Sejarah Kekristenan di Filipina secara lengkap


Sejarah Kekristenan di Filipina

           
I.          Pendahuluan
Pada kali ini kita membahas penyebaran Injil di Filipina yang merupakan penyebaran injil yang memiliki dinamika serta tantangan yang menarik untuk disimak serta strategi penginjilan yang dapat menambah wawasan dalam pengnjilan. Semoga saiian ini dapat menambah wawasan historis serta wawasan dalam menyebarkan berita sekacita Allah.
II.       Pembahasan
2.1.   Letak Geografis Filipina
Negara Filipina merupakan negara yang terletak di Asia Tenggara. Negara Filipna berbentuk Republik dan beribukota Manila City. Negara Filipina merdeka pada tanggal 4 Juli 1946. Batas-batasnya, sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina dan Pulau Formosa (Taiwan), sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah laut kepulauan Indonesia, sebelah timur bebarbatsan dengan samudera Pasifik dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Keadaan alam di negara Filipina tidak jauh berbeda dengan Di indonesia, begitu corak penghidupan rakyatnya.Karena keadaan alamnya termasuk subur, negeri ini sebagian besar memperoleh penghasilan dari bertani dan berkebun. Keadaan iklim di Filipina oleh angin muson yang memberinya ada dua musim yaitu, Kemarau dan Hujan. Pulau terbesar ialah pulau Luzon dan Mindanao di selatan.
Dari dua pulau ini, pulau Luzon yang terpenting karena penduduknya sedikit padat dan mempunya wilayah yang luas dan subur di dekat pantai dan diantara pegunungan-pegunungan terlebih wilayah ibukota yaitu manila juga terdapat di pulau ini.. Sedangkan wilayah Mindanao hampir seluruh wilayahnya berbukit-bukit dan penduduknya sangat jarang. Diantara kedua pulau utama itu terletak beberapa ribu pulau seperti pulau Negros, Panay, samar, dan Mindoro, sedangkat di sebelah barat terletak pulau Palawan serta pulau sulu yang dekat sekali dengan Laut Sulu.[1]
2.2.Sistem Pemerintahan Tradisional
Pada abad ke-16 penduduk Filipina tinggal tersebar di daerah pedalaman dengan diikat oleh pertalian keluarga. Ada pusat pemerintahan di pulau-pulau utara meskipun setiap daerah di bawah penguasa setempat agama islam sudah masuk pulau-pulau selatan pada abad-15, sehingga telah berdiri kesultanan Islam. Pada Abad-16 agama Isla, telah masuk dan sampai ke Manila namun pengaruhnya di Utara belum kuat.[2]
Sebelum penjajahan Spanyol, mayoritas orang melayu yang berada di kepalauan itu belum pernah diperstukan dibawah pemerintahan tunggal. Mereka hidup beratus-ratus kepala suku setempat, bahkan tidak dapat saling berkomunkasi arena tidak memiliki tutur bahasa yang sama. Akhirnya mereka dipersatukan oleh kekuasaan Spayol sehingga orang Filipina banyak menganut agama Katolik. Orang yang bukan menganut Kristen ataupun animisme tinggal tepat berada di pegunungan-pegunungan dan orang Islam berada di Moro bagan selatan.[3]
2.2.1.   Sistem Kepercayaan Tradisional
Bangsa Filipina menganut agama Animisme, sehingga belum ada agama yang mendarah daging dalam kebudayaan yang kuat untuk menentang kehadiran Kristen..[4]Faktor-faktor tersebut memberikan keberhasilan kepada misi Gereja Katolik Roma dalam mengabarkan Injil daripada tempat-tempat lain di Asia karena orang Filipina menganut agama primitive dengan penyembahan-penyembahan terhadap berhala-berhala. Meskipun beberapa tahun setelah 1380 mulai banyak orang Arab membentuk kerajaan Islam di Jolo untuk menyebarkan agama ini ke gugusan sulu dan sepanjang Mindanao, namun suku-suku pegunungan kebanyakan tinggal menyembah berhala.[5]
Orang-orang Filipina sebelum kedatangan Spanyol telah percaya kepada suatu kepercayaan yang bernama Bathala yang adalah Tuhan atas semuanya. Bathala berdiam tinggi di langit, sedangkan di bumi ia diwakili oleh anithos untuk menolong lahan para petani, melindungi pelayaran, untuk peperangan, untuk sakit-penyakit dan untuk kegiatan di segala aspek kehidupan. Upacara-upacara dan kegiatan-kegiatan khusuk keagamaan untuk mempersembahkan kurba-kurban dan ucapan-ucapan syukur dilaksanakan oleh imam-imam pria dan imam-imam perempuan yang biasanya disebut sebagai juru-juru sihir dan pengucap mantra-mantra gaib untuk memanggil roh-roh.
2.2.2.      Mata Pencaharian
Pada umumnya Negara Filipina mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian, pertambangan, dan industri serta terkenal juga dengan pertanian padi bukitnya. Serta Mempunyai sawah-sawah yang bertingkst ditambah dengan penanaman tebu dan tembakau namun masa itu hasil pertanian kurang diindustrialisasikan[6]
2.2.3.      Bahasa penduduk pribumi
Bahasa Filipina berbicara dalam rumpun bahasa Austronesia namun kebanyaan mereka berbicara dalam bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Tetapi bahasa resmi yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Filipina adalah Tagalog.[7]

2.3.    Tokoh Penginjilan Di Filipina
2.3.1.      Ferdinand Magellan
Kekristenan tiba di Filipina bersama Ferdinand Magellan pada tahun 1521. Pada suatu Minggu Paskah, 31 maret tahun itu, misa pertama dirayakan dipulau Limasawa. Lalu banyak orang pada waktu itu mengikuti iman Magellan. Mereka diyakinkan bahwa "guntur dan kilat" dari meriam-meriam dikapal-kapalnya adalah suatu penunjukan kekuasaan dewa-dewanya.Di pulau Cebu, Magellan membuat kekristenan berkembang lebih jauh. Kristenisasi, ia rasakan,  adalah jalan sempurna untuk mengautkan hubungan antara Spanyol dan pulau-pulau yang baru mereka taklukkan. Proses ini dibuat lebih mudah oleh tiga faktor: rasa takut, materialisme, dan seks.
Pertama, rakyat di pulau-pulau itu takut bahwa mereka tentu akan dihancurkan jika mereka menolak untuk memeluk kepercayaan para penakluk mereka. Pigafetta, pencatat sejarah perjalanan Magellan, telah menulis : "Sebagaimana sapu-saputangan menghapus keringat, begitu juga tangan-tangan kami telah menumbangkan dan menghancurkan musuh-musuh kami dan mereka yang membenci kepercayaan kami."
Kedua, mereka percaya bahwa agama orang-orang asing itu adalah sumber dari kekuasaan dan keperkasaan. Memang Magellan telah berjanji kepada Raja Humabon, kepala pulau itu, bahwa jika ia menjadi Kristen, maka ia akan menjadi lebih berkuasa lagi dan akan tidak terkalahkan.
Ketiga, Magellan telah berusaha untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan seksual para awak kapalnya dengan menyatakan dengan keras sekali bahwa apabila mereka mengadakan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan kafir, maka mereka telah melakukan dosa yang akan mendatangkan kematian. Jadi, untuk menghindarkan murka Allah, maka orang-orang Magellan dengan gigih melakukan tugas mereka untuk mentobatkan perempuan-perempuan pribumi itu dan tanpa tipu daya, dan dengan wajar saja, membaptis perempuan-perempuan yang mereka telah sukai. Dalam waktu seminggu, Raja Humabon, seluruh anggota rumah tangganya dan 800 orang taklukannya, dibaptis oleh pendeta armada Magellan.
Memang Magellan telah berjanji kepada Raja Humabon, kepala pulau itu , bahwa jika ia menjadi Kristen, maka ia akan menjadi lebih berkuasa lagi dan akan tidak terkalahkan. Ketiga, Magellan telah berusaha untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan seksual para awak kapalnya dengan menyatakan keras sekali bahwa apabila mereka mengadakan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan kafir, maka mereka telah melakukan dosa yang akan mendatangkan kematian,[8]
2.4.    Faktor kedatangan Injil di Filipina
`         Kedatangan Injil ke Filipina diawali oleh Ekspedisi sekaligus penguasaan wilayah oleh Spanyol yang pada waktu itu dipimpin oleh Miguel Lope de Legaspi hingga setelah tujuh tahun melakukan penaklukan akhirnya daerah itu takluk dan dinamai Filipina sesuai dengan Raja Spanyol Filips II (1555-1598) dan menduduki ibukota wilayah Manila. Meskipun dimotori tujuan melakukan penguasaan wilyah dan mencari keuntungan-keuntungan perniagaan dan kekayaan, namun Injil Kristus juga turut dibagikan kepada bangsa-bangsa yang takluk di bawah pemerintahan kolonial termasuk di Filipina. Melihat misi pengabaran Injil ini juga diutamakan oleh Raja Spanyol maka dikirim juga lima orang biarawan sebagai Misionaris, serta dalam pemerintahan raja Filips ini pengabaran Injil mendapatkan tempat utama sehingga dikirim 450 Misionaris selanjutnya untuk mendukung hal ni serta seluruh pebiayaan ini dibebankan kepada kerajaan.
Perubahan penguasa membuat pemberitaan Injil juga mengalami pembaharuan dari segi kebebasan. Perubahan dari kerajaan Spanyol kepada pengusa Amerika memberikan kebebasan dalam hal beragama karena sebelumnya ikatan gereja dan Negara yang mengatur dalam hal agama masyarakatnya. Terlebih masa pemerintahan Spanyol, pengajaran-pengajaran sepenuhnya dilakukan oleh para misionaris dibantu oleh biarawan dan biarawati namun masa pemerintahan amerika pengajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah  tidak terlalu mengajarkan mengenai hal agama karena pengajaran Amerika bersifat netral akibatnya pengajaran injil pun agak terhambat. Ini memperngaruhi masyarakat setempay yang lebih mengarah keduniawiaan akibat pengajaran ilmu pengethauan netral dan bersifat duniawi disbanding dengan pengajaran-pengajaran yang menekankan Kekrstenan.
Maka dari itu kelompok-kelompok zending dan Alkitab di Amerika melakukan musyawarah untuk mengatasi masalah terhambatnya pengajaran Injil pada tahun 1898. Setelah fokus pengabaran Injil disepakati pada orang golongan Islam dan yang belum beragama maka Zending Amerika pada tahun 1910 sekitar 295 orang terhadap 167 pulau di Filipina. Berkat usaha zending tersebut terbentuklah gereja-gereja protestan di Filipna ditandai dengan tahun1936 diadakanlah perjamuan kudus yang dihadiri sekitar 193.000 orang dari berbagai lapisan masyarakat termasuk jemaat-jemaat di desa. Dengan perkembangan Injil yang pesat dan diterima seluruh lapisan masyarakat sehingga timbul gerakan “The United Church of Manila”  untuk semakin membantu pos pemberitaan Injil kepada suku di Luzon dan orang-orang pegunungan di wilayah Filipina. Melalui bertamabhnya pengikut Kristen di wilayah Filipina maka harus diadakan Transmigrasi ke darah Mindanao yang jarang penduduknya sehingga penyebaran Injil kepada orang-orang Muslim pun berjalan melalui perpindahan penduduk yang sudah menjadi pengikut Kristen.
2.5.    Peran penduduk Filipina dalam Penginjilan
Kedatangan para Misionaris terkhusus dari daerah Spanyol di Filipina berjalan dengan baik melihat penerimaan penduduk pribumi atas pengabaran Injil yang dilakukan oleh para misionaris serta kebutuhan pengabar injil yang semakin meningkat. Misionaris belajar bahasa Filipina dari penduduk setempat begitu juga enduduk setempat belajar bahasa Spanyol dari Misionaris. Pengajaran juga bukan hanya sebatas mengenai Injil namun Para Misionaris juga mengajarkan hal pertanian, irigasi, pemeliharaan tanaman dan berbagai pengajaran yang berkaitan dengan sosial dan kehidupan warga pribumi sehigga penerimaan Injil dan peran penduduk sangat mendukung dalam hal ini.
Namun di beberapa wilayah seperti Mindanao dan gugusan Sulu yang rata-rata ditempati Warga Muslim tidak terlalu berdampak kehadiran dan penerimaan penduduk atas kehadiran Injil, bahkan ada beberapa misionaris yang dibunuh karena kepentingan perniagaan karena warga setempat menganggap kehadiran Misionaris dalam rangka pengusaan wilayah dan perniagaan. Sehingga Spanyol meninggalkan wilayah ini karena wilayah Mindanao dan Sulu ini akan menjadi wilayah pusat pengajaran Islam di Filipina serta disebut sebagai kesultanan Melayu.
Masyarakat di Kristenkan dan gereja berdiri bukan melalui proses perjumpaaan dan penerimaan yang sukarela dan kesadaran penuh dari masyarakat itu sendiri. Bahkan pada masa Spanyol, gereja hadir dalam sosoknya yang kolonial dengan menjadi tuan tanah dan menampilkan gaya elit. Yang membuat masyarakat sulit untuk bertindak karena gereja seakan-akan hadir di tengah kemiskinan yang cukup parah, sangat lama gereja kurang terbuka dan menghindarkan diri dari panggilan membawa pembebasan dan keadilan.[9]
2.6.Perkabaran Injil Katolik Roma Di Filipina
Pekabaran Injil oleh Roma Katolik dimulai dengan peraturan yang dibuat oleh Paus Alexander II dan diterapkann kepada setiap militernya bahwa kegiatan militer turut mendukung kegiatan penginjilan sehingga misi gereja bisa dijalankan secara universal.Inilah yang dinamakan system Padroado, bulla Paus Alexander VI yang mempercayakan tugas kepada raja Spanyol dan Raja Portugal mengabarkan iman Katolik di Negara-negara yang baru ditemukan di seluruh dunia. Kedua raja diberi hak mengangkat uskup, mengutus misionaris serta mengurus organisasi gereja di daerahnya masing-masing. Padroado mempunyai dampak positif dan negative, baik raja Spanyol maupun raja Portugal pada masi itu adalah orang Katolik yang saleh.Perkabaran  Injil merupakan motivasi utama yang mendorong penjajahan Felipe II, seorang Katolik Roma yang saleh dan bersemangat memperjuangkan kekuasaan Gereja Katolik Roma.
Portugis dan Spanyol seperti yang sudah diberikan mandat oleh Paus Alexander melakukan hal tersebut tidsk murni dalam rangka pengabaran Injil melainkan memperoleh keuntungan ekonomis dan meluaskan wilayah kekuasaan. Akibatnya, penduduk pribumi tak bisa terhindar dari kesan bahwa gereja adalah alat ataupun bagian dari system kolonialisme-imperialisme, yang hendak menguasai kebudayaan dan agama asli mereka. Seperti di Filipina yang merupakan merupakan satu-satunya Negara Asia yang hingga kini penduduknya mayoritas Katolik Roma berkat penjajahan Spanyol setelah setelah sebelumnya gereja dianggap unsur asing hingga akhirnya diterima sebagai milik rakyat Filipina.[10]
Pada tahun 1595, Filipina dibagi menjadi beberapa wilayah misi, tiap wilayah di bawah satu ordo  sehingga mereka tidak perlu saling bersaing. Perluasan iman kristen dianggap sebagai kelanjutan Peranng Salib, maka penginjil spanyol tidak segan memakai kekerasan senjata dalam usaha meng-Kristenankan orang Filipina. Pada tahun 1586 di laporkan 400.000 orang sudah di baptis dan serentak dijadikan sebagai warga kerajaan Spanyol. Gereja makin lama makin berkembanag, sehingga pada tahun 1750 mencapai jumlah sejuta orang. Sesudah tahun tersebut kekristenan menghadapi perlawanan-perlawanan dari suku-suku pegunungan Luzoon dan umat islam di daerah Selatan.
Strategi yang di pakai oleh para penginjil Spanyol antara lain adalah dengan kebijakan reduccion (atau transmigrasi dalam arti khusus) yaitu mengumpulkan orang Filipina dari berbagai desa untuk menetap dalam kota, dimana mereka lebih gampang di perintah dan diajarkan iman katolik. Metode pertanian baru diajarkan, misalnya irigasi, peternakan dan pembajakan, guna meningkatkan kehidupan masyarakat.
Pada abad ke -19 timbul pertikaian antara rahib (biarawan) dengan pastor “Sekuler” (yang bukan anggota ordo). Pertikaian tersebut mempengaruhi gerekan kemerdekaan di Filipina. Kebanyakan rahib adalah orang Spanyol. Sedangkan para pastor “sekuler” adalah orang Filipina. Akibatnya, para tokoh nasionalis Filipina menggangap para rahib katolik sebagai tenaga utama penjajah. [11]
2.7.Pekabaran Injil Protestan di Filipina
Sejarah perang II Pekabaran injil mengalami dua macam perkembangan yang saling bertentangan; di satu pihak ada upaya untuk bersatu dan bekerjasama, sementara di pihak lain sering terjadi perpecahan di dalam gereja. Pada tahun 1948 gereja Metodis, Gereja Presbiterian, gereja kongregasional, Murid-murid Kristus dan persaudaraan Evangelikal Bersatu bergabung untuk mendirikan gereja Kristus Filipina Bersatu. Pada tahun 1963 didirikan dewan gereja-gereja Nasional, gereja kristus Filipina bersatu dan semua denominasi Protestan utama. Timbulnya berbagai organisasi antar gereja mencerminkan keinginan untuk bekerja sama. Lembaga Alktab Filipina didukung oleh 33 denominasi dan organisasi gerejawi.
Layanan Protestan yang pertama diadakan di Filipina pada hari Minggu, 28 Agustus 1898. Chaplain George Stull, anggota dari The Methodist Episcopal Church, datang dengan pasukan pendudukan. Meskipun tugas utamanya adalah untuk melayani para prajurit, ia mencatat dalam buku hariannya bahwa layanan pertama, diadakan di sebuah penjara Spanyol tua menghadapi Manila Bay, dihadiri tidak hanya oleh anak buahnya sendiri tetapi oleh beberapa orang Filipina juga. Dia berkomentar tentang layanan ini:
"Itu kuasa Allah akan menggunakan hari ini untuk membuat seorang Katolik yang baik baik, setiap lemah Amerika kuat, setiap murtad malu, dan penjara tua suram awal hal-hal indah di Kepulauan ini, adalah doa saya."[12]
Namun, dalam sejarah kekristenan di Filipina perpecahan sering lebih menonjol ketimbang persatuan. Pada tahun 1964, terdapat kurang lebih 350 organisasi keagaamaan di luar Gereja Katolik Roma. Pada tahun 1986 sudah terdaftar lebih dari 550 organisasi keagaamaan, termasuk lembaga-leembaga katolik asli Filipina, sekta-sekta marjinal dan 140 denominasi Protestan. Kebanyakan gereja protestan di Filipina memakai nama Evangelical (Injili), namun dapat di bagi dalam empat golongan; yaitu kaum Oikumene (anggota DGF), kaum Evangelikal (DGIF), kaum fundamentalitas (satu pandangan teologis dengan kaum evangelikal tetapi bersikap lebih eksklusif terhadap orang Kristen yang berpandangan lain), dan kaum kharismatik. [13]
2.8.      Tokoh-tokoh dalam gereja Filipina
·           2.8.1. Pedro Chirino
Ia adalah seorang Yesuit, tiba di Filipina pada tahun 1590.  Sesudah belajar bahasa Tagalog ia membuka sekolah di kota Taytay. Kelas katekisasi diadakan setiap pagi sesudah kebaktian Misa. Sama seperti metode Xaverius, Chirino mengajak anak-anak terlebih dahulu, kemudian orang dewasa. Chirino memakai nyanyian-nyanyian Tagalog tradisional sebagai sarana mengajarkan iman Katolik. Ia menyesuaikan diri sejauh mungkin dengan adat istiadat Tagalog. Namun, secara tegas ia menyuruh orang yang menjadi Kristen untuk menghancurkan patung-patung dan perlengkapan kuasa-kuasa roh, supaya jelas pemisahan diri dengan kepercayaan lama. Chirino melaporkan banyak muzijat dan banyak orang disembuhkan melalui pelayanan di Taytay. Perkembangan gereja di daerah kepulauan utara mengalami gerakan massal, sehingga hampir seluruh penduduk menjadi Kristen.
    2.8.2.  Pulino Jasinto Zamora
Pulino Jasinto Zamora adalah seorang pendeta Protestan pertama yang berkebangsaan Filipina, ia sangat tertarik membaca Alkitab sehingga ia berhubungan dengan lembaga Alkitab. Bersama dengan tiga orang anaknya (Yesus, Nicholass dan Ricardo). Menghadiri kebaktian pertama yang dipimpin oleh James Rodgers di Manila pada bulan Mei 1899. Gereja Methodis berkembang cepat di Filipina pada tahun 1903, 40 jemaat dilaporkan berdiri yang dilayani oleh empat pekabar injil dari luar negeri dan bekerjasama dengan lima orang Filipina. Perkembangan ini pun dilaporkan telah memiliki 60 ribu anggota penuh sehingga pada masa itu Gereja Methodis merupakan Gereja Protestan terbesar di Filipina.


      2.8.3.   Eric Lund
Eric Lund adalah seorang pekabar injil baptis yang berkebangsaan Swedia tiba di Filipina pada tahun 1900. Ia bekerjasama dengan seorang Filipina yang bernama Braulio Manikan. Lund dan Manikan bekerjasama menerjemahkan Perjanjian Baru kedalam bahasa daerah tersebut. Misi ini pun disambut baik oleh masyarakat pedesaan dan memusatkan pelayanannya pada pendidikan. Pada tahun 1906 didirikan sekolah industri yang kemudian berkembang menjadi Universitas Filipina Tengah. Disamping itu banyak juga orang Katolik yang beralih agama menjadi Protestan dengan alasan politik, dimana menjadi warga Protestan adalah tanda kemandirian dan kebebasan dari Imperialisme Spanyol.
2.8.4. Emerito Nacpil
Emerito Nacpil adalah seorang teolog Protestan yang berasal dari gereja Metodis dan menjadi warga negara Filipina. Ia mencoba mengintepretasikan keberadaan manusia dalam masyarakat dan iman Kristen. Ia merefleksikan teologinya dalam situasi modernisasi, perkembangan nasional dan perubahan masyarakat di tengah sekularisasi dan maraknya modernitas di tengah masyarakat. Pemikirannya menitikberatkan pada tantangan sekularisasi, modernisasi dan misi, serta penginjilan dalam konteks Filipina baru.
Baginya negara Asia telah dipengaruhi sekularisasi. Hal ini menyebabkan perubahan gaya hidup. Keberadaan gereja yang sakral telah menjadi sekuler. Pengaruh sekularisasi mengakibatkan modenisasi dan perubahan sosial. Menyikapi hal ini, gereja diharapkan mampu menyikapinya khusnya dalam bermisi. Misi sebaiknya dipahami berasal dari Allah (Missio Dei) bukan misi gereja. misi Allah adalah sesuatu yang bersikap inklusif bukan hanya sebatas pelayanan dalam gereja. Dengan kata lain, misi berusaha untuk menjangkau berbagai permasalahan yang terjadi dalam dunia termasuk modernisasi. Nacpil merumuskan teologi misinya dengan aspek pembebasan, partisipasi dan pengharapan.
2.9.    Faktor pendukung dan penghambat Kekristenan
2.9.1.   Penghambat Kekristenan
1.         Perbedaan pandangan antara Kaum yang memiliki tarekat ataupun ordo ditandai dengan nama kaum regular dengan kaum sekuler atau kaum yang tidak termsuk tarekat dengan nama sekuler mengenai pemindahan paroki. Sehingga kaum sekuler dan regular sedikit tidak harmonis mengenai pemindahan tugas dari tarekat kepada rohaniawan yang tidak ikut ordo.
2.         Masih terdapat kelompok-kelompok suku dalam penyembahan berhala dan pemujaan terhdapa roh terkusus daerah pedalaman dan gunung-gunung.
3.         Perubahan penguasa dalam penjajahan dari Spanyol kepada Amerika di wilayah Filipna sedikit menghambat kemajuan Kristen Karena Spanyol yang membawa Roma Katolik bertentanagn dengan Amerika yang membawa pemahaman netral dalam memeluk beragama dan tidak terlalu menekankan pengajaran Kristiani sehngga Pengabaran Injil pada masa itu tidak teralu militant kepada warga masyarakat.
4.         Mendapat sambutan negatif dari orang Moro ataupun kaum Muslim karena dianggap ingin menguasai wilayah mereka di Mindanao dan Sulu sehingga beberap Misionaris dibunuh dalam usaha menekatkan diri pada kaum Muslim daerah tersebut.
2.9.2.      Pendukung Penginjilan Kekristenan
1.   Pangkalan militer Amerika di Filipina mendukung pemerintahan Filipina sebagai satu unsur penting dalam strategi Amerika melawan Komunisme.
2.   Pembaharuan Gereja Katolik Roma di seluruh dunia sesudah konsili Vatikan II mempengaruhi perkembangan Gereja Di Filipina.
3.   Pendidikan kepemimpinan kaum awam mendapat perhatian lebih besar, untuk mempersiapkan orang Katolik untuk memankan peranan pentinng dalam masyarakat.
4.   Pendidikan merupakan metode utama menguatkan pengaruh gereja Katolik Roma di Filipina. Karena perguruan tinggi Katolik di Filipina memperoleh jabtan tinggi di pemerintahan atau perusahaan besar.[14]
2.10.  Pengaruh Sejarah Gereja di Filipina bagi Indonesia
Dampak kekristenan di Filipina memunculkan teolog-teolog Filipina yang berbicara mengenai Kristus dari sudut pandang teologi pembebasan atau teoogi perjuangan. Kekristenan di Filipina lebih pada mewartakan solidaritas-Nya kepada orang-orang miskin, orang-orang yang dibuang serta orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan apapun. Injil hadir di Filipina untuk membebaskan sekaligus menghadirkan Allah di tengah-tengah penderitaan, sehingga memaknai sejarah hadirnya Injil di Filipina ialah usaha Allah melalui para penginjil untuk memberikan pengharapan dan memberikan pemahaman nilai Kristus tersebut pada rakyat Filipina yang sebelumya tertawan oleh pemikiran-pemikiran nenek moyang, sehingga hadirnya Injil membebaskan pemikiran dan kebebasan. Maka Indonesia dengan injilnya juga harus membebaskan bangsa dan masyarakat serta membawa pola piker bahwa penginjil-penginjil juga harus dihargai sebagai perpanjangan tangan Allah bukanlah dianggap sebagai rencana barat yang hanya ingin memanfaatkan.

III.    Kesimpulan
Sejarah Gereja di Filipina menggambarkan perjalanan panjang penyebaran Injil di tanah Asia. Yang awalnya kaum masyarakat dari mengenal penyembahan berhala, lalu mengenal pengajaran katolik melalui pendekatan-pendekatan social hingga pada pengajaran protentan yang menekankan ajaran kepada pemeluknya menunjukkan masyarakat Filipina dominan menerima kabar Injil itu hingga dapat memeluk keyakinan sebagai seorang Kristiani. Semangat para penginjil pun tidak terlepas menjadi factor pendukung mengingat Filipina memiliki wilayah yang berbukit dan banyak penyembahan berhala di masa itu sehingga semangat penginjilan dan pendekatan sosiallah yang menjadi kunci tersebarnya Injil di tanah Filipina.
IV.    Daftar Pustaka
Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Asia, (Bandung:Biji Sesawi,2014)
De Jonge, Chr. & Jan.S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?, (Jakarta:BPK-GM,1989)
Deats, R., Nationalism and Christianity in the Philippines, (Dallas, 1967) 
Hoke. Donald E., Sejarah Gereja Asia Volume 2, (Malang:Gandum Mas,2002)
Latourette, Kenneth Scott, A History of Christianity Volume II, (London:Harper and Row Publisher,1975)
Mangandaralam, Syahbuddin, Mengenal Dari Dekat Filipina Tanah Air Patriot Pujangga Jose Rizal, (Bandung: Remadja Karya), 1988
Romulo, Charles P., Filipina dalam Negara dan Bangsa Jilid 3, (Jakarta:Widyadara,2000)
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta:BPK-GM,2013)
Sugitharajah, R.S., Wajah  Yesus di Asia (terj), (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994)


[1]Syahbuddin Mangandaralam, Mengenal Dari Dekat Filipina Tanah Air Patriot Pujangga Jose Rizal, (Bandung: Remadja Karya), 1988
[2] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta:BPK-GM,2013), 231
[3] Kenneth Scott Latourette, A History of Christianity Volume II, (London:Harper and Row Publisher,1975), 132
[4] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Asia, (Bandung:Biji Sesawi,2014), 254
[5] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 231
[6] Charles P. Romulo, Filipina dalam Negara dan Bangsa Jilid 3, (Jakarta:Widyadara,2000), 246
[7] Donald E. Hoke, Sejarah Gereja Asia Volume 2, (Malang:Gandum Mas,2002), 243
[8] R.S. Sugitharajah, Wajah  Yesus di Asia (terj), (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 390-391
[9]Chr. De Jonge & Jan.S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?, (Jakarta:BPK-GM,1989), 76
[10] Chr. De Jonge & Jan.S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?, (Jakarta:BPK-GM,1989), 68
[11]Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 232

[12]Deats, R., Nationalism and Christianity in the Philippines, (Dallas, 1967) 
[13]Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia,366-367
[14]Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia,361-364