Kiprah Orang Kristen sebelum Kemerdekaan

sebelum membaca artikel ini alangkah baiknya membaca artikel kiprah Gereja/ Orang Kristen di Masa Indonesia Merdeka 1945
Indonesia Menjelang Kemerdekaan

Pada tahun 1944, situasi Jepang semakin memburuk karena pada bulan Februari pasukan Amerika berhasil mengusir pasukan Jepang dari Kwayalein, di kepulauan Marshall, dan di bulan Juni Jepang lagi-lagi mengalami kekalahan dalam pertempuran di laut Filipina. Semua peristiwa ini menimbulkan goncangan dalam tubuh kabinet di Jepang. Perdana menteri Koiso mulai memikirkan kemungkinan untuk memberikan kemerdekaan semu kepada bangsa Indonesia dan proses ini dipercepat di bulan September 1944. Pada saat pasukan-pasukan Amerika mendarat di Morotai, di dekat Halmahera di bagian timur Indonesia dan pemboman pesawat-pesawat Amerika atas Manila. Pada tanggal 7 September 1944Perdana menteri Koiso menjanjikan kemerdeaan bagi Indonesia namun tidak bersedia menyebut tanggalnya dan berharap Indonesia membantu Jepang sebagai ungkapan terimakasih, janji kemerdekaan kemudian mula-mula diwujudkan dengan diperbolehkanya bendera merah putih dikibarkan di kantor-kantor jawa hokokai dan adanya perintah dari Tokyo kepada angkatan darat 16 ke Jawa untuk mendukung kekuatan nasionalia. Seorang perwira angakatan laut yang luar biasa yang di tempatkan di Jawa kini melukakn paran aktif.  Pada bulan Oktober 1944 dia mendirikan asrama Indonesia Merdeka di Jakarta untuk melatih para pemimpin pemuda yang baru bagi sebuah negara yang merdeka. Dia kini mulai dengan menggunakan dana angakatan laut untuk membiayai perjanalan pidato keliling Soekarno dan Hatta. Maeda menjadi kepercayaan bantak orang Indonesia terkemuka dari berbagai tingkat usia dan memerikan sumbangan pada proses yang menjadikan para pemimpin dari generasi muda dan tua saling mengenal dan memahami satu sama lain di Jakarta.

lihat juga:
Sejarah Katolik di Nusantara
Sejarah aliran Kharismatik di Dunia

Kiprah Gereja/Orang Kristen Pada Masa Indonesia Merdeka
pembentukan BPUPKI 
Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dibentuk pada tanggal 9 April 1945 dengan beranggotakan 62 orang dan pada bulan Juli bertambah 6 orang jadi total anggota BPUPKI adalah 68 orang, 15 orang diantaranya mewakili pihak Islam, sedangkan yang beragama Kristen adalah Mr. J. Lathuharhary dan Mr. A.A. Maramis.  Dalam golongan ini, golongan Islam tergabung pemimpin-pemimpin Modernis dan konservatif dengan juru bicara utama Ki Bagus Hadikusumo, K. H. Ahmad Sanusi, Abdul Kahar Muzakir, dan K. H. A. Wachid Hasjim. Mereka sepakat untuk memperjuangkan pembentukan suatu Negara yang berdasarkan Islam, menghadapi konsep Negara kebangsaan yang berdasarkan lima prinsip yang diajukan Bung Karno, yang telah dibelah oleh tokoh-tokoh lain seperti M. Yamin dan M. Hatta.