Pandangan Bapa-bapa Gereja Golongan Sakramentalisme


Pandangan Bapa-bapa Gereja Golongan Sakramentalisme

Kata Sakramen tidak diambil dari istilah Alkitab tetapi dari tradisi Romawi yaitu sacramentum yang berarti sumpah prajurit dan juga uang tanggungan. Bagi Gereja RK, Sakramen sebagai jalan keselamatan yang berjumlah 7 sakramen yang pada gereja reformasi hanya ada 2 sakramen. Di dalam gereja semula, yang disebut sakramen adalah  segala rahasia yang bersangkjtan dengan Tuhan Allah dan penyataanNya yaitu upacara-upacara, kebaktian, sakranen, dan sebagainya . Dalam bahasa Yunani dipakai mysterion yang berarti rahasia. Sakramen adalah tanda yang kelihatan dari rahmat Allah yang dikaruniakan kepada orang-orang percaya. Sakramentalisme memaknai keselamatan sebagai persatuan manusia dengan Tuhan yang hanya dapat terjadi melalui sakramen. Oleh karena itu, kelompok ini banyak melakukan sakramen dan jemaat dituntun hidup dalam persatuan hidup dengan Kristus yaitu melalui sakramen.
Tokoh-tokohnya:

lihat juga: Corak Pandangan Bapa-bapa Gereja Golongan Gnostik/Intelektualitas

1. Irenius
Ireneus adalah seorang ahli Theologia dan pernah menjadi uskup di kota Lyon, Perancis. Ireneus adalah seseorang yang menjunjung tinggi kuasa sakramen. Ireneus menjelaskan bahwa karena kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia berada dalam kefanaan. Untuk melepaskan atau menyelamatkan manusia, maka menggenapi segala tuntutan Allah. Yesus mati dan bangkit mengalahkan maut, dan dalam kebangkitanNya Yesus mengirimkan Roh Kudus. Sekarang Roh Kudus lah yang memberi hidup yang kekal dan keselamatanitu bagi orang percaya yang diperoleh melalui sakramen yaitu baptisan dan perjamuan kudus.

lihat juga: Golongan Moralisme mengenai Keselamatan

2. Ignatius dari Antiokhia
Menurut tradisi, Ignatius adalah uskup di Antiokhia. Ignatius juga seorang tokoh yang menganut pagam sakramentalisme. Ignatius amat menekankan persatuan antara orang percaya dengan Kristus. Sakramen Ekaristi dikatakannya sebagai obat ketidakfanaan dan obat penawar maut. Sakramen dipahami sebagai saluran untuk menrima anugerah ilahi.