Praktek Oksultisme Untuk Keinginan Berkuasa


Untuk Keinginan Berkuasa

I.                   Pendahuluan
Kehidupan manusia akan tetap terus menerus berjalan sehingga memaksa manusia untuk berusaha menduduki posisi tertinggi dalam hidupnya. Posisi tertinggi pun sangat mempengaruhi ruang lingkup kekuasaan yang berhubungan dengan keinginan dan hasrat berkuasa. Ketika hal itu timbul, manusia mencari jalan yang dianggap membantu dalam pencapaian harapannya, sehingga timbullah pemikiran menghalalkan segala bentuk cara, salah satunya melalui praktek okultisme. Karena melalui dorongan-dorongan dari praktek yang ditawarkan oleh okultisme dapat dijadikan sebagai jawaban atas pergumulan duniawi yang dihadapai oleh manusia sendiri.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Berkuasa           
KBBI menjelaskan bahwa berkuasa berasal dari kata “kuasa” yang berarti kemampuan atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu, kekuasaan,wewenang, atas sesuatu untuk menentukan sesuatu. Berkuasa adalah mempunyai kuasa, kesangguapan, kewenangan, dan kekuatan atas sesuatu hal.[1]
2.2.Latar Belakang Okultisme Untuk Keinginan Berkuasa
Dengan adanya keyakinan bahwa roh-roh yang ada di alam ini yang bisa menolong, memberkati, menyakiti, memberi keuntungan, dan nasib buruk, bahkan membunuh. Mengakibatkan manusia terlibat dan menyerah bahkan memuja kekuatan roh tersebut dan aktif terjun ke dalam praktek okultisme, dalam manifestasinya.
Kuasa kegelapan bekerja dan memanifestasikan kuasanya dalam berbagai bentuk, dari yang sederhana sampai kepada yang luar biasa yang membuat orang terheran-heran dan terpikat, dari cara yang kuno sampai kepada cara modern, yang membuat kuasa kegelapan memasuki semua jenis lapisan masyarakat, mulai dari primitif sampai kepada golongan intelektual (para pejabat).[2]
Garis besar akar okultisme lahir dari si iblis salah satunya ialah keinginan berkuasa.[3] Dalam okultisme terdapat pekerjaan kuasa kegelapan salah satunya yakni pekerjaan bersangkut-paut dengan pemberian kuasa; memberi kuasa untuk menguasai dunia ini; memberi kuasa besar.[4] Orang-orang tertentu secara terang-terangan mengakui bahwa mereka meminta pertolongan iblis untuk sukses dalam bisnis dan pekerjaan mereka.[5]

2.3.Hal-hal Yang Menyebabkan Seseorang Ingin Berkuasa
Ada rasa cemburu yang sejak dari zaman purbakala telah hadir dalam diri manusia. Rasa inilah yang banyak membuat orang cenderung memperebutkannya habis-habisan. Ditambah lagi dengan kenyamanan dan kemewahan yang menyertainya, bukankah semuanya ini sebagai daya tarik sekaligus sebagai sebuah pancingan yang mengundang banyak orang untuk datang berbondong-bondong memperebutkannya. Sebelum kekuasaan disetarakan dengan profesi lainnya maka selama itu juga akan lebih banyak orang yang datang untuk merebutnya hari lepas hari. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan seseorang ingin berkuasa, yakni:
1.      Keadilan sosial (kesetaraan) sangat rendah
Keadilan sosial adalah dasar dari kesejahteraan yang adalah hak seluruh warga masyarakat. Tanpa kesetaraan maka orang-orang akan datang berbondong-bondong untuk merebutkannya. Sebab ada kecenderungan dalam hati manusia untuk manggapai hidup yang lebih baik (sama seperti yang dirasakan sesamanya yang terkadang menimbulkan kecemburuan).
2.      Banyak diantara masyarakat yang belum sejahtera - mudah diprovokasi
Mereka yang belum sejahtera yang jauh dari kota biasanya mudah dipengaruhi oleh oknum tertentu.
3.       Kekuasaan tanpa kontrol yang jelas
Ketika sebuah kekuasaan tidak dapat diawasi dan dikontrol sepenuhnya maka ada kecenderungan untuk melakukan penyelewengan yang menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang besar ini telah menjadi daya tarik tersendiri terhadap manusia lainnya sehingga tidak ada lagi kata-kata untuk menolaknya.
4.      Kekuasaan
Kekuasaan yang berlebihan-posisi penguasa terlalu tinggi dimana semua terpusat kepadanya. Saat seseorang menjadi penguasa maka apapun keinginannya akan dengan mudah saja diwujudkannya. Sedangkan manusia hatinya dipenuhi rasa cemburu sehingga secara otomatis saat ada seseorang yang terlalu diperlakukan secara spesial pastilah juga ada yang iri hati. Kecemburuan inilah yang kerap kali membuat beberapa orang memperebutkannya untuk kepentingan pribadi.
5.      Wewenang yang sangat besar
Seorang penguasa memiliki wewenang untuk menetapkan sesuatu. Sedangkan banyak orang yang menginginkan agar ia menetap disana. Oleh karena itu, banyak penghormatan, pujian, popularitas, dan uang yang diarahkan kepadanya agar sesuatunya mulus dan lancar, yang mau jadi pejabat diberi kemudahan. Inilah salah satu daya tarik yang sangat mengiurkan untuk memperebutkan posisi sebagai seorang penguasa.[6]

2.4.Praktek Okultisme Untuk Keinginan Berkuasa
2.4.1.      Bentuk-bentuk Media Yang Dipakai
Ada beberapa bentuk-bentuk praktek okultisme yang sering digunakan pada masyarakat, yaitu:
1.      Jimat dan perhiasan
Jimat dan perhiasan yang disebut dengan amulet biasa dipakai dalam okultisme. Amulet berasal dari bahasa Arab yang artinya pertahanan. Ngakal adalah jimat atau benda perhiasan yang digunakan untuk menangkal kuasa si jahat. Jimat dapat berupa benda apa saja seperti kulit binatang, tulang binatang, mata uang, batu akik, tapak kuda, rambut, ikat pinggang, bunga. Benda-benda tersebut harus diberi mantra oleh dukun yang diyakini mempunyai kekuatan atau pengaruh gaib bagi sipemilik. Sering dikatakan bahwa tujuan memakai jimat adalah mengusir roh-roh jahat, melindungi pemakainya dari serangan lawan, mengendalikan atau menakhlukkan pikiran orang lain. Menarik bagi lawan jenis atau memudahkan dapat jodoh, menjaga kedudukan, menutupi kejahatanya supaya tidak diketahui atasan atau parat keamanan.[7]
2.      Pelet
Pelet atau guna-guna adalah salah satu bentuk sihir/tenung. KBBI mendefinisikan memelet sebagai “mempengaruhi dengan atau seolah-olah dengan guna-guna dan jampi-jampi.[8]
3.      Meminta kekebalan tubuh
Kepada mereka yang diberi beberapa jenis jimat, yakni: benda-benda yang telah diisi dengan kuasa oleh tenaga supranatural. Menurut keyakinan pengguna jasa kekebalan ini mereka akan mendapatkan kekuatan untuk tahan pukul, tahan tembak, tahan tikam, tahan guna-guna, tahan racun, dan lain-lain. Biasanya dipakai pada tubuh atau dililitkan pada pinggang ataupun dimasukkan dalam ikat pinggang, bahkan ditanam pada daging tubuh manusia, seperti susuk, dan lain-lain.[9]
4.      Santet
Santet atau guna-guna (Jawa: tenung[10], teluh[11]) adalah upaya ilmu hitam. Istilah santet kadang-kadang juga dipakai untuk menyebutkan praktek memasukkan benda-benda asing ke perut korban, ini merupakan salah satu jenis sihir.[12] Santet adalah salah satu manifestasi dari kuasa kegelapan, iblis yang disebut dengan okultisme. Santet adalah ilmu untuk membunuh, mengahancurkan dan membinasakan manusia.[13] Dengan kata lain, santet adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam. Santet sering dilakukan oleh orang yang mempunyai dendam kepada orang lain atau dengan kata lain santet adalah suatu usaha atau perbuatan yang mempengaruhi atau mengganggu orang lain dengan tujuan yang tidak baik. Dengan menggunakan benda nyata atau kekuatan yang tidak kelihatan. Santet biasanya ditujukan untuk mencelakakan orang lain yakni untuk membuat orang lain menderita, sakit bahkan meninggal dunia.[14]
5.      Pitonggam
Pitonggam ini biasanya digunakan oleh mereka yang ingin memiliki kuasa. Jika ia berbicara, orang yang mendengarnya kelihatan mendengar dengan tekun. Apa yang diucapkan dan diperintahkannya selalu dilakukan bawahannya dengan ‘membeo’.[15]
6.      Ilmu Putih
Ilmu putih adalah semua ilmu yang tujuannya baik, memakai nama Tuhan serta ayat-ayat kitab suci tertentu. Ilmu gelap ini sifatnya menolong,  walaupun sebenarnya bukan demikian, karena ilmu putih juga membinasakan manusia.[16]
7.      Ilmu Hitam
Ilmu hitam adalah ilmu gelap untuk menyusahkan, melukai, merusak, menggilakan, dan mematikan orang lain dan sifatnya jahat.[17]
8.      Pemanis
Pemanis ini digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan perhatian orang lain. Pada umunya pemanis ini digunakan untuk pemikat lawan jenis. Mereka yang memiliki pemanis sangat mudah merayu dan menaklukkan lawan jenis. Namun ada akibat yang fatal, bahwa perhatian tadi sebenarnya tidak murni atau terpaksa.[18]
2.4.2.      Syarat Untuk Memperoleh Kuasa Dalam Okultisme[19]
Setiap pengikut okultisme tidak secara mudah dan cepat memperoleh daya kuasa dan kekuatan gaib. Banyak perkara harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang dituntut. Dan bahkan harus melewati proses demi proses yang telah ditetapkan untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang.
a.       Dalam kamus kehidupan penganut okultisme berlaku syarat bahwa untuk memperoleh daya linuwih (kekuatan supranatural) sangat dibutukan pengorbanan. Semakin besar pengorbanan, semakin hebat pula kuasa dan kekuatan gaib yang diperoleh. Prinsipnya “do ut des” yang berarti “aku memberi agar engkau memberi”.
b.      Bakti seksual, selain melalui pengorbanan, agar keinginan mereka dipenuhi oleh dewa-dewi, orang tidak segan-segan melakukan bakti seksual. Bakti seksual ini antara lain dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu pelacuran bakti dan semburit bakti[20].
c.       Penyiksaan diri, salah satu persyaratan para penganut okultisme untuk beroleh kekuatan gaib serta kekuasaan yang diharapkan adalah penyiksaan diri. Dengan melakukan berbagai pantangan, menyiksa diri terbagi dari; tarak[21], melukai tubuh, dan tirakasst[22]
2.4.3.      Material Okultisme[23]
2.4.3.1.     Benda-benda yang bersifat umum yang dikeramatkan
a.      Bunga/Kembang
Banyak praktek okultisme menggunakan bunga atau kembang, tetapi dengan syarat tertentu, misalnya kembang yang dipakai harus berjumlah tujuh tangkai saja, tidak boleh lebi dan tidak boleh kurang. Dan hanya boleh diambil pada saat bulan purnama atau pada tanggal tertentu saja, tidak boleh pada sembarangan waktu.
b.      Keris/Pedang
Pada dasarnya keris adalah hasil kerajinan tangan yang indah, tanpa ada pantangan-pantangan khusus, tidak ada jenis kelaminnya, tidak diberi makan pada waktu tertentu. Namun dalam praktek okultisme, keris disertai oleh larangan-larangan yang aneh.
c.       Jahe
Penggunaan jahe dipakai saat membaca jampi-jampi atau mantra yang merupakan praktek okultisme.

2.4.3.2.     Benda-benda khusus, meniru apa yang dipakai dalam kitab suci
a.      Minyak
Dalam praktek okultisme, minyak juga dipakai melayani setan-setan, hal ini dipraktekkan sendiri diamana banyak minyak dipakai untuk memuja dan membujuk berhala supaya memberi berkat.
b.      Garam
Garam dipakai untuk mengusir hantu dengan cara menaburkan garam di tempat tertentu, yang tentu sekali berlawanan dengan apa yang diperoleh manusia dari orang pintar yang memberikan suatu pegangan kepadanya.
c.       Kemenyan
Kemenyan dipakai untuk menyembah berhala dalam upacara-upacara khusus.
d.      Tulisan
Dipakai untuk menulis jampi-jampi atau mantra-mantra untuk segala macam keperluan.
2.4.3.3.     Benda-benda rohani yang dikeramatkan
a.      Kitab Suci
Dalam praktek okultisme yang disebut ilmu putih, penggunaan benda-benda rohani mulai dipakai khususnya penyalahgunaan kitab suci. Ayat-ayat tertentu dikutip atau digunting, lalu dibungkus dengan kertas timah dan dibungkus dengan kain merah dijadikan ikat pinggang keramat untuk menjaga diri dalam praktek berkuasa.
b.      Tanah Gereja
Memakai tanah gereja dan membawanya ke tempat tertentu untuk melindungi diri dalam praktek berkuasa.
c.       Salib
Salib juga dipakai sebagai jimat oleh orang-orang tertentu. Sehingga ada syarat tertentu dalam pemakaian salib yang dikeramatkan, seperti harus menciumnya sebanyak tujuh kali pada waktu mengikuti ujian denga harapan memperoleh kuasa dari sesuatu hal yang diharapkan.

2.5.Tujuan Berkuasa
Kekuasaan selalu ada pada masyarakat, tetapi tidak selalu ada yang dapat dibagi rata, maka kekuasaan selalu berhubungan dengan kemampuan dalam mempengaruhi orang lain. Seorang penguasa dan para pengikutnya dipengaruhi secara rela maupun terpaksa, usaha yang dilakukan oleh pemegang kuasa tidak selalu dapat dipahami oleh masyarakat yang dipimpin, terdapat kesulitan-kesulitan karena adanya perbedaan alam berpikir yang umumnya diwakili oleh pemikiran tradisional bahkan yang revolusioner sebagai akibat kemajuan disemua alas kehidupan yang berdampak pada kompleksitas kebutuhan.[24]Sehingga manusia memiliki hasrat secara instan untuk memperoleh kekuasaan baik kekayaan mapun materi yang berlimpah-limpah serta kesuksesan dalam pekerjaan dengan menggunakan okultisme.[25]

2.6. Sumber Timbulnya Keinginan Berkuasa Melalui daya Okultisme
1.      Pemahaman yang salah tentang Allah
Konsep-konsep yang salah tentang eksistensi, jati diri, kuasa Allah, serta aggapan bahwa Allah yang transenden sulit dipahami, penuh misteri, dan tidak terselami sehingga manusia menjadikan okultisme sebagai cara cepat yang diyakini dapat memberikan kuasa dalam bentuk apapun.
2.      Perasaan tidak berdaya di tengah alam semeseta
Manusia menyadari dirinya terbatas, lemah, dan tidak berdaya di tengah alam semesta yang begitu luas penuh misteri dan aneka ragam permasalahan yang membelit kehidupan, sehingga dengan jalan okultisme manusia dapat mencari dan menemukan kuasa yang dapat menjamin, melindungi, dan menanggulangi berbagai kondisi yang ditemui dalam kehidupannya di alam semesta.
3.      Usaha manusia untuk memperoleh hidup aman, tenang, dan damai
Hidup ini penuh kesulitan, bencana, musibah, tragedi, dan aneka ragam bahaya. Dalam  upaya untuk mengantisipasi semua permasalahan tersebut menusia ikut ambil bagian melalui cara-cara okultisme sehingga dapat menguasai dan menghindari berbagai kesulitan tersebut.
4.      Persaingan, musuh, dan bahaya
Visi misi untuk mencapai keberhasilan dalam segala ruang lingkup hidup manusia pada persaingan atau kompetisi yang sering kali mengundang dampak negatif. Sehingga pengaruh okultisme dijadikan sebagai alat perjuangan untuk menguasai, mengalahkan dan menghancurkan para pesaing baik melalui tenung, santet, dan maji untuk melindungi diri atau menyerang.
5.      Nafsu memperoleh kekayaan dan materi berlimpah
Banyak orang ingin memperoleh kekayaan, materi berlimpah dan kesuksesan dalam pekerjaan. Sehingga manusia mencari jalan pintas untuk memperolehnya dengan okultisme.[26]
2.7. Hasil Wawancara
Nama/Inisial    : E.
Pekerjaan         : Lurah
Alamat                        : Kecamatan Minas
Wawancara     : Lewat Via Telepon.
Pertanyaan
1.      Apakah pada masa anda memimpin sebagai Lurah di Kec. Minas pernah menggunakan kuasa gaib atupun memintah pertolongan kekuatan dari orang pintar?
2.      Ketika anda memperoleh hal yang anda inginkan, pada saat anda meminta sesuatu hal kepada orang pintar. Apakah anda merasa nyaman menggunakannya?
3.      Apakah dampak yang anda rasakan, setelah anda memperoleh hal yang anda harapkan untuk terjadi dalam hidup anda lewat kuasa gaib yang anda terima?
Wawancara
Kami mewawancarai seseorang yang berinisial E. Ia berada dan tinggal di kecamatan Minas  dan menjabat sebagai Lurah. Melalui via telepon yang kami lakukan  pada hari Sabtu, 03 November 2018, Pukul 14:34 Wib s/d Selesai. Beliau sangat senang berkomunikasi dengan kami karena beliau merupakan sahabat dari orangtua dari salah satu penyaji. Melalui pertanyaan yang kami sampaikan secara berurutan dan  ketika pertannyaan yang pertama dijawab lalu melalui jawaban yang pertama kami ambil lagi pertannyaan yang berhubungan dengan jawaban beliau. Berhubungan dengan pertanyaan yang pertama, E menjawabnya serta menjelaskan kepada kami bahwa ia pernah memiliki keterikatan dengan kuasa kegelapan, dari mulai ia pernah mencalonkan sebagai Lurah di salah satu desa yang berada di kecamatan Minas hingga E terpilih sebagai Lurah. Hal itu dilatar belakangi oleh karena persaingan yang cukup ketat hingga ia pun ditawarkan oleh sahabatnya untuk pergi kesalah satu tempat (rumah orang pintar/dukun), dengan tujuan untuk memenangkan kompetisi dalam pemilihan Lurah di kecamatan Minas. Pada awalnya ia tidak ingin melakukan hal yang disarankan oleh sahabatnya itu, namun oleh karena dorongan yang menggebuh-gebuh dari para sahabat supaya ia menjadi lawan tandingan dari calon Lurah yang lain dan dapat memenangkan pemilihan Lurah tersebut.Ia pun melakukan yang disarankan oleh sahabatnya. Dukun yang mereka jumpai pun memberi secangkir air yang telah dibaca-bacakan dan ia pun meminumnya.
Pada awalnya E merasa biasa-biasa saja ketika diberi air minum, ia berpikir bahwa hanya air minum biasa aja, tetapi apa yang terjadi?Ternyata dua minggu kemudian E pun mendapatkan tawaran dari pemerintah kabupaten Siak untuk menjadi Lurah disalah satu kelurahan yang berada di kecamatan Minas.
Dua tahun berlalu ia menjabat sebagai Lurah, ia mengatakan cukup mulus perjalanan kepemimpinannya sebagai Lurah. Tidak banyak yang komplain walaupun ada sedikit pekerjaan ia kerjakan yang tidak sesuai lagi dengan tugas dan fungsi Lurah yang sebenarnya. E seakan-akan “menghipnotis” seluruh bawahannya. Sehingga tidak merasa terbeban ia melakukan pekerjaan yang tidak sewajarnya. Dan tidak terlepas dari peranan orang pintar yang diyakini E memberi kuasa kepadanya ia pun rela mengorbankan harta bendanya berupa uang, perhiasan yang luamayan besar disumbangkannya untuk orang pintar itu, dengan harapan ia semakin diberkati dan semakin berkuasa.

III.             Tanggapan
Dalam perjalanan hidup manusia, mereka tidak akan pernah merasa puas untuk mendapatkan sesuatu hal, contohnya kekuasaan. Dalam mendapatkan kekuasaan mereka didasari oleh pikiran bahwa yang berkuasa berhak mengatur kehidupan manusia lainnya. Walaupun jalan itu dianggap tidak pantas, namun mereka tetap berusaha dan berpikir bahwa jalan pintas yang  mereka lalui dianggap pantas. Kekuasaan yang diperoleh dari praktek okultisme merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang saling menjaga antara satu dengan yang lainnya. Apalagi jika membahayakan jiwa orang lain. Dan dalam hal ini praktek okultisme dianggap sebagai suatu daya yang dijadikan sebagai jalan pemenuhan keinginan dan hasrat duniawi.
Bagi manusia sebuah keinginan untuk memperoleh kekuasaan merupakan refleksi dirinya supaya terlihat hebat dan dihormati oleh banyak orang. Kekuasaan yang ia miliki mengidentifikasikan bahwa ia dapat mengatur orang lain dengan caranya sendiri dan tidak dapat diatur oleh orang lain. Hal seperti ini hendaknya tidak dilakukan ataupun dipraktekkan karena akan memiliki dampak yang buruk bagi orang yang disekitarnya. Sehingga bagi pemimpin yang benar, disarankan untuk berjalan dalam lorong yang sewajarnya dilewati, sehingga tidak ada jurang pemisah antara atasan dengan bawahan dan terciptanya relasi yang baik.

IV.             Kesimpulan
Rasa cemburu sudah ada sejak dari zaman purbakala. Rasa inilah yang banyak membuat orang cenderung memperebutkan keinginan untuk berkuasa. Ditambah lagi dengan kenyamanan dan kemewahan yang ditawarkan.  Semuanya ini menjadi daya tarik sekaligus sebagai sebuah pancingan yang mengundang banyak orang untuk datang berbondong-bondong memperebutkannya dengan bantuan praktek okultisme. Keterbatasan manusia menjadi salah satu alasan utama mengapa manusia melakukan praktek okultisme dalam memperoleh kekuasaan, sehingga melalui kekuasaan tersebut mereka yakin sudah berada dalam zona yang nyaman tanpa beban. Dengan kekuasaan yang mereka miliki mereka dapat mengatur orang dengan sesuka hati dan merasa tidak perlu diatur dalam melakukan tindakannya.
V.                Daftar Pustaka
Ginting,E.P.,Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru, Kabanjahe: Abdi Karya, 1999.
Hawkins, Craig S.,Seluk Beluk Sihir, Yogyakarta: Andi, 2004.
KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Kusuma,Surya.Okultisme Antara Budaya Vs Iman Kristen, Yogyakarta: Andi, 2010.
Pasaribu,Rudolf H.,Okultisme di Kalangan Masyarakat Batak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Pondsius & Susana Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Terang,Batu Malang: Departemen Wilayah Literatur YPPI, 2000.
Saksono,Gatot Paranormal,Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2007.
Saragih, Jaharianson, Pelayanan Pelepasan dan Dampak Positifnya,Medan: L-SAP, 2016), 64-65.
Tony, Daud.  Dunia Santet, Jakarta: Betlehem, 2009.
Yudho,Bambang.How To Overcome Occultism, Yogyakarta: Andi, 2006.
Sumber Lain
Rekaman Akademik Catatan Sosiologi kelas I D, tanggal 19 April 2018.



[1] KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 6
[2] Jaharianson Saragih, Pelayanan Pelepasan dan Dampak Positifnya, (Medan: L-SAP, 2016), 64-65.
[3] E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru, (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), 195.
[4] Pondsius & Susana Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Terang, (Batu Malang: Departemen Wilayah Literatur YPPI, 2000), 151.
[5]Ibid, 15
[7] Bambang Yudho, How To Overcome Occultism, (Yogyakarta: Andi, 2006), 12-13.
[8]Ibid, 118.
[9]Rudolf H. Pasaribu, Okultisme di Kalangan Masyarakat Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 75.
[10] Tenung adalah ilmu hitam yang mencelakakan orang lain. (W.J.S. Poerwadarminta, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 932).
[11] Teluh adalah ilmu hitam untuk merugikan orang lain, (Ibid, 920).
[12] Gatot Saksono, Paranormal, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2007), 66.
[13] Daud Tomy, Dunia Santet, (Jakarta: Betlehem, 2009), 2.
[14] Gatot Saksono, Paranormal, 66.
[15] Gatot Saksono, Paranormal, 77.
[16] Pondsius & Susana Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Terang, 223.
[17] Rudolf H. Pasaribu, Okultisme di Kalangan Masyarakat Batak, 77.
[18] Craig S. Hawkins, Seluk Beluk Sihir, (Yogyakarta: Andi, 2004), 118.
[19] Surya Kusuma, Okultisme Antara Budaya Vs Iman Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2010), 16-28.
[20] Semburit bakti adalah tindakan hubungan seksual antara laki-laki dan laki-laki, termasuk pelacuran laki-laki. (Surya kusuma, Okultisme Antara Budaya Vs Iman Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2010), 23.)
[21] Tarak adalah salah satu cara untuk memperoleh kekuatan gaib dengan menjauhkan diri dari hubungan seksual dengan pasangannya. Salah satu pandangan mereka kotor, najis, dan akan menghilangkan daya gaib mereka. (Ibid, 25.)
[22]Tirakat (nglakoni, Jawa), yaitu dengan sengaja mencari kesukaran dan kesengsaraan untuk memperoleh kuasa kekuatan gaib, mereka akan mendapatkan berkat keberhasilan dan mencapai semua yang diinginkannya. (Ibid, 28.)
[23] Pondsius & Susana Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Terang, 188-193.
[24] Rekaman Akademik Catatan Sosiologi kelas I D, tanggal 19 April 2018.
[25] Surya Kusuma, Okultisme Antara Budaya Vs Iman Kristen, 11.
[26] Surya Kusuma, Okultisme Antara Budaya Vs Iman Kristen, 8-11