Mengenal Jenis Alat Musik pada Masa Perjanjian Lama secara Mendalam
I. Pengertian Alat Musik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa musik adalah nada atau suara (bunyi-bunyian) yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan. Musik juga diartikan sebagai ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan, juga dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi).[1] Kata musik dalam bahasa Yunani adalah Sumphonia, yang berarti simponi atau harmoni kesatuan suara. Dalam mitos bangsa Yunani kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-dewi atau setengah dewa seperti Apollo, Amphion, dan Orpheus. Sehingga musik itu dirasakanoleh bangsa Yunani Kuno memiliki kekuasaan ajaib yang dapat menyempurnakan tubuh serta jiwa manusia dan mampu membuat mujizat dalam dunia alamiah.[2]
II. Jenis-Jenis Alat Musik dalam Perjanjian Lama
Mengenai jenis alat musik yang dipakai oleh orang Israel, tidak terlepas dari perkembangan alat musik yang ada di bangsa sekitarnya seperti Mesir, Babilonia, dan Siria. Alat-alat musik yang disebut dalam Alkitab dapat dibagi menjadi tiga golongan utama, yaitu:
1. Bertali
a. Kecapi
Dibuat dari kayu.[3] Daud memiliki kecapi yang terbuat dari kayu saru (2 Samuel 6:5). Kecapi merupakan alat musik dengan 12 dawai, dipegang secara vertical dan dimainkan dengan jari.[4]
b. Gambus (nevel)
Alat musik yang dipetik dengan jari, dan menghasilkan suara bas.[5]
c. Rebab
Biasanya disamakan dengan alat musik Yunani “sabbekha” yaitu kecapi kecil, talinya empat dan menghasilkan nada yang tinggi, atau kecapi yang besar, yang bertali banyak.[6]
2. Alat-alat musik ditiup
a. Kelentung (mena’an’im)
Terdapat dalam 2 Samuel 6:5, dipakai dalam gabungan dengan ceracap dan alat-alat lain. Dipakai oleh Daud dan umat Israel waktu mereka menyanyi dan menari-nari di hadapan Yahweh.[7]
b. Seruling (khalil, jamak ”khalilim”)
Terbuat dari dua potong gelagah, logam, atau gading yang terpisah, masing-masing dengan lubang tiup.Biasanya dimainkan pada konteks bersukaria, seperti festival dan pesta, tetapi alat ini juga diasosiasikan dengan pelayanan ratapan.[8] Seruling dipakai dalam arak-arakan (Yesaya 30:29), pada sukacita nasional (1 Raja-raja 1:40), seruling juga dapat memperdengarkan suara yang sangat mengharukan (Yeremia 48:36).[9]
c. Sangkakala
1. Qeren“tanduk”
Terbuat dari tanduk binatang, tetapi kemudian dibuat dari logam dengan meniru bentuk aslinya.[10]
2. Khasyosyera “Nafiri”
Terbuat dari perak atau perunggu tempaan, terompet yang memanjang dengan rentang nada yang terbatas.Nafiri ditiup saat-saat sacral, termasuk pada saat persembahan korban dan pada saat penobatan.Alat ini juga ditiup untuk mengumpulkan jemaat, untuk menyerang kemah, dan sebagai tanda alarm di saat perang. Dalam konteks keagamaan, khasyosyera adalah alat tiup khusus bagi para imam; hanya keturunan Harun yang mempunyai hak istimewa untuk meniup nafiri, menurut Bilangan 10:8. Namun, para peristiwa-peristiwa non-religius, mereka yang bukan imam meniup nafiri.[11]
3. Sopar “tanduk biri-biri”
Alat musik iniidentik dengan qeren. Kesaksian tentang penaklukan Yerikho yang dilakukan oleh Yosua menyebutkan berulang-ulang “tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba (soperot hayyobelim) di depan tabut” (Yosua 6:4). Tanduk biri-biri ini hanya sekedar mengeluarkan suara keras saja.Sopar adalah sebuah tanduk yang panjang dengan ujung melengkung ke atas dan suara yang memekakkan telinga, yang digunakan, baik dalam konteks religious maupun militer (Hakim-hakim 3:27; 6:34) dan dalam perayaan-perayaan nasional. Ketika Salomo ditahbiskan menjadi raja, Daud memerintahkan agar tanduk biri-biri (sopar) dibunyikan (1 Raja-raja 1:34). Sopar adalah alat pemberi tanda yang digunakan untuk mengumpulkan rakyat dan memperingatkan mereka akan adanya bahaya.[12] Dan alat inilah sangkakala nasional Israel.[13]
3. Alat-alat musik dipukul
a. Giring-giring (pa’amon, akar katanya berarti memukul) (Keluaran 28:23)
Mengacu pada giring-giring pada pakaian Harun, Imam Besar.[14]
b. Ceracap (mesyiltayim)
Ceracap ada dua macam:
1. Ceracap berdentang, berupa piringan yang besar dan lebar.
2. Ceracap yang berdenting, berupa piringan kecil yang dipegang pada ibu jari dan jari tengah.[15]
c. Rebana (top)
Tabuhan (drum) yang berkerangka, kecil, dangkal, adalah sebuah alat musik sederhana yang seringkali dimainkan oleh kaum perempuan, seperti dalam peristiwa Miryam, dan diasosiasikan dengan tarian.Alat ini ditabuh dengan tangan, tidak dengan tongkat. Di dalam Alkitab, rebana yang berkerangka diasosiasikan dengan peristiwa sukacita dan dengan peribadatan. Ketika Daud kembali dari mengalahkan orang Filistin, kaum perempuan menyongsong Raja Saul dan Daud “dengan memukul rebana (tuppim)”, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gemerincing (1 Samuel 18:6; juga Keluaran 15:20; 2 Samuel 6:5).[16] Alat ini sejenis tambur, dipegang di tangan yang satu dan dipukul dengan tangan yang satu lagi.[17]
III. Peranan Alat Musik dalam Perjanjian Lama
Memang jelas dalam Kitab Perjanjian Lama dituliskan tentang adanya musik di Israel, juga dalam ibadat di Bait Suci, akan tetapi keterangan akan pengertian dan ciri-ciri musik Israel itu sendiri tidak diketahui dengan jelas. Adanya musik di dalam Perjanjian Lama bisa dilihat dari adanya jenis-jenis alat musik yang dimainkan seperti kecapi, seruling, rebana, dan lain-lain. Misalnya pada tahun 200 SM di Bait Suci telah mempunyai paduan suara yang bernyanyi dengan diiringi Lira, seruling, dan Gembreng (cymbal). Di Israel kuno, musik memiliki suatu ruang di hampir setiap aktivitas dan peristiwa.Musik merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial/sekular orang Ibrani. Kehidupan musik mereka bertumbuh dari jiwa orang-orang yang kehidupan sehari-harinya diatur oleh agama mereka. Beberapa alat musik juga telah diberi makna yang teologis seperti terompet mewakili kekuasaan Tuhan, dan nyanyian Kitab Suci adalah peringatan yang kuat dari kesucian Firman Tuhan.[18]
Bagian PL yang menyinggung tentang wujud sekular misalnya terdapat pada salah seorang keturunan Kain, yaitu Yubal, menjadi “bapak” semua orang yang memainkan kecapi dan suling (Kejadian 4:21). Laban menegur Yakub karena tidak diberi kesempatan untuk mengatur pesta perpisahan dengan nyanyian dan musik (Kejadian 31:27), dan juga nabi Yesaya menyinggung pesta-pesta kemabukan yang diiringi dengan musik (Yesaya 5:11).[19] Biasanya musik secular ini digunakan oleh orang Israel pada saat berkabung maupun pada saat bergembira atau pesta, misalnya seperti pesta memetik buah anggur (Yesaya 16:10). Musik juga digunakan sebagai pengiring nyanyian ratapan (qina) yang mengisi kitab Ratapan dan ratapan Daud karena kematian Saul dan Yonatan (2 Samuel 1:18-27). Douglas juga mengutip pandangan Maimonides (Misynayot, Ps.4) yang mengatakan bahwa: “suami termiskin sekalipun di harap menghadirkan paling sedikit dua peniup seruling dan seorang ibu peratap waktu penguburan istrinya.”Musik juga dipergunakan untuk kaum awam Israel seperti gembala yang menggunakan kecapinya untuk menggembalakan ternaknya (1 Samuel 16:18). Juga di kalangan Kerajaan Israel memiliki pemusik di kerajaannya (2 Samuel 19:35, Pengkhotbah 2:8), dan bahkan para teruna bermain musik di pintu gerbang (Ratapan 5:14).[20] Dari keterangan di atas dapat kita melihat kehidupan sehari-hari orang Israel tidak terlepas dari musik yang melekat di tiap sendi-sendi kehidupan mereka. Sebagaimana musik penting dalam kehidupan sosial Israel kuno, demikian juga dengan keagamaan mereka. Musik pertama sekali digunakan oleh orang Israel kuno di dalam ibadat maupun penyembahan mereka terlihat dalam Kitab Keluaran 15:20-21, dimana Miryam tampil dengan memukul rebana sambil bernyanyi dan diikuti oleh perempuan lain memukul rebana sambil menari. Ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, bangsa Israel melihat kebesaran Allah Israel melebihi kebesaran ilah-ilah di Mesir. Hal ini dirasakan bangsa Israel ketika mereka mampu keluar dari tanah perbudakan dan setelah mereka berhasil menyeberangi laut Teberau dan melihat Musa membelah laut tersebut dan berjalan melalui laut itu. Hal itu dirasakan oleh bangsa Israel sebagai keperkasaan Allah melebihi ilah-ilah lain, oleh sebab itu Musa dan bangsanya menyanyikan nyanyian pujian yang diiringi dengan alat musik rebana yang disertai dengan tarian (Keluaran 15). Dengan demikian terlihat juga bahwa dalam iman orang Israel mereka bersyukur kepada Allah atas kebesaran-Nya dan keperkasaan-Nya memuji Allah dengan musik, nyanyian dan tarian. Hal inilah yang juga menjadi dasar bagi orang Israel memuji Allah dan terus dikembangkan dan dilaksanakan secara turun temurun. Hal inilah yang menjadi dasar bagi orang Israel terus melakukan pujian dengan musik, nyanyian, dan tarian di dalam ibadat mereka baik di Bait Suci maupun di Sinagoge. Khususnya di zaman kerajaan di mana Daud sangat berperan penting di dalam melakukan pujian dengan menciptakan mazmur-mazmur yang digunakan di dalam ibadat orang Israel baik secara pribadi maupun secara komunal di bait Suci dan terus berkembang hingga zaman sesudah pembuangan. Oleh sebab itu di dalam ibadat orang Israel, mazmur mempunyai peranan penting disamping pembacaan kitab-kitab dan firman Tuhan dan menjadi bagian yang tidak dapat dihilangkan di dalam ibadat. Dalam 1 Tawarikh 15: 16-24disajikan perincian susunan para penyanyi bani Lewi dan alat-alat musik mereka.[21]
Musik yang rohani juga dapat dilihat dari peristiwa keselamatan (Keluaran 15:20), kemenangan raja Yosafat diiringi dengan musik memasuki Bait Suci (2 tawarikh 20:28), para nabi bernubuat dengan iringan musik kepada Saul (1 Samuel 10:5, 10), nabi Elisa memanggil seorang pemain kecapi untuk mebangkitkan rohnya untuk bernubuat (2 Raja-raja 3:15) dan musik untuk masa raya dan juga musik mengiringi pawai-pawai yang menuju ke Bait Suci. Pola tari-tarian yang berlangsung dalam rangka ibadat Israel pastilah diiringi dengan musik (Keluaran 32:19; 2 Samuel 6:14; Mazmur 87:7; 149:3; 150:4).[22] Di dalam penggunaan musik sebagai nubuatan terdapat beberapa unsur penting di dalamnya yang tertuang di dalam lagu atau nyanyiannya. Unsur tersebut yakni:[23]
1. Ungkapan syukur dan terima kasih
2. Puji-pujian
3. Nasihat, peringatan
4. Nubuatan
5. Peperangan
6. Penyembahan
7. Keselamatan
Musik adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bagian yang penting dalam ibadah di Bait Allah, ada juga dua jenis yang digunakan pemazmur, yaitu Sela yang dalam terjemahan Septuaginta menggunakan kata “diapsalma” dimana mereka menganggap bahwa itu adalah tanda penghentian untuk suatu maksud. Ada yang mengatakan untuk menaikkan suara lagu atau nada, ada juga mengatakan untuk mengangkat mata dan mengulangi lagi ayat yang bersangkutan, tetapi Blommendal berpendapat kata Sela itu adalah merupakan suatu tanda musik.[24] Dalam kaitan musik dalam ibadat Israel, sangat erat kaitannya dengan pemakaian mazmur di dalam ibadat, karena pembacaan mazmur diirngi dengan musik.Namun, mengenai jenis musik yang digunakan tergantung kepada jenis mazmur yang digunakan pula. Misalnya judul Mazmurnya על ×©×ž× ×™×ª (al syeminith) (Mazmur 6, 12), harus dinyanyikan dengan suara bas karena arti kata ini adalah “dengan oktaf”. Akan tetapi, hanya sedikit pula keterangan yang di dapat dari kitab Mazmur yang menrangkan pemakaian jenis alat musiknya, misalnya × ×›×™×œ×ª (nekhiloth) (Mazmur 5) dan מכלת (makhalath) (mazmur 53) menunjukkan bahwa mazmur-mazmur itu dengan musik suling. Sedangkan ×‘× ×’× ×ª (bineghinoth) (Mazmur 4,6, 54, 55, 67, 76; Habakuk 3:19) menunjukkan bahwa Mazmur itu akan diiringi dengan gambus dan kecapi.[25]
Menurut Abineno, bahwa musik dan nyanyian memiliki fungsi kembar, yakni sebagai fungsi dan sarana proklamasi (pemberitaan Firman) dan sebagai alat yang dipakai jemaat untuk menyatakan aklamasinya (jawabannya) terhadap proklamasi itu. Fungsi kembar ini diuraikan sebagai berikut:
1. Fungsi proklamasi
a. Pemberitaan Firman
b. Penyataan diri Allah
c. Keselamatan
d. Nasihat/peringatan
e. Nubuatan
f. Mampu menyingkap atau mengingat kembali peristiwa atau campur tangan Allah kepada manusia
2. Fungsi Aklamasi
a. Ungkapan syukur dan terima kasih
b. Puji-pujian
c. Pembuat sukacita
d. Penyembahan[26]
Mike dan Viv hibbert juga melihat fungsi musik sebagai:
1. Untuk melayani Allah di hadirat-Nya (1 Tawarikh 16:4, 6, 37).
2. Untuk memuji Allah ( 1 Tawarik 23:5, Mazmur 33:22; 71:22; 92:2-4; 98:5-6; 149:3; 150:3-5).
3. Untuk mengiringi penyanyi dalam sukacita dan puji-pujian (1 Tawarikh 15:16; Mazmur 81:2-3).
4. Untuk memanggil dan memimpin jemaat dalam beribadah (Bilangan 10:1-10; Mazmur 81:4; 92:2-4).
5. Mempersiapkan jemaat untuk bernubuat (2 Raja-raja 3:15; 1 Samuel 10:5).
6. Untuk menyampaikan nubuat (1 Tawarikh 25:1-3, Mazmur 49:5).
7. Untuk memimpin dan dimainkan dalam perperangan (Bilangan 10:2-10; Mazmur 68:26; 144:1).
8. Untuk mengantarkan dan mengumumkan kehadiran Allah (Mazmur 47:6).
9. Untuk mengajar segala bangsa memuji Allah (Mazmur 57:8-10).[27]
Dalam Mazmur dapat dilihat peranan musik dan nyanyian dalam ibadah Israel, misalkan saja pada ibadat untuk mempersembahkan persembahan biasanya dengan puji-pujian yang diiringi musik. Musik dan nyanyian dirasakan sebagai suatu sarana untuk menginterpretasikan pengalaman keimanan umat Allah. Mazmur dimasukkan ke dalam ibadat untuk menghilangkan atau meniadakan pengaruh mantera-mantera, yang menurut keyakinan si penyembah sudah dikenakan padanya oleh musuh. Mazmur tersebut membantu si penyembah menyelami makna upacara ritual, sehingga upacara itu menjadi sarana ibadat dan pengabdian si penyembah secara perseorangan maupun kelompok.[28] Setelah masa Daud dan khususnya setelah masa pembuangan, ibadah Israel banyak memakai mazmur untuk memberikan pujian kepada Allah. Puji-pujian itu berhubungan dengan perayaan dan sukacita yang diekspresikan dengan cara bernyanyi, berkata-kata, memainkan alat musik, dan sebagainya. Pujian harus dikumandangkan dan diperdengarkan (Mazmur 66:8).[29]
a. Musik Dan Nubuat
Musik sering kali dikaitkan dengan nubuat di dunia kuno. Memainkan musik terkadang digunakan untuk membuat ekstasi kenabian, yang diyakini sebagai kerasukan roh Yahweh. Keadaan ektasi ini sering kali disertai dengan tarian, trans, dan penorehan (tatto) diri. Setelah Samuel mengurapi Saul, ia berkata kepada sang raja baru: “Engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan (habbama) dengan gambus (nebel), rebana (top), suling (khalil) dan kecapi (kinnor) di depan mereka; mereka sendiri akan kepenuhan seperti nabi (mitnabbe’im). Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan (hitnabbita) bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain (1 Samuel 10:5-6)”. Para nabi terlibat di dalam suatu bentuk praktik kerasukan yang diransang oleh musik. Sebuah terakota tiang pemujaan yang berasal dari abad ke-10 dan didekorasi dengan sosok-sosok musisi yang sedang memainkan alat musik, telah ditemukan di kota Filistin, Asdod. Kira-kira sezaman dengan peristiwa yang digambarkan di dalam 1 Samuel 10:5-6, sosok-sosok musisi tersebut, mirip dengan pemain musik kuartet Filistin, digambarkan sedang memainkan simbal, suling ganda, kecapi, dan rebana. Pemandangannya adalah fragmen dari rombongan pemusik nabi, yang datang dari bukit pengorbanan di Gibea, yang dijumpai oleh Saul. Di tengah-tengah misi Elisa, musik juga digunakan untuk menimbulkan ekstasi kenabian selama operasi militer yang sedang digerakkan oleh Raja Yoram dari Israel untuk melawan Moab. Karena gagal menemukan air untuk para tentara dan untuk hewan, sang raja memohon kepada Elisa, yang menjawab, “jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi. Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia. Kemudian berkatalah ia: beginilah Firman TUHAN; biarlah lembah ini dibuat parit-parit (2 Raja-raja 3;15-16)”.[30]
IV. Daftar Pustaka
Abineno, J.L.Ch., Mazmur Dan Ibadah, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1991.
Abineno, J.L.Ch., Unsur-unsur Liturgia Yang Dipakai Oleh Gereja-gereja Di Indonesia, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006.
McNeill, McNeill Rhoderick J., Sejarah Musik I, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1998.
Douglas, J.D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (M-Z), Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013.
Mike dan Viv Hibbert, Pelayanan Musik, Yogyakarta: ANDI, 2004.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Rowley, H.H., Ibadah Israel Kuno, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004.
Smith, Carol, Bible From A to Z, Yogyakarta: ANDI, 2009), 97
Tambunan, Marsha, Sejarah Musik Dalam Ilustrasi: Ensiklopedi Tentang Instrumen Musik dan Seni Membuatnya, Jakarta: Progres.
White, James F., Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2002.
[1]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 532
[2]Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik I, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1998), 2
[3] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa KIni (M-Z), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), 111
[4]Carol Smith, Bible From A to Z, (Yogyakarta: ANDI, 2009), 97
[5] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa KIni (M-Z), 111
[6] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa KIni (M-Z), 111
[7]J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (M-Z), 112
[8]Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, 336
[9] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (M-Z), 112
[10] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (M-Z), 112
[11]Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, 339
[12] Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, 339
[13]J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (M-Z), 112
[14] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (M-Z), 112
[15]Carol Smith, Bible From A to Z, (Yogyakarta: ANDI, 2009), 97
[16] Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, 340
[17]J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (M-Z), 112
[18]Marsha Tambunan, Sejarah Musik Dalam Ilustrasi: Ensiklopedi Tentang Instrumen Musik dan Seni Membuatnya, (Jakarta: Progres), 21
[19]H.H. Rowley, Ibadah Israel Kuno, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004), 164
[20]J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa KIni (M-Z),109
[21]J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa KIni (M-Z), 109
[22]H.H. Rowley, Ibadah Israel Kuno, 165
[23]Mike dan Viv Hibbert, Pelayanan Musik,(Yogyakarta: ANDI, 2004), 17
[24]J.L.Ch. Abineno, Mazmur Dan Ibadah, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1991), 9
[25]H.H. Rowley, Ibadah Israel Kuno, 168-169, bnd W.S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999), 66
[26] J.L.Ch. Abineno, Unsur-unsur Liturgia Yang Dipakai Oleh Gereja-gereja Di Indonesia, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006), 113
[27]James F. White, Pengantar Ibdah Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2002), 102-103
[28]H.H. Rowley, Ibadah Israel Kuno, 106
[29]Mike dan Viv Hibbert, Pelayanan Musik, 37
[30]Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010),328-329