Ajaran Pelagianisme mengenai Ajaran Keselamatan
Ajaraan Pelagianisme
(Perbuatan Baik untuk selamat)
Pelagius adalah seorang rahib awam yang dilahirkan
kira-kira pada abad pertengahan abad ke-4 di Inggris. Ia adalah seorang
cendekiawan, seorang yang berbudaya dan memiliki karakter yang tidak bercacat.
Ia belajar tentang teologi Yunani, terutama teologi mazhab Antiokhia. Di Roma
ia terkejut melihat kehidupan moral yang rusak dan ia bekerja keras untuk
memperbaiki keadaan tersebut.
Di Roma dia berhasil mentobatkan seorang ahli
hukum yang bernama Coelestinus, yang kelak akan terus menemani Pelagius di
mana-mana.[6]Pusat teologi Pelagius adalah pandangannya mengenai kemaha-hadiran
dan kebenaran Allah.
Inilah suatu konsep yang kurang ia temukan dari Alkitab
dan lebih pada filsafat, atau apabila dikatakan secara lebih luas, dari akal
manusia.
Sesungguhnya, Pelagius memandang kebenaran Allah sebagai suatu
kebenaran yang menuntut dan mengadili. Pelagius hanya mempunyai perhatian
terhadap satu hal: menjadikan semua orang Kristen pada zamannya sadar akan
tuntutan Allah bagi suatu kehidupan yang kudus, dan menjadikan setiap individu
tiba pada keinsyafan, bahwa apabila ia mempunyai tanggung jawab maka ia akan
mempunyai kemungkinan untuk memutuskan hukum ilahi.
Menurut dia, setiap orang
dapat kembali kepada Allah secara benar. Bahkan tidak ada seorang pun yang
hidup tanpa dosa. Pelagius menolak pendapat bahwa ada sesuatu yang dipahami
sebagai dosa warisan yang diwarisi oleh setiap manusia dari Adam dengan cara
reproduksi seksual.
Menurut Pelagius, tidak mungkin Allah menanggungkan dosa
terhadap seseorang, dosa yang diperoleh dari orang lain, kalau Ia bersedia
mengampuni dosa-dosa yang orang itu sendiri perbuat.
Aliran teologis yang disebut “Pelagianisme” dan oleh
pimpinan Gereja dinyatakan sesat bertolak dari gagasan Pelagius bahwa manusia
dengan kekuatannya sendiri dapat menghindari dosa dan hidup sempurna, asal
diberi ajaran dan contoh yang baik.
Pelagianisme memperlemah dan meremehkan
ajaran Gereja tentang dosa asal sebagai ketidakmampuan asasi dari pihak manusia
untuk berhubungan dengan Tuhan, dan tentang mutlak perlunya penebusan Kristus
bagi semua orang.
Pelagianisme melihat penebusan cuma sebagai pengangkatan
kehidupan sampai ke taraf yang lebih tinggi, dan menganggap Sakramen Baptis
tidak mutlak perlu walau berguna karena mengangkat orang menjadi anggota Gereja
yang terpanggil menjadi warga kerajaan surga.
Pada dasarnya dalam sistem
Pelagius tidak ada tempat lagi untuk kerahiman Allah, hanya untuk keadilanNya
Next To: Kontroversi Augustinus vs Pelagianisme
Next To: Kontroversi Augustinus vs Pelagianisme