Kesadaran Yesus Sebagai Anak Manusia dalam Era Refolusi 4.0
Meneliti Dan Menggali Kesadaran
Yesus Sebagai Anak Manusia Dan Refleksinya Dalam Menghadapi Dampak-dampak
Revolusi Industri 4.0
I.
Pendahuluan
Di dalam kitab Perjanjian Baru, Yesus menyebut
diri-Nya sebagai “Anak Manusia” di sepanjang masa pengajaran-Nya. Kadang Ia
menyebut istilah itu dalam kaitannya dengan kegiatan-kegiatan manusia, dan pada
kesempatan kali ini kami akan menjelaskan sedikit tentang bagaimana sebenarnya
kesadaran Yesus sebagai Anak Manusia dan refleksinya dalam mengahadapi
dampak-dampak revolusi industri 4.0, semoga sajian ini dapat menambah wawasan
dan menjadi bekal pengetahuan kita bersama. Amin, Tuhan Yesus memberkati.
II.
Pembahasan
2.1. Makna Yesus Sebagai Anak Manusia
Baca juga: Yesus Sebagai Mesias
Anak manusia arti dasarnya kemungkinan besar gelar ini merupakan terjemahan dari sebuah frase dalam bahasa Aram bar “enas” atau bar “enos”. Dalam tradisi pra-Kristen, frase ini sudah digunakan dibeberapa tulisan Siria dan Palestina. Di dalam tulisan-tulisan tersebut, anak manusia digunakan baik dalam arti generik (orang). Dalam injil tradisi, sebutan Anak Manusia adalah cara yang paling disukai Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri; bahkan itulah sebutan yang digunakan-Nya secara bebas. Di dalam injil sinoptik, anak manusia merupakan sebutan yang paling banyak digunakan oleh Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri (69 kali : 14 kali dalam Markus, 30 kali dalam Matius, 25 kali dalam Lukas). Hal ini menunjukkan bahwa sebutan anak manusia ini digunakan oleh Yesus sebagai semacam self-designation.[1] Kedua, sebutan itu tidak pernah dipakai oleh orang lain untuk menyebut Yesus. Ketiga, tidak ada bukti dalam Kisah Para Rasul atau surat-surat kiriman yang mengatakan bahwa gereja kuno menyebut Yesus dengan Anak Manusia.[2] Para bapa gereja memahami bahwa ungkapan itu pertama-tama ditunjukkan kepada kemanusiaan Anak Allah yang telah menjelma. Yesus adalah Allah- Manusia, Anak Allah dan Anak Manusia. Banyak diskusi lama dan tafsiran beranggapan bahwa hal ini merupakan ungkapan teologis dan pertama-tama menafsirkannya sebagai kemanusiaan Yesus dan identitas-Nya dengan manusia.[3]
Anak manusia arti dasarnya kemungkinan besar gelar ini merupakan terjemahan dari sebuah frase dalam bahasa Aram bar “enas” atau bar “enos”. Dalam tradisi pra-Kristen, frase ini sudah digunakan dibeberapa tulisan Siria dan Palestina. Di dalam tulisan-tulisan tersebut, anak manusia digunakan baik dalam arti generik (orang). Dalam injil tradisi, sebutan Anak Manusia adalah cara yang paling disukai Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri; bahkan itulah sebutan yang digunakan-Nya secara bebas. Di dalam injil sinoptik, anak manusia merupakan sebutan yang paling banyak digunakan oleh Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri (69 kali : 14 kali dalam Markus, 30 kali dalam Matius, 25 kali dalam Lukas). Hal ini menunjukkan bahwa sebutan anak manusia ini digunakan oleh Yesus sebagai semacam self-designation.[1] Kedua, sebutan itu tidak pernah dipakai oleh orang lain untuk menyebut Yesus. Ketiga, tidak ada bukti dalam Kisah Para Rasul atau surat-surat kiriman yang mengatakan bahwa gereja kuno menyebut Yesus dengan Anak Manusia.[2] Para bapa gereja memahami bahwa ungkapan itu pertama-tama ditunjukkan kepada kemanusiaan Anak Allah yang telah menjelma. Yesus adalah Allah- Manusia, Anak Allah dan Anak Manusia. Banyak diskusi lama dan tafsiran beranggapan bahwa hal ini merupakan ungkapan teologis dan pertama-tama menafsirkannya sebagai kemanusiaan Yesus dan identitas-Nya dengan manusia.[3]
2.2. Latar Belakang Anak Manusia
Anak Manusia bukanlah idiom yang asing dalam
Perjanjian Lama, dan hanya menyatakan manusia. Penggunaan ini sudah sering
dipakai, untuk menerangkan beberapa idiom Injil. Latar belakang Perjanjian Lama
yang mungkin adalah penglihatan Daniel tentang empat binatang dahsyat yang
berturut-turut keluar dari laut. Ini melambangkan empat kerajaan dunia
berturut-turut. Setelah itu, “Aku terus melihat tampak datang dengan awan-awan
dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada yang lanjut
usianya itu, dan ia di bawa kehadapan-Nya”. (Dan 7:13-4). Dalam ayat-ayat
berikutnya yang menafsirkan pengelihatan ini, orang yang seperti Anak Manusia
itu tidak disebutkan. Tempatnya diganti oleh “orang-orang kudus milik yang
mahatinggi”. Di dalam kitab kiasan Henokh, Anak Manusia telah menjadi sebutan
Mesias dari manusia surgawi yang pra-eksistensi yang turun ke dunia, duduk di
takhta penghakiman untuk membinasakan kejahatan dunia, melepaskan orang-orang
benar dan memerintah dalam satu kerajaan kemuliaan, pada waktu orang-orang
benar akan dipakaikan jubah kemuliaan, dan hidup serta masuk ke dalam
persekutuan yang penuh berkat dengan Anak Manusia untuk selama-lamanya.[4]
2.3. Kedatangan Anak Manusia
Yesus adalah anak manusia yang akan datang sebagai
utusan Allah untuk mengumpulkan umat-Nya dan bertindak sebagai hakim. Ia
dianugrahi kuasa untuk melakukan itu. Kuasa itu sudah dimiliki Yesus juga
ketika Dia berkarya di dunia dan tidak hanya Ia miliki pada akhir zaman ketika
Anak Manusia duduk di sisi kanan Allah. [5]
Dalam
perkataan-perkataan mengenai anak manusia kita melihat
adanya bukti yang kuat mengenai cara bagaimana Yesus memandang pada masa yang
akan datang. Bagi Yesus kedatangan yang kedua kali bukan merupakan suatu
kemungkinan, tetapi suatu hal yang pasti. Di dalam suatu perkataan-nya,
kedatangan yang kedua kali dihubungkan secara khusus dengan kerajaan Allah (Mat
16:28; Mrk 9:1), dan hal ini merupakan petunjuk untuk memperoleh pengertian
yang benar mengenai perkataan-perkataan lainnya tentang “kedatangan yang kedua
kali” pada masa depan. Diakui bahwa dalam masalah ini timbul persoalan
sehubungan dengan pengertian kata-kata itu.[6]
2.4. Yesus Sebagai Manusia Sejati Menurut
Kitab Injil Sinoptik
1.
Tulisan-tulisan Yohanes
Kitab injil ini lebih
banyak memberikan keterangan mengenai keilahian Yesus dibandingkan dengan
kitab-kitab injil sinoptik, dan kitab ini diawali dengan tulisan mengenai
keberadaan Yesus sebelum segala sesuatu ada. Namun sangat mengesankan bahwa
kitab injil ini juga berisi hal-hal yang jelas mendukung kemanusiaan Yesus.
Pernyataan dalam Yohanes 1:14 yang berbunyi “Firman itu telah menjadi manusia,
dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya”, di satu pihak
menekankan bahwa Anak Allahlah yang meyatakan diriNya melalui inkarnasi, di
lain pihak meyatakan kemanusiaanNya yang sama dengan kemanusiaan yang dapat
kita lihat. Di kuburan Lazarus, Ia merasa sangat terharu dan menangis (Yoh
11:33-35), kemudian sekali lagi Ia merasa susah hati setelah Ia masuk ke
Yerusalem (Yoh 12:27). Ia membasuh kaki murid-muridNya (Yoh 13:1 dst). Tidak
dapat diragukan lagi bahwa Yohanes ingin memberikan kesan bahwa apabila logos
(firman) menjadi manusia (daging), maka Ia benar-benar daging.Firman yang sudah
ada sebelum segala sesuatu ada itu telah menjadi manusia yang sejati.
2. Kisah
Para Rasul
Kisah Para Rasul 2:22
berbicara tentang Yesus sebagai “Yesus dari Nazaret, seorang yang telah
ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan
mujizat-mujizat dan tanda-tanda”. Mujizat penyembuhan yang pertama dilakukan
dalam nama Yesus dari Nazaret (Kis 3:6). Dalam Kisah Rasul 4:10, Ia disebut
“Yesus Kristus, orang Nazaret”. Sebutan itu dipakai juga oleh penuduh-penuduh
palsu yang melawan Stefanus (Kis 6:14). Menurut kesaksian Paulus megenai
pertobatannya yang ditulis dalam Kisah Para Rasu 22:8, Tuhan yang bangkit
memperkenalkan diriNya sebagai orang Nazaret. Hal-hal ini merupakan keterangan
yang secara jelas menunjukkan bahwa dalam sejarah, Yesus pernah hidup sebagai
manusia di desa Nazaret. Namun, harus diakui bahwa Kisah Para Rasul lebih
memusatkan perhatian pada kemuliaan Yesus yang tinggi, daripada tentang
hidupNya di dunia ini.
3. Ibrani
Dalam Ibrani 1:3,
penulis memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan, sesudah itu
ia memberikan perincian mengenai keadaan kemanusiaan-Nya sebagai berikut:
- Ia lebih rendah daripada malaikat dan
dalam misiNya, Ia memperhatikan manusia, bukan malaikat-malaikat (Ibr 2:9,16);
-
Ia mempunyai darah dan daging seperti saudara-saudaraNya (Ibr 2:14);
- Ia belajar taat
melalui penderitaanNya sebagai hasilnya, Ia dikatakan telah dijadikan sempurna
(Ibr 2:10, 5:8-9). Penulis surat Ibrani tidak memperlihatkan kebingungan
mengenai gagasan yang sejajar tentang keilahian Anak Allah degan kemanusiaan
yang sejati. Pada saat yang sama ia dapat memperlihatkan Anak Allah yang
mencerminkan kemuliaan Allah dan juga manusia yang dapat dicobai seperti kita,
dan dapat menunjukkan hal-hal tersebut dalam diri Yesus Kristus.
4.
Surat-surat Petrus
Dalam surat I Petrus,
kemanusiaan Yesus yang sejati diterima sebagai hal yang benar, dan tidak
diungkapkan secara panjang lebar lagi. Daam kematiaanNya Ia menanggung
dosa-dosa kita dalam tubuhNya pada kayu salib (1 Ptr 2:24). Karena inilah Ia
layak untuk menjadi teladan bagi kita (1 Ptr 2:21), dalam hal ini merupakan
suatu hal yang mustahil jika Ia tidak mengambil bagian dalam kemanusiaan kita.
Petrus menunjukkan bahwa “dalam keberadaanNya sebagai manusia”, Kristus dibunuh
karena dosa- dosa kita (1 Ptr 3:18). Dalam II Petrus 1:16 dst, terdapat bukti
langsung dari saksi mata atas peristiwa Yesus yang dimuliakan, walaupun perikop
ini tidak dapat dianggap sebagai bukti engkap tentang kemanusiaanNya karena hal
ini disebutkan untuk membuktikan kemuliaan Kristus yang agung. Yang penting
ialah bahwa kemuliaan itu terlihat dalam keadaan di dunia.
5. Kitab
Wahyu
Kitab ini berpusat pada
Kristus sorgawi yang telah bangkit, karena itu hanya ada sedikit penekanan pada
kemanusiaannya. Tetapi dalam penglihatan mengenai Tuhan yang telah naik itu
dalam Wahyu 1:13, Ia digambarkan sebagai “seseorang yang serupa dengan anak
manusia” (mengulangi bahasa dari Dan 7). KematianNya disebut dalam Wahyu 1:7;
1:18. KemanusiaanNya juga muncul dalam keterangan tentang Anak domba yang terluka.
Gambaran-gambaran ini cukup untuk mengenali Anak Domba yang menang sebagai Dia
yang sudah hidup di bumi dan mati untuk menyelamatkan manusia.
6. Paulus
Dalam surat-surat
Paulus, hanya terdapat sedikit keterangan mengenai pokok ini, tetapi kekurangan
itu sering dilebih-lebihkan, seolah-olah mendukung pendapat bahwa pendapat
Paulus tidak menaruh minat pada kehidupan Yesus sebagai manusia dalam sejarah.
Tetapi pandangan ini tidak dapat dipertahankan. Paulus mengetahui bahwa Yesus
adalah keturunan Daud (Rm 1:3). Ia diutus oleh Alllah pada waktu tertentu dan
dilahirkan oleh seorang wanita dan hidup di bawah hukum Taurat (Gal 4:4).
Paulus mengetahui tentang keluarga Yesus, hal ini terlihat pada waktu ia
menyebutkan Yakobus sebagai saudara laki-laki Tuhan ( Gal 1:19). Paulus tidak
memberikan gambaran langsung mengenai pribadi Yesus, demikian juga dengan para
penulis kitab-kitab injil. Namun demikian, ia sadar akan segi-segi tertentu
dari pribadi Yesus, yang cukup bernilai bagi tujuan kita. Ia berbicara tentang
kerendahan hati dan kelembutan Yesus ( 2 Kor 10:1).
Dari keterangan-
keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa rasul Paulus tentu sudah
memperoleh keterangan yang cukup luas mengenai Yesus sebagai manusia. Walaupun
keterangan-keterangan mengenai Yesus tidak banyak, namun sudah cukup untuk
memperlihatkan bahwa Paulus bukan tidak menaruh perhatian pada pentingnya
sejarah Yesus sebagai manusia.[7]
2.5. Pengertian Revolusi Industri 4.0
Merujuk beberapa literatur kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI), revolusi industri terdiri dari dua kata yaitu revolusi dan
industri. Revolusi berarti perubahan yang bersifat sangat cepat, sedangkan
pengertian industri adalah usaha pelaksanaan proses produksi. Apabila ditarik
benang merah maka pengertian revolusi industri adalah suatu perubahan yang
berlangsung cepat dalam pelaksanaan proses produksi dimana yang semula
pekerjaan proses produksi itu dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin,
sedangkan barang yang diproduksi mempunyai nilai tambah (value added) yang komersial.
Beberapa istilah yang digunakan dalam revolusi industri 4.0, adalah “ nama tren
otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini
mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan
komputasi kognitif”.[8]
2.6. Arti dan Makna Kesadaran Yesus Sebagai Anak
Manusia
Dalam kitab-kitab injil sinoptik kita mendapat tiga
gambaran mengenai Yesus dari Nazaret.
2.7. Refleksi Dalam Menghadapi Dampak-dampak
Revolusi 4.0
Revolusi industri merupakan sebuah perubahan cara
hidup manusia dan proses kerja secara fundamental, dimana adanya kemajuan
teknologi informasi dapat mengintergrasikan dalam dunia kehidupan dengan
digital yang dapat memberikan dampak disiplin ilmu. Munculnya revolusi industri
4.0 membuat wajah baru dalam fase kemajuan teknologi. Tekonologi ini berdampak
positif tergantung bagaimana individu dalam meminimalisir resiko dan peluang
yang muncul di transformasi revolusi industri 4.0 yang terjadi berbeda dengan apa
yang dialami manusia sebelumnya. [9]Menjadi manusia adalah
kehendak Allah terhadap Yesus, Yesus ingin sama seperti manusia. SekalipunYesus
menjadi anak manusia bukan berarti Dia bukan anak Allah. Perbuatan-Nya di dunia
telah Nampak nyata bahwa Dia langsung seperti manusia lainnya, dan dalam misinya
sebagai manusia nyata agar manusia hidup dalam kehendak-Nya. Allah menjadi manusia
karena begitu besar kasih-Nya sehingga Ia mengaruniakanAnak-Nya (Yesus) kebumi,
ini artinya Yesus anak Allah yang di tempatkan sama seperti manusia untuk menjalankan
misiNya, yang dimana ketika dia menjadi manusia dia menjadi “AnakManusia”
III.
Kesimpulan
Yesus mengklaim sebagai anak manusia surgawi yang
mulia yang datang dengan awan-awan untuk menghakimi manusia dan membawa
kerajaan yang mulia itu. Namun, sebelum manifestasi apokaliptis sebagai Anak
Manusia ini, Yesus adalah anak manusia, hidup menyamar di antara manusia yang
pelayanan-Nya bukan memerintah dalam kemuliaan, melainkan dalam kehinaan untuk
menderita dan mati untuk manusia. Demikian pula dengan Yesus yang disebutkan
Anak Manusia disini menekankan bahwasannya Yesus itu adalah anak yang diutus
Allah ke dunia, untuk menebus dosa manusia, yang dimana Ia sendiri berwujud
menyerupai manusia.
IV.
Daftar Pustaka
George. Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 1, ,2002
Eko Riyadi, Pr, Yesus Kristus Tuhan Kita, Yogyakarta:Kanasius,
2012
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 3 Eklesiologi,
Eskatologi, Etika, Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 1992
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru Jilid 1, Jakarta:
BPK-GM, 2015
Nurdianita Fonna, Pengembangan Revolusi Industri 4.0 dalam
Berbagai Bidang, Jakarta: GUEPEDIA PUBLISHER, 2019
Sumber
Lain:
[1] Eko
Riyadi, Pr, Yesus Kristus Tuhan Kita, (Yogyakarta:Kanasius,
2012), 145
[2]George.
Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid
1, (,2002), 192
[3]ibid
[4]George.
Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid
1, (,2002), 194-196
[5]Eko
Riyadi, Pr, Yesus Kristus Tuhan Kita, (Yogyakarta:Kanasius,
2012), 147-148
[6]Guthrie,
Donald, Teologi Perjanjian Baru 3
Eklesiologi, Eskatologi, Etika, (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 1992), 131-132
[7]Donald
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru Jilid 1,
(Jakarta: BPK-GM, 2015), 248-254
[8]Nurdianita
Fonna, Pengembangan Revolusi Industri 4.0
dalam Berbagai Bidang, (Jakarta: GUEPEDIA PUBLISHER, 2019), 9-10
[9]https://www.kompasiana.com/nadyarahma/5ce9fbeb3ba7f7658c7d5a23/dampak-revolusi-industri-4-0-dansociety-5-0-menciptakankesempatan-baru-bagi=indonesia?page=all,
diakses pada Minggu, 22 februari 2020, pukul 13.02 Wib