Okultisme Di sekitar Lingkungan Kristen
Okultisme dan Fenomena Kehidupan
I. Pendahuluan
Ajaran Kristen selalu menganjurkan umatnya untuk menjalani hidup untuk mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Dalam kehidupan Krsten sendiri memanglah benar seperti yang di katakana oleh Yesus bahwa selalu ada ilalang diantara gandum. Terdapat orang-orang yang menjalani hidupnya tidak mengandalkan Tuhan dan malah mengandalkan kekuatan-kekuatan yang di luar kehendak dari Tuhan seperti mengandalkan kekuatan dari si Iblis. Dalam pembahasan kali ini akan mengkaji bagaimana kekuatan Gelap atau Okultisme dan fenomena-fenomena kehidupan sehinggga banyak orang termasuk orang Kristen masuk terperosok kedalam praktek okultisme.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Okultisme
Dalam KBBI, kata “Ocultis” berarti ahli ilmu gaib (kekuatan yang tersembunyi) yang tidak dimiliki orang biasa. Okultisme adaalah kepercayaan kepada kekuatan gaib yang dapat dikuasai manusia. Okultisme juga berarti kajian tentang kekuatan gaib.
Secara Etimologi, okultisme berasal dari kata Occultus, yang artinya gelap, misteri, rahasia, seangkan Cultus, artinya dihormati secara berlebih-lebihan,didewakan, atau diilahkan. Dengan demikian, Okultisme adalah kepercayaan dan keyakinan pada orang, sesuatu atau benda-benda yang sangat berlebihan karena dianggap memiliki kuasa gaib yang penuh misteri dan dipuja-puja karena dianggap sebagai penentu bagi kebaikan dan keburukan hidup manusia serta kelangsungan alam semesta.
Kata “Okultisme” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, Ocultism. Kata dasarnya, occult, berasal dari bahasa Latin Occultus(Rahasia) dan Occulere (tersembunyi), yang merujuk kepada pengetahuan yang rahasia dan tersembunyi. Okultisme adalah paham atau aliran kepercayaan terhadap kuasa gelap dan kekuatan gaib di luar kekuatan dan kuasa Tuhan. Dengan adanya keyakinan bahwa adanya roh-roh yang ada di alam ini yang bisa menolong, memberkati, menyakiti bahkan membunuh. Memberi keberuntungan dan nasib buruk menimbulkan ketakutan sehingga manusia merasa membutuhkan pertolongan dari roh-roh yang dipercayai dapat menolong dan melindunginya.
Lihat Juga: Okultisme di Barat dan Timur.
2.2. Latar Belakang Praktik Okultisme
Terdapat berbagai alasan manusia untuk melakukan praktik okultisme:
- Pertama, Keinginan manusia untuk mempertahankan Hidup. Kehidupan manusia primitif tak lepas dari marabahaya yang pada hakikatnya hal tersebut selalu manusia baru. Marabahaya yang selalu mengganggu kehidupan manusia, seperti: Penyakit, Bencana, kemiskinan bahkan kematian. Kehidupan manusia penuh dengan berbagai kesulitan,musibah,tragedi dan aneka ragam bahaya yang membuat manusia berupaya untuk mendalami berbagai masalah tersebut dan mulai menelusuri kehendak yang membuat segala sesuatu hal yang terjadi diluar dirinya. Bahkan manusia berupaya untuk memperoleh hidup yang aman,tenang,dan damai. Hasrat tersebut diupayakan manusia dengan merajut hubungan terhadap gaya gaib yang disembah untuk memelihara kehidupan manusia tersebut.
- Kedua, Keinginan manusia untuk berkuasa .Bagi penganut okultisme, kehidupan selalu di rundung dengan berbagai hal yang mengganggu. Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu upaya untuk membangun relasi dengan kuasa atau kekuatan gaib. Bahkan penganut okultisme juga selalu ingin memuaskan hasrat duniawinya untuk memperoleh kuasa atau kekuatan gaib, baik itu kekayaan, terlepas dari bencana, kebal dari penyakit, dan bahkan memiliki kekuatan yang sakti. Kuasa atau kekuatan gaib dengan cara mendapatkan daya dari kuasa gaib tersebut. Penganut okultisme selalu berkenginginan untuk mendapatkan sebuah kehidupan yang penuh dengan keberhasilan dan tercapainya semua yang diinginkannya.
- Ketiga, Keinginan manusia untuk mengetahui sesuatu hal yang terjadi di luar dirinya..Keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sudah terjadi yang tidak diketahui misalnya barang hilang, kuburan nenek moyang yang tidak tahu letaknya, dan keinginan manusia untuk mengetahui apa yang akan terjadi, misalnya: nasib, pekerjaan, jodoh, nomor togel, dan keinginan manusia untuk mengetahui yang merupakan rahasia yang tersembunyi baginya, maka berbagai cara yang ditempuh untuk mengetahuinya, misalnya: bertanya kepada dukun, paranormal, orang pintar, Ilmu ramal, tenung, membaca ramalan bintang, dll.
2.3. Pintu masuk Okultisme
- pertama, Kepercayaan kepada Roh Orang Meninggal. Kepercayaan ini sangatlah berhubungan dengan kepercayaan animisme(dari bahasa Latinanima atau “roh”) adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh yang merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia primitif. Penyelenggaraan upacara kematian dilandasi dengan kepercayaan bahwa suatu kematian itu pada dasarnya tidak membawa perubahan dalam kedudukan, keadaan, dan sifat seseorang. Dengan landasan itu, penguburan mayat selalu disertai dengan bekal-bekal kubur dan wadah mayat yang disesuaikan kedudukannya, agar kedudukan si mati dalam alam arwah sama seperti ketika masih hidup.
- kedua, Latar belakang keluarga Berhubungan Dengan Kuasa Gelap. Ketika ada keluarga yang terlibat dengan okultisme maka pengaruhnya dapat berpengaruh ketika masih dalam kandungan. Misalnya pada saat mengandung, pergi berobat atau menggunakan jasa dukun, atau meminta perlindungan kepada roh yang telah meninggal.
- ketiga, Berbagai Bentuk Tekanan di Masa Kanak-kanak. Rumah tangga yang berantakan dan melibatkan anak terganggu karena persoalan keluarga dapat mengundang kehadiran setan untuk melaksanakan kegiatan dan membuat keadaan semakin berantakan. Sebagian besar anak yang masih kecil belum mempunyai pertahanan emosi dan rohani untuk menghadapi serangan dan kegiatan setan tersebut.
- keempat Perasaan yang terguncang. Wanita sering kali memiliki pertahanan emosi yang lebih lemah dibandingkan pria, meskipun tidak semuannya demikian. Mereka khususnya sering menjadi sasaran ketakutan karena goncangan perasaan yang kuat. Kadang-kadang pelecehan seksual yang dialami anak dan remaja tanpa disadari oleh si korban itu dapat menjadi pintu masuk bagi si jahat.
- kelima, Perbuatan atau kebiasaan berdosa. Perbuatan dosa tertentu dapat membuka pintu masuk untuk kuasa kegelapan. Salah satu contohnya adalah Keputusan yudas Iskariot untuk mengkhianati Yesus. Ketika ia meninggalkan perjamuan terakhir dengan memendam niat tersebut, lukas mencatat, “ Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas” (Lukas 22:3). Yudas telah membuka pintu yang akhirnya tidak dapat ditutupnya sendiri.
- keenam, Berhubungan langsung Kepada Kuasa Gelap/Dukun. Bagi masyarakat saat ini sering menggunakan jasa perdukunan untuk memperoleh kesembuhan maupun kekuatan, penjaga rumah, pelaris untuk dagangan, pemanis untuk menarik hati pasangan. Pengalaman banyak orang ialah mereka sembuh setelah berobat ke dukun. Inilah yang mengakibatkan sehingga semakin suburnya praktek perdukunan sampai saat ini.
2.4. Fenomena kehidupan Agama Suku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-hal yang dapat disaksikan oleh panca indra, dan dapat dinilai secara ilmiah atau berdasarkan fakta. Mengingat situasi kehidupan masyarakat primitif yang dipenuhi dengan berbagai hal gaib membawa kita kepada satu pengertian bahwa dalam kehidupan masyarakat primitif selalu berkaitan dengan praktik penyembahan terhadap sesuatu hal yang dipercaya memiliki hal yang lebih besar di luar kendali manusia dan membawa manfaat terhadap kehidupan manusia. Terdapat berbagai alasan dan latar belakang praktik okultisme okultisme dalam dunia masyarakat primitif. Dimulai dari adanya keinginan yang bersifat sederhana bahkan hal yang berhubungan dengan kesadaran manusia untuk mempersembahkan hasil terbaik dari alam. Akal budi manusia memiliki kesadaran bahwa diatas segala yang ada masih ada "Yang Maha Ada". Pada intinya para penganut okultisme adalah manusia-manusia yang telah menciptakan para Ilah, seperti penyembahan pada alam raya, makhluk-makhluk dan roh-roh halus, matahari, bulan, bintang, bahkan penyembahan terhadap dewa yang dipercayai mempunyai pengaruh, kelebihan, kuasa, dan kekuatan yang luar biasa dibandingkan orang lain.
Menurut Durkheim apa yang mempengaruhi orang-orang primitif adalah kekuatan masyarakat yang mencolok, kelompok dimana ia menjadi anggota, kepada siapa ia membutuhkan perlindungan, dan pengetahuan, yang tanpa hal itu dia tidak berarti.
Pater Schmidt bahwa adanya kepercayaan primitif akan Yang Maha tinggi barangkali berkaitan dengan suatu perwahyuan primordial pada awal mula dari segala sesuatu , ketika Tuhan mewahyukan diri kepada manusia. Ia juga telah memperlihatkan adanya kepercayaan yang tinggi antara orang-orang primitif, suatu fakta yang seringkali diabaikan oleh pembelajar agama. Hampir semua agama primitif pasti dapatkan ide tentang Yang Maha Tinggi. Bahkan seringkali dewa tertinggi ini dipandang sebagai dewa pencipta, yang disamping telah menetapkan aturan-aturan mengenai hubungan antara manusia. Kadang-kadang konsep mengenai dewa diantara orang primitif digolongkan dalam monolatri dan henoteisme, karena sejumlah dewa-dewa yang lain tetap dikenal, meski hanya tataran yang lebih rendah dibanding Dewa tertinggi. Monoteisme dapat dibedakan secara dua yaitu eksplisit dan implisit. Monoteisme eksplisit adalah kepercayaan hanya pada satu Tuhan dengan mengecualikan sama Tuhan lain. Monoteisme Implisit adalah kepercayaan akan satu Tuhan. Problem monoteisme sangat kompleks dan akan dibicarakan lanjut. Suatu bentuk monoteisme dari agama dapat bersifat primitif, dengan arti bahwa hal itu dapat dilacak pada kepercayaan primitif mengenai adanya dewa tertinggi, tetapi hal itu dapat juga bersifat sekunder, kalau merupakan hasil dari penyatuan beberapa dewa lokal. Penyatuan semacam ini dapat bersifat politis. Lebih lanjut, pentingnya mengingat perbedaan antara kepercayaan akan dewa tertinggi dan suatu monoteisme yang tumbuh dari sikap religius sejati dalam Doa.
2.5. Okultisme dan Fenomena Kehidupan
Yang menganut okultisme berkeyakinan bahwa di dalam dunia ini terdapat roh-roh yang bisa menolong, memberkati dan menyakiti, memberi keberuntungandan nasib buruk bahkan membunuh, mengakibatkan manusia mengalami ketakutan dan merasa membutuhkan pertolongan dari roh-roh tersebut, mengakibatkan manusia terlibat dan menyerah bahkan memuja kekuatan roh tersebut dan aktif terjun ke dalam praktek okultisme, dalam berbagai manifestainya. Hal ini menyebabkan manusia mempunyai hubungan dengan kuasa kegelapan sehingga manusia terikat dengan kuasa yang ddiyakini berotoritas dalam kehidupannya. Fenomena kehidupan manusia yang melakukan praktik okultisme selalu berkaitan dengan hal magi. Magi adalah upacara dan rumusan verbal yang memproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teori pengontrolan manusia untuk sesuatu tujuan. Kita dapat memklasifikasi umum dari Magi dalam konteks tujuan-tujuan, praksis yakni magi produkti, magi protektif, dan magi destruktive. Analisis mengenai tindakan magi memprelihatkan beberapa ciri khusus suatu tujuan praksis yang pasti, untuk diperoleh dan ada pelaku manusia dari magi. Dalam praktik magi itu sendiri terdapat tiga unsur, yakni : Alat atau obat-obatan, upacara dan mantra. Upacara mempunyai keragaman hampir tak terbatas, tetapi pada hakikatnya berfungsi untuk mengalahkan magi pada objeknya. Praktik-praktik magi tidaklah dilakukan sekedar demi dirinya, mereka mengarah pada tujuan praktis dan dihubungkan dengan kegiatan manusia lainnya. Magi produktif menyatakan bahwa daya manusia ada diatas alam dan mengijinkan manusia untuk maju ke arah tujuannya dengan kepercayaan bahwa lewat dari usahanya sendiri ia akan mencapai kesuksesannya. Magi hanyalah suatu bentuk dari zaman ketidakpastian. Jawaban lain bertumpuk pada kepercayaan kepada Tuhan yang murah hati. Magi merupakan suatu kepercayaan sederhana pada adanya akibat nyata dari daya manusia dalam mengunakan mantra dan upacara-upacara, terbatas dalam tekniknya dan diarahkan pada satu tujuan praksis. Praktik magi biasanya individual dengan satu mempertentangkan minat dan emosi nya sendiri melawan minat dan emosi orang lain, lebih menciptakan ketidakharmonisan daripada menciptakan pemecahan persoalan.
Fenomena kehidupan okultisme sering juga tidak terlepas dari ramalam. Ramalan adalah usaha untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal di masa mendatang atau hal-hal yang luput dari pengamatan biasa, dengan meminta nasihat kepada informan yang bukan kepda manusia. Hal ini secara luas sudah di praktikan dari semua kebudayaan manusia dan segala zaman, khususnya di antara kaum primitif. Teknik-teknik aktual yang digunakan oleh para pelaku ramalan terdiri dari tiga kelas (1). Cara-cara ramalan mekanis yang menggunakan manipulasi dari objek material belaka. (2). Ada ramalan lewat ujung yang bisa diartikan sebagai menjalani. Dengan kondisi-kondisi yang disiapkan secara istimewa, tingkah laku atau aspek tertentu dari binatang-binatang. (3). Ada ramalan dengan menunjuk pada daya-daya spritual atau kekuatan-kekuatan dengan sifat setengah manusia, ada kalanya diperantarai lewat teknik dari roh pengantara.
Mengingat keberadaan sihir juga dapat dipisahkan dengan fenomena kehidupanokultisme. Kita harus memahami kodrat sihir dan kedudukannya dalam teori penyakit. Beberapa penyakit memang bersifat “kodrati” dan dukun sungguh-sungguh mempunyai dalam tindakanpertolongan pertama dan perawatan dengan tanaman untuk penyakit-penyakit ini.sebagianlagi memang jelas bukan penyakit oleh sebab-sebab kodrati dan dipercaya sebagai kehendak jahat, supranatural dari para penyihir. Para penyihir ini mewakili konspirasisangat besar dengan makhluk-makhluk yang tidak jelas tetapisungguh-sungguh jahat yang biasa merusak peradaban manusia dengan menyerang kesehatan anggota-anggotanya. Mereka mempunyai berbagai bentuk, sebagai manusia, dan burung-burung, binatang lain, bahkan bola api. Manusia dapat menjadi penyihir kalau dilahirkan dengandua hati yang satu baik yang lain jahat. Untuk melawan konspirasi kuasa jahat yang mengerikan inilah orang-orang tak berdaya, karna kurangnya pengetahuan akan upacar agama, mencari bantuan dari kelompok dukun. Kelompok inilah memiliki pengetahuan, perlengkapan-perlengkapan dan keberanian untuk melawan penyihir seseorang dukun sihir memilihara sebangsa jin sewaktu-waktu dapat disuruh untuk membawa guna-guna dan memasukkannya kedalam tubuh seseorang.
Peran para penenung juga tak lepas dari kepercayaan okultism. Praktik dari orang yang mencoba menyakiti orang-orang lain lewat magi disebut tenung. Tidak seperti sihir yang mengubah, kemampuan jahat penenung tidak muncul dari suatu perjanjian yang dibuat seta. Seorang penenung dikenal dengan seorang guru mengenai rumusan-rumusan dan upacara-upacara yang sudah dipelajari dari buku lain atau dari buku-buku magi. Penenung sejati adalah orang yang melakukan secara serius dan sadar suatu tindakan magi melawan manusia lain. yang paling umum dari tindakan-tindakan ini adalah penguburan boneka, penggalian, dan penguburan kembali sisa-sisa tubuh manusia, penguburan objek-objek lain (seperti foto, potongan rambut, sobekan pakaian) pengucapan doa-doa diatas api yang membara atau lilin yang dibakar, dan pengucapan mantra-mantra dikuburan. Dalam semua kasus kepercayaan ini kalau dilakukan pada malam hari.
III. Daftar pustaka
Alwi. Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai pustaka, 2005.
Kusuma Surya,Okultisme Antara Budaya Vs Iman Kristen, Yogyakarta: ANDI, 2010.
M. Dhavamony. Fenomenologi Agama, Yogyakarta: KANISIUS, 1995.
Manurung. Kaleb, Begu Ganjang, Dalam Jurnal Teologi Tabernakel STT Abdi Sabda Medan Jilid Begu Ganjang, Medan: STT. Abdi Sabda Medan, 2010.
Pondsius & Susanna Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, Batu-Jawa Timur Departemen Literatur YPPPII, 2004.
Prince. Derek, Mareka Mengusir Setan-Setan, Jakarta: Derek Prince Ministries Indonesia, 2008.
Saragih. Jaharianson, Pelayanan Pelepasan dan Dampak Positifnya, Medan: L-SAPA, 2016.
Sianipar. T, Alwisol & Muwanir Yusuf, Dukun. Mantra dan Kepercayaan Masyarakat, Jakarta: Grafikatama Jaya, 1992.