Teologi Allah Yang Mati (F.W. Nietzche)

Teologi Allah Yang Mati (F.W. Nietzche)
&
Hukum II Dekalog



Seiring berkembangnya zaman begitu juga dengan pemikiran dan pemahaman mengenai Allah, 
sehingga muncul banyak pemahaman-pemahaman yang dibuat oleh para tokoh-tokoh untuk menginterpretasi Allah tersebut seturut dengan pemahaman manusia.

Kali ini kita mencoba memahami Teologi Allah mati yang berkembang di konteks Abad-20


Pengertian Teologi
Teologi memiliki akar kata dari dua istilah bahasa Yunani, theos dan logos. Theos  berarti Allah atau ilah; dan logos berarti perkataan atau firman. 

Jadi makna istilah teologi adalah wacana mengenai Allah. Sehingga Ilmu teologi adalah bidang studi ilmiah yang melayani gereja yang diutus ke dalam dunia  untuk memahami dan menghayati karya Allah, sesuai dengan Firman Allah yang hidup. 

Serta obyek ilmu teologi ialah hubungan dialogis antara Firman Allah dengan konteks manusia termasuk pengalaman orang percaya.[1]


Hakikat Allah
Allah merupakan zat, namun bukanlah zat bendawi, melainkan zat rohani. Yesus mengatakan “Allah itu Roh” (Yohanes 4:24), sehingga hal ini menetapkan hakikat Allah sebagai rohani, antara lain:

1.      Allah Tidak Berbadan dan tidak berwujud:
Allah adalah satu, ia tetap adanya dari kekekalan hingga kekekalan (Mazmur 102:28); Yesaya 41:4; Ibrani 1:10) dan tidak berubah.
Baik dalam perbuatan-Nya Tuhan tidak berubah meskipun Ia sempat menolak umat pilihan-Nya namun Ia tidak pernah berubah dalam menentukan sikap atas umat pilihan-Nya (Rm. 11:1; Mal. 3:6).

 Jika Allah adalah roh, maka dengan sendirinya tidak memiliki wujud dan tidak berbadan, sehingga perintah kedua dari sepuluh perintah Allah melarang segala jenis pembuatan patung atau gambaran (Keluaran 20:4), dan dilandaskan dengan keadaan Allah yang tidak berbadan



2.      Allah itu hidup:
Pengertian hidup menadakan adanya perasaan, kuasa, dan kegiatan, dengan hal tersebut Allah memiliki semua ini (Mazmur 115:3), sehingga Allah dalam pengertian Roh  disebut sebagai “Allah yang Hidup”. 

Bahkan Allah pemelihara segenap kehidupan yang ada seperti tumbuhan, hewan dan manusia.(Mazmur 36:10; Yohanes 5:26).

3.      Allah itu berkepribadian
Mengaitkan dengan roh manusia yang memiliki kepribadian sehingga terlepas dari Alkitab sudah jelas bahwa Roh Allah juga memiliki kepribadian 

Dengan ukuran Roh Allah lebih memiliki tingkatan lebih tinggi dari roh manusia.Mengenai hakikat kepribadian Allah dapat memiliki kesadaran diri (Keluaran 3:14; 1 Korintus 2:10) dan kemampuan membuat keputusan sendiri (Ayub 23:13; Efesus 1:9).[2]
next to:pengertian dan teologi Allah Mati

next to:  Pengertian dan Teologi Allah Mati