Kontroversi Augustinus vs Pelagianisme


Kontroversi Augustinus vs Pelagianisme mengenai keselamatan
Pelagius


Dalam kontroversi antara Augustinus dan Pelagius, seluruh pertanyaan tentang kehendak bebas ini memasuki tahap baru dan menjadi salah satu masalah utama dalam masalah akeselamatan itu sendiri – masalah dosa dan anugerah. 
Dalam pikiran Pelagius, kehendak bebas diberikan lebih penting daripada dalam tradisi sebelumnya. Baginya itu bukan hanya kemampuan manusia utnuk memilih dan bertindak dalam kebebasan. Itu juga tersirat, sejauh menyangkut Pelagius, manusia bebas memilih antara yang baik dan yang jahat, jika dihadapkan dengan sejumlah alternatif, ia mungkin memilih cara yang benar untuk bertindak sebaik cara jahatnya. 

Dengan kata lain, manusia memiliki kemungkinan dan kebebasan untuk memutuskan mendukung kebaikan. Dosa, menurut Pelagius, hanya terdiri atas tindakan kehendak yang terisolasi. Jika seseorang menghendaki apa yang jahat, dia berdosa. 

lihat juga: Pengantar Kitab Amsal

Tetapi tidak ada yang mencegahnya untuk memilih yang baik, dengan demikian menghindari dosa. Pelagius menolak gagasan bahwa dosa harus dipikirkan menurut sifat atau karakter manusia. Dosa bukanlah kesalahan dari sifat tetapi dari kehendak.[9

Ajaran Pelagius mengenai dosa dan rahmat kurang memperhatikan dimensi sosial dan historis yang terdapat baik pada dosa maupun pada rahmat sehingga Pelagius menjurus kepada individualisme moral. 

Dalam tulisan Augustinus tekanan terletak pada sifat sosio-historis manusia, juga dalam hal dosa dan rahmat. Inti pandangan Pelagius mengenai dosa dan rahmat dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dalam ajaran Pelagius ini tersiratlah pandangan tentang penyelamatan berupa pembebasan manusia dari dosa asal: manusia yang sejak Adam ditarik oleh pengaruh yang jahat dapat diubah asal diberi petunjuk yang tepat dan contoh yang baik.[10]

Pengalaman menunjukkan bahwa “berbuat baik” dan perjuangan yang dituntut untuk itu tidak mungkin berhasil tanpa bantuan intrinsik dan tanpa melibatkan orang-orang lain pula. 

Pandangan ekstrinsik dan individualistis ala Pelagius itu tidak memadai karena baik dosa maupun rahmat merupakan kenyataan yang justru menyangkut inti pusat kepribadian manusia (maka dosa dan rahmat bersifat intrinsik bukan ekstrinsik) dan keduanya berkaitan erat dengan keseluruhan sejarah umat manusia (maka sifatnya sosio-historis dan bukan individualistis).

Dua ciri utama yang kait-mengait dan yang menandai ajaran Augustinus mengenai dosa dan rahmat ialah ciri kristologis dan ciri sosio-historis.[11]

Setelah jatuh dalam dosa, manusia menurut Augustinus secara rohani mati total, sedangkan menurut Pelagianisme ia masih hidup dan segar bugar.[12]

Pelagianisme adalah ajaran Pelagius dari Inggris .Sesungguhnya anugerah yang dipahami Pelagius berbeda dengan anugerah yang dipahami Augustinus., sedangkan dalam Augustinus anugerah dikaitkan dengan penebusan. Lebih dari itu, Pelagius memahami anugerah sebagai sesuatu yang lebih lagi, yaitu pengampunan dosa. 

Kepada orang-orang percaya Kristus menganugerahkan anugerah pengampunan dosa. Dalam titik ini Pelagius mengembangkan kegairahannya yang khas. “seorang Kristen”,


next to: Kontroversi Augustinus vs Semi-Pelagianisme mengenai keselamatan