SGU: Reformasi Gereja di Swiss oleh Johanes Calvin pada Abad 16-17


Reformasi Gereja di Swiss oleh Johanes Calvin pada Abad 16-17

I.                   Latar Belakang Gereja di Swiss
Sementara Reformasi di Jerman dengan semarak, terjadi juga kebangkitan di swiss, dibawah pimpinan Ulrich Zwingli.[1]Dalam reformasi, sebagaimana yang terjadi di negara Swiss, seyogianya dikelompokkan dalam dua wilayah yang berbeda. Yang pertama dipimpin oleh zwingli dan berpusat di kota Zurich. Yang kedua dipimpin oleh Calvin dan berpusat di kota Geneva, tempat permukiman kebanyakan keluarga yang berbahasa Prancis. Karena Luther adalah pendahulu Zwingli dan Calvin, banyak orang akan mudah terbawa pada suatu kesimpulan yang kurang tepat, yakni dengan menyangka bahwa perjuangan kedua reformator Swiss sekedar meniru Luther. Namun, faktanya tidaklah demikian.Meskipun Luther saja telah memperbaharui Zwingli dan Calvin, tetapi tampak jelas bahwa kedua tokoh ini bukanlah peniru Luther.[2]
II.                Biografi Johannes Calvin
Yohannes Calvin lahir pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon, Prancis Utara.[3]Yohanes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss.Ia merupakan generasi yang kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi gereja abad ke-16.[4]Ia belajar di universitas di Paris, Orleans, dan Bourges serta menjadi pengagum Erasmus dan Humanisme. Kakeknya adalah seorang tukang tong.[5]Ayahnya bernama Gerard Cauvin ibunya bernama Jeanne Lefranc.Ibunya adalah seorang wanita yang cantik dan saleh.Ia meninggal dunia ketika Johannes Calvin masih muda. Gerard Cauvin bekerja sebagai pegawai uskup Noyon.Pada umur 12 tahun Calvin sudah menerima tonsur (pencukuran rambut dalam upacara inisiasi biarawan) dan upah dari paroki st. Martin de Marteville.Dengan penghasilan tersebut Calvin dapat meneruskan pendidikannya ke jenjang yang tinggi.Pada tahun 1523 Calvin memasuki College de la Marche di Paris. Disini ia belajar retorika dan bahasa latin. Kemudian ia pindah ke Colage de Montaque, disini Calvin belajar filsafat dan teologi. Setelah Calvin menyelesaikan pendidikannya itu tiba-tiba ayahnya tidak mengiginkan anaknya lagi untuk menjadi imam.Ayahnya mengiginkan Calvin seorang ahli hukum.Oleh karena itu, Calvin memasuki Universitas Orleans untuk belajar ilmu hukum.
Kemudian ia belajar juga di Universitas Bourges dan Paris. Bahasa Yunani dan Ibrani dipelajarinya dari Merchior Wolmar, seorang ahli bahsa terkenal pada abad itu.Dengan demikian Calvin menjadi seorang ahli hukum Calvin sangat menekankan ketertiban dan keteraturan dalam gereja.Bulan April 1532, Calvin menerbitkan bukunya yang pertama, yaitu Komentar Kitab De Clementia.Dalam buku ini tidak terdapat tanda-tanda Calvin telah beralih ke pihak reformasi Prancis.Ia sendiri menghasilkan karya ilmiah Humanisme (suatu uraian mengenai karya filsuf Romawi Seneca berjudul Kemurahan Hati), yang tidak berhasil membuat dampak yang diharapkannya.
Pada tahun 1534 golongan reformatoris di Prancis dihambat dengan keras.Orang-orang reformatoris menyelamatkan dirinya dengan melarikan diri ke Swiss. Calvin pun ikut melarikan diri ke Stasburg tempat ia diterima dengan hangat oleh Bucer.[6] Di Stasburg, tahun 1540, Calvin menikah dengan Idelette de Bure, seorang janda bangsawan. Pernikahannya hanya berlangsung sembilan tahun lamanya karena kemudian istrinya meninggal.[7]Anak Calvin dari pernnikahan itu, Jacquess, meninggal setelah lahir prematur.Calvin kemudian tinggal bersama keluarga kakaknya, Antoine yang mempunyai 8 anak.Mereka hidupp pas-pasan.Ada saat ketika Calvin terpaksa menjual buku-buku kkoleksinya untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga besar itu.[8] Di Jenewa, tahun 1541 Calvin menyusun suatu gereja baru yang bernama Ordonnances Ecclesiastiques (Undang-undang Gerejawi).[9]
Di Jenewa Calvin juga mendirikan sekolah-sekolah.Di Jenewa di didirikan sebuah akademi yang memiliki dua bagian, yaitu Gimnaium dan Teologi.Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan oleh Calvin tanpa mengenal lelah.Sejak tahun 1558 penyakitnya mulai berat. Kesehatan Calvin memburuk, ia menderita sakit kepala, pendarahan paru-paru, asam urat dan batu ginjal.[10] Sebelum meninggal ia menyampaikan banyak pesan kepada jemaatnya dan Theodorus Beza, yang akan menggantikannya kedudukannya di jemaat Jenewa.[11] Sebelum meninggal Calvin berkata kepada penatua di Jenewa: “aku menanggung lebih banyak kelemahan daripada kalian, dan jumlah total dari apa yang telah aku kerjakan masih belum ada apa-apanya”.[12] Dewan kota dan para pendeta dipanggilnya untuk mendengar nasehat-nasehatnya.
Padaa tanggal 27 Mei 1564, Calvin meninggal dunia dengan tenang.[13]Ia dikuburkan di Cimeteire des Rois dengan sebuah batu nisan yang ditandai semata-mata dengan inisialnya, “J.C”, sebagai penghormatan serta permintaanya bahwa jika ia mati agar ia dikuburkan di sebuah tempat yang tidak dikenal, tanpa saksi ataupun upacara.[14]Namanya dikenang di sepanjang sejarah di seluruh dunia dengan terpartrinya gereja Calvinis.[15]

2.1.  Paham- Paham dari Johanes Calvin
Praktik gereja atau aliran Calvinis, ditinjau dari pandangan inti dan titik teologi Calvin yang kemudian diabadikan menjadi ajaran dan praktek gereja-gereja Calvinis.[16]
2.2.  Hakikat Gereja
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang telah diselamatkan berkat Kasih Karunia Allah di dalam Yesus Kristus. Sejalan dengan pemahaman tentang Alkitab yang berpusat pada Injil Yesus Kristus, maka ditegaskan bahwa gereja adalah tempat yang bisa ditemukan dimana saja, asalkan disana Firman atau Injil yang murni diberitakan dan sakramen yang murni menilai pemberitaan Firman dan pelayanan sakramen adalah Alkitab. Dengan demikian jelaslah bahwa menurut Calvin gereja mempunyai peranan kunci dalam hubungan antar manusia dengan Allah sebagai sarana atau saluran pemberitaan Firman dan pelayanan sakramen.Pelayanan Gereja dan Sakramen merupakan pusat kehidupan Gereja.calvin menguraikan pandangan atau ajarannya mengenai berbagai segi kehidupan gereja; tata gereja, jabatan gereja, ibadah gereja, disiplin gereja dan sebagainya.
2.3.  Tata Gereja dan Jabatan
           Peraturan ini pertama kali disusun Calvin sesuai dengan kebutuhan konteks jemaat Protestan di Jenewa, dimana pejabat gereja dan pemerintah kota mempunyai hubungan yang sangat erat, untuk tidak mengatakan bahwa jemaat atau gereja itu adalah gereja negara. Menurut Calvin, di dalam gereja ada empat jabatan: gembala atau pendeta (Pastor), pengajar (Doctor), penatua (Presbyter), dan Syamas atau diaken (Diaken). Tugas pendeta adalah memberitakan firman dan melayani sakramen dan bersama dengan para penatua mengawasi kehidupan jemaat, menegur warga gereja yang menyimpang dari ajaran gereja.
2.4.   Disiplin (siasat) Gereja
Salah satu ciri-ciri gereja Calvinis adalah pelaksanaan disiplin gereja yakni,penegakan ketertiban dan pengawasan ajaran maupun perilaku secara ketat. Dalam hal ini, sejak dini harus kita catat dua hal mendasar, yaitu:
a.       Disiplin Gereja yang disusun Calvin memang pertama-tama dimaksudkan untuk diberlakukan di jemaat Jenewa, belum terpikir olehnya untuk menyusun disiplinbagi gereja dunia.
b.      Calvin bukanlah orang yang pertama berpikir dan bertindak dalam perkara ini. Sejak zaman gereja perdana, sebagaimana dapat kita baca dalam Perjanjian Baru, gereja telah memberi perhatian besar terhadap soal ini.
2.5.  Ibadah dan Tata Ibadah
Bagi Calvin Ibadah dan tata ibadah berkait erat, bahkan merupakan satu kesatuan, dan pokok-pokok ajaran mendasar sebab Gereja menyatakan imannya melaui ibadah. Ibadah dalam gereja-gereja Calvinis sama seperti di dalam gereja-gereja Lutheran berpusat pada pemberitaan Firman atau khotbah dan perayaan Perjamuan Kudus. Sesuai dengan salah satu pengakuan iman Calvinis yaitu Konfensi Helvetik II (1566), ciri-ciri ibadah gereja Calvinis adalah: Firman Allah dikhotbahkan dengan sepatutnya kepada umat, ruangan dan suasana ibadah harus dibersihkan dari segala sesuatu yang merusak kehidupan Gereja, karena itu ketertiban dan disiplin didalam ibadah sangat ditekankan.
Calvin diarahkan pada tataran kognitif; khotbah yang bercorak pengajaran, ibadah yang harus dipahami warga jemaat biasa, penalaran yang logis, perilaku yang tertib dan suasana yang berdisiplin.
a. Khotbah, menurut Calvin, idealnya khotbah merupakan kombinasi dari uraian isi Alkitab dan penjelasan pokok-pokok pemahaman iman atau ajaran gereja tentang kebenaran yang dianut gereja.
b. Nyanyian, selama berabad-abad nyanyian hanya terbatas pada mazmur, karena menurut Calvin mazmur adalah nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah, mengingat bahwa mazmur terdapat di dalam Alkitab dan dengan demikian merupakan ciptaan Roh Kudus.
c. Baptisan, yang dilayankan kepada ibadah jemaat oleh pejabat yang diberi wewenang oleh gereja, pandangan Calvin sangat ditentukan oleh diskusinya oleh kalangan anabaptis.
d. Perjamuan Kudus, Calvin menyakini dan mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus adalah tanda yang ditetapkan Allah melaui Anak-Nya Yesus Kristus, supaya melaui roti dan anggur itu, orang-orang beriman dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus.[17]
2.6.  Sakramen-Sakramen
Menurut Calvin, orang-orang percaya dapat saling mengakui sebagai sesama orang pilihan, sekitarnya mereka orang yang beriman, hidup dalam kesucian dan pengudusan, menerima sakramen-sakramen. Mengenai sakramen-sakramen Calvin mengajarkan tentang :
a.      Perjamuan Kudus
            Meskipun Yesus sudah naik ke Surga.Roti dan anggur itu tidak bisa disamakan dengan tubuh dan darah Kristus yang berada di Surga.Namun, Calvin berkata bahwa pada saat seseorang menikmati roti dan anggur, pada waktu itulah dia juga benar-benar telah dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh dan darah Kristus yang berada di Surga. Mengenai cara kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus, Calvin menolak transsubstansiasi Gereja Katolik Roma.
Calvin juga berbeda pendapat dengan Luther tentang kehadiran Kristus di dalam roti dan anggur itu. Bagi Luther, kendati roti dan anggur tetap berada dalam substansiasinya, tetapi serempak dengan tubuh dan darah Kristus hadir secara nyata, ketika konsekrasi diucapkan. Menurut Calvin, kehadiran Kristus di dalam Perjamuan hanyalah secara rohani dan dipahami dalam iman.
Bagi Calvin Perjamuan Kudus lebih dari sekedar peringatan, ketika Perjamuan Kudus dilayankan, tubuh Kristus tetap berdoa di Sorga, tetap Roh-Nya menerima roti dan anggur sehingga para peserta perjamuan yang beriman menerima Kristus secara Rohani.
b.      Baptisan
Sebagai sakramen yang menandakan penghapusan dosa.Namun, Calvin mengartikan baptisan itu bukan sekedar suatu tanda. Beliau berpendapat bahwa baptisan itu merupakan gandengan taman iman kita.[18] Menurut Calvin, baptisan merupakan tanda pengampunan dan hidup baru. Lebih lanjut, baptisan menandakan bahwa kita telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan bahwa kita juga telah menjadi datu dengan Dia. Baptisan sekaligus juga merupakan tanda bahwa kita masuk ke dalam persekutuan gereja.jadi disinui baptisan dihubungkan Calvin dengan keanggotaan di dalam gereja.[19]
2.7.   Predestinasi
Predestinasi kita namakan keputusan Allah yang kekal yang dengannya.Dia menetapkan untuk diri-Nya sendiri, apa yang menurut kehendak-Nya akan terjadi atas setiap orang. Sebab tidak semua orang diciptakan dalam keadaan yang sama; tetapi untuk yang satu ditentukan kehidupan yang kekal, untuk yang lain hukuman yang abadi.[20]Bagi Calvin predestinasi harus dipertimbangkan dalam konteksnya yang benar.Dia bukanlah produk dari spekulasi manusia melainkan merupakan suatu misteri pernyataan misteri ilahi. Namun, ia telah dinyatakan dalam suatu konteks yang spesifik. Cara itu berkaitan dengan diri Yesus sendiri yang adalah “cermin yang di dalamnya kita dapat melihat fakta pemilihan kita”. Pada akhirnya Calvin menegaskan mengapa Ia memilih orang-orang tertentu dan mengutuk orang-orang lainnya.[21]
2.8.   Pengaruh Calvin
Pengaruh Calvin tidak hanya terasa di Jenewa, melainkan juga di seluruh Swiss.Ia bersama pendukung reformasi lainnya berupaya menyatukan pendapat umat Protestan di negeri ini mengenai berbagai hal, antara lain mengenal Perjamuan Kudus.[22]Calvin seorang yang ahli mengerjakan eksegesis terbaik, teolog yang paling handal, dan pemikir Kristen yang paling berbobot. Tidaklah mengeherankan bahwa beliau disebut “Aristoteles dari Reformasi” atau “Thomas Aquinas dari gereja Reformed” Calvin telah meletakkan dasar-dasar Protetanisme sepanjang berabad-abad berikut. Tetapi, pengaruh beliau telah meluas hingga diluar kalangan gereja sendiri.Bahkan banyakpemikiran beliau tentang politik, etika, sains, dan sejarah telah mempengaruhu dunia Non-Kristen.[23]
2.9.  Teologi Calvin[24]
a.      Kedaulatan Allah
Teologi Calvin merupakan perpaduan dari pelbagai unsur-unsur.Beliau mendukung serta memberikan penekanan tambahan pada pandangan Luther (Sola Fide, Sola Scriptura, Sola Gratia) dengan menegaskan bahwa semuanya itu demi Kemuliaan Allah tersendiri.
b.      Keburukan Moral
Calvin berpendapat bahwa akal budi manusia dan kehendaknya telah tercemari dosa.Kehendak manusia itu hanya mengejar kejahatatan.Artinya, iman sejati, kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia, serta kerinduan terhadap kekudusan sejati, merupakan sesuatu yang asing bagi umat manusia.
c.       Pemilihan Tidak bersyarat dan predestinasi
Calvin tidak menganggap doktrin ini merupakan penekanan utama teologinya sebagaimana dipikirkan oleh beberapa orang sarjana. Bagi Calvin, doktrin tersebut bukanlah sumber untuk berspekulasi, sebab justru semakin menerangi doktrin tentang pembenaran semata-mata oleh iman dan memberikan dasar Teologi untuk doktrin Ecclesiologi.
d.      Doktrin Calvin tentang Gereja
Calvin membedakan Gereja yang tidak nyata (Rohania) yang terdiri atas orang-orang dan gereja yang nyata (Jasmania) yang terdiri atas gandum dan ilalang.Gereja yang tidak nyata itu, sejatinya hanya dapat diketahui oleh Allah, meskipun demikian orang-orang percaya wajib menghormati gereja sebagai lembaga jasmania.Menurut Calvin orang-orang percaya dapat saling mengakui sebagai sesama orang pilihan, sekiranya mereka orang yang beriman, hidup dalam kesucian dan pengudusan, menerima sakramen-sakramen.
III.             Dampak Reformasi di Swiss bagi Gereja dan Dunia
A.    Dampak bagi Dunia
Pendekatan terhadap otoritas Alkitab membuat Calvin menolak pemahaman dan penghargaan Gereja Katolik Roma atas tradisi sebagai sumber keyakinan dan ajaran yang setara dengan Alkitab.Calvin juga memberikan penekanan aspek pedagogis (juga kognitif) dari Alkitab yang tercermin dalam karya utamanya, Institutio. Bagi Calvin, lembaga-lembaga dan peraturan-peraturan, baik dari gereja maupun masyarakat dituntut berakar dalam Alkitab.Calvin menekankan bahwa setiap aspek kehidupan harus merupakan wujud ketaatan kepada Firman Allah.[25]
B.     Dampak bagi Gereja
Gereja hidup dalam konteks krisis di berbagai bidang kehidupan, bahkan gereja juga mengalami krisis kerohanian.Sebagaimana masa reformasi, timbulnya reformasi juga disebabkan karena terjadinya korupsi di Gereja dan jabatan-jabatan gerejawi.Dalam semangat ecclesia reformata semper reformanda, Gereja Protestan masa kini harus senantiasa terus mereformasi diri.Alkitab adalah dasar pengajaran, sehingga Alkitab harus dipelajari dan diterjemahkan dalam membangun teologi dan dogma yang jadi sikap dasar atau pegangan jemaat dalam menghadapi berbagai pergumulan ditengah-tengah gereja dan masyarakat.Gereja harus terus menerus menggali metode-metode pendekatan teks dan konteks dengan upayah Hermenneutis yang berkembang, dimana Alkitab menjadi sumbernya.Karena jemaat hidup dalam konteks bangsa yang mengalami kritis multi dimensi, sehingga harus selalu membaharui visi dan misinya, firman Tuhan menjadi sikap dan jawaban.Yohannes Calvin menemukan kebenaran dalam Alkitab yang membebaskannya dari pemaham sempit dan bersifat paternalistic dalam ruang lingkup gereja abad pertengahan untuk memulai suatu gerakan yang memberikan akses kepada setiap orang agar mengenal dan mengecap firman Tuhan. Dengan kata lain, segala tindak-tanduk yang dilakukan orang Kristen dan gereja harus memperlakukan Alkitab sebagai formatifnya.[26]
Calvin menggunakan 3 metafora untuk mengungkapkan kitab suci:
1.      Kitab suci merupakan kacamata yang ditempatkan pada mata yang buta yang memampukan manusia degan semestanya menafsirkan pernyataan Allah. Dalam ciptaan dan terang dari alam dalam manusia.
2.      Kitab suci merupakan suatu benang yang menuntun arah dalam sebuah labirin yang membingugkan.
3.      Kitab suci adalah guru kita: agar agama yang benar dapat menyinari kita, kita harus berpegang bahwa agama tersebut harus dimulai dari doktrin surgawi dan tidak seorang pun surgawi dan tidak seorangpun dapat memperoleh, bahkan sedikit saja, akan doktrin yang benar dan sehat kecuali ia menjadi murid kitab suci.[27]
I.V. Ulrich Zwingly
penjelasan mengenai Ulrich Zwingly akan di bahas lebih mendalam di https://pemikiranmahasiswa01.blogspot.com/2020/02/sgu-reformasi-gereja-di-swiss-oleh.html
V.             Daftar pustaka
Boehklke, Robert. R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2009
Calvin, Yohanes. Institutio Pengajaran Agama Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2013
Culver,Jonathan E. Sejarah Gereja Umum,Bandung: Biji Sesawi, 2013.
Curtis, A. Kenneth. 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,Jakarta : Gunung Mulia, 2015
Curtis, A. Kenneth. 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta : BPK-GM, 2012
Jonge, C. De. Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001
Lane, Tony. Runtut Pijar,Jakarta : BPK.Gunung Mulia, 2016
McGrath, Alister E. Sejarah Pemikiran Reformasi,Jakarta : Gunung Mulia, 2006
S, Jonar. Sejarah Gereja Umum,Yogyakarta: ANDI, 2014
Soleiman, Yusak. Dari Wittenberg Kita Terpanggil Membarui Dunia, Jakarta : BPK.Gunung Mulia, 2017
Tarigan.S. Jonathan Meliala & Berthalyna Br. Presbiterial Sinodal, Jakarta: Prannta Aksara, 2016
Tjernagel, N. S. The Era Reformation,corcondra leadership training serves
Wellem, F. D. Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Wellem, F.D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2015




[1] A. Kenneth Curtis, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2015), 77
[2] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2013), 267.
[3]N. S. Tjernagel, The Era Reformation, (corcondra leadership training serves), 52.
[4]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 49-50.
[5] Robert. R. Boehklke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 369.
[6]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 49-50.
[7]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 51.
[8]Jonar. S, Sejarah Gereja Umum, 342.
[9]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 51.
[10] S. Jonathan Meliala & Berthalyna Br. Tarigan, Presbiterial Sinodal, (Jakarta: Prannta Aksara, 2016), 60.
[11]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 49.
[12] S. Jonathan Meliala & Berthalyna Br. Tarigan, Presbiterial Sinodal, (Jakarta: Prannta Aksara, 2016), 60.
[13]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 49-50.

[14] S. Jonathan Meliala & Berthalyna Br. Tarigan, Presbiterial Sinodal, 60
[15]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 49-53.
[16] Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja, 63.
[17] Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja, 66-78.
[18] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 281.
[19] Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja, 77.
[20] Yohanes Calvin, Institutio Pengajaran Agama Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2013), 196.
[21] Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 161-165.
[22] Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja, 56.
[23] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 281.
[24] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 278-281.
[25] Yusuf Soleiman, Dari Wittenberg Kita Semua Terpanggil Membarui Dunia, 16
[26]Yusuf Soleiman, Dari Wittenberg Kita Semua Terpanggil Membarui Dunia, 20-21
[27] Yusuf Soleiman, Dari Wittenberg Kita Semua Terpanggil Membarui Dunia, 18