Makna Nyanyian, Tarian dan Doa dalam Ibadah Kristen Jarang Diketahui


Ibadah merupakan sesuatu yang dilakukan sebagai bakti terhadap Allah. Demikian pula di dalam ibadah tersebut terdapat musik, nyanyian, tarian, dan doa. Dan bagian musik sudah dijelaskan oleh artikel sebelumnya pada pertemuan sebelumnya

Pengertian Ibadah yang jarang di ketahui
Kata ibadah berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah siap tundu, praktek-praktek keagamaan yang wajib dilakukan. Dalam bahasa Indonesia arti ibadah sama artinya dengan perbuatan menyatakan bakti kepada Tuhan, yang didasari pada ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan larangan-Nya.  Kata ibadah dalam bahasa Inggris adalah worship yang berasal dari bahasa Inggris kuno weorthscipe yang terdiri dari dua kata yaitu weorth (worthy) dan scipe (ship) yang artinya menunjukkan penghormatan kepada seseorang, seperti penghormatan kepada seorang bangsawan, atasan atau kepada sang penguasa.

Lihat Juga: Ajaran Keselamatan Menurut Yesus

Pengertian Ibadah Menurut Perjanjian Lama
Ibadah berasal dari kata yang berbahasa Ibrani yaitu abodah atau bahasa arab yang secara harafiah berarti bakti, hormat penghormatan (hommage),  suatu sikap dan aktivitas yang mengakui dan menhargai seseorang atau yang Ilahi. Atau dapat dikatakan suatu penghormatan hidup yang mencakup kesalehan (yang diatur dalam suatu tata cara), yang implikasinya nampak dalam tingkah laku dan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Ibadah Israel

  makna nyanyian, tarian dan doa dalam ibadah kristen yang jarang di ketahui sehingga ibadah disini merupakan ekspresi dan sikap hidup yang penuhu bakti (penyerahan diri) kepada Ilahi, yang pengaruhnya nampak dalam tingkah laku yang benar. Dalam alkitab ada beberapa kata atu ungkapan yang dipakai untk ibadah. Kata dasar abodah adalah abad yang berarti kerja, berusaha, mengerjakan tanah, melayani atau mengabdi sebagai hamba.

Pada zaman bapa leluhu bangsa Israel, ibadah lebih bersifat kpada perorangan yaitu dengan mempersembahkan korban bakaran, mendirikan mezbah atau liang batu sebagai pertanda kehadiran Allah di tengah-tengah mereka. Pada zaman Musa dan Harun ibadah dilakukan dengan cara kemah suci (ibadah umat/bersama), selain ibadah pribadi.

Menurut Musa dan Harun ibadah dilakukan bangsa Israel adalah untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan sebagai respon dari pembebasan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir (Kel 3:18; 5:3). Menurut Musa ibadah itu dapat menjauhkan bangsanya dari penyakit sampar dan ancaman musuh. Mulai dari sinilah peraturan-peraturan dalam peribadahan sudah mulai dilakukan dan diatur dengan cermat. Sejak ibadah kemah suci, tabut perjanjian mendapat tempat yang sentral. Tabut itu ditepatkan di ruang khusus yang disebut ruang maha kudus. Tabut perjanjian itu berisikan dua log batu perintah tuhan (Ul 10: 2, 5).

Pada zaman kerajaan sampai pembuangan ke Babel pola penyembahan bangsa Israel berubah. Sebelum masa ini bangsa Israel beribadah di banyak tempat yang berbeda dan dapat mempersembahkan kurbah secara mendadak. Pada zaman kerajaan ibadah mereka di pusatkan di suatu tempat dan mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Musa. Pada zaman pembuangan, bangsa Israel beribadah di sinagoge untuk tetap setia mempelajari hukum-hukum taurat Allah dan penjelasannya, shema, pembacaan kitab suci, serta doa.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ibadah dalam bangsa Israel adalah pelayanan atau pengabdian seutuhnya dari hidup kepada Allah, yang dinyatakan melalui kultus atau perayaan juga dalam perilaku tiap hari.

Lihat Juga: Alat Musik Pada Perjanjian Lama secara Tuntas

Pengertian Nyanyian, Tarian dan Doa
Pengertian Nyanyian
Nyanyian merupakan ungkapan perasaan yang di ungkapkan melalui syair dan memiliki nada. Nyanyian dan pujian merupakan dua hal yang cukup berbeda. Nyanyian merupakan ungkapan isi hati yang dilatarbelakangi oleh suatu hal, sedangkan pujian merupakan pernyataan memuji kepada suatu.  Kitab Mazmur merupakan kumpulan nyanyian rohani, doa dan sajak. Mazmur-mazmur itu ditulis selama ratusan tahun oleh banyak pengarang, termask raja Daud, untuk dibaca dan dinyanyikan oleh orang Israel sewaktu beribadah.

Dalam Perjanjian Lama, nyanyian digunakan dalam penyembahan terhadap Allah. Kata nyanyian dalam bahasa Ibrani adalah “sirah” (שׁ׃ירֶ×—), nyanyian ini merupakan puji-pujian umat kepada Allah, bisa juga berupa ibadah permohonan dan ucapan syukur seperti yang tertulis di kebanyakan kitab Mazmur. Satusatnya dasar dan alasan bangsa Israel melakukan iabadah puji-pujian adalah panggilan Tuhan kepada umat-Nya untuk berkumpul dan berhari raya di hadapan wajah-Nya dan untuk memuliakan nama-Nya.  Selain itu, nyanyian yang dinyanyikan bangsa Israel adalah puji-pujian umat adalah nyanyian kemenangan dan pujian bagi Allah, karena Dia telah berperang untuk mereka serta nyanyian itu sebagai kesaksian untuk mengingatkan Israel bahwa Tuhan akan membawa mereka ke tanah perjanjian.

Pengertian Tarian
Meskipun para penulis Alkitab tidak menggambarkan tarian dengan detail, tarian adalah sebentuk pujian religius yang diiringi oleh musik. Tarian sebagai hiburan (Kel. 32:19), namun selain itu kegiatan ini mengandung niali-ilai keagamaan. Ibu-ibu membentuk kelompok-kelompok untuk menari pada saat perayaan nasional, seperti sesudah menyeberangi laut merah (Kel. 15:20).

 Pemazmur berisi beberapa rujukan pada menari yang diasiosasikan dengan peribadatan yang religius, misalnya “Biarlah mereka memuju-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya denga rebana dan kecapi (Mzm 149:3).  Tarian disebutkan dalam banyak bagian di dalam Alkitab dan sesudah Alkitab. Seperti yang diketahui bahwasanya kehidupan sosial agama bangsa Israel sangat melekat dengan yang namanya tarian. Itu bisa dibuktikan dari berbagai literatur yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama.

Pengertian Doa 
Menurut kamus umum bahasa Indonesia doa merupakan permohonan (harpaan dan pujian) kepada Tuhan.  Perjanjian Lama menggunakan kata תפלה (tepilla) artinya doa atau permohonan. Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikpa roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah.  Doa adalah berhubungan atau berbicara dengan Allah. Komunikasi atau pembicaraan manusia kepada Allah, atau peristiwa di mana manusia mengangkat hati kepada Allah.

Doa sering disebut juga berbicara dengan Allah, artinya menyampaikan isi hati kepada Allah.  Doa merupakan pernyataan dari ketergantungan manusia kepada Allah untuk segala sesuatu. Doa mendatangkan kuasa Allah ke dalam kehidupan manusia.  Doa dalam perjanjian lama diartikan pada saat manusia berbicara dengan Tuhan, mengakui dosanya, menyembah dan bersyukur kepada-Nya. Percakapan dengan Tuhan yang muncul dari hubungan erat dengan-Nya dinamakan doa yang mengandung banyak unsur seperti : kurban syukur (mzm.50:14-23; 107:22), pengakuan dosa ((Mzm. 51).

Fungsi Nyanyian
Nyanyian juga memiliki fungsi untuk mempersatukan jemaat, dan merupakan pujian kepada Allah. Bangsa Israel menyanyi dengan penuh ekspresi untuk mensyukuri anugrah yang datang dari pada Allah dan diberikan kepada mereka.

Fungsi Tarian
Tarian berfungsi sebagai peringatan hari besar nasional, atau sesudah kemenangan militer (1 Sam. 18:6), dan memperingati hari raya keagamaan (Hak. 21: 19-21).  Sepeerti yang kita ketahui bahwa kehidupan orang Israel sangat melekat dengan Taurat. Maka setiap perayaan-perayaan yang ada di dalam ajaran taurat, mereka juga menari-nari (Kel. 34:19-22; 23:16). Walaupun setelah di kemudian hari mereka menetap di Kanaan, mereka mengadopsi tanggal menanam, merawat, dan panen di kawasan sekitar Kanaan.

Fungsi Doa
  1. Sebagai penguatan di dalam ketakutan dan sarana unutk menjalankan kehendak Allah. 
  2. Sebagai sarana umat untuk mengucap syukur terhadap Allah. 
  3. sebagai sarana berkomunikasi kepada Sang Pencipta, dengan begitu kita menjalin hubungan yang harmonis dengan-Nya.  

Jenis-jenis Nyanyian
a. Nyanyian Pujian (Mzm. 8; 19; 46; 100; 103; 150).  Himne atau nyanyian pujian bergema dengan semangat orang yang beribadat yang merasa berhadapan dengan Allah, muka dengan muka. Puji-pujian ini sering terdiri dari tiga unsur  :
  1. Panggilan untuk beribadat, yakni seorang pemimpin mendorong jemaatnya untuk memuji Tuhan (bdk. Mzm.105:1). Seruan-seruan ini terdapat dalam bentuk jamak untuk menunjukkan bahwa seluruh jemaat atau kelompok besar di dalamnya, diikutsertakan. 
  2. Gambaran, tentang karya atau sifat-sifat Allah yang biasanya merupakan isi puji-pujian dan memberi motivasi untuk memuji  (bdk. Mzm.105:7, 43)
  3. Kesimpulan, yang mengimbau puji-pujian atau ketaatan yang baru: Haleluya! (Mzm.105:45c). Hampir semua unsur ini terdapat dalam Mazmur 8; 19; 29; 33; 104-105; 111; 113-114; 117; 135-136; 145-150.
b. Nyanyian Syukur (karena pertolongan Allah) (Mzm. 9; 23; 30; 34; 66).  Bentuk nyanyian ini sering berhubungan dengan bentuk keluhan pribadi. Nyanyian ini sering dimaksudkan untuk digunakan setetlah penyelamatan terjadi dan keluhan-keluhan terjawab. Nyanyian syukur ini antara lain terdapat di Mazmur 40 : 2-11; 92; 107; 116; 138-139; 146. Unsur-unsur atau struktur dari mazmur ini: (1) Pernyataan kasih dan pujian (2) Rangkuman pendahuluan (3) Ingatan tentang waktu kesusahan (4) Laporan mengenai permohonan dan penyelamatan (5) Pembaruan nazar pujian (6) Puji-pujian.

c. Nyanyian Ziarah (arak-arakan) (Mzm. 84; 122).  Nyanyian arak-arakan menggambarkan kerinduan dan pengharapan para peziarah serta penyembah pada waktu menghampiri Rumah Allah. Beberapa diantaranya mencerminkan bahaya perjalanan maupun pengharapan akan berkat. Yang lain merupakan suatu “liturgi masuk”, bagian upacara yang dijalani peziarah untu menguji kesetiaan mereka kepada Allah sebelum diizinkan untuk memasuki Rumah Allah (Mzm. 15; 24).   Nyanyian Ziarah (Ibr. Hamma’lot) disebut juga nyanyian tingkatan. Yang termasuk golongan ini banyaknya 15, dan tempatnya berturut-turut, yakni Mazmur 120-134. Masing-masing mazmur mempunya judul yang bunyinya “Nyanyian Ziarah”.  Mengapa dinamakan nyanyian tingkatan? Menurut pengertian orang Yahudi zaman dahulu, ke 15 mazmur ini harus dinyanyikan berturut-turut pada saat mereka menaiki tingkatan semi tingkat ke-15 tangga Bait Allah. 

d. Nyanyian Kemenangan, misalnya Mazmur 68 disusun menurut nyanyian penuh semangat yang dibawakan oleh Miryam.

e. Nyanyian Sion, Ada beberapa Mazmur yang berfokus pada kota Sion (misalnya Mzm. 46; 48; 76), yang memuji Tuhan karena kehadiran-Nya yang agung.  Nyanyian Sion mengagungkan Tuhan karena pilihan dan perlindungannya atas Yerusalem dan kehadiran-Nya yang menyelamatkan di kota Sion. Sion adalah “kota Allah” (Mzm. 46:5; 48:2,9; 87:3), “kota Tuhan semesta Alam” (Mzm. 48:9 bnd. 84:2), kota Raja Besar (Mzm. 48:3) dan “kediaman yang Mahatinggi” (Mzm. 46:5). Tuhan sendirilah yang membangun kota ini (Mzm. 48:8; 87:5).

 Berbeda dengan madah, nyanyian-nyanyian Sion tidak dibukan dengan suatu undangan untuk memuji Tuhan. Gantinya terdapat pernyataan-pernyataan pujian kepada Tuhan sebagai yang berdiam di Sion dan perlindungan dari segala mara bahaya. Nyanyian ini ditutup dengan kesimpulan untuk pendengar dalam bentuk seruan atau perintah. Ahli berpendapat nyanyian ini berasal dari zaman pembuangan—sesudah pembuangan, karena baru dalam periode itu teologi Sion Yerusalem, terutama dalam pewartaan kenabian muncul dengan cukup kuat.

Namun menurut H.J. Karus, latar belakang nyanyian Sion agakanya adalah “pesta rajawi Sion”. Unsur-unsur pesta ini diambil-alih dari tradisi kultis orang-orang Yebusit setelah kota mereka direbut Daud (bnd. Kej. 14:18; Mzm.110:4). Meskipun adanya pesta rajawi Sion tahunan ini disimpulkan hanya dari nyanyian-nyanyian Sion dan Mzm. 132 (bnd. Pula Mzm. 68), namun hipotesa Kraus ini perlu dipertimbangkan. Latar belakang sejarah atau suatu kejadian konkrit dari nyanyian-nyanyian itu harus itu harus selalu ditanyakan apabila kita mau melihat artinya secara lebih mendalam. 

f. Nyanyian Penobatan. Nyanyian penobatan dinyanyikan dengan tujuan merayakan pemerintahan Allah sebagai Raja atas bangsa-bangsa (Mzm. 47; 93; 96-99). Pesta penobatan Tuhan sebagai Raja.  Mazmur ini sering disebut juga Mazmur Madah TUHAN-Raja. Dalam mazmur ini Tuhan dipuji sebagai Raja Israel dan Raja semesta alam. Suatu suasana kegembiraan dan pesta sangat terasa dalam nyanyian-nyanyian ini.

 S. Mowinckle berpendapat bahwa terjemahan yang tepat dari Yahweh malak bukanlah “TUHAN adalah (itu) Raja” (Mzm. 93:1; 96:10; 97:1; 99:1), melainkan “TUHAN (telah) menjadi Raja”. Arti kata-kata ini sebenarnya serupa dengan seruan yang disampaikan rakyat kepada seorang raja yang baru dilantik (“segera sesudah  kamu mendengar bunyi sangkakala, berserulah” Absalom seudah menjadi raja di Hebron!, 2 Sam. 15:10).

Jadi Tuhan seperti dinobatkan menjadi raja oleh Israel. Madah TUHAN Raja oleh Mowinckle disebut mazmur-mazmur pelantikan atau pentakhtaan Tuhan menjadi Raja. Menurut Mowinckle Tuhan dilantik menjadi Raja pada hari raya pengumpulan hasil (Kel. 23:16; 34:12) yang sekaligus merupakan pesta Tahun Baru orang Israel. Pada pesta pentakhtaan Tuhan, kejadian-kejadian keselamatan yang dialami Israel di masa lampau dan yang membuat mereka melihat Tuhan menjadi Rajanya, dialami kembali sebagai suatu kenyataan yang baru dan aktual.

g. Mazmur-Mazmur Raja, Pasal-pasal yang termasuk dalam mazmur-mazmur raja ialah Mzm. 2, 18, 20, 21, 45, 72, 89, 101, 110, 132, 144:1-11. Mazmur-mazmur ini tidka memiliki pola dan ciri-ciri, karena ditinjau dari sudut isinya, latar belakang konkritnya, cukup berbeda-beda. Mereka dikelompokkan dalam suatu “jenis” hanya karena kesatuan temanya, yakni karena berbicara tentang raja.

Meskipun mazmur ini tidak memiliki pola jenis, namun ada dua unsur yang kerap dijumpai yaitu firman Tuhan kepada raja dan doa untuk raja. Raja dianggap sebagai pejabat kerajaan Tuhan. Mazmur-mazmur raja ini dinyanyikan pada hari pemahkotaan raja atau ulang tahun pemahkotaan tersebut (Mzm. 2; 110), pada hari perkawinan raja (Mzm. 45), doa permohonan untuk raja (Mzm. 20, 72), nazar seorang raja (Mzm. 101).

h. Mamzur-mazmur Kebijaksanaan, Ada sejumlah mazmuryang menurut nada dasar, gaya dan isinya, sama dengan kesusasteraan kebijaksanaan. Puisi-puisi ini disebut mazmur-mazmur kebijaksanaan dan tidak mempunyai pola jenis (Mzm. 1; 19:8-15; 34; 37; 49; 73; 112; 119; 127; 128; 133. Mazmur-mazmur ini bersifat mengajar atau merenungkan salah satu tema kesayangan kebijaksanaan, seperti air dan tempat Taurat dalam hidup seorang beriman (Mzm.1; 19; 8-15; 119), penderitaan orang benar dan kebahagiaan orang fasik (Mzm. 37; 49; 73), berkat bagi kepala keluarga yang takut akan Tuhan (Mzm. 112; 127; 128), dan berkat persaudaran (Mzm. 133). Hanya 19:8-15 dan 119 yang mengandung unsur-unsur doa.

i. Mazmur-mazmur Kenabian, Mazmur 14 (=53), 50, 52, 75, 81, 82 dan 95 dapat disebut mazmur-mazmur kenabian karena gaya dan isinya menyerupai firman yang memberitakan hukuman atas Israel yang disampaikan oleh para nabi.

Jenis-jenis Tarian 
Beberapa jenis tarian bangsa Israel adalah:
  1. Tarian meloncat, tarian ini dilakukan saat bersukaria penuh dengan kegembiraan.
  2. Tarian berjingkat, sebuah tarian berjingkat merujuk pada tarian ritual.
  3. Tarian melompat, sebuah tarian ratapan atau penguburan
  4. Tarian berputar, merupakan tarian khusus untuk perempuan yang bertujuan untuk menyambut kemenangan.

Jenis-jenis Doa
1. Keluhan Umat  (Doa Permohonan Umat) 
Istilah “keluhan” lebih baik dari pada “ratapan” untuk menyebut doa-doa memohon pertolongan dalam kitab Mazmur.
Bangsa  Israel dahulu tidak percaya akan hidup di akhirat, dan akan pembalasan yang terjadi sesudah kematian. Bagimereka kehidupan manusia berlangsung antara saat kelahiran dan saat kematian. Sesudah kematian orang pergi ke kerajaan maut (Ibr. Syeol). Syeol itu dibayangkan sebagai ruangan luas, tempat arwah berbaring di lantai yang terdiri atas lumpur dan debu.

 Di syeol segala aktivitas berhenti, semua dalam keadaan sama saja. Oleh karena nasib semua arwah sama, maka ganjaran dan hukuman tidak mungkin diberikan sesudah kematian. Itu harus terjadi di bumi. Prinsip yang di anut bangsa Israel adalah Allah harus memberikan ganjaran (umur panjang, kesehatan, kesejahteraan, dsb) kepada orang yang baik; dan hukuman kepada orang jahat. Allah akan bertindak adil kepada manusia dan memberikan ganjaran dan hukuman di dunia sesuai kelakuan manusia. Para pemazmur hanya mengenal pembalasan di bumi.
Mazmur 12; 44; 58; 60; 74; 79-80; 83; 85; 90; 126 dan lain-lain merupakan doa yang disampaikan oleh jemaat dalam keadaan darurat seperti :
  • Penyerbuan atau kekalahan ( Mazm. 44; 60; 74; 79-80; bnd. Rat.5).
  • Penindasan oleh musuh-musuh yang kejam (Mzm. 58).
  • Bahaya serangan (Mzm. 88).
  • Wabah penyakit, kemarau, kelaparan atau bencana alam lainnya (Mzm. 85; 126; bnd. Yl. 12:15-17). 
Unsur sastra yang hampir semua terdapat dalam Mazmur keluhan umat, yakni :
  1. Seruan kepada Allah untuk minta tolong (bnd.Mzm. 74:1)
  2. Keluhan yang menggambarkan keluhan umat Allah, yang sering diungkapkan dalam bentuk kiasan. Kadang-kadang keluhan ini berpusat pada tiga pihak yang bersangkutan, yaitu musuh, umat itu sendiri, dan Allah. 
  3. Pengakuan kepercayaan yang sering didasarkan pada karya Allah pada masa lampau. 
  4. Permohonan untuk pembebasan, biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah dan sering memhon penghukuman atas musuh-musuh. 
  5. Seruan yang mengingatkan akan nama baik Allah atau janji-Nya.   
  6. Nazar Pujian yang dilakukan oleh orang-orang yang menderita untuk merayakan pembebasan mereka dengan puji-pujian di hadapan umum. 
2. Keluhan Pribadi  (Doa Permohonan Pribadi)
Mazmur-mazmur dalam kategori ini lebih banyak daripada kategori lainnya (Misalnya : Mazm. 3; 5-7; 13; 17; 22; 25-28; 31; 35-36; 38-40; 42-43; 51; 54-57; 59; 61; 64; 69-71; 86; 88; 102; 108-109; 120-130; 139-143). Unsur-unsur keluhan pribadi ini hampir sama dengan unsur-unsur keluhat umat.
  1. Seruan kepada Allah untuk seruan minta tolong.
  2. Keluhan yang sangat puitis 
  3. Pengakuan kepercayaan 
  4. Permohonan yang kadang-kadang diungkapkan sebagai harapan (“kiranya Tuhan...”), lebih sering dinyatakan dalam bentuk perintah, tetapi juga dengan permohonan seperti “dengarlah”, “ingatlah”, “selamatkanlah”. 
  5. Penjelasan tambahan,seperti permohonan akan pemeliharaan Allah secara khusus, gambaran mengenai kegembiraan musuh-musuh Alah, doa pengakuan (Mzm.51:5-7), atau protes karena tidak bersalah (Mzm. 26:3-8). 
  6. Nazar pujian di mana orang berjanji akan memberi kesaksian dan persembahan syukur di depan umum (Im. 7:11-18). 
  7. Jaminan bahwa Tuhan mendengar pada waktu orang yang menderita terlebih dahulu mengungkapkan keyakinannya akan jawaban Allah. 
Ada tiga macam keadaan yang tampaknya mendorong munculnya doa-doa keluhan pribadi, yakni : tuduhan yang tidak adil mengenai kejahatan atau kesalahan, dilakukan oleh saksi-saksi palsu yang bersekongkol dengan musuh-musuh orang yang menderita untuk menghukumnya secara tidak adil, kemudian penyesalan akan dosa-dosa pribadi (Mzm. 51, 130), dan penyakit atau kelemahan (Mzm. 6; 39; 62; 88) yang kadang-kadang tampaknya digabungkan dengan tuduhan yang tidak adil.

3. Doa Ucapan Syukur  
Ucapan syukur merupakan doa perseorangan (Mzm. 30; 32; 40:2-12; 66:13-20; 92; 116; 138) atau jemaah (67; 107:1-32; 118; 124) yang telah di dengarkan permohonannya dan dibebaskan dari penderitaan. Doa ucapan syukur perseorangan itu pada umumnya terdiri dari unsur-unsur berikut :

1) Pembukaan: berupa pernyataan tentang alasan pemazmur bersyukur dan memuji Tuhan (Mzm. 30:2; 66:13-15; 138:1-2a), pernyataan tentang indahnya bersyukur kepada Tuhan (Mzm. 92:2-4) dan seruan “berbahagialah” (Mzm. 32:1-2). Pernyataan tentang maksud untuk bersyukur dan memuji Tuhan bisa terdapat di tenah mazmur (Mzm. 40:8-9) dan dikatakan lebih dari satu kali

2) Bagian Inti: pada umunya dibuka dengan kata “sebab” yang menunjukkan motif ucapan syukur tersebut. Di dalam motif ucapan syukur tersebut pemazmur mengakui perbuatan-perbuatan yang dikerjakan Tuhan baginya. Unsur lain yang kerap dijumpai dalam bagian inti ini ialah cerita tentang penderitaan serta permohonannya di dalam penderitaan tersebut dan bagaimana Tuhan telah mendengarkannya. Unsur lain yang terdapat dalam bagian inti ini, yakni ajakan untuk memuji Tuhan dan pengajaran kepada jemaah yang hadir.

3) Penutup: dapat berupa madah pujian kepada Tuhan (Mzm. 30:12-13; 32:11; 66:20; 138:8).
Tema ucapan syukur ialah kebaikan serta kasih setia Tuhan dan ketergantungan manusia pada-Nya. Bersyukur dan memuji memiliki arti yang sedikit berbeda. Bersyukur agaknya lebih merupakan pengakuan seseorang atas kebaikan dan kasih setia Tuhan yang telah membebaskan , mendengarkan dan menyelamatkan dari suatu penderitaan. Memuji lebih merupakan pengagungan jemaah atas kemuliaan dan kedahsyatan Tuhan dalam karya-karyaNya seperti dinyatakan dalam alam an terutama dalam sejarah keselamatan. Dalam pujian, jemaah mengungkapkan kesadaran dirinya sendiri dalam hubungan dengan Tuhan. Meskipun ada perbedaan ini, namun antara keduanya ada hubungan yang sangat erat. Bersyukur selalu mengandung unsur memuji.

4. Doa Kepercayaan  
Sangat dekat hubungannya dengan doa permohonan ialah doa kepercayaan. Doa kepercayaan dibagi atas dua kelompok yaitu doa perseorangan (Mzm. 3; 4; 11; 16; 23; 62; 121; 131) dan jemaah (Mzm. 115, 125; 129). Doa kepercayaan adalah ungkapan ketenangan hati, kedamaian jiwa, kegembiraan dan kekuatan iman di tengah segala kesukaran, tantangan dan penderitaan hidup. penderitaan yang paling banyak disebut dalam doa kepercayaan adalah penindasan.

Motif-motif kepercayaan kepada Tuhan Penyelamatan diungkapkan, terutama melalui bahsa gambaran seperti perisai (Mzm.3:4), gembalaku (Mzm. 23:1), warisan dan pialaku (Mzm. 16:5), gunung batuku dan kota bentengku (Mzm. 62), penjaga dan naunganmu (Mzm. 212) dan... ibu (Mzm. 131). Doa kepercayaan membawa kita ke nilai-nilai hidup batin yang tinggi; di dalamnya terdengar gema pujian. Hampir semua penafsir sepakat bahwa doa kepercayaan adalah ungkapan kesalehan di luar ibadat atau doa orang-orang saleh”yang rukun di negeri” (Mzm. 35:20).

Hubungan Antara Nyanyian, Tarian dan Doa  dalam Ibadah Israel. 
Kitab Mazmur memberikan kesaksian tentang hubungan yang bersemangat antara Allah Israel dengan umat perjanjian-Nya. Kitab Mazmur memuat doa-doa dan kidung-kidung umat, yang merindukan Allah sebagai tempat perlindungan di tengah huru-hara, dan berulang-ulang mengalami campur tangan-Nya secara pribadi dalam kehidupan mereka. Doa-doa dan kidung-kidung yang dipersembahkan kepada Allah harus dipahami sebagai Firman Allah. Allah sendiri yang menggerakkan pemazmur untuk berdoa dan menyanyikan pujian.  Von Rad (1962) memasukkan kitab Mazmur dan sastra hikmat ke dalam bagian teologi perjanjian lamanya yang berjudul “Jawaban Israel”.

Memang kitab Mazmur adalah respon para imam dan umat Allah pada umumnya terhadap karya penyelamatan dan Penyataan Allah dalam sejarah. Mazmur-mazmur ini bukan hanya tanggapan tapi penyataan juga. Melalau Mazmur-Mazmur itu kita dapat belajar mengenai arti penyelamatan Allah dalam kepenuhannya yang bermacam-macam bagi anak-anak Allah, juga tingginya penghormatan dan panjangnya ketaatan yang adalah tugas mereka.

Sebenarnya musik, nyanyian, tarian, dan doa memang sangat melekat di kehidupan orang Israel. Bahkan di dalam peribadahan pun mereka memakai musik, nyanyian, tarian, dan doa. Hubungannya adalah bahwasanya  orang Israel bernyanyi diiringi oleh alunan musik dan respon atas nyanyian yang di nyanyikan merekapun menari-nari. Syair dari nyanyian merekapun merupakan ucapan syukur dan doa atas kasih karunia Tuhan terhadap bangsa Israel (Bndk Kel. 15:1, 20-21).  Jadi dapat disimpulkan bahwasanya musik, nyanyian, tarian dan doa, adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

Catatan Kaki
  1. Sri Sukehi Adiwimarta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 364.
  2.   James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 15.
  3.   A. Crobarch, Worship In Old Testament, dalam the Interpreter’s Dictionary of the Bible, (Nashville: Abingdon press, 1982), 879.
  4.   New Bible Dictionary, (Leicester: Inter-Varsity Press, 1967), 1262.
  5.   Yonas Muanley, Musik Gereja, (Jakarta: STT Injili Aarastamar, 2005), 35.
  6.   David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013), 84-85.  
  7.   C. Barth, Teologia Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010), 59.
  8.   Rosali Setiawan, Tujuh Pemahaman Alkitab Tentang Ibadah, (Jakarta: BPK-GM, 2003),1.
  9.   ..., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), 449.
  10.   Philp J. King & Lawrance E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah,(Jakarta: BPK-GM, 2002), 343.
  11.   Alfred Sendrey, Music In Anciet Israel, (New York: Philosopical Library, 1969), 445.
  12.   W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahsa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), 254.
  13.  J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid A-L, ( Jakarta : YKBK/OMF, 1999), 249.  
  14.   Erncst Maryanto, Kamus Liturgi Sederhana, (Yogyakarta : KANISIUS, 2004), 42.  
  15.   J.W. Brill, Doa-doa dalam Perjanjian Lama, (Bandung : Kalam Hidup, ttp.), 9.  
  16.   A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja I A-G, (Jakarta : Cipta Loka Caraka, 1991), 248. 
  17.   J.L. Ch. Abineno, Nyanyian Gereja dan Paduan Suara, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1965), 12.
  18.   ..., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, 449.
  19.   Alfred Sendrey, Music In Anciet Israel, 456-457.
  20.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 49-51.
  21.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 51-53.
  22.   Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, 64-64.
  23.   David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 85.
  24.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, (Jakarta :BPK Gunung Mulia, 2007), 44-45. 
  25.   David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 85. 
  26.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 54. 
  27.   David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 85. 
  28.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 46.  
  29.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 46.
  30.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 46.  
  31.   Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72,  Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), 57-58.  
  32.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 47.  
  33.    Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, 54-55.  
  34.   Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, 68. 
  35.   Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, 69.
  36.   Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, 70.  
  37.   Philp J. King & Lawrance E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, 341-343.
  38.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 49-51. 
  39.   Wim Van Der Weiden, Mazmur dalam Ibadat Harian, (Yogyakarta : KANISIUS, 1991), 82.
  40.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 51-53.  
  41.   Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, 65-66. 
  42.   Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-72, 64-64.  
  43.    Roy B. Zuck, A Biblical Theology Of The Old Testament, (Malang : Gandum Mas, 2015), 465. 
  44.   W. S. LaSor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, 68.  
  45.    ..., Enslikkopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, 109.
  46.   http://id.wikipedia.org diakses tanggal 9 September 2020, pukul 16.00