Bentuk Liturgi Romawi abad Pertengahan

 Pemberitaan Firman/Khotbah

Ciri-ciri yang paling mencolok dalam pewartaan injil di Eropa pada abad pertengahan (500-1200) ialah melibatkan peran dari para raja dan penguasa setempat.

 Jika seorang raja masuk Kristen, para rakyat di wilayah kerajaannya akan ikut menjadi Kristen. Pada zaman itu, soal menganut suatu agama bukanlah keputusan dan atau urusan pribadi, melainkan kewenangan di tingkat kaum, suku, dan etnis.Pemikiran tersebut berkembang dari pandangan bahwa agama adalah unsur penentu jaminan atas kemakmuran seluruh kaum, suku, dan etnis tersebut. Oleh sebab itu, para raja dan penguasa berperan besar dalam pewartaan injil dalam hal-hal berikut:

  1. Seorang penguasa, yang baru saja percaya, dan bebas dari pengaruh luar, berkuasa mutlak di wilayah kerajaannya. Ia dapat mempengaruhi, bahkan memerintakan seluruh rakyatnya agar ikut percaya (contoh: Ethelbert dari Kent, Inggris, pada akhir abad ke-7; Vladimir di Rusia pada akhir abad ke-10)
  2. Beberapa raja dari negara-negara Kristen yang kuat ikut mendukung dan melindungi para utusan injil  takkala mereka diutus ke wilayah perbatasan kerajaan mereka (contoh: raja-raja di perancis mendukung utusan Injil seperti Willibrord dan Bonifacius, demikian juga beberapa orang raja di Skandinavia)
  3. Raja-raja Kristen yang menaklukkan  bangsa-bangsa lain dan memaksa bangsa taklukan masuk Kristen (contoh: Charlemagne dari perancis yang menaklukkan kaum Saxon di Jerman pada akhir abad ke-8).


Tidak kalah pentingnya ialah, setiap utusan yang pergi memberitakan injil sebelumnya telah dimuridkan dan terlatih di dalam suatu monastery.Tidaklah mengherankan bahwa mereka juga mengembangkan polah-polah yang sama di ladang masing-masing.

Para utusan itu mendirikan monastery-monastery yang berfungsi sebagai pusat pelatihan dan dukungan (doa dan keuangan) bagi mereka yang diutus untuk pergi.

lihat Juga: Tapakah esistensi Allah sudah Mati?

Pendirian-pendirian monastery itu berguna sebagai (a) tempat kediaman para rohaniawan; (b) pusat pelatihan bagi pekerja pribumi yang berhasil di menangkan melalui penginjilan; (c) teladan bagi orang-orang kafir.Mereka dididik dengan berbagai pengajaran utama yang digali dari dalam Alkitab, dengan kemampuan berbahasa Latin, dan dengan pemikiran teologi milik Bapa-bapa gereja Barat.

Para utusan itu bukan hanya cakap berkhotbah dan memberitakan injil saja, tetapi mereka juga membuktikan kuasa injil itu dengan kesaksian hidup yang saleh, tertib, dan disiplin di tengah-tengah kefasikan masyarakat yang kafir.[8]

Pengakuan dan Nyanyian

Niceanum adalah (pengakuan iman jemaat), karena itu disebelah Timur ia selalu di ucapkan oleh anggota-anggotanya di dalam ibadah, juga di Spanyol dan di Perancis ia mula-mula di ucapkan oleh anggota-anggota jemaat.

Tetapi kemudian dalam abad ke X, tugas itu diambil ahli oleh paduan suara. Dalam liturgi disebelah Timur ia merupakan unsur tetap dari ibadah jemaat dan ditempatkan sesudah cium salam.

Lihat juga: Ajaran Keselamatan menurut Yesus

Dalam misa di Roma pengakuan iman jemaat dikaji dan atau dijanjikan sesudah pembacaan injil sebagai jawaban atas pembacan-pembacaan Alkitab yang mendahuluinya atau sebagai alat penghubung antara pembacaan Alkitab dan persembahan korban.

Apostolicum (pengakuan iman Rasuli) adalah unsur tetap dari liturgi baptisan dan ibadah doa tiap-tiap hari. Disini sejak abad-abad pertengahan dipakai (di doakan) bersama-sama dengan Bapa kami dan Avemaria pada permulaan dan akhir ibadah.Athanasianum (pengakuan iman Athanasius) berasal dari sebelah barat.

Ia mulai dengan kata-kata “Quicumqe”, ditulis dalam bahasa latin , isinya adalah suatu uraian tentang Trinitas dan Kristologia. Teologis ini bersandar pada ajaran Ambrosius dan Augustinus. Nyanyian-nyanyian ibadah, yang dipakai dalam abad-abad pertengahan umumnya sama saja dengan nyanyian yang dipakai abad-abad yang yang mendahuluinya.


  • Kyrie eleison (Tuhan Kasihanilah). Disebelah barat nyanyian ini telah diubah oleh Gregorius besar menjadi Christe eleison.
  • Sanctus (Kudus, kudus, kudus). Nyanyian ini adalah nyanyian jemaat, baik di timur dan di barat.
  • Haleluya (Pujilah Tuhan). Dalam abad-abad pertengahan Haleluya banyak sekali digunakan. Terutama dalam liturgy missa.
  • Nyanyian perjamuan (Communio). Nyanyian ini dinyanyikan oleh paduan suara, sebagai anthipon dengan mazmur selama kommuni (perjamuan).
  • Introitus (nyanyian masuk). Nyanyian ini terdiri dari tiga bagian yaitu, anthipon, mazmur, dan Gloria kecil, ini dinyanyikan berseling-seling oleh cantor (penyanyi) dan koor (paduan suara).
  • Gradual (Responsorium). Yang dinyanyikan sesudah pembacaan injil.
  • Traktus (yang dinyanyikan dalam satu tarikan). Yang artinya dinyanyikan terus menerus sampai selesai.
  • Nyanyian korban (Offertorium). Di Gereja barat nyanyian ini dipakai untuk mengiringi persembahan korban (yang dibawa ke mezbah oleh para klerus dan anggota-anggota jemaat)
  • Glory in excelsis Deo (Hormat bagi Allah ditempat yang maha tinggi, Luk 2:14). Dinyanyikan dalam semua missa, kecuali dalam missa untuk orang-orang mati dan pada waktu Advent dan waktu puasa.
  • Agnus Dei (anak Domba Allah), nyanyian ini adalah nyanyian perjamuan yang sebenarnya, nyanyian ini dinyanyikan (oleh koor) pada perpecahan roti berlangsung.[9]

Tempat Ibadah

Bentuk tempat ibadah yang dipakai pada permulaan abad-abad pertengahan adalah bentuk Basilika.Bentuk ini kemudian diganti bentuk Romans (abad 11 dan 12) dan bentuk Gotis (abad 13 dan 14).[10]

Sketsa Basilika

1.Bentuk Basilika
Bentuk bangunan Gereja pertama yang di bangun dalam ukuran raksasa setelah rumah-rumah dan katakomba adalah basilika.Basilika adalah bangunan Romawiuntuk kegiatan umum.

Model Basilika diyakini sebagai bangunan Gereja hingga sekitar seribu tahun lamanya dalam sejarah Gereja sebelum di modifikasi untuk keperluan liturgi.

Dinding-dinding pilar, dan absis(lengkung) dibuat berhiasan mosaic dan freska kristiani.Altar dibuat dari batu didalamnya terdapat makam seorang martir sebagai gambaran kesaksian iman.

Ruang ibadah dibuat menyerupai bahtera yang disebut naos.Dibuat lorong panjang (disebut alos ; aisle ; sayap), selain panjang juga luas dan lebar sehingga memadai untuk keperluan prosesi liturgis, pola basilika sederhana dan berbentuk kotak-kotak atau kubus.[11]

2.Bentuk Romans
Jika pada awalnya bangunan Gereja raksasa dan basilika lebih berupa ruang dalam yang panjang dan lurus, romans membuat model salib pada naosnya.Sayap kiri dan kanan membentuk palang horinjontal sehingga naosnya bermodel salib.[12]

Ruang basilika yang dipakai dalam abad sebelumnya diperluas, ditambakan sejumlah menara-menara pada gedungnya, temboknya tebal-tebal dan jendelanya kecil-kecil.Sama sepertibasilika bentuk romans banyak memakai balok-balok horizontal.

Bagian atas tiang-tiang dihiasi dengan patung-patung atau pahata-pahatan yang mengisakan kisah-kisah Alkitab maupun kehidupan orang-orang suci.Oleh karena hiasan-hiasan ini, ruang-ruang dari gedung-gedung romans kelihatan lebih dinamis dan mewah daripada ruang basilika.[13]

Lihat Juga: Sakramen Baptis menurut Aliran Kristen

3.Bentuk Gotis
Perkembangan kemudian dari romans adalah gaya gotis. Apsisbertudung di jendela dan pintu mulai dibentuk sehingga mempunyai kuncup seperti bawang.Gotis ini berbeda dengan romans dengan apsissetengah lingkaran.[14]

Ciri khusus dari bentuk ini adalah usaha menciptakan ruang-ruang yang lebih besar dengan cara menghindari pemakaian tembok-tembok yang tebal.

Bahan-bahan yang dipergunakan ringan dan rangka-rangka bangunannya tipis.Jendela-jendelanya besar, bagian atas dari jendela-jedela itu melengkung tajam.Menara-menaranya ramping dan tinggi. Bentuk gotisini lebih lebih dinamis dan lebih mewah daripada gaya romans.

Gedung-gedung gereja yang dibangun dengan gaya ini, lebih terang dan segar, lebih luas dan lebih tinggi.[15]Gaya arsitektur ini muncul akibat kebosanan atas arsitektur Gereja sebelumnya pada masa abad pertengahan.Pada masa itu bangunan yang diciptakan sangat terbatas dan bersifat fungsional.Beberapa bangunan Gotis, terutama gereja dan katedral berhasil memberikan inspirasi kepada manusia dalam hal ketaatan dan ketakwaan kepada Tuhan, karena desain yang dibuat pada era Gotis sangat fenomenal.[16]

Waktu Ibadah

Dalam abad-abad pertengahan jumlah orang yang beribadah semakin bertambah besar, sama seperti abad-abad yang lalu yang dimanajemen selalu berkumpul pada:


  1. Hari Minggu (hari Tuhan), hari raya paskah, hari raya kenaikan Tuhan Yesus dan hari raya pentakosta. Hari raya ini berlangsung seperti biasa.
  2. Demikian pula persiapan (puasa) untuk hari raya paskah. Hanya harus ditambakan disini, bahwa selama waktu puasa dilarang melakukan perayaan perjamuan malam (eucharistia). Synode Laodekia kurang lebih pada Tahun 360 memutuskan (dalam kanon 49), bahwa selam waktu quadragesimatidak boleh dipersembakan roti, kecuali pada hari sabtu dan minggu. Paus Innocentius 1 (402-417) menulis kepada Dicentus, bahwa rasul-rasul berpuasa pada hari antara antara jumat agung dan paskah, karena pada hari itu tidak boleh dijalankan sakramen. Larangan ini tetap ditaati orang dalam abad-abad berikut.
  3. Hari raya natal. Dalam abad-abad ini hari raya natal ini telah menurun dirayakan pada tanggal 25 Desember.
  4.  Advent. Ibadah ini tidak selamanya sama dirayakan orang. Ada jemaat yang hanya merayakannya hanya satu minggu (Jerusalem, dengan pembacaan Mat 1 : 1-17), ada juga yang dua minggu (Suria, terutama ritu Jakob, dengan khotbah tentang puji-pujian Zakaria dan Maria), ada yang tiga minggu (Antiokia, ritus, Jakob), ada yang empat minggu (Liturgia Milano dan Mozarbia), malahan ada juga yang tujuh minggu (ritus Armenia). Semuanya ini adalah usaha dari jemaat untuk mempersiapkan perayaan natl dengan waktu puasa, seperti yang dibuatnya dengan perayaan paskah.[17]