Arti Sesungguhnya Pendidkan Orang Muda Menurut Kitab Amsal

 Pendidikan Bagi Orang-Orang Muda Menurut Kitab Amsal

Kitab Amsal disebut sebagai bahan pendidikan yang menjadikan pandai dalam kehidupan ini. Kitab Amsal merupakan Kitab yang berisikan pengajaran sehingga hal ini yang membuat dia berbeda dengan Kitab yang lain. Kitab Amsal merupakan Kitab yang bisa dijadikan pedoman hidup karena isinya yang begitu berhikmat dan bijaksana.Bagaimana Pendidikan bagi orang-orang muda dalam Kitab Amsal dapat kita 

gambar ini adalah ilustrasi bagaimana pandangan kitab Amsal megenai Pendidikan untuk kaum muda


Kitab Amsal

Amsal adalah nasehat, pengajaran, atau didikan. Amsal dalam bahasa Ibarani misyle yaitu bentuk konstrak jamak maskulin dari misyle artinya amsal-amsal.Amsal adalah kitab hikmat yang berisis tentang nasehat dan pengajaran agar pembaca memahami arti hidup yang sebenarnya, “hidup rohani” di dunia dan di akhirat melalui gambar dan symbol-simbol.Amsal secara bentuk memiliki kesamaan dengan nasehat-nasehat di dunia sekitar Israel. 

 Pengertian orang-orang Muda

Kaum pemuda merupakan suatu masalah yang sukar dan penting bagi Gereja Kristen dewasa ini.Kaum pemuda di Indonesia tentu saja menyerupai pemuda di seluruh dunia.Dimana, kaum pemuda bergerak dan bertindak.Mereka suka berbaris dan bersaksi.Kaum pemuda bersifat dinamis, dan mau berjuan untuk mewujudkan cita-citanya.Kaum muda sering dipengaruhi oleh suasana orangtua di sekelilingnya, juwanya dirugikan karena kesibukan dan kecemasan yang menyelubungi orangtuanya itu.Tetapi kaum pemuda bukan saja terpengaruh oleh suasana rumah tangga, mereka juga terpengaruh oleh zaman dan masyarakat umum, tempat mereka tinggal dan bertembuh. 


Lihat Juga: Pengantar Kitab Yeremia secara Lengkap


Sejarah Pendidikan di Israel

Setiap hari Sabat, orang-orang Israel selalu berkumpul di Sinagoge untuk mendengar pengajaran tentang Kitab Suci atau hukum Taurat dari rabi mereka. Sinagoge pada konteks zaman sekarang adalah Gereja atau Rumah Ibadah. Gereja adalah suatu lembaga, sehinngga selain sebagai tempat dan jadwal ibadah yang tetap, juga menyediakan bimbingan khusus. Konsep orang tua di Israel mengenai hal mendidik sedikit-banyaknya memberikan tanggung jawab dan peran kepada seorang guru atau rabi yang ada di Sinagoge. 


Tentu saja, mereka menuntut agar dia cakap dalam profesinya, tetapi mereka lebih banyak memperhatikan bahwa ia menjadi teladan yang layak bagi anak-anak mereka. Berdasarkan waktu yang telah disepakati dengan para orang tua, bimbingan khusus bagi anak-anak ini merupakan bentuk pewarisan iman serta pengetahuan, sehingga tanggung jawab orang tua, selain mendidik di rumah juga diharapkan untuk mengarahkan anak-anaknya datang ke Sinagoge guna mempelajari Kitab Suci di bawah bimbingan guru-guru yang memenuhi syarat. Ruang kelas bisa menjadi tempat di mana siswa dan guru bersama-sama mengeksplorasi persimpangan antara kehidupan agamawi dan kehidupan sehari-hari dalam membentuk masyarakat. 


Adapun gambaran tahap-tahap dalam hidup manusia (orang Yahudi) dan pendidikan yang dapat mereka peroleh digambarkan panjang lebar dalam Mishnah, Traktat Aboth 5:21 seperti dikutip oleh Sanjaya berikut ini: Pada umur lima tahun seorang siap untuk belajar kitab suci, Pada umur sepuluh, Mishnah, Pada umur tiga belas, perintah-perintah, Pada umur lima belas, Talmud, Pada umur delapan belas, perkawinan, Pada umur dua puluh, siap untuk mengejar panggilan hidup, Pada umur tiga puluh, berada pada kekuatan penuh, Pada umur empat puluh, pengertian, Pada umur lima puluh, nasihat.  


Tujuan pendidikan dan pengajaran Israel, utama ditujukan kepada anak-anak/generasi muda. Penekanannya pada soal sopan santun, larangan keras pada pelanggan seksual. Para wanita asing yang sering memikat hati dan bebas dari segala larangan Israel dianggap sebagai ancaman khusus bagi generasi muda (Ams 2:18). Dalam kitab Amsal sering kita temukan ‘hai anakku’ sesungguhnya menunjukkan adanya tempat yang dasariah dari hikmat orangtua. Kata ini menunjukkan adanya hubungan khusus antara guru dan anak murid dimana dikelas guru mendapat wibawa sebagai pengganti orang tua kandung. Tapi dalam hal tertentu seperti dalam Amsal 1:9, kedudukan orangtua dan guru dapat berubah menjadi jurubicara dari hikmat. 


Pendidikan dalam Kitab Amsal

Amsal 1:1-7, mengantar kitab ini secara keseluruhan dan menyatakan tujuan amsal-amsal di dalamnya, yaitu “untuk mengetahui hikmat, dan didikan, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, dan untuk memberi pengetahuan serta kebijaksanaan”. Kitab ini menyatakan bahwa di atas semua itu, pengetahuan sejati (hikmat) berawal dari menghormati dan menaati Tuhan, sumber hikmat (Ams 2:6).  



Tradisi Yahudi memberikan tempat utama pada pendidikan Kitab Amsal 22:6 menyebutkan, “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Dari ungkapan ini jelas bahwa pendidikan yang diberikan kepada seseorang akan mempengaruhi pembentukan wataknya. Itulah sebabnya orang tua diperintahkan untuk mendidik dan mengajar anak-anaknya.Bagi orang Yahudi, pendidikan dimulai dari dalam keluarga baru kemudian dilanjutkan di sekolah.Sejak masa kanak-kanak seorang Yahudi telah didik untuk mengenal, memahami dan menghayati imannya.Dalam tradisiYahudi, pendidikan menjadi basis utama dalam membangun komunitas beriman. 

Visi pendidikan Kitab Amsal adalah hikmat “Takut akan Tuhan” (Ams 1:7). Dalam Amsal 1:2-7 dikatakan:  untuk mengetahi hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan, dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda-baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpertian memperoleh bahan pertimbangan-untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. Takut akan tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Dan terdapat juga misi dalam pendidikan Kitab Amsal sebagi berikut

  • Hikmat merupakan hal utama yang harus kita cari (Ams 1:20-33, 2:1-22; 3:1-35; 4:1-27; 8:1-36; 22:17-24:34).
  • Jalan orang bodoh orang yang mengabaikan kehendak Allah adalah jalan menuju bencana (Ams 1:7; 12:16,23; 14:9; 15:20; 17:14; 18:2,6,7; 28:26).
  • Kemalasan jelas akan membawa aib (Ams 6:6,9; 19:15; 13:4; 15:19; 19:24; 20:4; 21:25; 22:13; 24:30; 26:13,16).
  • Kawan sejati bernilai tinggi (Ams 17:7; 18:24; 27:7; 18:24)
  • Kata-kata bukan pengganti perbuatan (Ams 26:20-28). 

Tujuan bagi semua orang ialah agar melalui bahan pendidikan dalam Kitab Amsal mereka mengenal Hikmat, didikan dan kata-kata berpengertian 


Lihat Juga: Pengantar Kitab Amsal secara Lengkap


1. Hikmat

Istilah Hikmat (hokhma) yang dipergunakan pada ayat 2 ini berfungsi sebagai kata kunci bagi seluruh Kitab Amsal.Istilah ini sering dipergunakan dalam kitab Perjanjian Lama.Amsal 1-9 jika disejajarkan dengan istilah-istilah hikmat lain pada ayat 3b (tsedheq, misypat, dan mesyarim) ddan dengan ungkapan “Takut akan Tuhan” pada ayat 7, maka hokhma disini selain bermakna umu, yaitu “kepandaiaan”, “kecerdasan” dan “kebijaksanaa”, juga memiliki arti khusus.


 Kepandaian, kecerdasan, dan kebijaksanaan itu di dalam pengetahuan moral dan religious serta yang bersifat teknis atau praktis. Hikmat bukanlah sesuatu yang menyangkut kepandaian  manusia saja, melainkan sesuatu yang berasal dari Allah. Jadi setiap orang yang ingin memperoleh hikmat harus bertitik-tolak dari iman dan hormat kepada Allah, satu-satunya sumber hikmat itu. Hikmat itu diterapkan dalam banyak bidang kehidupan secara praktis: pernikahandan hidup rumah tangga, persahabatan, pertanian dan perdagangan, pemerintahan dan juga pengadilan, kerja dan lain-lain. Dan di dalam semua itu manusia selalu diajak untuk takut akan Allah (Ams 10:27; 14:26-27) dan percaya kepada-Nya (Ams 16:20; 22:19). Dalam kitab Amsal, hikmat dianggap berhubungan langsung dengan petunjuk Tuhan. Hikmat dalam Amsal 8 khususnya penting, hikmat digambarkan sebagai perempuan yang menyuruh keluarganya untuk mengikuti petunjuk dan menemukan makna hidup. Dalam Amsal 1:20-33, hikmat disebut sebagai perempuan yang menjelajahi jalan-jalan dan lapangan-lapangan sambil sambil memohon agar orang-orang berbalik dari cara hidup mereka yang bodoh dan mendapatkan petunjuk dan ketentraman di dalam dirinya. 


2. Nasihat

Dalam Kitab Amsal istilah  nasihat dipergunakan dalam konteks hasil hikmat yang memiliki artian nasihat yang bijaksana yang berguna untuk membimbing. Jadi nasehat itu dimaksudkan adalah sebagai bimbingan atau pengarahan yang digunakan oleh guru hikmat untuk membawa muridnya kepada sikap hidup dan tingkah laku yang benar, bukan hanya keterampilan teknis atau metode yang dipergunakan si guru dalam memberikan pengajaran. Kitab Amsal menuliskan, salah satu ciri orang bijak adalah mau mendengarkan nasihat. Kebijakan sejati tidak sok pintar dan menutup teliga terhadap nasihat orang lain. 


Sebaliknya, mereka tetap merasa perlu untuk belajar dari sesama.Megapa orang pandai berjalan lurus dan tampak mulus?Karena mereka mengindahkan saran-saran yang pernah melangkah dijalan yang sama, dan belajar dari pengalaman dan kesalahan mereka di masa lalu. Akar dari kebodohan adalah malas mencari tahu, orang bijak adalah orang yang menyadari bahwa ia tidak tahu, lalu ia berusaha mencari tahu. Orang bijak menghargai dan merenungkan nasihat dalam perencanaan.Saat mencari dan meminta nasihat tentu kita tidak dapat bertanya kepada sembarang orang dipinggir jalan. Kitab Amsal bukan hanya untuk menolong orang yang bodoh dan bebal. Amsal-amsal ini akan membuat seorang yang bijak menjadi lebih bijak lagi dan memberi pengertian lebih banyak kepada orang yang sudah memiliki pengertian. Seperti yang dikatakan dalam Amsal 9:9 “Berilah orang bijak nasihat, mak ia akan menjadi lebih bijak, ajarlah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah”. 


3. Didikan

Istilah didikan (musar) paling banyak digunakan dalam tulisan-tulisan hikmat, khususnya dalam Amsal 1-9, dan juga merupakan salah satu kata kunci disana.Kadangkala istilah ini  dicantumkan untuk “didikan”, “disiplin” dan “koreksi praktis”, yang diterima oleh seorang murid dari guru atau orang tuanya, tatapi juga untuk didikan disiplin dan koreksi moral dan hikmat yang dipersonifikasi.


 Dalam bagian lain dari PL, istilah musar dipergunakan untuk didikan, disiplin, dan koreksi atau teguran moral dari Allah. Melalui kitab Amsal diharapkan orang Israel akan dididik, didisiplinkan, dan dikoreksi bukan hanya dalam kepandaian yang bersifat teknis dan praktis. Khusussnya mereka juga akan dididik, didisiplinkan dan dikoreksi dalam hal moral yang bersifat religious, karena mereka memperoleh (menerima, mengetahui, memiliki, dan menerapkan) kebijakan tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Kitab Amsal yang berisikan bahan pendidikan utuk orang muda, memberi penekanan yang berbeda akan peran seorang ibu. Kitab Amsal sangatlah menonjolkan perannya dalam pendidikan (Ams 6:20: 10:1; 15:20).Dia menasehati, mendidik, bahkan menyampaikan pengajaran hikmat kepada anak-anak-Nya. 


Penerapan Pendidikan Perjanjian Lama (Amsal) Dalam Era Modern

Era modern mengubah cara pandang para pendidik Kristen dalam mendidik anak. Toleransi tinggi dan keleluasaan tidak terbatas cendrung merupakan gaya pendidikan saat ini. Sebenarnya justru dalam era modern sekarang, pendidik Kristen harus menerpkan beberapa prinsip dalam Perjanjian Lama yang lebih disiplin dalam hal mendidik anak

  1. Tanggung jawab pendidikan Kristen pertama-tama dan terutama terletak pada orangtua, yaitu ayah dan ibu (Amsal 1:8). Banyak keluarga Kristen masa kini yang menyerahkan pendidikan rohani anak mereka sepenuhnya pada Gereja atau Sekolah Minggu. Mereka beranggapan bahwa Gereja atau Sekolah Minggu tentunya memiliki “staf profesional” yang lebih handal dalam menangani pendidikan rohani anak mereka. Namun, mereka lupa bahwa lama waktu perjumpaan antara anak dengan Guru sekolah minggu, Pendeta, atau pembimbing rohaninya yang hanya beberapa jam dalam seminggu tentunya terlalu singkat untuk mengajarkan betapa luas dan dalamnya pengetahuan tentang Allah. Satu hal yang terpenting adalah Allah sendiri telah meletakkan tugas untuk merawat, mengasuh, dan mendidik anak-anak ke dalam tangan orang tua. Merekalah yang harus mempersiapkan anak-anak mereka agar hidup berkenan kepada Allah.
  2. Tujuan utama pendidikan Kristen adalah untuk mengajar anak-anak takut akan Tuhan, hidup menurut jalan-Nya, mengasihi Dia, dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa mereka. Berlainan denagn pendidikan dunia yang bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang penuh ambisi untuk sukses, mandiri dan percaya pada kekuatan diri sendiri, sedangkan pendidikan Kristen mengutamakan takut akan Tuhan karena hal ini lah yang akan menjadikan semau orang akan rendah hati dan memiliki kasih


Tanggung Jawab Gereja Dalam Mendidik

Mendidik bukan sekedar pekerjaan. Mendidik adalah ajakan Allah untuk bekerja sama, kita menabur benih dan Allah yang menumbuhkannya. Seorang pendidik seperti orangtua, guru, pendeta, dan lain-lain, adalah ibarat seorang penabur. Setiap hari ia menabur rupa-rupa benih yakni: benih kepribadian, disiplin, perilaku, iman, ilmu, pelayanan, kejujuran, keuletan, kemandirian, moral, benih dan belas kasih. Kita mendidik karna kita mempunyai sikap optimism ynag disertai realistis bahwa setiap orang bisa belajar dan bertumbuh.Seorang pendidik membutuhkan sikap sabar untuk memperoleh hasilnya. Sebab pendidikan selalu terjadi dalam proses jangka panjang.

Untuk itu warga gereja harus memberi perhatian kepada pendidikan sebagai wujud dari diakonia atau pelayanan gereja kepada setiap anggota-anggota jemaatnya sebab fondasi dari pelayanan gereja adalah terletak pada pembinaan atau pendidikan warga jemaat, guna mendorong mereka bertumbuh menuju kedewasaan dalam Yesus Kristus. Jadi dengan kata lain, gereja dapat dan harus mendidik umatnya melalui pengajaran. Ada 2 tujuan dalam pendidikan yaitu:

  1. Menolong warga gereja memperoleh arah dan tujuan dalam dunia yang cepat berubah ini
  2. Menolong warga gereja agar mengerti kewajiaban mereka dalam masyarakat dimana gereja perlu berteologia lengkap. 

Daftar Pustaka

  1. Agus Jetron Saeagih, Kitab Ilahi; Pengantar Kitab-kitab Perjanjian Lama, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 135-136
  2. https://www.researchgate.net/publication/338260475_Tradisi_Pendidikan_Iman_Anak_dalam_Perjanjian_Lama diaskes pada tanggal 16 September 2020 pukul 18.06 WIB.
  3. V. Indra Sanjaya, Pendidikan Iman: Belajar Dari Tradisi Kuno, Wacana Biblika 9, no 1 (2009), 10.
  4. Wismohady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2000), 223.
  5. ,,,Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonsia, 2015), 1007
  6. Crhisostomus Sihotang, dkk, Bertumbuh dalam Kristus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 128
  7. Harianto GP. Teologi PAK, (Yogyakarta: ANDI, 2017), 292
  8. Risnawaty Sinulingga, Kitab Amsal 1-9, 75
  9. Risnawaty Sinulingga, Kitab Amsal 1-9, 75-76
  10. David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: gunung Mulia, 2009), 95-96
  11. …Alkitab Edisis Studi, 1009
  12. W.S Lasor, dkk., Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 92
  13. Risnawaty Sinulingga, Kitab Amsal 1-9, 84
  14. Tim Penulis Kambium,  Bertumbuh Dalam Kristus, (Yayasan Gloria, 2010), 3
  15. Andrew Wommack, Amsal 1-15;Hikmat Abadi Untuk Kehidupan Berkat, (Colorado U.S.A: Light Publishing, 2018), 16
  16. Risnawaty Sinulingga, Kitab Amsal 1-9, 76-78, 101
  17. Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, (Jakarta: BPK-GM,1997), 134-135