Doktrin Kristologi berdasarkan keIlahian dan kemanusiaan Yesus

Doktrin Kristologi (Tabiat dan kehendak: Ke-Ilahian dan Ke-Insanan)
  • Akar Masalah Timbulnya Ide Kristologi dan Munculnya Keragaman Ide Pada Abad 1-7
Sebagai umat Kristiani tentunya pemahaman yang paling didalami adalah ajaran tentang Kristus. Sehingga perlu mengetahui kesiapaan Yesus itu yang sebenarnya dan apa yang ia perbuat sehingga sangat mempengaruhi banyak orang. Dalam hal ini akan dibahas doktrin tentang Kristologi dalam kaitan tabiat dan kehendak Yesus dengan kata lain ke-ilahian dan ke-insanan Yesus. 



Pengertian Kristologi
Kristologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Kristos” yang artinya Kristus dan “Logos” yang artinya ilmu pengetahuan, jadi Kristologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai Kristus. Kristologi ialah menyelidiki kesiapaan Dia dalam diri-Nya sendiri dan artinya bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya.

 Masalah Kristologi merupakan soal khusus Kristiani, dalam kristologi ditanyakan bagaimana yang ilahi dan yang insani berhubungan satu sama lain dalam pribadi tertentu, yakni dalam diri Yesus Kristus. Pertanyaan ini hanya diajukan oleh orang yang telah berjumpa dengan Yesus Kristus, dan dan yang kemudian ingin mengungkapkan iman kepercayaannya bahwa di satu pihak Yesus itu sungguh manusia, tetapi di lain pihak Allah sendiri hadir di dalam Dia, malahan bahwa Yesus sendirilah Allah. 

Pengakuan tentang Kristus 
Tentang Yesus, iman Kristen mengaku, bahwa ia dikandung daripada Roh Kudus dan lahir dari anak dara Maria. Inilah suatu rahasia yang amat dalam. Tidak mudah untuk merumuskannya. Apabila kita merenungkan hal itu, maka yang perlu dilihat bahwa kelahiran Yesus adalah suatu perbuatan Allah. Seperti dunia pada mulanya diciptakan dari kekosongan oleh Firman Allah, demikianlah Tuhan Yesus dilahirkan oleh Firman Roh kudus. 


Yesus adalah makhluk baru. Dia tidak berdosa seperti makhluk lainnya. Dia dilahirkaan sebagai anak yang suci. Dialah Adam kedua tunas murni yang tumbuh dari tunggal umat manusia. Dia bukan hanya seorang  anak manusia saja. Tetapi Dialah anak manusia. Daripada-Nyalah kita dapat melihat, apakah yang dinamakan manusia, menurut kehendak dan maksud Tuhan. Itulah yang kita akui apabila kita berkata “….yang dikandung daripada Roh Kudus.


Jemaat Kristen dari segala abad mengakui pula bahwa Dia “lahir dari anak dara Maria”. Dia tidak mempunyai bapa duniawi, tetapi ibu duniawi. Dia dilahirkan seperti kita manusia. Dia adalah manusia seperti kita, Dia sungguh-sungguh berdarah dan berdaging dari tubuh anak dara Maria. Anak manusia ini yang kudus, murni dan tidak berdosa sejak lahirnya, menanggung sengsara dan kesalahan manusia sedunia. Dia dilahirkan sebagai anak yang hina dan dihinakan. “Ia yang oleh karena kamu menjadi miskin sekalipun ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskina-Nya” (2 Korintus 8:9).

Akar Masalah Timbulnya Ide Kristologi
“Siapa gerangan orang ini…?” (Markus 4:41b), demikianlah keduabelas murid-Nya bertanya-tanya sesudah mereka dikejutkan oleh tindakan Yesus yang baru. Semakin mereka mengenal Dia, semakin yakin pula mereka bahwa perilaku orang itu melampaui segala batas pengalaman mereka. Pada saat mereka merasa nyaman sehabis mengalami sesuatu ketakjuban, Ia berbuat sesuatu lagi yang mengungkapkan segi lain dari diriNya.

 Bukan mereka saja yang menarik kesimpulan demikian. Perasaan ini tidak hanya ada pada murid-muridNya, melainkan juga kepada orang-orang yang tidak mau tahu, bahkan pada orang-orang yang menentang Dia. Mau tidak mau kegiatanNya mengagumkan setiap orang yang menyaksikannya.

 Beberapa orang ahli Taurat, yang biasanya membanggakan pengetahuan mereka, terpaksa mendengarkan betapa Yesus dalam ucapan-Nya mengecam pengertian mereka tentang apa yang bersifat ilahi, yang hanya Tuhan saja dapat melakukannya. Sehingga, sejak abad pertama sampai kepada hari ini Diri pribadi Yesus tetap merupakan suatu tanda Tanya. “Siapakah sebenarnya Yesus itu?”. 

Selama empat abad pertama, gereja berusaha dengan giat untuk merumuskan siapa sebenarnya Yesus. Pengakuan iman demi pengakuan iman disusun dan diperdebatkan, silih ganti ditolak dan diterima. Yesus adalah Anak Alah. Rumusan ini dimaksudkan sebagai jawaban atas semua pertanyaan, namun rumusan tersebut justru menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan lain lagi.  

Umat Kristen selalu memiliki pemikiran yang berbeda-beda mengenai Yesus. Maka dari sini muncullah apa yang diistilahkan sebagai Kristologi sebuah cabang dari teologi dogmatis. 

Munculnya Keragaman Ide Pada Abad 1-7
Dalam sejarah Krostologi, seperti dalam sejarah ajaran tentang Tritunggal, orang membuat pelbagai usaha untuk mengungkapkan dalam pikiran apa yang dimaksudkan oleh iman. Diantara usaha-usaha itu ada yang diterima umum dan ada juga yang tidak mendapat sambutan yang luas. 

Konsep-konsep Krirtologi yang semula amat bervariasi, sehingga digabung-gabungkan sehingga yang tinggal ialah beberapa konsep saja, beberapa pola pemikiran yang dengan jelas berbeda satu sama lain.  Pandangan tersebut timbul dari beberapa golongan dan tokoh-tokoh yang mencoba merumuskan tentang Kristologi.

Berbagai konsep Kristologi yang timbul dalam kurun Sejarah Gereja
Berikut ini adalah berbagai pandangan-pandangan yang paling menonjol yang telah dikemukakan tentang pribadi Kristus, diantaranya adalah:

a. Golongan Ebionisme (Abad I)
Kaum Ebionit merupakan sisa orang Kristen Yahudi. Mereka menghayati banyak tradisi kuno Gereja perdana.mereka menganggap Yesus sebagai manusia belaka, anak Yosef dan Maria, yang pada waktu pembaptisan di Yordan itu digabungkan degan zat Ilahi. Ia dipandang sebagai nabi yang ditentukan untuk menjadi Mesias.  

Mereka menolak keilahian Yesus dan kelahiran-Nya dari seorang perawan. Penolakan itu terjadi kerena kepercayaan akan keilahian Kristus nampaknya bertentangan dengan menoteisme. Kesesatan pandangan ini sudah jelas. 

b. Golongan Dekotisme 70-170 M (Abad I-II)
Berpendapat bahwa Yesus hanya mempunyai sifat keilahian tanpa sifat kemanusiaan, sebab materi itu adalah jahat, najis. Kristus adalah sempurna suci, tidak mungkin mempunyai kenajisan manusia, tubuh kelahiranNya itu bukanlah tubuh sejati, hanya tubuh semu saja, hidupNya itu bukan hidup sejati dan matiNya pun bukan mati yang sesungguhnya.  

 Dekotisme juga mengajarkan bahwa Yesus tidak benar-benar memiliki tubuh fisik atau natur manusia. Mereka mengajarkan bahwa Yesus hanya “kelihatannya” memiliki suatu tubuh tetapi pada kenyataanya hanya seperti suatu keberadaan yang memakai topeng. 

c. Golongan Gnostisisme (Abad II-III)
Sistem Gnostik ini dipengaruhi oleh paham dualism yang mendasar: yang tinggi dan yang rendah, ros dan daging, yang baik dan yang jahat.  Karena daging dianggap jahat, maka pastialah Allah tidak mungkin menjelma menjadi manusia yang berdarah daging. Jadi, pribadi Yesus Kristus diterangkan menurut salah satu dari dua cara ini. 

Golongan Gnostik Cerintian mengajarkan bahwa Kristus yang ilahi mendatangi Yesus yang manusiawi ketika ia dibaptis dan meninggalkannya lagi beberapa saat menjlelang kematian Yesus. Golongan Gnostik Dosetisme beranggapan bahwa yesus sebenarnya semacam hantu, dan hanya kelihatannya saja memiliki tubuh jasmaniah. 

d. Golongan Arianisme 325 M (Abad IV)
Golongan ini mengatakan bahwa Sekalipun Kristus dapat disebut Allah, Ia sebenarnya bukanlah Allah dan sama sekali tidak  ada kesamaan hakikat ataupun kekekalan. Sebelum ada waktu, Kristus telah diciptakan. Ia Logos  Allah itu. Adalah yang pertama-tama diciptakan, dan Ia kemudian menjadi pelaksana dalam penciptaan dunia. 

Ketika menjelma, Logos memasuki tubuh manusia serta menggantikan roh manusia.  Maka sifat keilahian Kristus tidak sempurna, melainkan hanya merupakan perpaduan antara Firman dan manusia saja, sehingga menjadikan Kristus setengah manusia dan setengah Allah. Ia adalah yang Tertinggi atas segala ciptaan Allah, Ia adalah yang terhormat dan termulia; tetapi bukan Allah melainkan kepala dari segala ciptaan saja. 

e. Golongan Apollinarianisme 381 M (Abad IV)
Apolinaris beranggapan bahwa Yesus memiliki tubuh yang sejati dan jiwa hewani, tetapi tidak memiliki roh atau pemikiran yang rasional. Logos mengisi tempat inteligensi manusia.  Yesus tidak mempunyai sifat kemanusiaan yang sempurna, ia mempunyai tubuh dan jiwa manusia tetapi tanpa roh manusia; dengan Firman Ia menggantiukan kedudukan roh manusia pada diri Yesus.  Pandangan ini menghormati keilahian Kristus, namum akibatnya adalah merusak kemanusiaan-Nya yang sejati. 

f. Golongan Nestorianisme 431 M (Abad V)
Mereka berpendapat bahwa Kristus tidak mungkin mempunyai dua sifat, ilahi dan manusiawi; hanya kedua sifat ada hubungan satu dengan yang lain dan tampak bersatu. Ia sebagai manusia tertinggi diantara manusia lain; dan merupakan seorang yang mempunyai hubungan erat dengan Allah. Allah berdiam di dalam hati-Nya seperti Allah berdiam dalam bait Allah.  

Pandangan ini membahayakan keilahian sejati Kristus. Kristus berbeda dengan orang lain karena didalam diri-Nya tinggallah kepenuhan kehadiran Allah dan tabiat ilahi di dalam Kristus itu secara sempurna mengendalikan tabiat insani-Nya.  Nestorius mengatakan bahwa tabiat Kristus tidak begitu erat seperti minyak dengan air dalam satu gelas. Zat-zat itu tidak tercampur tetapi masing-masing mempertahankan sifatnya sendiri. 

g. Golongan Eutychianisme 451 M (Abad V)
Pandangan ini menyangkal bahwa kedua sifat ilahi dan manusiawi Kristus itu adalah terpisah melainkan kedua sifat itu tergabung menjadi sifat ke tiga, sifat ilahi yang lebih unggul dan sifat manusiawi terjadi dalam sifat ilahiNya . 

Golongan ini sering disebut sebagai golongan Monofisit karena mereka sebenarnya membuat kedua tabiat Kristus itu menjadi satu tabiat saja. Mereka juga mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak (monotelit). 

h. Pandangan Ortodoks 451 M (Abad V)
Konsili di kalsedon, tahun 451, telah menetapkan pandangan gereja yang resmi. Yesus Kristus adalah satu, tetapi ia memiliki dua sifat, yaitu yan ilahi dan yang manusiawi. Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati, terdiri atas tubuh dan jiwa yang rasional. 

Ia sehakekat dengan bapa dengan Bapa dalam Ke-Allahan-Nya dan sehakekat dengan manusia dalam kemanusiaan-Nya, ia lahir dari perawan Maria. Perbedaan antara dua tabiat tersebut tidak berkurang ketika dipersatukan, namun keistimewaan masing-masing tabiat itu tetap tetap terpelihara sekalipun disatukan di dalam diri Yesus Kristus. Yesus tidak terbagi menjadi dua pribadi; ia adalah satu pribadi, yaitu Anak Allah.  

i. Golongan Orisinalisme 451 M (Abad V)
Mereka mengakui bahwa Kristus mempunyai dua sifat yakni: ilahi  dan manusiawi. Kedua sifat ini sempurna dan bukan sifat ketiga. Keoknuman Kristus tidak mungkin dapat dipisahkan atau digabungkan. Empat kesempurnaan yang mereka temukan tentang kedua sifat Kristus, ialah:
  • Kristus memiliki kedua sifat itu, yang tidak tercampur atau bersenyawa
  • Kristus memiliki kedua sifat itu, tetapi tidak mudah merubah
  • Kristus memiliki kedua sifat itu, tetapi untuk selamanya kedunya tidak penah terpisah
  • Kristus memiliki kedua sifat itu,tetapi tidak adda perbedaan besar ataupun kecil dari keduanya.
Pernyataan mereka ini sesuai dengan ajaran dalam 1 Tim. 3:16. “sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita, bahwa Dia yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam roh ; yang menampakkan dirinya kepada malaikat-malaikat, diberitakan diantara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.” 

Daftar pustaka
….. KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
Berkhof,Louis Teologi sistematika, Jakarta: Lembaga Reformed Injil Indonesia, 1998
Boehlke Robert R., Siapakah Yesus Sebenarnya?, Jakarta: BPK-GM, 2012
Browing,W.R.F. Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2009.
C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, Yokyakarta: Kanisius, 1992
Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Umum, Bandung: biji Sesawi, 2013
Curtis, A, Kenneth, Dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2015
End Th. Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2010
Enklaar H. Berkhof & I.H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2014
Hadiwijono, Harun Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2015
Jonar. S, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: Andi, 2014
Jonge, Christian De, Gereja Mencari jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
Lane Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2012
Millard J. Erickson, Teologi Kristen, Malang: Gandum Mas, 2003
Nico Syukur Dister, Teologi Sistematiak 1, Yokyakarta: Kanisius, 2004
Sproul,R.C. Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, Seminari Alkitab Asia Tenggara
Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1979
Verkuyl, J., Aku Percaya, jakarata: BPK-GM, 1995
Wellem, F.D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011
Wongso,Peter Kristologi (Doktrin tentang Kristus Malang: Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1990