Imam, Raja, Nabi Dalam Perjanjial Lama


Jabatan Imam, Raja, Nabi Dalam Perjanjial Lama
serta
hubungannya dengan tradisi pengurapan (penahbisan)

I.            Pendahuluan
Dalam jaman sekarang ini memang tidak adalagi jabatan Raja di negara kita ini. Karena memang minyak Urapan itu di hususkan kepada Raja dan Imam dalam jabatanya. Para Imam besar dan Raja yang pantas di urapi di dalam perjanjial Lama, dikarenakan dia dihususkan bagi Allah jadi setiap orang pemimpin itu berbeda kedudukanya dari pada yang lain. seperti Raja bangsa Israel misalnya dia akan di urapi sebelum menjadi raja di urapi dengan minyak urapan yang Khusus yang tidak sembarang orang bisa dapatkan.
Tetapi memang jabatan sebagai pelayan gereja memang pada konteks dan Zaman sekarang ini masih ada. Dan apakah memang jabatan para pelayan pada zaman sekarang ini juga bagi Allah sama khusus di hadapa-Nya, sehingga mereka juga harus ditahbiskan sesudah pemilihan dan sebelum Pelayanan mereka di Gereja. Apakah sama Makna Tahbisan Pelayan gereja dengan pengurapan dengan minyak urapan di Perjanjian Lama. Dan Apakah maknaya Minyak urapan dan Tahbisan itu sehingga itu dilakukan sebagai upacara atau kegiatan Agamawi dan dirayakan dan diberlakukan baik di perjanjian Lama maupun pada sekarang ini.
Dan apakah itu sebagai wibawa seorang raja atau pelayan gereja, mengapa Calon Pendeta, Colegium Pastoral 1 atau 2 , Detaser, Mangang, dan Mahasiswa Teologia dan Vikaris tidak dapat memberkati jemaat sebelum mereka Ditahbiskan?. 
Oleh sebab itu saya mengundang teman-teman fokus kepada pemaparan paper ini sehingga kita melihat masalah nya dan menjadi kan ini pengetahuan dan wawasan baru bagi kita semua.

II.          Pembahasan
2.1.       Arti dan Makna Jabatan Imam dalam Perjanjian Lama
Imam dalam perjanjial lama disebut dengan sebutan Kohen yang berarti berdiri. Istilah ini hanya digunakan untuk Imam Allah. Kata Kohen dalam agama Israel dipakai dalam jabatan resmi seorang yang melayani Tuhan sehingga Imam berhubungan erat dengan ibadat kepada Allah, mengawasi kemah suci di bait Allah, melaksanakan peradilan dan mengajar rakyat (Ul 33:10; Yer 18:18). Imam juga merupakan seorang pelayan Tuhanyang bertugas untuk menjalankan dan mengawasi jalannya persembahan di Bait Suci serta menjalankan ibadat umat.[1]
2.1.1.     Sejarah Perkembangan Imam dalam Perjanjian Lama
Dalam perjanjian lama ula-mula kepala keluarga atau suku menjalankan fungsi Imam yang artinya mempersembahkan kroban-korban, namun terkhusus keluarga Harun dari suku Lewi menjalankan fungsi Imam tersebut untuk seluruh bangsa Israel di bait Allah. Fungsi-fungsi imam dilakukan oleh kaum Lewei denga proses pewarisan dalam keluarga, tugas pokoknya mngajar agama atau taurat, mempersembahkan korban-korban dan mengurus bait suci.[2]
Harun dan Eleaser serta anak-anaknya adalah perintis Imam (Bil 27:21) dengan diurapi sehingga memiliki otoritas atas pejabat pejabat biasa. Pada masa raja-raja keturunan daud memegang kuasa yang besar dalam urusan bait Allh, bukan hanya menguasai soal-soal material tetaoi juga soal-soal kepemimpinan dalam ibadah.Lalu pada masa raja Uzia.
2.1.2.     Makna Jabatan Imam dalam Perjanjian Lama
Tugas para Imam pada masa itu antara lain:
a.                    Melayani Yahweh di tempat-tempat suci (1 Sam. 2-3)
b.                    Memberkati rakyat atau bangsa (Bil. 6:22-26; Ul. 10:8)
c.                    Mengajarkan hukum Taurat (Yer. 8:18; Hag. 2:11; Mal 2:6-7)
d.                    Memelihara tempat-tempat suci (Kel 21:12-14; Bil 35; Yos 21:13-19).
Pada masa itu, para Imam tidak bergabung dalam suatu organisasi dan setiap Imam bekerja dan berdiri sendiri. Jabatan Imam diwariskan turun-temurun. Para Imam inu sudah ada dalam masyarakat Israel sebelum peristiwa Sinai (Kel 19:22-24). Dengan pembangunan bait suci oleh Salomo, maka posisi Imam Yerusalem menjadi sangat kuat. Mereka menjadi pemelihara dan pembawa damai, tetapi mereka tidak pernah mengklaim sebagai orang yang dikuasai Roh Allah (ruakh Yahweh) karena jabatan mereka sebagau mulut Yahweh memmbuat mereka harus dipatuhi bangsa Israel. Maka dai itu para Imam juga bertugas mengajarkan hukum Allah atau Torah kepada seluruh Israel[3]
Proses benda ritual dalam bait Allah tersebut terjadi di altar, dimana Imam menyembelih dan mengorbankan korban hewan, lalu benda-benda lain yang diberikan pada imam seperti benda-benda cair yang dituangkan dan padi-padian juga dibakar di tempat tersbut. Setelah dilakukan persembahann kepada Allah maka ada persembahan yang akan disantap bersama, namun juga Imam melakukan persembahan kurban terlebih dahulu (1 Raj.3:3) sebagai tanda bahwa imam melakukan hal itu sebeum melakukan praktik persembahan atau penyembelihan hewan sebagai tanda ucapan syukur atau penghapusan dosa setiap umat Israel yang datang.[4]
Tugas imam juga adalah menjadi perantara antara Allah dan umat-Nya. Mereka mempersembahkan korban kepada Allah, berdoa untuk rakyat (doa syfaat) dan memberkati rakyat atas nama Allah dengan memakai perkataan-perkataan seperti yang terdapat dalam Bilangan 6:24-26.[5] Tugas Imam sebagai pelayan di tempat suci menghubungkannya dengan persembahan-persembahan yang diberikan oleh para uamt.[6] Hanya imam yang diperbolehkan masuk ke Ruang Kudus untuk mempersembahkan korban dan menyalakan kandil. Pada hari mereka meniup serunai perak. Mereka harus memberi pertimbangan, apakah dapat dianggap bersih seseorang yang tadinya dianggap najis; dalam perkara-perkara kecemburuan mereka meminta keputusan Allah.[7] Dalam perkara-perkara sulit mereka memberi nasihat, oleh karena mereka mahir dalam hukum Allah.[8]
Dalam hal korban penghapusan dosa, baik korban yang dipersembahkan imam untuk dosanya sendiri maupun untuk seluruh jemaat, imam tidak boleh mengambil bagian, kerena ia bertindak sebagai imam dan orang dosa. Dalam hal itu, ia membawa bagiannya keluar perkemahan dan membakarnya. Sedangkan korban keselamatan tidak menyangkut dosa pembawa persembahan sehingga pembawa persembahan maupun imam mengambil bagiannya. Tanggung jawab imam untuk mengajar umatdan hukuman atas mereka bila mereka gagal melaksanakan tugas itu.[9]  Imam juga bertanggung jawab atas segala acara dan upacara persembahan di bait atau tempat suci. Ia hidup dari sebagian persembahan yang dipersembahan oleh umat. Namun demikian korban dan mempersembahkan korban bukanlah urusannya yang utama. Bahkan pada zaman dahulu setiap kepala keluarga dapat mempersembahkan korban mereka langsung kepada Allah.[10]
Namun secara khusus ditekankan bahwa eksistensi para imam merupakan satu golongan atau kelompok yang memiliki kedudukan dan fungsi khusus dalam bidang keagamaan umat Israel.[11] dari suku-suku Israel, kaum Lewilah yang termasuk dalam golongan imam. Secara sosial keagamaan para imam juga memiliki tanggung jawab moral dan spiritual. sehubungan dengan kedudukan dan fungsi para imam, maka para imam juga terikat pada norma-norma hidup atau memelihara kekudusan hidupnya sebagai mediator religius antara umat dan Allah.[12]
Imam juga diwajibkan menjaga agar api tetap menyala di atas mezbah (Im. 1:7) sehubungan dengan upacara penerimaan kurban bagi pendamaian. Selanjutnya ebih jelas lagi ketik terjdi penyembelihan hewan, imam menampung darahnya dalam wadah lalu memercikkan sebagian ke sekeliling mezbah dan menempatkan selebihnya di bagian bawah mezbah.[13]Bagian yang harus dibakar setelah di cuci, diletak di atas mezbah. Untuk korban bakaran seluruh hewan (kecuali kulitnya) harus di bakar; tetapi untuk korban-korban lainya, sebagian korban itu menjadi bagian korban dan boleh dimakan olehnya. [14]
Sejalan dengan persembahan korban imam juga memiliki otoritas yang diberikan oleh Allah untuk bertindak sebagai wakil Allah untuk menyampaikan berkat kepada umatnya. Rumusan terakhir dari berkat yang harus dilaksanakan seorang imam terdapat dalam kitab Bilangan 6:24-26 disana di katakana: TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.[15] Berkat itu diberikan oleh imam atau imam besar atas nama Allah oleh karena Allah sendirilah sumber dari segalanya berkat yang dibutuhkan oleh manusia. Berkat yang disampaikan oleh imam hanya berlaku terhadap orang-orang yang layak menerimanya  yaitu orang-orang (Israel) yang menuruti perintah-perintah dan kemauan Allah.[16]
Iman adalah orang ynag ahli dalam soal-soal ibadah. Untuk itu diperlukan pengetahuan khusu. Ia memberikan bimbingan dan putusan-putusan mengenai soal-soal upacara keagamaan dan hukum. Apabila kalau ada kasus hukum yang berat. Ia adalah pelaksana dan mengajar pelaksaan hukum Allah. Ucapan-ucapannya bersumber pada dua wilayah Ilahi, yaitu tradisi imamat dan penggunaan batu undi kudus (Urin dan Tumin). Ucapan-ucapannya akan memberikan jawaban Ilahi terhadap pernyataan-pernyataan yang di ajukan kepadanya. Ia adalah bapa dan penasehat umat Allah. Ialah yang bertanggung jawab atas segala acara dan upacara persembahan di Bait Allah atau tempat suci.[17]
2.2.   Arti Jabatan Raja dalam Perjanjian Lama
Dalam bahasa Ibrani, raja berarti  “Mengankat seorang raja” adalah bentuk kausatif, yakni himlik, dari kata kerja malak . Allah juga dikatakan memilih ( ibr. bakhar) orang yang akan diangkat, (demikian 1 Sam.10:24 tentang Saul, dan 1 Sam. 16:8-10; 2 Sam. 6:21; 1 Raj. 8:16; 11:34; 1 Taw. 28:4; Mzm 78:20; 2 Taw. 6:5-6tentang Daud). Ulangan 17:15 menetapkan bahwa hanya seorang yang sudah di pilih Tuhan dapat diangkat sebagai Raja. Raja dapat disebut “orang pilihan Tuhan” (Saul, 1Sam. 10:24; Daud, Mzm. 89:4). Ketika masyarakat Israel mengangkat raja (2 Sam. 2:4; 5:3; Raj. 8:1), atau dalam ungkapan “seluruh bangsa menjadikan seseorang raja” (mis Saul, 1Sam. 11:15; Rehabeam, 1 Raj. 12:1; Yerobeam, 1 Raj. 12:20; Omri, 1 Raj. 16:16 dll). atau juga mengurapi raja, maka tindakan tersebut selalu disusul dengan pengangkatan oleh Tuhan. Makna kenyataan ini baru jelas bila kita memperhatikan adanya pemberian Roh Tuhan, terutama yang diterima oleh Saul dan Daud.[18]
Masyarkat Israel meyakini bahwa penguasa tertinggi ialah Allah Yahwe, namun karena banyaknya tuntutan yang terjadi oleh bangsa Israel maka Nabi Samuek setuju bahwa ada seorang raja di Israel yang memiliki makna bahwa raja tersebut tidak memerintah secara mutlakRaja-raja pertama di Israel mempunyai tugas politis, yaitu mempersatukan keduabelas suku Israel menjadi satu bangsa, dan memperkuat mereka dalam melawan musuh-musuh Israel namun pekerjaan ini juga mempunyai maksud keagamaan juga.
Pemilihan raja bermula ketik para hakim tidak berhasil mempertahankann secara tetap kemanan Israel dari gangguan-gangguan musuh sehingga dengan harapan raja akan berhasil mempertahankan kemanan sekitar dan mengalahkan musuh-musuh mereka, maka dari itu pengangkatan seorang raja harus mendapat persetujuan dari Allah. Raja-raja yang telah terpilih akan diurapi sebagai tanda bahwa mereka adalah hamba Allah , sehingga kebehasilan raja dalam peperangan dipandang sebagai bukti bahwa raja itu benar-benar dipilih dan ditunjuk oleh Allah (1 Sam 13:14). Raja yang berkenan dihadapan Allah akan memiliki perjanjian khusus  sehingga ikatan prjanjian dengan Allah akan menjadi perjanjian layaknya Daud dan keluarganya yang akan memerintah Israel  (2 Sam 7:16).[19]
Dalam periode Hakim-Hakim, Tuhan membangkitkan dan memberi kuasa kepada orang-orang tertentu untuk melaksanakan tujuan Tuhan, bahkan umat pada zaman Samuel memnadang jabatan raja sebagai jabatan yang lebih permanendan membuat umat tidak bergantung pada Allah sehingga dalam hal ini Allah murka. Janjia Allah kepada Abraham telah dijanjikan keturunan yang akan menjadi raja-raja  (Kej 17:6), namun umat Israel salam menganggap bahwa raja menggantikan posisi Tuhan dalam memimpin kehidupan mereka. Allah menganugrahkan jabatan raja sebagai sarana menunjukkan teokrasi berfungsi dan tidak tergantikan dalam kehidupan umat Israel.
Latar belakang pengangkatan raja dimulai dari kebutuhan masyarakat Israel akan pemimpin yang mampu memperthankan keamanan dn mengatur masyarakat ke dalam pimpinan pemerintah. Maka dari itu tua-tua Israel datang menjumpai Samuel membicarakan hal tersebut (1 Sam 8:20), sehingga akhirnya muncullah kepemimpinan raja-raja yang memerintah Israel dari tahun 1016-721 s.M (Israel Utara dan 586 s.M (Yehuda). Ketika masyarakat Israel mengangkat raja, maka tindakan ini selalu disusul dengan pengangakatan oleh Tuhab sehingga dengan jelas terlihat bahwa Raja yang diangkat dan dupilih diberikn Roh Tuhan  Pemilihan Tuhan atas raja tidak mengikut pertimbangan yang lazim biasanya, namun itu otoritas tuhan yang menyatakan keputusan melalui Roh-Nya.[20]
2.2.1.     Makna Jabatan Raja dalam Perjanjian Lama
      Raja memiliki tugas mengatur pemerintahan dalam hal politis dimana hal pertahanan diri terhadap Negara-negara besar menjadi tugas politis yang menaikkan harga diri seorang raja, karena raja yang sukses adalah raja yang mampu memperthankan eksistensi kerajaannya. Hubungan antar kerajaan serta luar negeri menjadi tugas lain sebagai raja dimana hubungan politik dan pertukrn kebudayaan serta agama-agama kerajaan sekitar seing menjadi hubungan yang dilakukan oleh raja.[21]
2.2.2. Proses Pemilhan Raja dalam Perjnjian Lama
Raja yang ditunjuk Allah atas otoritas Allah sendiri harus diperkenalkan kepada pemimpin masyarakat dan rakyat, dan diangkat sebagai pemerintah yang sah melalui acara yang lazim dalam lingkungan budaya. (Pelantikan Saul. Lih. 1 Sam. 10:17-26). Setelah itu terdapat proses pengurapan dengan pengolesan minyak yang dianggap sebagai zat yang memberikan kekuatan dan wibawa. (2 Sam.2:4; 1 Raj:39; 2 Raj. 23:30). Pengurapan ini selalu bermakna politis, meskipun pengurapan dilkukan di hadapan Tuhan dan dipersembahkan kurban pada Allah  Para tua-tua, kepala suku, imam, dan rakyat hadir dalam upacara yang menagangkat kepala Negara dan akn bertanggung jawab atas kemanan dan kesejahtraan bangsanya.
Untuk menjalankan tanggung jawab itulah maka diperlukan berkat Tuhan bagi yang digelari “raja yang diurapi Tuhan”. Pemgurapan seorang raja Israel biasanya berlangsung dengan persetujuan para wakil rakyat sebagai syarat dan dasar hukumnya sehingga calon raja mengangkat semacam “sumpah jabatan” (2 Sam 5:3). Setelah proses ini raja menerima sejenis piagam penghargaan dengan gelar dan kewibawaan pada hari pelantikan (2 Raj. 11-20). Ssesudah upacara di halaman bait Allah selesai, raya yang terpilih diantae dengan sorak-sorai ke istana dan deliahkan duduk di atas takhta dan dari situlah mulai memerintah (1 Raj. 1:46-47).
2.2.3.     Tugas dan Tanggung Jawab Raja
Tuhan itu Raja namun Ia meneyarhkan tugas tersebut kepada raja dengan janji penyertaan dan menuntut agar kehendak-Nya dihormati demi keamanan, keailan, dan kesejahtraan masyarakat, Tugas seorang raja di Israel mirip dengan tugas raja-raja lain di Timur Tengah Kuno. Diantaranya patuh pada Allah, menambah kemakmuran masyarakat, menegakkan keadilan pada semua golongan termasuk janda-janda.
Alah mengankat raja juga unutk membebaskan bangsa dari ancaman yang membahayakan bangsa (1 Sam 13:14); serta mempertahankan keamanan terhadap serangan dari luar negerinya. Seorang raja juga diharapkan bisa menghakimi dengan adil dan bijaksana karena raja mendapat tugas Allah untuk memberikan keadilan pada orang lemah dan yatim piatu, membela hak orang sengsara dan orang yang kekurangan (Mzm 82:3), dan mengusahakan keadilan dan mengendalikan orang kejam (Mzm. 82:3). Ada juga raja diharapkan dapat menunjang kesejhatraan dengan menentukan syarat-syara di mana ekonomi dan budaya dapat berkembang.sehingga umat Israel merasakan kemanan dan damai tanpa ertentanga dengan adanya keadilan serta berkat dalam pengetian bahwa raja adil dalam perkara pekerjaan dan hal-hal lain yang mendukung kesejahtraan masyaraka.[22]
2.3.                Arti Jabatan Nabi dalam Perjanjian Lama
Secara Etimologi kata nabi berasal dari bahasa Ibrani “navi- נניא”. Kata navi artinya seseorang yang dipanggil ataupun seorang yang memanggil yakni kepada manusia atas nama Allah.[23]Para nabi (prophets) memiliki makna yang berbeda dalam masyarakat, disebut orang pilihan Allah, pelihat, pewarta sehingga melalui ini citra terlihat nabi menjalankan suau peran yang dinamis di tengah masyarakat Israel. Namun identitas ciri sorang nabi tidaklah berbeda-beda dalam kehidupan namun seruan proklamasi atau seruan kata menjadi suatu ciri khas pengajaran serta nubuat kebijaksanaan. Nabi juga dipandang sebagai reformator sosial dimana berjuang dengan keadilan serta memperingatkan kesalahan, karena nabi mendapat inspirasi dari Allah yang menyapa batin para nabi untuk menjadi suara keadilan Allah di tengah masyarakat.[24]
Nabi-nabi terdahulu  seagian besar dari zaman pendudukan Kanaan oleh Israel dan masa awal kerajaan. Meskipun kisahnya dilanjutkan sampai pada masa pembuangan. Sedangkan nab-nabi kemudin berasal dari abad-abad akir kerajaan yang terpecah. Nabi-nabi terdahulu bersifat lebih historis  bahkan kalaupun memakai runtutan searah belum ada gambaran jelas  rekonstruksi kisah nabi-nabi terdahulu. Sebaliknya, nabi-nabi kemudian lebih bersifat  profetik artinya mengandung lebih banyak pemberitaan nabi-nabi suatu unsur yang hamir tidak ada dalam nabi-nabi terdahulu.[25]
Kata Ibrani Nabi.. biasanya digunakan untu menyebutkan beberapa orang yang berbeda, yang memainkan peranan yang berlainan dalam kehidupan agama Israel. Jenis-jenis orang itu adalah
a.                    Pelihat-pelihat: Para pelihat adalah orang yang mampu “melihat” dan menafsirkan kebenaran masa lampau, masa kini, masa depan sehingga mereka mendapat bayaran atas jasanya (Bil 22:7; 1 Sam. 9:6-8). Pengetahuan mereka yang mendalam dan yang khusus itu adalah pemberian Allah (1 Sam 3:15), sehingga pelihat menerima pernyataan Allah dan enyampaikan kebenaran kepada sesamanya bahkan orang-orang Israel melihat kata-kata para Pelihat itu benar sehingga sangat disegani di Israel.
b.                    Rombongan Nabi: Mereka adalah kelompok orang yang biasanya hidup bersama-sama di suatu tempat ibadah seperti di Gilgal dan di Gibea (2 Raj. 4:38; 1 Sam 10:10; 2 Raj 3:5). Rombongan nabi-nabi menegaskan bahwa mereka dapat menyampaikan suatu pesan yang mereka terima dari Allah sebagai pesan yang benar (1 Raj 22:6). Mereka agaknya tidak selalu disegani, bahkan Amos sendiri menolak disamakan dengan mereka (Am 7:14). Walaupun demikian ada diantara mereka yang dipakai benar-benar oleh Allah dan hanya baru bernubuat setelah diilhami oleh-Nya.
   Akan tetapi ada pula dari antara rombongan-rombongan nabi-nabi seperti diatas yang berpura-pura mengalami kepenuhan roh dan sekalipun tidak ilham dari Allah mereka bernubuat untuk memperoleh bayaran dari orang-orang yang memerlukan nubuat-nubuatnya (Yes 28:7; Yer 5:31).
c.                    Nabi-nabi Perorangan: Nabi-nabi inilah yang memiliki sebutan “nabi Allah”, Misalnya Natan, Elia, Yesaya, Yehezkiel, Hagai, Maleakhi, dan lain-lain. Ternyata nabi perorangan memiliki peran penting meskipun ada raja-raja yang dipilih dan diurapi namun terkadang raja sering mengabaikan tanggung jawab  dan meyelahgunakan kekuasaan sehingga keadaan ini para nabi sebagai jurubicara Allah mengecam dan memperingatkan raja-raja tersebut. Para nabi ini bertindak sebagai pembimbing dan penasihat raja, jkalau raja tersebut ingin mengetahui apa kehendak Allah yang harus dilaksanakannya.. Misalnya Daud ketika bermaksud membangun Bait Allah  berkonsultasi dengan Nabi Natan terlebih dahulu (2 Sam 7:1-7).
Dalam Perjanjian Lama, pemanggilan nabi sebagai hamba Tuhan dengan berbagai cara diantaranya:
1.                    Allah mendatangi orangnya, serta menyatakan diri-Nya dengan perkataan maupun dengan penglihatan, untuk memberitahukan bahwa Ia bertindak dan alasan Ia bertindak.
2.                    Allah mempercayakan firman-Nya kepada para nabi, yakni dengan memerintahkan nabi untuk membahasakan serta menyampaikan kepada umat yang harus mengetahuinya.
3.                    Allah mencukupi ketidakmampuan para nabi dengan memberikan rohNya yang kudus, dengan janji penyertaanNya serta berbagai jenis perlengkapan yang Allah berikan.[26]
2.3.2. Makna dan Fungsi Nabi dalam Perjanjian Lama
Pada dasarnya nabi-nabi yang terdahulu adalah juru bicara Allah. Para pendengar dari umat Israel hanya mengiangat bagian-bagian tertema dari nubuat-nubuat mereka yang ada kaitannya dengan sejarah Israel. Sedangkan ucapan-ucapan nabi yang terkemudia dicatat oleh murid-muridnya dan dihimpun menjadi satu kumpulan. Malahan kadang-kadang juga nabi itu sendiri manulis nubuat-nubuatnya. Walaupun demikian fungsi nabi-nabi ini ialah mempelajari apa kehendak Allah bagi umat-Nya dan memperingatkan ataupun mendorong umat Allah sesamanya sesuai dengan situasi. Sesuai dengan namanya nabi itu memiliki fungsi yaitu sebagai perantara. Peranan inidigambarkan dengan baik dalam Ulangan 5:24-28 yang dimana disini orang Israel mengatakan bahwa mereka telah mendengar Allah berfirman tetapi Musa harus mengartikan semuanya itu kepada bangsa Israel.
Nabi adalah perantara yang dipakai untuk membawa hidup Ilahi ke dalam dunia yang sudah tertutup rapat untuk hidup itu.[27] Kenabian adalah jabatan rohani yang bertugas dalam hal kerohanian sebagai penyampai pesan Allah. Isi pesan itu biasanya bersifat peringatan atau hukuman, berkat dan keselamatan. Sebagai penyampai pesan maka seorang nabi harus memegang teguh sifat kejujuran. Seorang nabi harus menyampaikan Firman Tuhan tanpa menambah ataupun menguranginya. Hal ini sering menjadi beban dalam tanggung jawab kenabian sebab cenderung pesan Allah bertentangan dengan situasi atau kehendak pendengarnya. Bagaimana nabi menerima pesan dari Allah? sebagai seorang yang berkuasa atas panggilan Allah maka panggilan itu menjadi dasar pemberitaan para nabi dalam tugas pemberitaannya. Allah memiliki cara dan metode yang beraneka ragam dalam memilih nabi tetapi pada hakekatnya pesan yang diterima sang nabi sering melalui dua cara yaitu: melalui penglihatan dan pendengaran melalui perkataan-perkataan.[28]
2.3.3.     Ciri-ciri Nabi
Ada beberapa ciri-ciri seorang nabi, yaitu:
1.     Kurang sadar (Extasi)
Nabi dalam Alkitab sering berbicara atau melayani di luar kesadaran. Kesadaran nabi adalah kesadaran dalam Roh, kesadaran akan kuasa panggilan Allah sehingga kurang menekankan kesadaran diri, sehingga sebagai pemegang suara kenabiaan perlu intropeksi dari agar lebih memiliki kesadaran roh.
2.     Panggilan
Para nabi adalah orang yang dipanggil oleh Allah. Panggilan nabi lebih bersifat khusus atau pribadi dari pada tahbisan dari jabatan. Awalnya Yesaya ragu tetapi dia menerima secara pribadi
3.     Kekudusan
Nabi bukan sekedar pelayan di tengah-tengah umat yang kudus tetapi justru sangat berperan menjaga kekudusan umat Tuhan. Nabi adalah jabatan yang sangat dekat dengan istilah kekudusan, melebihi jabatan-jabatan yang ada ditengah-tengah umat Israel.
4.     Bernubuat
Sering tugas nabi dilihat sebagai orang yang mampu bernubuat. Nubuat sering dipahami sebagai kemampuan untuk melihat keadaan zaman yang akan datang. Salah satu sifat nubuat adalah kenyataan yang pasti terjadi. Pesan Allah memang untuk keadaan masa depan namun dapat pula kita katakana masa kini. Apakah ada hubungan masa depan dengan masa kini ? Pesan Allah untuk masa kini namun dalam terang rencana penyelamatan yang akan datang.[29]
2.3.4.     Tradisi Pengurapan Nabi
Tradisi pengurapan seorang nabi memiliki nilai pengurapan rohani dengan meyakini pengurapan seorang nabi hanya Roh Allah yang memiliki otoritas dan melaksanakan hal tersebut. Hanya Roh Allah yang mengatur tujuan Allah secara rihani mengurapi seorang dan memilih nabi tersebut. Melalu hal ini maka Roh Allah yang mmprakarsai segala sesuatu dalm pemilihan sehinggamnjadi pendidikan seumur hidup yang menuntut segala sesuatu diberika melalui pewahyuan. Nabi medapatkan pendidikan hidup secara langsung dalam kehidupan, terlihat juga bahwa seorang nabu kembali kepada Allah berkali-kali dan tidak keluar untuk berbicra sampai Allah memperlihatkan kepadanya hal berikutnya. Karena jabatan nabi bukanlah jabatan profesi karena sifat pelayanan nabi merupakan nubuatan yang datanya melalui pewahyuan Allah. Sifat pewahyuan adalah hidup baru dan penuh dengan semangat Ilahi, sehingga pengurapan seorang nabi adalah pelayanan yang berotoritas Roh Allah karena pelayanan nabi merupakan pelayanan pewahyuan yang melihat tujuan Allah sejati dan utama.
Pengurapan menghasilkan jamahan langsung dari Allah yang berarti berhadapan muka dengan Allah (Ul. 34:10). Musa menjalani tugas sebagai seorang nabi dengan menjalankan tugas berdasarkan jati diri alaminya dengan kemampuan, kecakapan, serta semangat. Musa harus pergi ke padang gurun dan dikosongkan selama empat puluh tahun.Pada akhir masa empat puluh tahun di padang gurun ia telah menjadi patuh sehingga terjadi suatu pengajaran dan pengurapan Allah melalui pikiran yang telah dikosongkan bukan dari kekuatan sendiri. Dari hal ini nabi pengurapan seorang nabi lebih kepada pengosogam diri dam mengalami penghancuran kehidupan dan mentalitas jati dirinya dan berganti dengan pernyataan kehendak Allah dalam dirinya. Seorang nabi yang dipersiapkan dalam masa pemilihan sebagai seorang nabi mengalami penolakan orang-orang sebangsanya sesuai dengan kedaulatan dan tujuan Allah untuk menyatakan kedaulatannya kepada seorang nabi yang sudah dipilihnya[30]
2.4.      Makna Pengurapan (Penahbisan) dalam Perjanjian Lama
2.4.3.     Pengertian Pengurapan (Tahbisan)
 Kata tasbisan berasal dari bahasa arab yang memiliki arti “Membuat wasiaat/hibah” dan dalam bahasa Indonesia mendapat arti, memberkati dan menyucikan untuk keperluan keagamaan.[31] Niamun di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata yang  diterjemahkan, adalah kata kerja yaitu “Menahbiskan” yang artinya menyucikan (Memberkati) sesuatu (Orang, ) untuk keperluan agama. [32]Secara etimologi kata pengurapan diterjemahkan kedalaam bahasa ibrani Masah  yang artinya mengosok, meminyaki. Kata ini muncul sebanyak 68 kali dalam PL, pengurapaan meruaakan sebuah acara atau peroses membasahi, menggosok, melumasi ataau meminyaki sesuatu, biasanya mengunakan minyak. [33]
2.4.4.     Hubungan Praktek Pengurapan(Tahbisan)dengan Makna Raja, Imam, dan Nabi Dalam Perjanjian Lama
            Pengurapan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, to anoint = Mengurapi, Diurapi = Diolesi atau disiram dengan minyak. Pengurapan mempunyai tujuan. Seorang diurapi dengan tujuan untuk memegang tugas jabatan tertentu. Daud diurapi dengan minyak oleh Samuel untuk menjadi raja. Harun diurapi untuk memegang jabatan imam besar.Dalam  kitab Keluaran 30:22-33 berisi mengenai minyak urapan kudus dimana dilarang membuat minyak dengan resep campuran ini. Resep ini khusus untuk membuat minyak urapan.Minyak ini dipakai untuk mengurapi kemah pertemuan dan perkakas-perkakas kemah pertemuan lainnya.
            Minyak ini juga dipakai untuk mengurapi orang-orang untuk pelantikan tugas keimanan, serta  dipakai untuk mengurapi pada pelantikan seorang imam yang naik tingkat/dipilih menjadi imam besar.Minyak ini tidak boleh terkena orang-orang awam atau benda-benda biasa. Orang atau benda yang terkena minyak urapan ini akan menjadi kudus. Orang yang diurapi minyak kudus ini dikhususkan untuk melayani Allah. Pengurapan dengan minyak selalu dilakukan untuk orang-orang yang diangkat dalam suatu jabatan tertentu,
Ada 7 Manifestasi Urapan, yaitu
1). Urapan Pengajaran (I Yohanes 2:26,27)
Sejak seseorang mengalami kelahiran baru, di dalam dirinya ada urapan pengajaran yang membuatnya mengerti isi Alkitab yang dibacanya. Urapan ini mengajar kita segala sesuatu dari kebenaran Kerajaan Allah. Pengajar utama kita bukanlah guru-guru atau Sekolah Alkitab tetapi urapan pengajaran. Tidak mustahil seseorang memahami isi Alkitab dan menjadi hamba Tuhan tanpa pernah sekolah Alkitab, asal ia setia belajar dari urapan Roh Kudus.
2). Urapan Air (Yoh 7:37-39)
Dari dalam hati seseorang yang telah dilahirkan baru ada mata air yang hidup yang mengalir keluar dan mampu menghidupkan jiwa orang lain atau menyembuhkan penyakit atau menghidupkan organ tubuh yang telah tak berfungsi. Urapan air yang kuat dirasakan sebagai air dingin yang membuat seseorang menggigil.
3) Urapan Angin (I Raja-Raja 19:11,12; Kis 2:2)
Urapan angin ini mendahului kehadiran Tuhan di gunung Horeb waktu Elia ada di sana. Juga ia muncul pada hari Pentakosta. Urapan ini meniup dan memindahkan kesadaran roh seseorang dari alam materi ke dalam alam roh. Benny Hinn meniup mikrofonnya dan orang-orang tumbang ke belakang karena merasakan tiupan angin dari depan.
4) Urapan Gempa (I Raja-Raja 19:11,12; Yes 6:4; Kis 4:31)
Dari Kisah Rasul terutama kita melihat bagaimana Tuhan menjawab doa murid-murid yang memohon keberanian untuk memberitakan Injil dengan pencurahan Roh Kudus dan bermanifestasi dalam bentuk gempa. Urapan gempa ini memberi keberanian kembali kepada Elia yang takut menghadapi Izebel dan merasa sendirian. Juga memberi keberanian kepada Yesaya untuk menjadi utusan Tuhan.
5) Urapan Api (I Raja-Raja 19:11,12; Yes 6:6; Kis 2:2)
Urapan api yang memurnikan untuk menguduskan seseorang dari roh-roh najis dan roh-roh jahat agar layak untuk dipakai sebagai alat Tuhan. Pelayanan pelepasan memakai api yang membakar roh-roh jahat. Hal ini nampak jelas dari reaksi roh-roh jahat itu yang berteriak-teriak kepanasan.
6) Urapan Awan (Kel 24:15-18; II Taw 5:13-14; Mat 17:5-6)
Tanda kehadiran Allah di antara jemaatNya. Dalam Matius 17:5-6 Allah Bapa sendiri turun dan berbicara kepada rasul-rasul. Kehadiran awan yang terang ini selalu mengakibatkan orang tersungkur ke depan, tak tahan berdiri dihadapanNya.
7) Urapan Guntur (I Sam 7:10)
Allah mengguntur untuk menggentarkan musuh orang Israel hingga mereka ketakutan. Bila hadirat Allah kuat, orang-orang tertentu mendengar suara guntur yang keras menggelegar di atas kepala mereka dan membuat mereka roboh dalam urapan. Rupanya urapan macam ini diperlukan dalam peperangan untuk membuka kepungan kuasa kegelapan.
8) Urapan Kilat (Kel 20:18)
Orang-orang yang menerima urapan seperti ini menjadi kaku seperti patung untuk sesaat lamanya. Maria Woodworth Etter, penginjil wanita di zaman sebelum gerakan Pentakosta, di tengah-tengah sebuah khotbahnya yang terputus, tanpa menyadari bahwa ia telah membeku tiga hari lamanya. Selama itu tak seorangpun dapat memindahkan ia dari tempatnya berdiri di atas mimbar. Kejadian ini membuat banyak orang bertobat.
9) Urapan Cahaya (Kis 9:3,4)
Tanda kehadiran Tuhan dalam kemuliaanNya. Terang itu membuka mata rohani seseorang hingga ia dapat melihat dalam dunia roh atau melihat vision.
10) Urapan Mujizat (Luk 5:8)
Manifestasi urapan ini mengakibatkan seseorang tersungkur ke depan dan merasakan urapan yang mengalir ke tulang-tulang. Urapan jenis ini memanjangkan tulang-tulang atau melenyapkan daging tumbuh, menambal gigi-gigi berlubang, menumbuhkan bagian-bagian tubuh yang terhilang, mengubah air menjadi anggur, memindahkan gunung-gunung, membangkitkan orang mati dan sebagainya.
11)Urapan Sukacita (Yes 61:1-3, Ibr 1:9)
Tuhan Yesus diurapi untuk menyampaikan kabar baik yaitu Injil keselamatan, inner healing, pelepasan, pengajaran tentang anugerah Allah, penghiburan dan memberi Oil of Joy, minyak (urapan) sukacita sebagai finishing touch dari pelayanan Yesus Kristus, agar semua orang percaya menjadi pohon terbantin tanaman Allah yang mengagumkan. Ia sendiri telah menerima minyak urapan kegirangan (oil of gladness) karena mencintai keadilan dan membenci kefasikan. Ini adalah pengurapan terakhir yang diberikan Allah kepada mempelai perempuan Tuhan Yesus menjelang kedatanganNya yang kedua kali sebagai mempelai laki-laki bagi jemaatNya. Di dalam urapan ini orang terbang seperti rajawali, menari, melompat dan tertawa dalam roh.[34]
Pelantikan Para Imam mencakup tiga tahap; pembasuhan, pengenaan pakaian, dan pengurapan (Bdn Im 8;1-38). Akibat dari pembasuhan memungkinkan  seorang Imam untuk masuk kedunia yang kudus. (Bnd 30:17-21). Upacara pengurapan imam agung, barang kali baru mulai diperaktekkan sesudah pembuangan, ketika imam agung dianggap mempunyai kedudukan politis dan karenanya memiliki tanda Rajawi  (Menurut Kel 28:41 dan teks lain, semua imam diurapi).[35]
Sepanjang sejarah kerajaan, Raja yang dilantik itu di urapi. Pengolesan dengan minyak tidak hanya dipakai untuk menyembuhkan dan menguatkan. Dalam budaya kuno minyak dianggap sebagai Zat yang memberikan kekuatan dan wibawa. Sepanjang zaman kerajaan, raja-raja di Israel di urapi: Saul (1 Sam 10:1), Daud (2: Sam  2:4, 7; 5:3) Absolom (2 Sam 19:10), Salomo (1 Raj 1:39), Yoas (2 Raj 11:12) dan Yohasa (2 Raj 23:30). 
            Pengurapan itu selalu bermakna politik meskipun pengurapan dilakukan di hadapan Tuhan (2 Sam 5:3) dan dipersembahkan kurban pada Allah (1 Sam 11:15). Para tua-tua, kepala suku, imam dan rakyat hadir dalam upacara yang mengangkat kepala negara yang akan bertangung jawab atas keamanan dan kesejahteraan bangsanya. Untuk menjalankan tugas yang berat itu diperlukan berkat Tuhan bagi dia yang akan digelari “Raja yang diurapi Tuhan ”. sungguh, gelar “Mesiakh” akan diberikan makna yang jauh lebih dalam di kemudian hari, tetapi segi politik tak akan hilang.
            Pengurapan seorang raja di Israel biasanya berlangsung dengan persetujuan para wakil rakyat sebagai syarat dan dasar hukumnya, suatu musyawarah dan perundingan mendahului pengurapan. Wakil-wakil masyarakat begitu saja kekuasaan pemerintah kepada raja, tetapi hanya kepada raja yang dapat mereka percayai, lalu merundingkan tugas dan wibawa masing-masing. Calon raja mengangkat semacam “Sumpah Jabatan” bnd janji Daud kepada para tua-tua Israel, (2 Sam .5:3), 
            Hak pengurapan raja-raja oleh masyarakat tidak meniadakan hak prakarsa Tuhan untuk mengurapi siapa yang dikehendaki-Nya. Dikatakan bahwa Tuhan, melalui tangan seorang Nabi, Telah mengurapi Saul (1 Sam 9:16), Daud (1 Sam 16:12-13) dan Yehu (2 Raj 9:3 ). Berita tentang pengurapan ilahi berasal dari cerita-cerita yang bercorak kenabian dan tampaknya selalu dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja yang luar biasa, seperti Saul, Daud, dan Yehu. Saul di urapi untuk menyelamatkan Israel dari tangan Orang Filistin, seduah itu Daud diangkat dengan tugas yang sama. Yehu diurapi untuk menyelamatkan dari satu bahaya dari dalam, (2 Taw 22:7), pengurapan Ilahi bukan merupakan saingan pengurapan kenegaraan, apalagi dalam situasi di mama Israel Baru saja Israel baru mendapat seorang Raja. [36]
Beberapa pengurapan (tahbisan) terjadi di perjanjian lama, diantaranya:
a.     Imam Harun dan Anak-anaknya
Riwayat dalam Pasal-pasal terahir dari kitab Keluaran dilanjutkan dalam bagiaan kedua dari kitab Imamat ini sesudah orang-orang Israel mendirikan Kemah Suci menurut petunjuk-petunjuk yang diberikan Tuhan. Masa menahbiskan para Imam dan memberikan jabatan kepada mereka. lalu Nabab dan Abihu dibakar sampai mati karena dosa mereka, dan Tuhan memberikan beberapa petunjuk lain kepada imam-imam yang masih hidup itu.
Sesudah orang-orang Israel kembali dari pembuangan di Babel dan tambahan-tambahan, yang ditambah dalam beberapa tahap, sesuai dengan kebiasaan pada Zaman yang sama atau sedikit kemudian. Sebab imam besar sajalah yang diurapi dengan Minyak, bukan Imam-imam lain (Imamat 8:1-36 ).[37]
b.     Raja Saul
Nabi Samuel memerintah Israel di masa menjelang zaman hakim-hakim berakhir sampai Saul menjadi Raja. Samuel telah lanjut usia dan ia menunjuk kedua anak laki-lakinya, yaitu: Yoel dan Abia, sebagai Hakim-hakim atas Israel. Namun mereka tidak hidup seperti ayahnya, malah mereka megejar laba, menerima suap dan memutarbalikan keadilan (1 Sam 8:1-3). Oleh sebab itu, semua tua-tua Israel mendatangi Samuel dan meminta “Angkatlah seorang raja atas kami untuk memerintah kami” (1 Sam 8;4-5). Saul bertemu dengan nabi Samuel ketika ia sedang mencari keledai betina ayahnya yang hilang. Sehari sebelum Saul tiba Allah telah berfirman kepada nabi Samuel, “Engkau akan mengurapi dia menjadi Raja atas umat-Ku Israel” (1 Sam 9:15-16). Ketika Samuel melihat Saul sewaktu ia hendak naik untuk memberikan persembahan, Allah memberitahukannya, “Inilah orang yang kusebutkan kepadamu itu”(1 Sam 9;17).
Nabi Samuel memberitahukan tentang kedudukan raja kepada Saul secara tidak langsung, tetapi siapakah yang memiliki segala yang diingini orang Israel? Saat itu Saul terkejut dan berkata bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel dan bukakah kaumku yang paling Hina dari segala suku benyamin. Besoknya Samuel mengurapi Saul dengan minyak dan menjadikanya raja (1 Sam 9:25-10:1). Setelah Saul di urapi dengan minyak, Allah membuat Roh Tuhan berkuasa atasnya sehingga ia bernubuat  dan mengubah hatinya menjadi lain. Allah membuat semua tanda itu terjadi sebagai tanda bahwa Allah telah menjadikanya menjadi Raja.[38]
Sewaktu Saul kembali dari ladangnya dan menemui orang banyak yang menagis karena raja Amon mau mengepung kota Yabesy di Gilead. “Ketika Saul mendengar kabar , maka berkuasalah Roh Allah atasnya dan menyala-nyala amarahnya”, disembelihnya lembu, dipotongnya, lalu dikirim potongan-potongannya kepada setiap suku Israel dengan pesan, “Siapa yang tidak mengikut Saul dan Samuel, maka lembunya akan diperbuat demikian, segeralah terkumpul tentara yang besar, Saul memimpinnya dan menjadi penyelamat bagi bangsa itu”.[39]
C. Raja Daud
Nabi Samuel berseru kepada Allah dalam kesedihan pada hari ia mendengar bahwa Allah menyesal menjadikan Saul sebagai Raja karena dosa ketidak taatannya (1 Sam 15:11). Hati Nabi Samuel terbeban dengan penderitaan dan kesedihan yang pahit karena ia harus menyampaikan pesan bahwa meskipun Allah telah mengurapi Saul dengan Harapan Besar (1 Sam 10:1), Ia telah menyesal menjadikan Saul menjadi Raja.
Allah berfirman kepada nabi Samuel yang berdukacita, beberapa lama lagi engkau berduka karena Saul? Dan Ia memerintahkannya, “Isi lah tabungmu tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang betlehem itu” (1 Sam 16:1). Allah telah memerintah Samuel untuk mengambil seekor lembu muda dan pergi ke Betlehem seakan-akan ia sedang pergi untuk memberitakan korban persembahan, dan kemudian mengundang Isai ke upacara pengorbanan itu.
Pertama nabi Samuel melihat penampilan Luar Eliab, Putera sulung Isai, dan langsung hendak mengurapinya dengan minyak untuk menjadikanya sebagai Raja. Namun Allah berfirman kepadanya bahwa Eliab tidak akan menjadi raja dan bahwa Allah telah menolaknya. Allah berfirman manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat (1 S am 16:7). Isai Membawa puteranya. Dan Daud pada Saat itu sedang mengembalakan kambing domba Ayahnya dan Samuel memerintahkan untuk memangilnya, dan Allah Berfirman kepada Samuel “Bangkitlah dan urapi dia, sebab inilah dia” (1 Sam 16:12) dan Samuel mengurapinya dengan minyak dan sejak hari itu, berkuasalah Roh TUHAN atas Daud dengan kuatnya (1 Sam 16:13). 
            Di kemudian hari tentara filistin menyerang Israel. Orang Filistin mempunyai seorang pendekar bernam Goliat yang tidak seorangpun dapat mengalahkanya. Ia seorang raksas yang tinggi 6 hasta sejengkal atau sama dengan 2,9 m. Ketopang tembaga ada dikepalanya, dan ia memakai baju jirah yang bersisik berat baju zirah itu 5.000 syikl tembaga atau 57 kg. Di bahunya ia memangul lembing tembaga. Beratbya 6 syikal atau 6,8 kg (I Sam 17:5-7). Dan goliat sering menkut nakuti Bangsa Israel dan semua tetara Israel takut. Tapi Daud tidak gentar melawanya dan berkata kepada mereka siapakah orang pilistin yang tidak bersunan utu yang berani mencemooh barisan dri pada Allah yang hidup (1 Sam 17:26) Dan Daud maju berperang melawan Goliat dan Daud mengalahkan Goliat. T
            Ketika Daud pergi ke Hebron, orang-orang Yehuda datang dan mengurapi Daud menjadi Raja atas Kaum Yehuda (2 Sam 2:4, 11). Daud secara resmi menjadi Raja 15 Tahun setelah Nabi Samuel pertama kali mengurapinya (1 Sam 16:13) ketika umurnya sekitar 15 Tahun. Karena dikejar-kejar oleh Saul, Daud memulai kehidupan pelarianya selama 10 tahun sejak ia berusia 20 Tahun.[40]
III.            Rafleksi Masa Kini
Penyaji merefleksikan dengan tahbisan yang dilakukan oleh gereja GBKP sesuai dengan peraturan tata gereja yang ada, Yaitu
Tahbisan di GBKP
(a). Tahap Penahbisan Pertua dan Diaken
            Pemilihan Pertua dan diaken dilaksanakan pada hari minggu, segera setelah selesai kebaktian minggu di runggun tersebut. Yang berhak memilih adalah warga sidi yang terdaftar pada runggun yang bersangkutan dan tidak sedang dalam pengembalaan Khusus. Calon pertua dan diaken yang tidak hadir dalam pelaksanaan pemilihan tersebut tetap dapat dipilih karena telah membuat surat pernyataan tentang kesediaan dipilih menjadi pertua atau diaekan. Calon yang mengundurkan diri setelah pembuatan surat peryataan tentang kesediaanya dipilih menjadi pertua atau diaken dikenakan pengembalaan Umum. Pengunduran diri calon harus dinyatakan secara tertulis dan disampaikan kepada Majelis Runggun. Pemilihan dilakukan secara tertutup dengan mengunakan kertas suara. Perhitungan suara dilakukan di depan warga gereja pada hari itu juga dan kertas pemilihan harus disimpan sebagai bukti sampai pada hari Penahbisan/ pengukuhan. Hasil pemilihan di umumkan dalam dua hari kebaktian minggu berturut-turut.
            Sebelum ditahbiskan atau di kukuhkan dalam jabatan pertua dan diaken, maka pertua dan diaken terpilih harus mengikuti pembekalan yang diselengarakan Majelis Klasis dengan materi Khusus yang kontekstual oleh Majelis Klasis yang bersangkutan. Pertua dan diaken terpilih yang telah selesai mengikuti pembekalan diwartakan dalam dua hari kebaktian minggu berturut-turut dan dengan demikian telah siap untuk ditahbiskan.
            Pertua dan diaken yang terpilih untuk pertama kalinya dan yang terputus, ditahbiskan dalam jabatanya. Pertua dan diaken yang terpilih secara berturut-turut dikukuhkan dalam jabatannya. Penahbisan atau pengukuhan pertaua diaken dilaksanakan dalam kebaktian minggu atau Kebaktian hari raya gerejawi. Penahbisan atau pengukuhan pertua dan diaken dilayangkan oleh pendeta. Majelis runggun memberikan surat penahbisan atau surat pengukuhan pertua dan diaken yang disediakan secara sinodal.[41]
            (b). Tahbisan Pendeta
            Moderamen melaksanakan orientasi penahbisan terhadap Vikarris. Moderamen mebuat surat kepususan penahbisan menjadi pendeta terhadap Vikaris yang telah mengikuti orientasi penahbisan dan telah membuat pernyataan tertulis mengenai kesiapan menjadi pendeta GBKP. Kebaktian penahbisan pendeta dipimpin oleh Moderamen dalam kebaktian minggu digedung gereja GBKP setelah sebelumnya diwartakan selama dua hari kebaktian minggu berturut-turut.[42]
          Maka dapat direflekskan tahbisan yang dilakukan oleh GBKP sebagai sebuah perayaan sacral yang bukan hanya sekedar dirayakan tetapi memiliki persiapan yang khusus terlebih dahulu kepada pelayan-pelayan Tuhan yang akan melayani di gereja sehingga tahbisan yang diberikan bukan hanya segelar materai tetapi merupakan sebuah tanggung jawab yang besar bagi seorang pelayan yang mendapat tahbisan karena memili tanggung jawab serta sudah mendapat pembekalan atau pengisian terlebih dahulu agar memahami pekerjaan pelayanan yang akan dilakukan.
          Bahkan diumumkan beberapa kali di gereja agar setiap orang mengerti dan memahami tugas pelayanan di gerja tersebut, bukan hanya sekedar dilantik tetapi setiap elemen jemaat mendukung para pelayan yang akan dilantik dan menaruh harapan agar mereka melakukan pekerjaan pelayanan yang sudah diberikan kepada mereka dengan selalu tunduk kepada Allah. Terlihat dari penumpangan tangan dengan nama “Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus” sebagai sebuah materai bahwa setiap pelayan Tuhan dilantik harus hidup dan bekerja dalam Tuhan dan bukan hanya sekedar melakukan tetapi harus menghidupi panggilan yang sudah Tuhan tentukan pada tiap-tiap pribadi para pelayan baik pertua/diaken ataupun pendeta.

IV.            Kesimpulan
Imam berhubungan erat dengan ibadat kepada Allah serta imam adalah menjadi perantara antara Allah dan umat-Nya. Ada Raja memiliki tugas mengatur pemerintahan dalam hal politis Tuhan itu Raja namun Ia meneyarhkan tugas tersebut kepada raja dengan janji penyertaan dan menuntut agar kehendak-Nya dihormati demi keamanan, keailan, dan kesejahtraan masyarakat, Tugas seorang raja di Israel mirip dengan tugas raja-raja lain di Timur Tengah Kuno. Diantaranya patuh pada Allah, menambah kemakmuran masyarakat, menegakkan keadilan pada semua golongan termasuk janda-janda.
Nabi (prophets) memiliki makna yang berbeda dalam masyarakat, disebut orang pilihan Allah, pelihat, pewarta sehingga melalui ini citra terlihat nabi menjalankan suau peran yang dinamis di tengah masyarakat Israel. nabi-nabi adalah juru bicara Allah. Minyak biasanya diapkai sebagai media ini juga dipakai untuk mengurapi orang-orang untuk pelantikan tugas keimanan, serta  dipakai untuk mengurapi pada pelantikan seorang imam yang naik tingkat/dipilih menjadi imam besar. Maka makna imam, raja, dan nabi sebagai pelayan Allah melalui wilayah kerjanya masing-masing menjadi suatu kemuliaan bagi Allah ehingga harus mendapat kelayakan dan pengudusan bagi Allah sebelum melakukan tugas-tugas tersbut bagi kemuliaan Allah
Di refleksikan melalui masa kini tahbisan tidak memiliki esensi yang berbeda tetapi proses dan cara yang berbeda tetai pemaknaan yang sama yaitu menguduskan dan melayakkan pelayan Tuhan sebelum melakukan pekerjaan-pekerjaan Allahdalam setiap pekerjaan. Gereja GBKP memaknai sebagai sebuah perayaan sakral yang bukan hanya sekedar dirayakan tetapi memiliki persiapan yang khusus terlebih dahulu kepada pelayan-pelayan Tuhan yang akan melayani di gereja sehingga tahbisan yang diberikan bukan hanya segelar materai tetapi merupakan sebuah tanggung jawab yang besar bagi seorang pelayan yang mendapat tahbisan karena memili tanggung jawab serta sudah mendapat pembekalan atau pengisian terlebih dahulu agar memahami pekerjaan pelayanan yang akan dilakukan.
V.              Daftar Pustaka
               [1] Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta:BPK-GM,1981), 162-163
               [1] A. Heuken, Ensiklopedia Gereja, (Jakarta:Cipta Loka Caraka,1992), 72
               [1] S.M. Siahaan, Pengharapan Mesias Dalam Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM,2015), 14-16
               [1] Philip J. King & Lawrence E. Stager, Life In Biblical Israel, (USA: Westminster John Knox Press,2001), 366
[1] S.Wismoady Wahono,Di sini Kutemukan, 193.
[1] Johs Pedersen,Israel: its Life and Culture,(Copenhagen: Branner Og Korch,1963),158.
[1] J,Blommendal,Pengantar Perjanjian Lama,(Jakarta:BPK-GM,2001),55.
[1] H.H.Rowley,Ibadah Israel Kuno (Worship in Ancient Israel),(Jakarta:BPK-GM,2004),76.
[1] W.S.Lasor,F.W.Bush,D.A.Hubbard,Pengantar Perjanjian Lama 1,(Jakarta:BPK-GM,2012),219.
[1] S.Wismoady Wahono,Di sini Kutemukan, 193.
[1] Robert M. Paterson, Tafsiran Kitab Imamat,(Jakarta:BPK-GM,1997),145.
[1] F.L.Bakker,Sejarah Kerajaan Allah 1, 363.
               [1] W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.w. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta;BPK-GM,2012), 219
[1] W.R.F.Browning,Kamus Alkitab,(Jakarta:BPK-GM,2010),149.
[1] F.L.Bakker,Sejarah Kerajaan Allah 1,(Jakarta:BPK-GM,2007),363.
[1] Robert M. Paterson, Tafsiran Kitab Imamat,112-115.
[1] S.Wismoady Wahono,Di sini Kutemukan,(Jakarta:BPK-GM,2004),193.
[1] Chistoph Barth,dkk,Teologi Perjanjian Lama 2, 64.
               [1] David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2001), 127-130
               [1] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:Gandum Mas,2008), 315              
               [1] C. Groenen OFM, Pengantar ke dalam perjanjian baru, (Yogyakarta:Kanisius,1992), 65
               [1] Chrstoph Barth&Marie Claire Barth, Teologi Perjanjian lama 2, (Jakarta:BPK-GM,2012), 62-75
[1] Dyrenes A.William,Agar Bumi Bersukacita,(Jakarta:BPK-GM,2004),23.
               [1] St. Darmawijaya Pr, Warisan Para Nabi, (Yogyakarta:Kanisius,1992), 18
               [1] W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar, 273
               [1] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, (Jakarta:BPK-GM,2009), 13
[1] David.F. Hinson,Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab,(Anggota IKAPI :BPK_GM,2004),130.
[1] Agus Jetron Saragih,Kitab Ilahi,(Medan:Bina Media Perintis,2016),130.
[1] Agus Jetron Saragih,Kitab Ilahi,(Medan:Bina Media Perintis,2016),164-165.
               [1] T. Augustin Spark, Pelayanan Nubuatan, (Jakarta:Yayasan pekabaran Injil Immanuel,2002), 16-19
[1]  Aldof Heuken,  Ensiklopedia Gereja Jilid IV, (Jakarta: Yayasan cipta Loka Caraka, 1994,336)
[1]  W.J.S. Poerwadarmita,Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka,1988 ), 504
[1] G, Johannes,  The Dictionary Of Old Tastemen Volume IX, (Grand Rapids, William B, Eardamans Publishingg Company, 1988, 44-45)
               [1]http://www.sabda.org/c3i/book/export/html/4996, diunduh tanggal 29-04-2018, jam:18.00 
[1]  Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama ,( Yogyakarta : Kanisius, 2002 ),110
[1]   Christoph Barth & Marie Claire Barth Frommel,Teologi Perjanjian Lama 2(Jakarta ; BPK-Gunung Mulia, 2012) ,68-69
[1] Robert M. Paterson,  Tafsiran Alkitab kitab Imamat, ( Jakarta: BPK-Gunung Mulia) ,111-144
[1] Abraham Park, Pelita Perjanjian yang tak terpadamkan,(Jakarta: Grasindo, 2013) ,236-237 
[1]   Christoph Barth & Marie Claire Barth Frommel,Teologi Perjanjian Lama 2(Jakarta ; BPK-Gunung Mulia, 2012),65
[1] Abraham Park, Pelita Perjanjian yang tak terpadamkan,(Jakarta: Grasindo, 2013),   241-242
[1]  Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP,(Kabanjahe; abdi Karya; 2015), 107-108
[1]Ibid, 116

.



               [1] Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta:BPK-GM,1981), 162-163
               [2] A. Heuken, Ensiklopedia Gereja, (Jakarta:Cipta Loka Caraka,1992), 72
               [3] S.M. Siahaan, Pengharapan Mesias Dalam Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM,2015), 14-16
               [4] Philip J. King & Lawrence E. Stager, Life In Biblical Israel, (USA: Westminster John Knox Press,2001), 366
[5] S.Wismoady Wahono,Di sini Kutemukan, 193.
[6] Johs Pedersen,Israel: its Life and Culture,(Copenhagen: Branner Og Korch,1963),158.
[7] J,Blommendal,Pengantar Perjanjian Lama,(Jakarta:BPK-GM,2001),55.
[8] H.H.Rowley,Ibadah Israel Kuno (Worship in Ancient Israel),(Jakarta:BPK-GM,2004),76.
[9] W.S.Lasor,F.W.Bush,D.A.Hubbard,Pengantar Perjanjian Lama 1,(Jakarta:BPK-GM,2012),219.
[10] S.Wismoady Wahono,Di sini Kutemukan, 193.
[11] Robert M. Paterson, Tafsiran Kitab Imamat,(Jakarta:BPK-GM,1997),145.
[12] F.L.Bakker,Sejarah Kerajaan Allah 1, 363.
               [13] W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.w. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta;BPK-GM,2012), 219
[14] W.R.F.Browning,Kamus Alkitab,(Jakarta:BPK-GM,2010),149.
[15] F.L.Bakker,Sejarah Kerajaan Allah 1,(Jakarta:BPK-GM,2007),363.
[16] Robert M. Paterson, Tafsiran Kitab Imamat,112-115.
[17] S.Wismoady Wahono,Di sini Kutemukan,(Jakarta:BPK-GM,2004),193.
[18] Chistoph Barth,dkk,Teologi Perjanjian Lama 2, 64.
               [19] David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2001), 127-130
               [20] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:Gandum Mas,2008), 315 
               [21] C. Groenen OFM, Pengantar ke dalam perjanjian baru, (Yogyakarta:Kanisius,1992), 65
               [22] Chrstoph Barth&Marie Claire Barth, Teologi Perjanjian lama 2, (Jakarta:BPK-GM,2012), 62-75
[23] Dyrenes A.William,Agar Bumi Bersukacita,(Jakarta:BPK-GM,2004),23.
               [24] St. Darmawijaya Pr, Warisan Para Nabi, (Yogyakarta:Kanisius,1992), 18
               [25] W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar, 273
               [26] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, (Jakarta:BPK-GM,2009), 13
[27] David.F. Hinson,Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab,(Anggota IKAPI :BPK_GM,2004),130.
[28] Agus Jetron Saragih,Kitab Ilahi,(Medan:Bina Media Perintis,2016),130.
[29] Agus Jetron Saragih,Kitab Ilahi,(Medan:Bina Media Perintis,2016),164-165.
               [30] T. Augustin Spark, Pelayanan Nubuatan, (Jakarta:Yayasan pekabaran Injil Immanuel,2002), 16-19
[31]  Aldof Heuken,  Ensiklopedia Gereja Jilid IV, (Jakarta: Yayasan cipta Loka Caraka, 1994,336)
[32]  W.J.S. Poerwadarmita,Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka,1988 ), 504
[33] G, Johannes,  The Dictionary Of Old Tastemen Volume IX, (Grand Rapids, William B, Eardamans Publishingg Company, 1988, 44-45)
               [34]http://www.sabda.org/c3i/book/export/html/4996, diunduh tanggal 29-04-2018, jam:18.00
[35]  Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama ,( Yogyakarta : Kanisius, 2002 ),110
[36]   Christoph Barth & Marie Claire Barth Frommel,Teologi Perjanjian Lama 2(Jakarta ; BPK-Gunung Mulia, 2012) ,68-69
[37] Robert M. Paterson,  Tafsiran Alkitab kitab Imamat, ( Jakarta: BPK-Gunung Mulia) ,111-144
[38] Abraham Park, Pelita Perjanjian yang tak terpadamkan,(Jakarta: Grasindo, 2013) ,236-237 
[39]   Christoph Barth & Marie Claire Barth Frommel,Teologi Perjanjian Lama 2(Jakarta ; BPK-Gunung Mulia, 2012),65
[40] Abraham Park, Pelita Perjanjian yang tak terpadamkan,(Jakarta: Grasindo, 2013),   241-242
[41]  Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP,(Kabanjahe; abdi Karya; 2015), 107-108
[42]Ibid, 116