkaian hal ihwal dan perbuatan yang berbeda, meskipun selalu selaras. Tiap-tiap kodrat (forma) mengerjakan apa yang sesuai dengan ciri-coraknya, namun selalu dalam persekutuan satu sama lain. firman mengerjakan apa yang khas bagi firman dan daging melaksanakan apa yang khas bagi daging. Dalam rumusan terakhir ini terungkap bahwa subjek segala sesuatu ialah Firman, sedangkan daging menjadi semacam alat pelaksana bagi Firman. Dan oleh karena ‘diri’(persona) satu dan sama saja. orang boleh mengatakan bahwa Anak Allah disalibkan dan anak manusia turun dari surga. Kemanusiaan Kristus, manusia yang lengkap dengan jiwa berakal, diciptakan karena diambilnya kemanusiaan itu oleh Firman. Jadi tidak ada kemanusian/manusia Kristus sebelum dipersatukan dengan firman atau lepas dari Firman.  

Keputusan konsili ini ialah: yang diterima oleh Konsili Chalcedon berbunyi sebagai berikut; maka dengan mengikuti para moyang suci, kaini sekalian sehati sepikir mengajar bahwa mengaku;: yang satu dan sama Anak, Tuhan kita Yesus Kristus, yang sama sepurna dalam keilahian dan sempurna dalam kemanusiaan, yang sama Allah sejati dan manusia sejati (yang terdiri) atas jiwa berakal dan badan, menurut keilahian sehakekat dengan Bapa, dan yang sama sehakekat dengan kita menurut kemanusiaan, dalam segalanya sama dengan kita selain dalam dosa; menurut keilahian dilahirkan dan Bapa sebelum (segala) zaman, tetapi menurut kemanusiaan pada hari-hari akhir yang sama (dilahirkan) dan perawan Maria, Bunda Allah, demi untuk kita dan demi untuk keselamatan kita yang satu dan sama Tuhan, Kristus, Anak Tunggal, (mesti) diakui dalam dua kodrat(en duo physesin), tak tercapur (asygkhytos), tak berubah (atreptos), tak terbagi (adiatretos), tak ter-pisah (akhoristos), dengan sama sekali tidak dihilanigkan perbedaan kodrat-kodrat karena satu pemersatuan, tetapi sebaliknya ciri-corak khas kodrat masing masing tetap aman, dan (kedua kodrat itu) bergabung dalam satu pribadi (prosopon) dan satu diri (hypostasis) tidak terbagi atau terpisah menjadi dua pribadi (prosopa), melainkan yang satu dan sama Anak Tuggal, Allah-Firman, Tuhan Yesus Kristus.

Konsili konstantinopel II
Mereka menolak Chalcedon dengan dua kodrat. Para Monofisit menguasai Mesir dan wilayah lain di Timur. Keberatan-keberaan mereka terhadap Chalcedon dapat dibagi dalam dua kelas: pertama, mereka berkeberatan bahwa beberapa bagian ajaran Aleksandria/ Cyrillus tidak ada dalam dalam hasil Chalcedon: yaitu rumusan” satu-satunya kodrat yang telah menjadi manusia”, istilah kesatuan Hypostatis” serta ide bahwa Kristus adalah “ satu dari dua kodrat”.

 Semua istilah itu terdapat dalam ajaran Cyrillus. Kedua, mereka berkeberatan terhadap bagian-bagian dan rumusan Chalcedon yang menurut mereka membagi-bagikan Yesus Kristus menjadi dua: yalta ungkapan “dalam dua kodrat” serta beberapa bagian karangan Leo . Konsili Chalcedon memang mengutuk Nestorius dan Euthyces, tetapi tidak mengutuk mereka yang dinilai sebagai biang keladi (Theodorus, Uskup Mopsuesta) atau pendukung serta pembela Nestorius (Theodoretus uskup Kyros, dan ibas uskup (Edessa)  . Oleh karena itu pada Lahun 553 Justianus memanggil konsili Konstantinopel, konsili oikumenis yang kelima. Konsili inii berusaha menenangkan para Monofisit dengan memberi tafsiran Rumusan Chalcedon menurut Cyrillus


Hanya karya-karya pertama mereka yang anti Cyrillius. Yang terpenting dari Konsili ini adalah bahwa Chalcedon harus ditafsir menurut tafsiran Aleksandria. Para uskup mengaku bahwa kita menerima keempat sinode yang kudus, yaitu: Nicea, Konstantinopel, Efesus, dan Chalcedon, kita telah menerima dan sekarang mengajar segala yang telah ditetapkan konsili-konsili tersebut mengenai iman yang satu itu. dan akhirnya, suatu rumusan Aleksandria yang sangat disukai para Monofosit.

 Diterima, yaitu: “barang siapa mempergunakan ungkapan” daiam dua kodrat”.... Mernakai angka (dua) untuk menceraikan kodrat-kodrat atau membuatnya menjadi kepribadian-kepribadian yang sebenarnya, terkutukah ia. “ barang siapa yang mempergunakan ungkapan “dari dua kodrat” atau ungkapan “satu-satunya kodrat Allah Firman yang menjadi manusia” dan tidak mengartikainya sebagaimana diajarkan oleh para bapa yang kudus... tetapi berusaha mengajarkan satu kodrat atau hakikat keallahan dan kernanusiaan Kristus, tekutuklah ia. Sebab, kalau kita mengajarkan bahwa firman, satu-satunya yang diperanakan, dipersatukan secara hypostatis (dengan kemanusiaan-Nya), maka kita tidak bemaksud bahwa ada semacam pelarutan timbal balik antara kedua kodrat. Barang siapa tidak mengaku bahwa Tuham kita Yesus Kristus, yang disalipkan dalam daging, sungguh Allah, raja Kemuliaan dan satu dari ketritunggalan yang kudus. terkutuklah ia

Konsili konstantinopel III
Konsili ini bersidang dan tahun 680 sampai 681. Konsili okumenis yang keenam ini menyatakan monotelisme ajaran sesat dan memutuskan bahwa sesuai dengan kedua kodrat ada juga kehendak pada Yesus Kristus, tetapi menambahkan bahwa keduanya itu “tak tercampur, tak berubah, tak terbagi, tak terpisah  .

Konsili ini juga menghasilkaan suatu rumusan iman. Rumusan ini menyatakan bahwa konsili dengan saleh telah menyetujui sepenuhnya kelima sinode yang kudus dan oikumenis. Setelah mengutip seluruh Rumusan Chalcedon , rumusan tersebut melanjutkan sebagai berikut:

kami. menyatakan pula bahwa di dalam diri Yesus Kristus ada dua kehendak yang kodrati dan dua daya yang kodrati tanpa perceraian, tanpa perubahan, tanpa pemisahan, tanpa pengadukan, menurut ajaran bapa-bapa rang kudus. Kedua kehendak kodrati tidak saling bertentangan, sebagaimana ditandaskan leh penyesat-penyesat yang durhaka. Akan tetapi kehendak insani-Nya mengikuti kehendak ilahi-Nya yang maha Kuasa ia tidak melawan atau segan nenuruti tetapi takluk.... Kami percaya bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah salah satu dan ketritunggalan dan Allah kita yang sejati, juga setelah menjadi manusia. kita nyatakan bahwa kedua kodrat-Nya bersinar dalam satu hypostasis, dan dalam bentuk ini ia mengadakan mujizat dan menderita sepanjang masa inkarnasi. ini bukan hanya kelihatan demikian, tetapi merupakan kenyataan, karena perbedaan kodrat yang harus diakui terdapat dalam atu hvpostasis. Walaupun berpadu, kedua kodrat mengkehendaki dan melakukan hal-hal yang patut baginya. Dan ini terjadi tanpa pemisahan dan tanpa pengadukan. Oleh sebab itu kami mengaku dua kehendak dan dua daya, yang bergabung satu dengan yang lain untuk menyelamatkan umat manusia . .


IV. Daftar pustaka
….. KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
Berkhof,Louis Teologi sistematika, Jakarta: Lembaga Reformed Injil Indonesia, 1998
Boehlke Robert R., Siapakah Yesus Sebenarnya?, Jakarta: BPK-GM, 2012
Browing,W.R.F. Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2009.
C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, Yokyakarta: Kanisius, 1992
Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Umum, Bandung: biji Sesawi, 2013
Curtis, A, Kenneth, Dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2015
End Th. Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2010
Enklaar H. Berkhof & I.H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2014
Hadiwijono, Harun Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2015
Jonar. S, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: Andi, 2014
Jonge, Christian De, Gereja Mencari jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
Lane Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2012
Millard J. Erickson, Teologi Kristen, Malang: Gandum Mas, 2003
Nico Syukur Dister, Teologi Sistematiak 1, Yokyakarta: Kanisius, 2004
Sproul,R.C. Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, Seminari Alkitab Asia Tenggara
Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1979
Verkuyl, J., Aku Percaya, jakarata: BPK-GM, 1995
Wellem, F.D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011
Wongso,Peter Kristologi (Doktrin tentang Kristus Malang: Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1990