Struktur Alam Semesta Menurut PL
Sruktur Alam Semesta Menurut Kitab PL
Pendahuluan
Pada pembahasan kali ini, akan membahas struktur Alam semesta menurut Kitab PL Dan Bangsa Bangsa Sekitarnya terkususnya Bangsa Mesir, Babel dan Kanaan. Dalam konteknya ketika penulisan Alkitab terkususnya PL belum di temukanlah alat-alat yang canggih untuk menggambarkan bagaimana Alam semesta ini dan juga belum pernah ada mahluk di bumi pergi ke luar angkasa untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Alam semesta ini, tetapi bangsa Israel dan bangsa-bangsa sekitarnya turut menggambarkan bagaimana struktur alam semesta ini dengan keterbatasanya melalui pengetahuan, pengalaman dan juga kepercayaan yang mereka anut. Untuk lebih mengetahui bagaiman pemahaman Sruktur Alam Semesta Menurut Kitab PL Dan Bangsa Bangsa Sekitarnya marilah membahasnya secara seksama, semesta
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Struktur
Cara sesuatu di susun atau di bangun, susunan, bangunan dengan pola tertentu, pengaturan unsur atau bagian suatu benda, atau sebuah ketentuan unsur-unsur dari sebuah benda.
2.2. Pengertian Alam Semesta
Menurut KBBI, alam semesta adalah segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)yang termasuk ke dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu keutuhandan merupakan daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini dan tidak merupakan buatan manusia.
2.3. Asal Usul Alam Semesta Menurut Kitab PL
Dalam penulisan Perjanjian Lama memerlukan periode yang panjang, yaitu 3000 sampai 2000 SM. Pokok-pokok kepercayaan yang dianut waktu itu dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman Israel, sikap-sikap, dan seluk beluk hidup, yang sebagian besar kabur bagi kita. Bagi umat Israel, peristiwa penciptaan dunia ini tidaklah semata-mata merupakan suatu pokok pengetahuan yang penting dan berharga, tetapi lebih nmerupakan suatu pokok kebanggaan, penghiburan dan pengakuan percaya. Umat Israel percaya dan mengaku bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi, artinya peristiwa ini merupakan alas dan sendi yang teguh, tempat beridiri yang tidak goyang, sekalipun segalanya hampir jatuh. Umat Israel mempunyai pokok-pokok kepercayaan lainnya di samping ini, malahan pokok-pokok yang lebih utama di dalam kepercayaan itu. Pengetahuan orang Israel tentang Allah sebagai pencipta mereka menyebabkan sikap yang berbeda dari bangsa lain. Allah adalah pencipta segala sesuatu.Sejak awal kitab kejadian, fokus dari sorotan penyataan terarah kepada yang maha kuasa. Dia adalah yang awal sang penyebab dan sumber segala yang ada. Dia menjadikan segala sesuatu dan semua orang yang akan cocok untuk memenuhi rencanaNya bagi segala zaman. Semua materi yang di perlukan untuk pelaksanaan rencana diciptakan olehNya dengan ajaib.Menurut teori yang pertama, penciptaan semula alam semesta di gambarkan dalam Kej 1:1 “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Bangsa Israel memandang bahwa alam semesta juga memiliki kuasa yang menakutkan dan menakjubkan, tetapi itu semua tidak di anggap sebagai kuasa alam yang beredar melainkan kuasa pembebas dari Yahwe, kuasa pribadi Allah yang penyelamat. Allah Israel bukanlah kuasa alam la tidak imanen (hadir dalam setiap alam) melainkan transenden (melebihi alam), sebab pertama-tama la adalah Allah sejarah la dikenal dan dipuja oleh bangsa Israel bukanlah sebagai pemberi hujan, kesuburan, terang, dsb; melainkan pertama-tama karena la telah memilih bangsa Israel menjadi umatNya. Masyarakat Israel kuno membayangkan langit sebagai samudra raya di langit. Ada kubah yang melingkupi bumi dan menahan samudera di langit (Kej I 6-7) Hujan jatuh di bumi ketika Allah membuka jendela-jendela di langit (Kej 7 11-12, Yes 24:18, Mal 3 10).
Bangsa Israel juga memiliki pandangan mengenai alam semesta yang diuraikan di dalam kitab-kitab yang ada di luar kitab Kejadian. Misalnya dalam Yesaya 40:22, di dalam ayat ini disebutkan bahwa Tuhan Allah bertahta di atas bulatan bumi, dan bahwa Dia jugalah yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman. Jadi disini bumi digambarkan sebagaimana yang tampak pada pemandangan mata sehari-hari, yaitu: sebagai tertutup oleh sebuah kubah yang besar, sehingga orang-orang yang di bumi seolah berada dalam sebuah kemah yang besar. Di atas bumi yang melengkung itu digambarkan Tuhan Allah bertahta, sedemikian tinggi, sehingga manusia yang menduduki bumi, jika dipandang dari tenmpat yang tinggi itu, tampak seperti belalang (Bnd.Yes 44:24, 45:12, 51:13, Zak 12:1 Mzm 104:2, dll). Atau dengan pemahaman yang sederhana yang nyata dalam benda-benda langit: Allah menciptakan matahari dan bulan serta segala bintang (Am 9:13), segala awan yang melayang di bawah permukaan cakrawala itu, beserta hujan yang di turunkannya, pelangi yang seakan-akan merupakan jembatan antara langit dan bumi (Kej 9). dan halilintar yang bernyala-nyala dengan dahsyatnya, ini termasuk kepada bagian langit yang kelihatan bagi manusia, dan semuannya merupakan kebijaksanaan Sang Khalik. Jauh di atas langit yang kelihatan ini, Allah membuat langit-Nya yang tidak kelihatan, langit yang biasa kita sebut "sorga". Di ruang yang tidak terduga itulah la mendirikan "takhtaNya", mengatasi samudera langit yang menekan bendungan cakrawala (Mzm 29:10), dari situlah la memerintah atas seluruh kerajaanNya, darisitulah la "turun" untuk menyatakan diriNya, namun tanpa menyangkal kediamanNya sendiri yang tak terhampiri. Allah Membuat semuanya, itu berarti semua yang merupakan hak miliknya sendiri: Bukan otoritas-berdaulat atau alat-alat dari kekuasaan di luar Allah, tetapi alat-alat dari tangan Allah sendiri, cocok untuk menjalankan kehendak dan rencana.
Menurut kesaksian umat Israel di dalam Perjanjian Lama, Allah menciptakan dunia sebagai tindakan pendahuluan di dalam rencana penyelamatan-Nya terhadap Israel dan selunuh dunia Lalu mulai dalam Mazmur 104.3, memulai Tuhan Allah membangun kamar-kamar lotengnya di udara (Bnd. Am 9: 6). Menurut bagian Alkitab ini, di atas bumi masih ada udara, yang menjadi tempat kediaman Tuhan Allah atau dapat juga disetujui, yaitu udara yang mendukung Surrga (bnd Ya 24: 18; Mzm 78:23; Kej 7:11; 8: 2). Selanjutnya lautan besar bukan hanya dilihat di atas langit, juga di bawah bumi. Umat Israel menyetujui langit itu cipataan belaka, ciptaan Allah sendiri Allah menciptakan langit itu dengan sempurnanya, semua bagian, semua liku-liku ciptaan-Nya yang besar itu mencerminkan kebijksanaanNya. Yang paling nyata pada pemandangan manusia adalah cakrawala, yaitu "kubah" raksasa seperti yang sudalh di jelaskan di atas. 2.4. Struktur Allam Semesta Menurut Kitab PL Alam semesta di gambarkan sebagai langit dan bumi dengan segala yang ada berada di dalamnya. Kepercayaan tentang Allah sebagai pencipta alam yang kompleks namun tertata rapi, termasuk penjaga keberlangsungan dunia ciptaan sampai sekarang.
2.4.1. Langit
Istilah Ibrani Syamayim dapat berarti “langit”. Adapun yang dimaksud dengan langit adalah segala sesuatu yang ada diatas bumi yaitu : burung-burung, awan-awan dan benda-benda langit. Langit adalah dunia bagian atas.Langit juga tempat kuasa-kuasa yang tidak dapat di duga dan dikendalikan manusia. Langit adalah ciptaan Allah yang sempurna ini nyata dari cakrawala bagaikan kubah raksasa di atas permukaan bumi,untuk membendung samudera langit (Kej 1:8; Mzm 148:4-6). Benda-benda langit menjadi penguasa siang dan malam, tanda pengukur waktu. Segala angin yang bertiup (Mzm 89:13; Am 9:13), segala awan yang melayang di bawah permukaan cakrawala itu beserta hujan yang diturunkannya, pelangi yang seakan-akan merupakan jembatan antara langit dan bumi (Kej 9) dan halilintar yang bernyala-nyala dengan dahsyat.Semuanya itu termasuk bagian langit yang kelihatan bagi manusia dan semuanya mencerminkan kebijakan Sang Khalik. Jauh di langit yang kelihatan Allah membuat langit-langitNya yang tidak kelihatan yang di sebut surge.Di sini Allah mendirikan takhtaNya (Mzm 29:10; 103:19).Dari situlah Allah menciptakan atas seluruh kerajaanNya.Umat Israel tidak mengetahui banyak tentang surga itu, yang hanya di bayangkan sebagau suatu istana. Di mana Allah memerintah yang di kelilingi mentriNya (1 Raj 22:19-22; Yes6:1-3; Ayb 1:6-12). Ungkapan yang sejajar untuk surga tidak ada, hanya di pakai ungkapan lain (Mzm 104:1; 3; 103:19; Am 9:6).Jarang ada berita penciptaan surge secara lengkap.Segala sesuatu yang dari surga tidak diberitahukan darimana datangnya. Hanya segala sesuatu yang ada di surga dipakai sebagai alat penyataanNya dan pelaksana Allah sebagai hamba dan pesuruhNya. Masyarakat Israel kuno membayangkan langit sebagai samudra raya di langit. Ada kubah yang melingkupi bumi dan menahan samudera di langit (Kej 1 :6-7). Hujan jatuh di bumi ketika Allah membuka jendela-jendela di langit (Kej 7:11-12; Yes 24:18, Mal 3:10).Kata Ibrani untuk langit juga menunjuk kepada Surga, Allah tinggal dan memerintah di Surga.
2.4.2. Bumi
Dalam kitab Kej 1:1 di jelaskan bahaw Bumi merupakan ciptaan Allah sebagai tempat dari kediaman Manusia (bdk Yes 45:18, Ams 8:30-31) dan pada awalnya keadaan bumi belum berbentuk dan kosong yang berarti bahwa ciptaan itu belum terisi dan Allah hendak mengisinya.
2.4.3. Dunia Orang Mati
Dalam Perjanjian Lama, kata sehol biasa di gunakan dalam arti kuburan atau neraka, yaitu tempat dimana menunjukan orang-orang mati. Sheol adalah tempat yang hampa akan pengetahuan dan hikmat, bahkan tak ada yang memuji Tuhan di sana (Kitab Pengkhotbah 9:10). Sheol juga merupakan tempat akan kegelapan dan keheningan. Kedua, kata ini digunakan untuk menggambarkan sebuah tempat bagi manusia setelah ia meninggal. Ketiga, kata Sheol juga merujuk kepada nama tempat di mana orang-orang jahat akan berada setelah meninggal (Kitab Ayub 21:13). Keempat, kata Sheol juga menjadi suatu tempat yang menahan orang-orang benar. Namun, orang-orang tersebut akan ditebus oleh Tuhan.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa Sheol merupakan tempat dimana setelah orang mati berada baik itu orang baik dan orang jahat. Orang baik yang berada dalam Sheol akan di tebus oleh Allah.
Keterangan (1) langit tertinggi (Ul 10:14), (2) air di atas langit, (3) gudang salju, hujan salju dan taufan, (4) cakrawala/kubah (5) tingkap/ pintu air di langit (Kej 7:11), (6) tiang-tiang penyangga langit (Ayup 26:11), (7) darat, (8) air di bawah bumi (9) air di bawah bumi (Kel 20:4), (9) dunia orang mati (10) dasar bumi (Yes 48;13). Belahan Alam semesta pada zaman kuno, yang merupakan latar belakang penciptaan dunia dalam perjanjian lama (Kej 1, Mzm 104, Ayub 37-38). Masyarakat Israel kuno membayangkan langit sebagai samudra raya di langit. Ada kubah yang melingkupi bumi dan menahan samudera di langit (Kej I 6-7) Hujan jatuh di bumi ketika Allah membuka jendela-jendela di langit (Kej 7 11-12, Yes 24:18, Mal 3 10). Penciptaan langit dan bumi adalah karya yang hanya Allah yang dapat melakukannya, sebab karya itu merupakan pencipta dari ketiadaan atau pencipta yang tidak menggunakan materi yang sudah ada sebelumnya.“Kata pada mulanya” bukan berarti satu permulaan dari periode waktu tertentu tetapi permulaan dari adanya waktu.Dengan demikian karya pencipta langit dan bumi tidak terjadi dalam waktutetapi sebaliknya penciptaan itulah penyebab adanya waktu.
III. Refleksi Teologis
Pada kitab Kejadian 1 di mana daalm kisah penciptaaan kita akan melihat bahwa sesungguhnya segala yang di ciptakan oleh Allah sungguhlah amat baik, dalam Kej 1:4,10,12,18, 21,25, 31. Dalam peristiwa penciptaan tersebut tentunya kita bersyukur bahwa Allah menyediakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan umatnya. Struktur alam Semesta yang kita lihat dalam Perjanjian Lama ternyata juga di pengaruhi oleh pemahaman bangsa-bangsa sekitar Israel tentang bagaimana struktur Allam semesta ini.
Jika melihat bagaimana pandangan Alam semesta pada zaman perjanjian lama sudahlah seharusnya kita takjup akan pemahaman tersebut karena dalam keterbatasan yang pada masa itu tetapi para penulis kitab Perjanjian Lama telah menggambarkan sebahagian besar pengetahuan yang baru dapat di buktikan pada berpuluh-puluh tahun kedepanya. Misalnya pada kitab Yesaya 40:22 telah mengatakan bahwa bumi inii bulat, tentu pada pemahaman pada waktun itu tentu hal tersebut merupakan suatu kebodohan tetapi seiring berkembangnya waktu dapat dibuktikan bahwa penggambaran Alkitab yang berpuluh-puluh tahun dapat di buktikan kebenaranya.
Pemahaman akan akan struktur alam semesta itu tidaklah serta merta salah karena berdasarkan pemahaman mereka yang masih sederhana maka penjelasan dari alkitab terkusus perjanjian lama akan lebih di pahami oleh bangsa Israel secara sederhana. Seperti analogi bahwa tidak mungkin menjelaskan proses terjadinya hujan secara kompleks terhadap anak kecil, tetapi akan di jelaskan secara sederhana.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman akan struktur alam semesta dalam Perjanjian lama ternyata di pengaruhi oleh bangsa-bangsa sekitarnya, baik itu bangsa Babel, Mesir dan Kanaan sebagai bagian dari rumpun bangsa semit. Dalam pandangan modern memang dapat menjelasasn pemahaman-pemahaman yang belum sempurna itu, tetapi penjelasan akan struktur alam semesta itu tidak sertamerta salah.
V. Daftar Pustaka
Alkitab Edisi Studi, Jakarta : LAI, 2015.
Barker David L, Mari mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Bart C, Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2001.
Barth Cristoph, Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Coote Robert B. dan David Robert, Pada Mulanya: Penciptaan Dan Sejarah Keimanan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 9-10.
Elwell Walter A, Evangelical Dictionary of Theology.grands rapid: Baker Academic, New York:, 2001.
Free Joseph P, Arkeologi dan sejarah Alkitab, Malang: Gandum Mas, 1997.
Hadiwijono Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Karman Yonk, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013.
Park Abraham, Silsilah Di Kitab Kejadian: Di Lihat Dari Sudut Pandang Penyelenggaraan Sejarah Penebusan, Surabaya: Yayasan damai sejahtera Utama,2005.
Siringo-ringo V. M.\, Teologi Perjanjian Lama, Yogyakarta : ANDI, 2013.
Stanislaus Surip, Harmoni Kehidupan, Asal Usul alam semesta, (Yogyakarta : Kanisius, 2008), 16
Syukur Nico, Pengantar Teologi, Yogyakarta: KANSIUS, 2007.
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester, Jakarta: YAyasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005.
Vriezen Th. C, Agama Israel Kuno, BPK-GM, 2004.
Vriezen Th. C, Agama Israel Kuno, Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2019.
West Sandy Lane, Pedoman Lengkap pedoman Alkitab, (Bandung: Kalam Hidup, 2015), 14.
Wright G.E & A. de Kuiper, Peerjanjian Lama Terhadap Sekitarnya, Bandung: BPK-GM, 2004.
Pendahuluan
Pada pembahasan kali ini, akan membahas struktur Alam semesta menurut Kitab PL Dan Bangsa Bangsa Sekitarnya terkususnya Bangsa Mesir, Babel dan Kanaan. Dalam konteknya ketika penulisan Alkitab terkususnya PL belum di temukanlah alat-alat yang canggih untuk menggambarkan bagaimana Alam semesta ini dan juga belum pernah ada mahluk di bumi pergi ke luar angkasa untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Alam semesta ini, tetapi bangsa Israel dan bangsa-bangsa sekitarnya turut menggambarkan bagaimana struktur alam semesta ini dengan keterbatasanya melalui pengetahuan, pengalaman dan juga kepercayaan yang mereka anut. Untuk lebih mengetahui bagaiman pemahaman Sruktur Alam Semesta Menurut Kitab PL Dan Bangsa Bangsa Sekitarnya marilah membahasnya secara seksama, semesta
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Struktur
Cara sesuatu di susun atau di bangun, susunan, bangunan dengan pola tertentu, pengaturan unsur atau bagian suatu benda, atau sebuah ketentuan unsur-unsur dari sebuah benda.
2.2. Pengertian Alam Semesta
Menurut KBBI, alam semesta adalah segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi, bintang, kekuatan)yang termasuk ke dalam satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai satu keutuhandan merupakan daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini dan tidak merupakan buatan manusia.
2.3. Asal Usul Alam Semesta Menurut Kitab PL
Dalam penulisan Perjanjian Lama memerlukan periode yang panjang, yaitu 3000 sampai 2000 SM. Pokok-pokok kepercayaan yang dianut waktu itu dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman Israel, sikap-sikap, dan seluk beluk hidup, yang sebagian besar kabur bagi kita. Bagi umat Israel, peristiwa penciptaan dunia ini tidaklah semata-mata merupakan suatu pokok pengetahuan yang penting dan berharga, tetapi lebih nmerupakan suatu pokok kebanggaan, penghiburan dan pengakuan percaya. Umat Israel percaya dan mengaku bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi, artinya peristiwa ini merupakan alas dan sendi yang teguh, tempat beridiri yang tidak goyang, sekalipun segalanya hampir jatuh. Umat Israel mempunyai pokok-pokok kepercayaan lainnya di samping ini, malahan pokok-pokok yang lebih utama di dalam kepercayaan itu. Pengetahuan orang Israel tentang Allah sebagai pencipta mereka menyebabkan sikap yang berbeda dari bangsa lain. Allah adalah pencipta segala sesuatu.Sejak awal kitab kejadian, fokus dari sorotan penyataan terarah kepada yang maha kuasa. Dia adalah yang awal sang penyebab dan sumber segala yang ada. Dia menjadikan segala sesuatu dan semua orang yang akan cocok untuk memenuhi rencanaNya bagi segala zaman. Semua materi yang di perlukan untuk pelaksanaan rencana diciptakan olehNya dengan ajaib.Menurut teori yang pertama, penciptaan semula alam semesta di gambarkan dalam Kej 1:1 “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Bangsa Israel memandang bahwa alam semesta juga memiliki kuasa yang menakutkan dan menakjubkan, tetapi itu semua tidak di anggap sebagai kuasa alam yang beredar melainkan kuasa pembebas dari Yahwe, kuasa pribadi Allah yang penyelamat. Allah Israel bukanlah kuasa alam la tidak imanen (hadir dalam setiap alam) melainkan transenden (melebihi alam), sebab pertama-tama la adalah Allah sejarah la dikenal dan dipuja oleh bangsa Israel bukanlah sebagai pemberi hujan, kesuburan, terang, dsb; melainkan pertama-tama karena la telah memilih bangsa Israel menjadi umatNya. Masyarakat Israel kuno membayangkan langit sebagai samudra raya di langit. Ada kubah yang melingkupi bumi dan menahan samudera di langit (Kej I 6-7) Hujan jatuh di bumi ketika Allah membuka jendela-jendela di langit (Kej 7 11-12, Yes 24:18, Mal 3 10).
Bangsa Israel juga memiliki pandangan mengenai alam semesta yang diuraikan di dalam kitab-kitab yang ada di luar kitab Kejadian. Misalnya dalam Yesaya 40:22, di dalam ayat ini disebutkan bahwa Tuhan Allah bertahta di atas bulatan bumi, dan bahwa Dia jugalah yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman. Jadi disini bumi digambarkan sebagaimana yang tampak pada pemandangan mata sehari-hari, yaitu: sebagai tertutup oleh sebuah kubah yang besar, sehingga orang-orang yang di bumi seolah berada dalam sebuah kemah yang besar. Di atas bumi yang melengkung itu digambarkan Tuhan Allah bertahta, sedemikian tinggi, sehingga manusia yang menduduki bumi, jika dipandang dari tenmpat yang tinggi itu, tampak seperti belalang (Bnd.Yes 44:24, 45:12, 51:13, Zak 12:1 Mzm 104:2, dll). Atau dengan pemahaman yang sederhana yang nyata dalam benda-benda langit: Allah menciptakan matahari dan bulan serta segala bintang (Am 9:13), segala awan yang melayang di bawah permukaan cakrawala itu, beserta hujan yang di turunkannya, pelangi yang seakan-akan merupakan jembatan antara langit dan bumi (Kej 9). dan halilintar yang bernyala-nyala dengan dahsyatnya, ini termasuk kepada bagian langit yang kelihatan bagi manusia, dan semuannya merupakan kebijaksanaan Sang Khalik. Jauh di atas langit yang kelihatan ini, Allah membuat langit-Nya yang tidak kelihatan, langit yang biasa kita sebut "sorga". Di ruang yang tidak terduga itulah la mendirikan "takhtaNya", mengatasi samudera langit yang menekan bendungan cakrawala (Mzm 29:10), dari situlah la memerintah atas seluruh kerajaanNya, darisitulah la "turun" untuk menyatakan diriNya, namun tanpa menyangkal kediamanNya sendiri yang tak terhampiri. Allah Membuat semuanya, itu berarti semua yang merupakan hak miliknya sendiri: Bukan otoritas-berdaulat atau alat-alat dari kekuasaan di luar Allah, tetapi alat-alat dari tangan Allah sendiri, cocok untuk menjalankan kehendak dan rencana.
Menurut kesaksian umat Israel di dalam Perjanjian Lama, Allah menciptakan dunia sebagai tindakan pendahuluan di dalam rencana penyelamatan-Nya terhadap Israel dan selunuh dunia Lalu mulai dalam Mazmur 104.3, memulai Tuhan Allah membangun kamar-kamar lotengnya di udara (Bnd. Am 9: 6). Menurut bagian Alkitab ini, di atas bumi masih ada udara, yang menjadi tempat kediaman Tuhan Allah atau dapat juga disetujui, yaitu udara yang mendukung Surrga (bnd Ya 24: 18; Mzm 78:23; Kej 7:11; 8: 2). Selanjutnya lautan besar bukan hanya dilihat di atas langit, juga di bawah bumi. Umat Israel menyetujui langit itu cipataan belaka, ciptaan Allah sendiri Allah menciptakan langit itu dengan sempurnanya, semua bagian, semua liku-liku ciptaan-Nya yang besar itu mencerminkan kebijksanaanNya. Yang paling nyata pada pemandangan manusia adalah cakrawala, yaitu "kubah" raksasa seperti yang sudalh di jelaskan di atas. 2.4. Struktur Allam Semesta Menurut Kitab PL Alam semesta di gambarkan sebagai langit dan bumi dengan segala yang ada berada di dalamnya. Kepercayaan tentang Allah sebagai pencipta alam yang kompleks namun tertata rapi, termasuk penjaga keberlangsungan dunia ciptaan sampai sekarang.
2.4.1. Langit
Istilah Ibrani Syamayim dapat berarti “langit”. Adapun yang dimaksud dengan langit adalah segala sesuatu yang ada diatas bumi yaitu : burung-burung, awan-awan dan benda-benda langit. Langit adalah dunia bagian atas.Langit juga tempat kuasa-kuasa yang tidak dapat di duga dan dikendalikan manusia. Langit adalah ciptaan Allah yang sempurna ini nyata dari cakrawala bagaikan kubah raksasa di atas permukaan bumi,untuk membendung samudera langit (Kej 1:8; Mzm 148:4-6). Benda-benda langit menjadi penguasa siang dan malam, tanda pengukur waktu. Segala angin yang bertiup (Mzm 89:13; Am 9:13), segala awan yang melayang di bawah permukaan cakrawala itu beserta hujan yang diturunkannya, pelangi yang seakan-akan merupakan jembatan antara langit dan bumi (Kej 9) dan halilintar yang bernyala-nyala dengan dahsyat.Semuanya itu termasuk bagian langit yang kelihatan bagi manusia dan semuanya mencerminkan kebijakan Sang Khalik. Jauh di langit yang kelihatan Allah membuat langit-langitNya yang tidak kelihatan yang di sebut surge.Di sini Allah mendirikan takhtaNya (Mzm 29:10; 103:19).Dari situlah Allah menciptakan atas seluruh kerajaanNya.Umat Israel tidak mengetahui banyak tentang surga itu, yang hanya di bayangkan sebagau suatu istana. Di mana Allah memerintah yang di kelilingi mentriNya (1 Raj 22:19-22; Yes6:1-3; Ayb 1:6-12). Ungkapan yang sejajar untuk surga tidak ada, hanya di pakai ungkapan lain (Mzm 104:1; 3; 103:19; Am 9:6).Jarang ada berita penciptaan surge secara lengkap.Segala sesuatu yang dari surga tidak diberitahukan darimana datangnya. Hanya segala sesuatu yang ada di surga dipakai sebagai alat penyataanNya dan pelaksana Allah sebagai hamba dan pesuruhNya. Masyarakat Israel kuno membayangkan langit sebagai samudra raya di langit. Ada kubah yang melingkupi bumi dan menahan samudera di langit (Kej 1 :6-7). Hujan jatuh di bumi ketika Allah membuka jendela-jendela di langit (Kej 7:11-12; Yes 24:18, Mal 3:10).Kata Ibrani untuk langit juga menunjuk kepada Surga, Allah tinggal dan memerintah di Surga.
2.4.2. Bumi
Dalam kitab Kej 1:1 di jelaskan bahaw Bumi merupakan ciptaan Allah sebagai tempat dari kediaman Manusia (bdk Yes 45:18, Ams 8:30-31) dan pada awalnya keadaan bumi belum berbentuk dan kosong yang berarti bahwa ciptaan itu belum terisi dan Allah hendak mengisinya.
2.4.3. Dunia Orang Mati
Dalam Perjanjian Lama, kata sehol biasa di gunakan dalam arti kuburan atau neraka, yaitu tempat dimana menunjukan orang-orang mati. Sheol adalah tempat yang hampa akan pengetahuan dan hikmat, bahkan tak ada yang memuji Tuhan di sana (Kitab Pengkhotbah 9:10). Sheol juga merupakan tempat akan kegelapan dan keheningan. Kedua, kata ini digunakan untuk menggambarkan sebuah tempat bagi manusia setelah ia meninggal. Ketiga, kata Sheol juga merujuk kepada nama tempat di mana orang-orang jahat akan berada setelah meninggal (Kitab Ayub 21:13). Keempat, kata Sheol juga menjadi suatu tempat yang menahan orang-orang benar. Namun, orang-orang tersebut akan ditebus oleh Tuhan.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa Sheol merupakan tempat dimana setelah orang mati berada baik itu orang baik dan orang jahat. Orang baik yang berada dalam Sheol akan di tebus oleh Allah.
Keterangan (1) langit tertinggi (Ul 10:14), (2) air di atas langit, (3) gudang salju, hujan salju dan taufan, (4) cakrawala/kubah (5) tingkap/ pintu air di langit (Kej 7:11), (6) tiang-tiang penyangga langit (Ayup 26:11), (7) darat, (8) air di bawah bumi (9) air di bawah bumi (Kel 20:4), (9) dunia orang mati (10) dasar bumi (Yes 48;13). Belahan Alam semesta pada zaman kuno, yang merupakan latar belakang penciptaan dunia dalam perjanjian lama (Kej 1, Mzm 104, Ayub 37-38). Masyarakat Israel kuno membayangkan langit sebagai samudra raya di langit. Ada kubah yang melingkupi bumi dan menahan samudera di langit (Kej I 6-7) Hujan jatuh di bumi ketika Allah membuka jendela-jendela di langit (Kej 7 11-12, Yes 24:18, Mal 3 10). Penciptaan langit dan bumi adalah karya yang hanya Allah yang dapat melakukannya, sebab karya itu merupakan pencipta dari ketiadaan atau pencipta yang tidak menggunakan materi yang sudah ada sebelumnya.“Kata pada mulanya” bukan berarti satu permulaan dari periode waktu tertentu tetapi permulaan dari adanya waktu.Dengan demikian karya pencipta langit dan bumi tidak terjadi dalam waktutetapi sebaliknya penciptaan itulah penyebab adanya waktu.
III. Refleksi Teologis
Pada kitab Kejadian 1 di mana daalm kisah penciptaaan kita akan melihat bahwa sesungguhnya segala yang di ciptakan oleh Allah sungguhlah amat baik, dalam Kej 1:4,10,12,18, 21,25, 31. Dalam peristiwa penciptaan tersebut tentunya kita bersyukur bahwa Allah menyediakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan umatnya. Struktur alam Semesta yang kita lihat dalam Perjanjian Lama ternyata juga di pengaruhi oleh pemahaman bangsa-bangsa sekitar Israel tentang bagaimana struktur Allam semesta ini.
Jika melihat bagaimana pandangan Alam semesta pada zaman perjanjian lama sudahlah seharusnya kita takjup akan pemahaman tersebut karena dalam keterbatasan yang pada masa itu tetapi para penulis kitab Perjanjian Lama telah menggambarkan sebahagian besar pengetahuan yang baru dapat di buktikan pada berpuluh-puluh tahun kedepanya. Misalnya pada kitab Yesaya 40:22 telah mengatakan bahwa bumi inii bulat, tentu pada pemahaman pada waktun itu tentu hal tersebut merupakan suatu kebodohan tetapi seiring berkembangnya waktu dapat dibuktikan bahwa penggambaran Alkitab yang berpuluh-puluh tahun dapat di buktikan kebenaranya.
Pemahaman akan akan struktur alam semesta itu tidaklah serta merta salah karena berdasarkan pemahaman mereka yang masih sederhana maka penjelasan dari alkitab terkusus perjanjian lama akan lebih di pahami oleh bangsa Israel secara sederhana. Seperti analogi bahwa tidak mungkin menjelaskan proses terjadinya hujan secara kompleks terhadap anak kecil, tetapi akan di jelaskan secara sederhana.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman akan struktur alam semesta dalam Perjanjian lama ternyata di pengaruhi oleh bangsa-bangsa sekitarnya, baik itu bangsa Babel, Mesir dan Kanaan sebagai bagian dari rumpun bangsa semit. Dalam pandangan modern memang dapat menjelasasn pemahaman-pemahaman yang belum sempurna itu, tetapi penjelasan akan struktur alam semesta itu tidak sertamerta salah.
V. Daftar Pustaka
Alkitab Edisi Studi, Jakarta : LAI, 2015.
Barker David L, Mari mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Bart C, Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2001.
Barth Cristoph, Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Coote Robert B. dan David Robert, Pada Mulanya: Penciptaan Dan Sejarah Keimanan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 9-10.
Elwell Walter A, Evangelical Dictionary of Theology.grands rapid: Baker Academic, New York:, 2001.
Free Joseph P, Arkeologi dan sejarah Alkitab, Malang: Gandum Mas, 1997.
Hadiwijono Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Karman Yonk, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013.
Park Abraham, Silsilah Di Kitab Kejadian: Di Lihat Dari Sudut Pandang Penyelenggaraan Sejarah Penebusan, Surabaya: Yayasan damai sejahtera Utama,2005.
Siringo-ringo V. M.\, Teologi Perjanjian Lama, Yogyakarta : ANDI, 2013.
Stanislaus Surip, Harmoni Kehidupan, Asal Usul alam semesta, (Yogyakarta : Kanisius, 2008), 16
Syukur Nico, Pengantar Teologi, Yogyakarta: KANSIUS, 2007.
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester, Jakarta: YAyasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005.
Vriezen Th. C, Agama Israel Kuno, BPK-GM, 2004.
Vriezen Th. C, Agama Israel Kuno, Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2019.
West Sandy Lane, Pedoman Lengkap pedoman Alkitab, (Bandung: Kalam Hidup, 2015), 14.
Wright G.E & A. de Kuiper, Peerjanjian Lama Terhadap Sekitarnya, Bandung: BPK-GM, 2004.