pandangan Etika Humanisme dan tokoh tokoh Humanis
Ajaran Kristen-Dalam melihat etika Humanisme secara jauh maka akan kita melihat perkembangan dari Etika Humanisme sendiri yang di mana mencoba membuat manusia menjadi pusat kehidupan dan mulai menggeser posisi Tuhan dalam pusat kehidupanya.
Humanisme Lama
Humanisme sudah dikenal sebagai paham yang berpusatkan manusia dan tidak menerima hakikat Tuhan adikodrati di atas manusia, yang mulai meluas sejak zaman perkembangan falsafah Yunani. Humanisme Lama berkembang menjadi beberapa bentuk Humanisme yang menekankan aspek rasional dari manusia, yakni Humanisme Rasional dan Humanisme Evolusi yang sejalan dengan perkembangan Rasionalisme pada abad ke-17 dan 18. Humanisme Lama ini muncul karena manusia ingin menunjukkan kekuatan akal budinya untuk mengatur alam agar dapat memenuhi dan melayani kebutuhan manusia. Humanisme Lama atau Humanisme Klasik lebih terkenal denga tokohnya Desiderius Erasmus yang sering dianggap sebagai Bapak Humanisme.
Humanisme Sekuler
Sebutan “Humanisme Sekuler” memang baru tumbuh pada abad ke-20, yang populer di Amerika Serikat sebagai akibat bangkitnya Humanisme di Amerika sesudah Perang Dunia I. Humanisme ini merupakan gerakan budaya dan intelektual, yang pada prinsipnya ingin menjelaskan keberadaan manusia tanpa ada sangkut pautnya dengan Tuhan. Pada prinsipnya Humanisme Sekuler merupakan paham budaya dan pemikiran mengenai hidup yang didasarkan sikap “menolak Tuhan dan hal-hal yang bersifat adikodrati” dengan pandangan bahwa tidak ada allah yang bisa menyelamatkan manusia, karena manusia harus menyelamatkan dirinya sendiri. Dari Humanisme sekuler ini timbullah paham dalam ilmu jiwa yang mendasarkan anggapannya pada potensi kemanusiaan manusia di luar Tuhan. Dalam buku Norman L. Geisler, terdapat beberapa perbedaan antara pandangan Yahudi Kristen dengan Humanisme Sekuler seperti berikut ini:
Pandangan Yahudi-Kristen
. Ada pencipta.
. Manusia diciptakan secara khsusus.
. Allah berdaulat atas kehidupan.
. Tujuan tidak membenarkan cara.
Pandangan Humanisme Sekuler
. Tidak ada pencipta.
. Manusia berevolusi dari binatang.
. Manusia berdaulat atas kehidupan.
. Tujuan membenarkan cara.
Humanisme Kosmis
Humanisme Kosmis ini sering juga disebut dengan Humanisme baru. Pada prinsipnya, Humanisme ini berlawanan dengan praktik-praktik yang rasional dan materialistis karena yang ditekankan adalah pengalaman kemanusiaan yang bersifat mistis. Namun, pandangan ini masih mewarisi paham Humanisme Sekuler karena tetap “menempatkan manusia sebagai pusat”. Dalam Humanisme Kosmis, ada pandangan bahwa manusia itu bagian dari Tuhan. Berbeda dengan Humanisme Sekuler yang menjadikan manusia sebagai binatang cerdas, sedangkan Humanisme Kosmis menyebut manusia sebagai Tuhan dan manusia tetap beorientasi pada dirinya sendiri dan di satu segi kehadiran Tuhan yang berpribadi ditolak, namun di satu segi ada usaha manusia untuk menjadikan dirinya manusiawi dan ilahi.
Tokoh-tokoh Humanisme
1. Desiderius Erasmus (1466-1536)
Desiderius Erasmus merupakan seorang Humanis Kristen yang jenius, ahli dalam bahasa-bahasa klasik dan kitab suci. Erasmus dilahirkan 27 Oktober 1466 dan dia merupakan sarjana humanis yang terkemuka. Ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada model kehidupan humanisme. Humanisme Erasmus adalah campuran pandangan-pandangan Yunani-Romawi dengan ajaran injil, sehingga takhyul sangat dikritik oleh Erasmus. Dalam tulisan terbitannya, Diatribe de Libero Arbitrio (Uraian tentang kehendak bebas), Erasmus berpendapat bahwa sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap memiliki kehendak yang bebas. Erasmus juga sukses dalam kesusasteraan klasik yang membawa kepada pengertian yang benar tentang yang benar.
2. Lorenzo Valla (1405-1457)
Valla, salah seorang tokoh humanisme, menolak superoritas agama atas manusia. Manusia, demikian Valla, berhak menjadi dirinya dan sekaligus menentukan nasibnya karena tujuan manusia adalah menikmati dunia dan bersenang-senang. Salah satu ungkapannya yang terkenal adalah “Mengorbankan hidup demi kebenaran dan keadilan adalah jalan menuju kehormatan tertinggi”. Bukunya yang berjudul De Libero Erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal sang Pencipta tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif manusia. Lorenzo Valla juga ikut serta dalam mengembangkan teknik-teknik untuk mengidentifikasi tulisan palsu yang ditulis oleh orang lain yang mengatasnamakan Augustinus.
Humanisme Lama
Humanisme sudah dikenal sebagai paham yang berpusatkan manusia dan tidak menerima hakikat Tuhan adikodrati di atas manusia, yang mulai meluas sejak zaman perkembangan falsafah Yunani. Humanisme Lama berkembang menjadi beberapa bentuk Humanisme yang menekankan aspek rasional dari manusia, yakni Humanisme Rasional dan Humanisme Evolusi yang sejalan dengan perkembangan Rasionalisme pada abad ke-17 dan 18. Humanisme Lama ini muncul karena manusia ingin menunjukkan kekuatan akal budinya untuk mengatur alam agar dapat memenuhi dan melayani kebutuhan manusia. Humanisme Lama atau Humanisme Klasik lebih terkenal denga tokohnya Desiderius Erasmus yang sering dianggap sebagai Bapak Humanisme.
Lihat Juga: Sistem Etika Humanis secara Lengkap
Sebutan “Humanisme Sekuler” memang baru tumbuh pada abad ke-20, yang populer di Amerika Serikat sebagai akibat bangkitnya Humanisme di Amerika sesudah Perang Dunia I. Humanisme ini merupakan gerakan budaya dan intelektual, yang pada prinsipnya ingin menjelaskan keberadaan manusia tanpa ada sangkut pautnya dengan Tuhan. Pada prinsipnya Humanisme Sekuler merupakan paham budaya dan pemikiran mengenai hidup yang didasarkan sikap “menolak Tuhan dan hal-hal yang bersifat adikodrati” dengan pandangan bahwa tidak ada allah yang bisa menyelamatkan manusia, karena manusia harus menyelamatkan dirinya sendiri. Dari Humanisme sekuler ini timbullah paham dalam ilmu jiwa yang mendasarkan anggapannya pada potensi kemanusiaan manusia di luar Tuhan. Dalam buku Norman L. Geisler, terdapat beberapa perbedaan antara pandangan Yahudi Kristen dengan Humanisme Sekuler seperti berikut ini:
Lihat Juga: Etika Budha secara lengkap
. Ada pencipta.
. Manusia diciptakan secara khsusus.
. Allah berdaulat atas kehidupan.
. Tujuan tidak membenarkan cara.
Pandangan Humanisme Sekuler
. Tidak ada pencipta.
. Manusia berevolusi dari binatang.
. Manusia berdaulat atas kehidupan.
. Tujuan membenarkan cara.
Humanisme Kosmis
Humanisme Kosmis ini sering juga disebut dengan Humanisme baru. Pada prinsipnya, Humanisme ini berlawanan dengan praktik-praktik yang rasional dan materialistis karena yang ditekankan adalah pengalaman kemanusiaan yang bersifat mistis. Namun, pandangan ini masih mewarisi paham Humanisme Sekuler karena tetap “menempatkan manusia sebagai pusat”. Dalam Humanisme Kosmis, ada pandangan bahwa manusia itu bagian dari Tuhan. Berbeda dengan Humanisme Sekuler yang menjadikan manusia sebagai binatang cerdas, sedangkan Humanisme Kosmis menyebut manusia sebagai Tuhan dan manusia tetap beorientasi pada dirinya sendiri dan di satu segi kehadiran Tuhan yang berpribadi ditolak, namun di satu segi ada usaha manusia untuk menjadikan dirinya manusiawi dan ilahi.
Tokoh-tokoh Humanisme
1. Desiderius Erasmus (1466-1536)
Desiderius Erasmus merupakan seorang Humanis Kristen yang jenius, ahli dalam bahasa-bahasa klasik dan kitab suci. Erasmus dilahirkan 27 Oktober 1466 dan dia merupakan sarjana humanis yang terkemuka. Ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada model kehidupan humanisme. Humanisme Erasmus adalah campuran pandangan-pandangan Yunani-Romawi dengan ajaran injil, sehingga takhyul sangat dikritik oleh Erasmus. Dalam tulisan terbitannya, Diatribe de Libero Arbitrio (Uraian tentang kehendak bebas), Erasmus berpendapat bahwa sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap memiliki kehendak yang bebas. Erasmus juga sukses dalam kesusasteraan klasik yang membawa kepada pengertian yang benar tentang yang benar.
2. Lorenzo Valla (1405-1457)
Valla, salah seorang tokoh humanisme, menolak superoritas agama atas manusia. Manusia, demikian Valla, berhak menjadi dirinya dan sekaligus menentukan nasibnya karena tujuan manusia adalah menikmati dunia dan bersenang-senang. Salah satu ungkapannya yang terkenal adalah “Mengorbankan hidup demi kebenaran dan keadilan adalah jalan menuju kehormatan tertinggi”. Bukunya yang berjudul De Libero Erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal sang Pencipta tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif manusia. Lorenzo Valla juga ikut serta dalam mengembangkan teknik-teknik untuk mengidentifikasi tulisan palsu yang ditulis oleh orang lain yang mengatasnamakan Augustinus.