ketika Allah Menyelamatkan bangsa-bangsa
Tuhan memberikan janji keselamatan kepada bangsa-bangsa. Tuhan tidak hanya akan mengadakan pengadilan universal tetapi juga keselamatan yang universal, seperti sudah diberitakan Tuhan kepada Abraham (Kej. 12:1-3).

Yesaya memperlihatkan hubungan erat antara penghukuman dan keselamatan bangsa-bangsa. Dalam Yes 24 misalnya, nubuat tentang “penghancuran bumi” lalu dalam bab 25 tentang “Keselamatan” yang disediakan untuk bangsa-bangsa di Sion.
Keselamatan yang akan diberikan Tuhan kepada Israel dan semua bangsa, mencakup semua segi kehidupan seutuhnya. Pertama-tama ialah pendamaian dengan Allah dan pengampunan akan dosa.
Berkaitan dengan itu segala berkat lainnya juga diberikan Tuhan. Keselamatan adalah mutlak dan dampaknya adalah “salam” atau “syalom”, yaitu kebahagiaan di segala bidang kehidupan. Akan datang bumi yang baru di mana diberlakukan keadilan dan kebenaran, karena dosa tidak memerintah lagi. Kedatangan Raja Damai akan mendampakkan damai sempurna (Yes 11:1-11; 25:6-9; Yeh 36:30; Hos 2:20-21).[5]
lihat Juga: Pandangan Post-Milenialisme mengenai Akhir Zaman
Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi Allah bagi Israel saja (bdn Rom 3:29). Sebaliknya, dari ketinggian puncak gunung yang tinggi, Allah mengamati “seluruh bumi” dan “segala bangsa”, mereka semua adalah milik Allah. Dengan kata lain, relasi yang unik dan istimewa dengan Israel harus diletakkan di dalam kerangka universal yang lebih luas dari kepemilikan Allah. Allah baru saja menyelamatkan satu bangsa tertentu dari belenggu. Namun tujuan utamaNya adalah menawarkan keselamatan bagi semua bangsa.[6]
Eskatologi
Secara terminologis, istilah eskatologi dibagun dari dua kata Yunani, yaitu eskhatos, yang artinya “akhir” atau “terakhir”, dan logos yang artinya “Firman” atau “ajaran”. Pada umumnya, istilah ini digunakan untuk menjelaskan gagasan mengenai batas waktu secara alami (Mat 5:26), menerangkan batas atau akhir secara geografis (Kis 1:8) dan mengungkapkan suatu limit masa secara temporer (Mat 12:45). Namun secara teologis Eskhatos dipakai untuk menjelaskan doktrin eskatologi, yakni mengungkapkan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang.[7]Eskatologi adalah ajaran tentang apa yang tertulis dalam Alkitab tentang akhir zaman. Kristus yang ada di surga akan datang kembali dan akan mengadili setiap orang.[8]
Eskatologi juga merupakan sebuah ilmu yang mempelajari satu sama lain yang akan terjadi di masa depan, yaitu suatu zaman yang penuh dengan kesusahan, yang dikarenaan pada zaman itu akan datang seorang mesias atau penyelamat.[9] Tetapi eskatologi tidak hanya menyangkut hal-halyang akan terjadi pada akhir zaman. Eskatologi terutama menyangkut pemerintahan Allah dan berbagai dampak kehadiran umat Allah yang baru, baik terhadap kehidupan pribadi maupun terhadap masyarakat, demikian juga terhadap akhir zaman.[10]
Eskatologi dalam Perjanjian Lama
Eskatologi dalam Perjanjian Lama merupakan keyakinan bahwa sejarah bergerak dengan tujuan tertentu yang ditentukan oleh Allah, dan Allah berkarya dalam sejarah untuk memastikan tujuan tersebut. Bangsa Israel sejak awal memang sudah memiliki semacam harapan untuk masa depan (Kej 12:1-3; Kel 3:8; Bil 24; Ul 33, dll). Pengharapan merupakan pandangan yang optimis tentang masa depan yang mengharapkan berkat-berkat jasmani dan rohani.[11]
Ajaran Alkitab tentang eskatologi (ajaran tentang akhir zaman) tidak hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tetapi juga sejarah manusia. Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya melalui orang-orang yang mendapat ilham, tetapi juga dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang membebaskan umat-Nya. Selanjutnya, isi dari penyataan ini tidak terbatas pada kebenaran-kebenaran mengenai sifat dan tujuan Allah, tetapi juga menyangkut juga tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya.
Menurut Russel, ada tiga bentuk penyelamatan yang Allah lakukan, penciptaan dunia, pengendalian sejarah, dan kedatangan kerajaan-Nya. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang bertindak dalam sejarah adalah Allah yang sama juga akan bertindak pada hari-hari terakhir, dimana Ia akan menyempurnakan segala sesuatunya pada hari-hari terakhir itu. Inilah yang diharapkan bangsa Israel, yaitu harapan akan penyelamatan bagi umat-Nya.[12]
Pengharapan Perjanjian Lama terhadap Eskatologi
Dalam pemahanan eskatologi bagi bangsa Israel ditekankan pada harapan-harapan mengenai datangnya akhir zaman atau Kerajaan Allah. Sejak pengalaman Israel yang paling awal dengan Allah, mereka telah belajar untuk mempercayai-Nya untuk membawa mereka ketanah yang dijanjikan kepada Abraham (Kej 12:1-3). Jadi bagi Israel pengharapan aspek yang amat kongkret dan nyata: pada suatu hari Allah akan memberikan kepada mereka tanah pejanjian itu.
Ada dua aliran pemikiran yang pada masa nabi-nabi melanggar batasan-batasannya dan mengalir menjadi satu untuk membentuk satu harapan mengenai kerajaan penyelamatan yang universal. Pertama, ada aliran yang sifatnya bagaikan serbuan dalam perang, yang menghubungkan harapan dengan campur tangan Allah. Ini di latar belakangi dari semula bahwa Israel mengerti bahwa Allah harus berperang untuk mereka dan mengalahkan musuh-musuh mereka. Kedua, yaitu bahwa masa yang akan datang akan diadakan Allah penyempurnaan, sesuatu yang tumbuh dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Jalan pemikiran ini menyiratkan bahwa kerajaan itu akan datang dengan cara-cara damai, bahwa ia telah ada dalam perjanjian yang diadakan Allah dengan umat-Nya dan dalam lembaga-lembaga yang bersifat perjanjian. Perlu kiranya dicatat bahwa kedua versi pengharapan ini berlangsung sampai zaman Yesus. Di satu pihak, hilangnya suara para nabi sesudah zaman pembuangan membawa kepada pengharapan, yang disebut dengan istilah apokaliptik, yaitu Allah akan turun tangan dengan kuasa-Nya dan menyelamatkan tatanan yang jahat ini dan pada saat yang sama membawa keselamatan bagi mereka yang menderita.[13]
Para nabi biasanya juga menyampaikan berita dari Allah kepada bangsa-bangsa. seringali mereka mengabarkan hukuman, baik kepada Israel maupun kepada bangsa-bangsa kafir; kadang-kadang hukuman atas Israel akan dilaksanakan oleh bangsa-bangsa kafir, ada kalanya kedengaran berita hukuman atas bangsa-bangsa, akibat sikap mereka terhadap Allah. dan berita tentang keselamatan untuk kedua-duanya; melihat keselamatan Israel, “maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, yang menguduskan Israel...” (Yeh 37:28; 39:21-29).
Motif ini dihubungkan dengan hukuman maupun dengan janji kepada Israel. Dua-duanya dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Tentang hukuman: “Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa karena kesalahannya kaum Israel harus pergi ke dalam pembuangan....” (Yeh 39:23). Dan tentang janji itu tertulis: “Dan kalau Aku sudah membawa mereka kembali dari tengah-tengan bangsa-bangsa...... dan pada saat Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepada mereka di hadapan bangsa-bangsa yang banyak. Dan mereka akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, Allah mereka, yang membawa mereka kedalam pembuangan di tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka kembali.....” (ay 27, 28). Dapat dikatakan bahwa segala usaha Allah untuk menolong bangsa Israel adalah sekaligus bertujuan untuk memperlihatkan keunggulan-Nya kepada umum.[14]
next to: Masa Depan Mesianis menurutt Perjanjian Lama
note:
[5]Henk Venema, Injil Untuk Semua Orang, 118-121.
[6]Christopher J. H. Wright, Misi Umat Allah,148-149.
[7]Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika (Yogyakarta: Andi, 2004), 1.
[8]R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 25.
[9]Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 472.
[10]John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 131.
[11]David L. Baker, Satu Alkitab Dua Perjanjian (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 21-26.
[12]D.S. Russel, Penyingkapan Ilahi: Pengantar Ke Dalam Apokaliptik Yahudi(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 121-135.
[13]William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama (Gandum Mas: Malang 1990), 207-208.
[14]Arie De Kuiper, Missiologia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 21-22.

Yesaya memperlihatkan hubungan erat antara penghukuman dan keselamatan bangsa-bangsa. Dalam Yes 24 misalnya, nubuat tentang “penghancuran bumi” lalu dalam bab 25 tentang “Keselamatan” yang disediakan untuk bangsa-bangsa di Sion.
Keselamatan yang akan diberikan Tuhan kepada Israel dan semua bangsa, mencakup semua segi kehidupan seutuhnya. Pertama-tama ialah pendamaian dengan Allah dan pengampunan akan dosa.
Berkaitan dengan itu segala berkat lainnya juga diberikan Tuhan. Keselamatan adalah mutlak dan dampaknya adalah “salam” atau “syalom”, yaitu kebahagiaan di segala bidang kehidupan. Akan datang bumi yang baru di mana diberlakukan keadilan dan kebenaran, karena dosa tidak memerintah lagi. Kedatangan Raja Damai akan mendampakkan damai sempurna (Yes 11:1-11; 25:6-9; Yeh 36:30; Hos 2:20-21).[5]
lihat Juga: Pandangan Post-Milenialisme mengenai Akhir Zaman
Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi Allah bagi Israel saja (bdn Rom 3:29). Sebaliknya, dari ketinggian puncak gunung yang tinggi, Allah mengamati “seluruh bumi” dan “segala bangsa”, mereka semua adalah milik Allah. Dengan kata lain, relasi yang unik dan istimewa dengan Israel harus diletakkan di dalam kerangka universal yang lebih luas dari kepemilikan Allah. Allah baru saja menyelamatkan satu bangsa tertentu dari belenggu. Namun tujuan utamaNya adalah menawarkan keselamatan bagi semua bangsa.[6]
Eskatologi
Secara terminologis, istilah eskatologi dibagun dari dua kata Yunani, yaitu eskhatos, yang artinya “akhir” atau “terakhir”, dan logos yang artinya “Firman” atau “ajaran”. Pada umumnya, istilah ini digunakan untuk menjelaskan gagasan mengenai batas waktu secara alami (Mat 5:26), menerangkan batas atau akhir secara geografis (Kis 1:8) dan mengungkapkan suatu limit masa secara temporer (Mat 12:45). Namun secara teologis Eskhatos dipakai untuk menjelaskan doktrin eskatologi, yakni mengungkapkan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang.[7]Eskatologi adalah ajaran tentang apa yang tertulis dalam Alkitab tentang akhir zaman. Kristus yang ada di surga akan datang kembali dan akan mengadili setiap orang.[8]
Eskatologi juga merupakan sebuah ilmu yang mempelajari satu sama lain yang akan terjadi di masa depan, yaitu suatu zaman yang penuh dengan kesusahan, yang dikarenaan pada zaman itu akan datang seorang mesias atau penyelamat.[9] Tetapi eskatologi tidak hanya menyangkut hal-halyang akan terjadi pada akhir zaman. Eskatologi terutama menyangkut pemerintahan Allah dan berbagai dampak kehadiran umat Allah yang baru, baik terhadap kehidupan pribadi maupun terhadap masyarakat, demikian juga terhadap akhir zaman.[10]
Eskatologi dalam Perjanjian Lama
Eskatologi dalam Perjanjian Lama merupakan keyakinan bahwa sejarah bergerak dengan tujuan tertentu yang ditentukan oleh Allah, dan Allah berkarya dalam sejarah untuk memastikan tujuan tersebut. Bangsa Israel sejak awal memang sudah memiliki semacam harapan untuk masa depan (Kej 12:1-3; Kel 3:8; Bil 24; Ul 33, dll). Pengharapan merupakan pandangan yang optimis tentang masa depan yang mengharapkan berkat-berkat jasmani dan rohani.[11]
Ajaran Alkitab tentang eskatologi (ajaran tentang akhir zaman) tidak hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tetapi juga sejarah manusia. Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya melalui orang-orang yang mendapat ilham, tetapi juga dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang membebaskan umat-Nya. Selanjutnya, isi dari penyataan ini tidak terbatas pada kebenaran-kebenaran mengenai sifat dan tujuan Allah, tetapi juga menyangkut juga tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya.
Menurut Russel, ada tiga bentuk penyelamatan yang Allah lakukan, penciptaan dunia, pengendalian sejarah, dan kedatangan kerajaan-Nya. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang bertindak dalam sejarah adalah Allah yang sama juga akan bertindak pada hari-hari terakhir, dimana Ia akan menyempurnakan segala sesuatunya pada hari-hari terakhir itu. Inilah yang diharapkan bangsa Israel, yaitu harapan akan penyelamatan bagi umat-Nya.[12]
Pengharapan Perjanjian Lama terhadap Eskatologi
Dalam pemahanan eskatologi bagi bangsa Israel ditekankan pada harapan-harapan mengenai datangnya akhir zaman atau Kerajaan Allah. Sejak pengalaman Israel yang paling awal dengan Allah, mereka telah belajar untuk mempercayai-Nya untuk membawa mereka ketanah yang dijanjikan kepada Abraham (Kej 12:1-3). Jadi bagi Israel pengharapan aspek yang amat kongkret dan nyata: pada suatu hari Allah akan memberikan kepada mereka tanah pejanjian itu.
Ada dua aliran pemikiran yang pada masa nabi-nabi melanggar batasan-batasannya dan mengalir menjadi satu untuk membentuk satu harapan mengenai kerajaan penyelamatan yang universal. Pertama, ada aliran yang sifatnya bagaikan serbuan dalam perang, yang menghubungkan harapan dengan campur tangan Allah. Ini di latar belakangi dari semula bahwa Israel mengerti bahwa Allah harus berperang untuk mereka dan mengalahkan musuh-musuh mereka. Kedua, yaitu bahwa masa yang akan datang akan diadakan Allah penyempurnaan, sesuatu yang tumbuh dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Jalan pemikiran ini menyiratkan bahwa kerajaan itu akan datang dengan cara-cara damai, bahwa ia telah ada dalam perjanjian yang diadakan Allah dengan umat-Nya dan dalam lembaga-lembaga yang bersifat perjanjian. Perlu kiranya dicatat bahwa kedua versi pengharapan ini berlangsung sampai zaman Yesus. Di satu pihak, hilangnya suara para nabi sesudah zaman pembuangan membawa kepada pengharapan, yang disebut dengan istilah apokaliptik, yaitu Allah akan turun tangan dengan kuasa-Nya dan menyelamatkan tatanan yang jahat ini dan pada saat yang sama membawa keselamatan bagi mereka yang menderita.[13]
Para nabi biasanya juga menyampaikan berita dari Allah kepada bangsa-bangsa. seringali mereka mengabarkan hukuman, baik kepada Israel maupun kepada bangsa-bangsa kafir; kadang-kadang hukuman atas Israel akan dilaksanakan oleh bangsa-bangsa kafir, ada kalanya kedengaran berita hukuman atas bangsa-bangsa, akibat sikap mereka terhadap Allah. dan berita tentang keselamatan untuk kedua-duanya; melihat keselamatan Israel, “maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, yang menguduskan Israel...” (Yeh 37:28; 39:21-29).
Motif ini dihubungkan dengan hukuman maupun dengan janji kepada Israel. Dua-duanya dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Tentang hukuman: “Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa karena kesalahannya kaum Israel harus pergi ke dalam pembuangan....” (Yeh 39:23). Dan tentang janji itu tertulis: “Dan kalau Aku sudah membawa mereka kembali dari tengah-tengan bangsa-bangsa...... dan pada saat Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepada mereka di hadapan bangsa-bangsa yang banyak. Dan mereka akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, Allah mereka, yang membawa mereka kedalam pembuangan di tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka kembali.....” (ay 27, 28). Dapat dikatakan bahwa segala usaha Allah untuk menolong bangsa Israel adalah sekaligus bertujuan untuk memperlihatkan keunggulan-Nya kepada umum.[14]
next to: Masa Depan Mesianis menurutt Perjanjian Lama
note:
[5]Henk Venema, Injil Untuk Semua Orang, 118-121.
[6]Christopher J. H. Wright, Misi Umat Allah,148-149.
[7]Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika (Yogyakarta: Andi, 2004), 1.
[8]R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 25.
[9]Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 472.
[10]John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 131.
[11]David L. Baker, Satu Alkitab Dua Perjanjian (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 21-26.
[12]D.S. Russel, Penyingkapan Ilahi: Pengantar Ke Dalam Apokaliptik Yahudi(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 121-135.
[13]William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama (Gandum Mas: Malang 1990), 207-208.
[14]Arie De Kuiper, Missiologia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 21-22.