Penerapan Kristologi Fungsional di Afrika


sebelum membaca artikel ini alangkah baiknya memulai dari Penerapan MKF di Belahan Dunia
Penerapan Kristologi Fungsional di Benua Afrika 

Konteks Pergumulan di Benua Afrika
Philip Potter, mantan Seketaris Jendral Dewan Gereja-Gereja sedunia menceritakan bahwa leluhurnya diangkat sebagai budak dengan kapal yang bernama “Yesus” dari Afrika Barat ke Hindia Barat. Kasih Yesus diberitakan oleh orang-orang kulit putih, pemilik budak, yang mengangkut kami dalam perbudakan dengan kapal-kapalyang diberi nama ‘Kapal Baik Yesus’, demikian seorang kulit hitam dari Amerika Utara Bercerita.

Salah satu benteng yang dibuat orang Portugis di Afrika, tepatnya di Mombasa, Kenya, diberi nama Yesus. Tidak ada yang lebih jelas membuktikan dari pada pemberian nama kepada kapal-kapal atau benteng itu, betapa nama Yesus disalahgunakan, dikhianati dan bagaimana ia juga “diserahkan”.

Dalam periode ketika ditemukan benua Amerika, pesisir Afrika ditelusuri, dikolonisasikan dan ditaklukkan. Perdagangan budak berkaitan dengan penaklukkan dan pendayagunaan Amerika. Buruh-buruh yang diangkut oleh kapal. Kapal itu dinamai  Yesus. Ketika sampai buruh itu dibawa ke camp. Maka camp itu disebut Yesus, maksud mereka membuat nama itu dengan Yesus untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah penguasa. Namun orang-orang atau buruh itu memiliki pandangan lain dengan cara mereka, sehingga timbul traumatic sehingga mereka menganggap yang memperbudak mereka adalah Yesus.

Yesus dianggap raja bagi kulit putih, artinya apa yang diperintahkan oleh raja harus dilakukan rakyat. Ketika orang Indian ternyata tidak cocok berkerja sebagai buruh diprkebunan, timbullah kebutuhan akan pengadaan tenaga-tenaga kulit hitam dari Afrika. Misalnya untuk Brazil, Angola merupakan pangkalan pengadaan budak. Terjadilah lalu linfas segi tiga.

Dari Eropa diangkut barang dagangan ke Afrika, dari Afrika ke Negara-Negara di Amerika diangkut budak-budakdan dari situ gula, serta bahan baku dikapalkan ke Eropa. Di Amerika Serikat pada tahun enam puluhan mulai berkembang apa yang disebut “Teologi Hitam”.

Yang dititikberatkan teologi ini ialah, melepaskan diri dari “Teologi Kulit Putih”, yang telah menciptakan seorang Allah sesuai gambar seseorang bangsa Barat yang berkulit putih. Gambar Allah ini menjadi landasan, deemikian pengamatan mereka, dari ideologi Kristen dunia Barat dan penindasan yang telah dialami orang-orang kulit hitam dan bangsa minoritas lain yang bukan kulit putih.

 Maka Teologi hitam mengaku Tuhan yang setia kawan dengan setiap insane yang tertindas dari ras dan bangsa apapun, dan yang berada ditengah penderitaan, penghinaan dan kematian mereka. Para teolog kulit hitam berbicara tentang Mesisas kulit hitam, Allah yang ditindas dan dibunuh ini, yang bangkit untuk member kehidupan dan harapan kepada semua yang tertindas. Mesias kulit hitam ini, yang adalah orang yang tertindas dari Allah, kelihatan pada wajah-wajah orang miskin dan tertindas, yang berkulit hitam.

lihat Juga: Penerapan Metode Kristologi Fungsional (MKF) Dalam Berbagai Konteks

Penerapan Metode Kristologi Fungsional di Afrika

1.Kristus sebgai “Pemenang”
Jhon Mbiti bercerita, bahwa orang-orang dari gereja tersebut menaruh perhatian besar terhadap peristiwa-peristiwa penting dari kehidupan Yesus, seperti kelahiran-Nya, babtisan, kematian dan kebangkitan-Nya dan kebangkitan dari mereka yang tercakup dalam tubuh Kristus.

Pertama-tama ia dilihat sebagai pemenang. Ia melawan dan mengalahkan kuasa iblis, penyakit, kebencian, ketakutan, bahkan kematian itu sendiri. Jhon Mbiti, kaum Kristen Afrika sangat tertarik pada kelahiran, babtisan dan kematian Yesus, krena peristiwa-peristiwa itu menunjukan bahwa Yesus manusia sempurna yang telah mengalami rites de passages yang adalah kewajiban yang mutlak. Itu sebabnya orang Afrika sangat menaruh minat pada silsilah-Nya yang terdapat dalam Matius 1:1-17 dan Lukas 3:23-38.

Dia manusia sempurna, lengkap, utuh, dewasa dan bertanggung jawab oleh karena ia manusia sempurna ia harus mati untuk membuktikan secara lengkap, bahwa ia sama dengan manusia lain. Salib bukanlah tanda aib dan penghinaan, tetapilambang dari kesempurnaan, selama itu berhubungan dengan dengan kehidupan Yesus.

2.Kristus sebagai “Kepala Suku”
Salah satu gelar yang diusulkan di Afrika bagi Kristus adalah gelar chief, yang dapat diartikan sebagai ‘kepala suku’ atau ‘raja’. Paul de Fueter mengatakan, kami memberitakan tentang Kristus yang sesungguhnya disebut ‘chief’, yaitu Raja Afrikagelar ini diusulkan oleh para penginjil.

Namun ada pendapat bahwa pilihan itu tidak layak, karena manusia yang menjadi ‘chief’ adalah orang-orang yang sering jauh dari rakyat dan tidak dapat didekati oleh mereka.

3.Kristus sebagai “Leluhur”
Gelar lain yang dikenal ialah Yesus sebagai leluhur yang besar, atau leluhur yang terbesar. J.S. Pobee Yesus adalah Nana seperti leluhur lain yang termasyhur. Ia adalah hakim yang tidak terlupakan, ia menggumuli leluhur yang lain, karena dia yang terdekat dengan Allah.

Didalam pernyataan bahwa Yesus adalah “Nana”, terkandung arti bahwa norma-norma-Nya berlaku dalam orientasi pribadi, dalam struktur-struktur masyarakat, dalam perkembangan ekonomi dan hubungan politik. Pernyataan itu berarti keadilan pribadi dan siosial.

Kedudukan-Nya sebagai leluhur belum terwujud secara lengkap. Tindakan penyelamatan-Nya akan digenapi oleh kedatangan Yesus Kristus (Parusia), bilamana kosmos menerima pahala penuh dari kebngkitannya. Ini membuktikan, demikian kata Nyamiti, betapa akrabnya hubungan antara penjelmaan Kristus, status-Nya sebagai Leluhur dan Penyelamatan.

4.Kristus sebagai “Dukun”
Terutama dalam gereja-gereja independen pelaksanaan penyembahan melalui kepercayaan mengambil peranan yang penting.praktek-praktek penyembuhan melalui kepercayaan begitu besar pengaruhnya, sehingga dapat dipahamijika Kristus lebih dimengerti sebagai  penyembuh, dukun atau pelindung terhadap kuasa-kuasa jahat.

Kalau demikian Kristologi Afrika yang asli seharusnya didasarkan pada dan disiapkan oleh penyembuh tradisional.  Gereja-gereja mandiri yang bersifat kenabian, lebih menonjolkan paradigm Kristus sebagai nganga yang menyembuhkan, dari pada gereja maupun di Afrika.

Nabi yang menyembuhkan itu memerankan pertolongan pembebasan dan penyembuhan sebagai mana diberikan oleh Kristus. Dengan cara nganga meletakan tangannya, melalui perintah-perintah-Nya, dengan membagikan air suci dan melakukan tanda-tanda lain yang melambangkan kuasa penyembuhan Allah, melalui pengusiran roh-roh jahat secara dramatis, maka Kristus dinyatakan kepada dunia Afrika, sebagai Tokoh yang berbicara, member perlindungan, menyembuhkan dan melenyapkan kekuatiran.

Dalam kesimpulannya Schoffeleers menyatakan bahwa baik pejabat-pejabat gerejawi maupun Kristus sendiri dapat disebut nganga, namun sebaliknya juga para ngangasudah mulai bersifat Kristen atau Kristologis. Disatu pihak ada dorongan untuk menciptakan bentuk-bentuk baru bagi kehidupan masyarakat nganga beubah seakan-akan menjadi Kristus, dipihak lain ada dorongan untuk menyesuaikan bentuk teradisional dengan keadaan Kristus berubah menjadi nganga.

Next To: Penerapan Metode Kristologi Fungsional Asia