Pertumbuhan Kebudayaan dan Evolusi Pikiran



Pertumbuhan Kebudayaan dan Evolusi Pikiran

                               I.            Pendahuluan
Belajar pertumbuhan kebudayaan dan evolusi pikiran, kita harus mengetahui pertumbuhannya dan pemikiran manusia. Kita juga harus membahas tentang manusia yang memiliki rasa ingin tahu dan juga akal budi yang berevolusi. Pemikiran sebagai istilah yang menunduk sekumpulan keterampilan cenderungdan kebiasan akan menjadi sebuah sidtem yang berguna mengujudnyatakan sesuatu dalam beberapa tindakan dan jika tindakan itu diarahkan melalui kenyataan objektif akan menghasilkan kaebudayaan, ini berati bahwa pikiran berati sangat dipengarui kebudayaan dan serentak dengan itu kebudayaan bertumbuh oleh pikiran yang secara evolutif mempengaruhi-nya Semoga melalui sajian ini kita semua mendapat suatu pemahaman tentang pertumbuhan kebudayaan dan evolusi pikiran.Tuhan Yesus memberkati.
                            II.            Pembahasan
2.1              Pengertian Pertumbuhan
Menurut KBBI Pertumbuhan adalah suatu hal atau keadaan tumbuh yang berupa kemajuan. [1] Pertumbuhan dapat diartikan sebagai peningkatan ukuran dan bersifat permanen atau tetap dan tidak dapat balik (Irreversible). [2]
2.2              Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata Sanskerta “Buddhayah”, ialah bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi atau akal. Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.[3]Seorang antropolog E.B.Tylor  memberikan defenisi mengenai kebudayaan yaitu komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemanpuan – kemanpuan serta kebiasaan- kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat[4]
Menurut KBBI, kata Kebudayaan berasal dari kata “budaya” yang artinya:  Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Dapat juga diartikan sebagai  keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. [5]kebudayaan hasil ciptaan yang di memungkinkan untuk perubahan. Dimana amat sangat dengan evolusi pikiran manusia. Pikiran-pikiran yang cerdas dipahami memilikimakna kepada dunia akan dipandang sebagai kebudayaan.
Kebudayaan akan mensimulasi cara-carapemikiran manusia yang dapat mendorong  kebudayaan manusia. Tanggung jawab manusia untuk memperbaiki kebudayaannya nenek moyang pikiran manusiatidak berbanding lurus dengan keselarasan dengan kebudayaandimana pemikiran manusianamun kebudayaan merosot.
2.3              Pertumbuhan Kebudayaan
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu dikenal beberapa unsur-unsur kebudayaan yang mengalami pertumbuhan :
2.3.1       Sistem Bahasa
       Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu Anthropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah Anthropologi linguistik. Menurut Keasing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
       Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasi-variasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
2.3.2       Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut sistem pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Pranatamangsa adalah sistem penanggalan atau kalender yang diikatkan dengan aktivitas pertanian, khususnya untuk kepentingan untuk bercocok tanan dan penangkapan ikan. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam.
Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit.
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain :
1.            Alam sekitarnya;
2.            Tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
3.            Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
4.            Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
5.            Tubuh manusia;
6.            Sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
7.            Ruang dan waktu.
2.3.3       Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.
2.3.4       Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
2.3.5       Sistem Ekonomi atau Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain :
1.            Berburu dan Meramu;
2.            Beternak;
3.            Bercocok Tanam di Ladang;
4.            Menangkap Ikan;
5.            Bercocok Tanam menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
2.3.6       Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
2.3.7       Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.[6]
2.4              Faktor-Faktor Pertumbuhan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayan yang memiliki potensi yang mudah berubah dan ada juga unsur-unsur kebudayaan yang sukar untuk berubah. Disamping itu ada juga faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan kebudayan:
2.4.1        Faktor Internal
Ada beberapa faktor internal :
1.      Perubahan Demografis
Perubahandemografi di suatu daerahbiasanyacenderungterusbertambah, akanmengakibatkan terjadinya perubahan di berbagaisektorkehidupan, sepertibidangperekonomian, pertambahanpendudukakanmempengaruhipersediaankebutuhanpangan, sandangdanpapan.
2.       Konflik Sosial
Konfliksosialdapatmempengaruhiterjadinyaperubahankebudayaandalamsuatumasyarakat, sepertikonflikkepentinganantarakaumpendatangdenganpenduduksetempat di daerahtransmigrasi. Untukmengatasinyapemerintahmengikutsertakanpenduduksetempatpada program pembangunanbersama-sama para transmigrasi.
3.       Bencana Alam
Bencanaalam yang menimpamasyarakatdapatmempengaruhiperubahanbencanabanjir, longsor, letusangunungberapi, masyarakatakandievakuasidandipindahkanketempat yang baru. Disanalahmerekaharusberadaptasidengankondisilingkungandanbudayasetempatsehinggaterjadi proses asimilasimaupunakulturasi.
4.      PerubahanLingkunganAlam
Perubahanlingkungandipengaruhiolehbeberapafaktor,misalnyapendangkalanmuarasungai, rusaknyahutankarenaerosiatauperubahaniklim. Perubahantersebutdapatmerubahkebudayaankarenakebudayaanmempunyaidayaadaptasidenganlingkungansetempat.
2.4.2        Faktor Eksternal
Ada beberapa faktor eksternal :
1.      Perdagangan
Indonesia terletakpadajalurperdagangan Asia Timurdengan India, Timur Tengah bahkanEropa Barat. Itulahsebabnya Indonesia sebagaipersinggahanpedagang-pedagangbesar, yang jugamemperkenalkanbudayamerekapadamasyarakatsetempat.
2.      Penyebaran Agama
Masuknyaunsur-unsur agama Hindu dari India ataubudaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknyaunsur-unsurbudayabaratmelalui proses penyebaran agama Kristen.
3.      Peperangan
Kedatanganbangsabaratke Indonesia umumnyamenimbulkanperlawanankerasdalambentukpeperangan, dalamsuasanatersebutikutmasuk pula unsur-unsurbudayabangsaasingke Indonesia.[7]
2.5              Evolusi Pikiran
Menurut KBBI, Evolusi adalah perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit)[8]Pikiran adalah reaksi suatau organisme sebagai sesuatu keseluruhan unit yang koheren yang membebaskan  kita dari perbudakan.[9]
Manusia adalah makhluk dan seperti makhluk lainnya, harus menjaga hubungan adaptasi dengan ekosistem mereka agar bisa bertahan hidup. Walaupun mereka mencapai adaptasi ini pada prinsipnya melalui medium budaya, prosesnya sangat bergantung pada hukum-hukum yang dari seleksi alam yang mngatur adaptasi biologis. [10] Istilah “pikiran” mengacu pada seperangkatdiposisi tertentu dari suatu organisme. Kemampuan berhitung adalah ciri mental demikian juga kegembiraan yang tak kunjung hilang, dan demikian juga walaupun belum mendiskusikan masalah motivasi disini.
Masalah evolusi pikiran itu bukanlah sebuah isu yang keliru yang  dihasilkan sebuah metafisika yang disalahpahami. Evolusi pikiran juga bukan persoalan yang keliru dari penemuan jiwa yang tak kelihatan yang ditambahkan diatas materi pada titik tertentu dalam sejarah kehidupan. Masalah evolusi pikiran adalah soal penelusuran perkembangan kemampuan-kemampuan, kecakapan-kecakapan, kecenderungan-kecenderungan dan kecondongan tertentu dalam organisme yang menggambarkan faktor-faktor yang menyebabkan ciri-ciri itu. [11]
2.5.1     Penerapan Evolusi Pikiran
Penerapan dari pandangan evolusi manusia yang telah direvisi ini membawa pada hipotesis bahwa sumber-sumber kultural adalah bahan, bukan tambahan, pada pikiran manusia. Ketika orang bergerak secara filogenetis dari binatang-binatang yang rendah ke yang lebih  tinggi, tingkah laku dicirikan dengan sesuatu yang makin tak diramalkan dengan acuan terhadap rangsangan-rangsangan yang ada. Ini adalah suatu kecenderungan yang jelas didukung secara fisiologis oleh suatu kompleksitas dan pengendalian yang semakin besar dari pola-pola pemusatan dari kegiatan syaraf.
Pikiran manusia terutama adalah sebuah tindakan yang dinyatakan dan diarahkan menurut bahan-bahan objektif dari kebudayaan bersama, dan baru setelahnya, pikiran merupakan suatu soal privat. Dalam arti baik penalaran direktif maupun perumusan sentimen, dan juga integrasi semua ini kedalam motif-motif , proses-proses mental manusia memang terjadi di bangku sekolah atau lapangan sepak bola. Para penganut isolasionisme mengklaim isi kebudayaan, organisasi sosial, tingkah laku individu, atau fisiologi syaraf sebagai sistem tertutup, meskipun sebaliknya, ada kemajuan dalam analisis ilmiah tentang pikiran manusiayang sebenarnya memerlukan kerja sama dari ilmu-ilmu tingkah laku.
2.5.2     pengaruh Evolusi Pikiran dalam Pertumbuhan Kebudayaan
                         Ada beberapa yang dapat pengaruhi evolusi pikiran dalam pertumbuhan kaebudayaanyaitu antara lain:
             1.  Pengaruh Positif
                         a. Peningkatan dalamsistem teologi ilmu pengaetahuan dan ekonomi
                         b.Bahwa dudaya itu memiliki budaya dorong untuk kebutuhan/ usaha
                         c. Pikiran dan kebudayaan berjalan bersamayang secara perlahan dapat                                 mengubah keadaan
                         d. pikiran merunduk pada keterampilan dan keterampilan dapat merubah                                          kebudayaan
                         e. agar kebudayaan bertumbuh maka, pemikiran manusia harus lebih                                                 berkembang dan maju
                         f. Hasil yang daari kebuddayaan itulah yangmenjadikan pikiran manusia dan                                      mausia baru yang datang menguji kebudayaan itu benar atau tidak
             2.Pengaruh Negatif
                         a. Menimbulkan peubahaan gaya dalam hidup
                         b.Sebagai sarana kompetensi yang menghancurkan
III.            Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, kita ketahui bahwa ada berbagai unsur-unsur kebudayaan yang mengalami pertumbuhan yang dapat kita telusuri dalam kehidupan. Berbagai unsur tersebut meliputi sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi atau mata pencaharian hidup, sistem religi, dan juga sistem kesenian.Budaya bukan sesuatu yang statis namun hasil karya yang dimungkinkan berkembang secara perlahan-lahan. Adapun pertumbuhan kebudayaan ini tidak terjadi begitu saja melainkan diransang dan dipengaruh oleh faktor-faktor internal maupun eksternal.Adanya unsur- unsur kebudayaanyang memiliki potensi sukar berubah seperti adat istiadat dan keyakinan agama(kebudayaan dan material). Adanya individu- individu yang sukar menerima unsur- unsurperubahan terutama generasi yang kolot. Kemanpuan hidup manusia berasal dari apa yang dipikirkan dan dirasakan kultural tanpa tambahan. Pemikiran adalah hal-hal yang diperlihstksn menjadi cikal bakal manusia. Evolusi pikiran adalah perkembangan akal dan daya pikir manusia yang perkembangannya berangsur-angsur secara perlahan. Evolusi pikiran sangat berpengaruh dalam pertumbuhan kebudayaan karena manusialah yang menciptakan serta menyaring kebudayaan. Evolusi organis dalam garis manusia telah diperlambat jalannya, sementara pertumbuhan kebudayaan terus berlangsung dengan kecepatan yang makin bertambah tinggi.
                         III.            Daftar Pustaka
...,Kamus Besar Bahasa Indonesia..
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitasdan Pembangunan. Jakarta:PTGramedia, 1974.
M. Keesing, Roger.AntropologiBudayaSuatuPerspektifKontemporerEdisiKedua. Jakarta: Erlangga,1989.
Soekanto, Soeharjono. Sosiologi Suatu Pengatar. Jakarta: Raja Grafindopersada, 2012.
Sudjadi, Bagod. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Yogyakarta:Yudhistira, 2007.
Susanto,Budi. TafsirKebudayaan. Yogyakarta:Kanisius,1992.
Syukri,  Muhammad, Albani Nasution,dkk.Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2017.
Wiryono, P. Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar. Yogyakarta:Kanisius,2000.



[1]...,Kamus Besar Bahasa Indonesia..
[2]Bagod Sudjadi,Biologi Sains Dalam Kehidupan, (Yogyakarta:Yudhistira, 2007), 3.
[3]Koentjaraningrat,KebudayaanMentalitasdanPembangunan,(Jakarta:PTGramedia, 1974), 9.
                [4]Soeharjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengatar, (Jakarta: Raja Grafindopersada, 2012), 150.
[5]...,Kamus Besar Bahas Indonesia.,
[6]P. Wiryono, Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar, (Yogyakarta:Kanisius,2000), 53-54.
[7] Muhammad SyukriAlbaniNasution,dkk, IlmuSosialBudayaDasar, (Jakarta:PT Raja GrafindoPersada, 2017), 20-22.
[8]...,Kamus Besar Bahasa Indonesia.,             
[9] Budi Susanto,TafsirKebudayaan, (Yogyakarta:Kanisius,1992), 71.
[10]Roger M. Keesing, AntropologiBudayaSuatuPerspektifKontemporerEdisiKedua, (Jakarta: Erlangga,1989), 146.
[11]Budi Susanto,TafsirKebudayaan, (Yogyakarta:Kanisius,1992), 98.