Imam, Raja, Nabi Dalam Perjanjial Lama
Jabatan Imam, Raja,
Nabi Dalam Perjanjial Lama
serta
hubungannya dengan
tradisi pengurapan (penahbisan)
I.
Pendahuluan
Dalam
jaman sekarang ini memang tidak adalagi jabatan Raja di negara kita ini. Karena
memang minyak Urapan itu di hususkan kepada Raja dan Imam dalam jabatanya. Para
Imam besar dan Raja yang pantas di urapi di dalam perjanjial Lama, dikarenakan
dia dihususkan bagi Allah jadi setiap orang pemimpin itu berbeda kedudukanya
dari pada yang lain. seperti Raja bangsa Israel misalnya dia akan di urapi
sebelum menjadi raja di urapi dengan minyak urapan yang Khusus yang tidak
sembarang orang bisa dapatkan.
Tetapi
memang jabatan sebagai pelayan gereja memang pada konteks dan Zaman sekarang
ini masih ada. Dan apakah memang jabatan para pelayan pada zaman sekarang ini
juga bagi Allah sama khusus di hadapa-Nya, sehingga mereka juga harus
ditahbiskan sesudah pemilihan dan sebelum Pelayanan mereka di Gereja. Apakah
sama Makna Tahbisan Pelayan gereja dengan pengurapan dengan minyak urapan di
Perjanjian Lama. Dan Apakah maknaya Minyak urapan dan Tahbisan itu sehingga itu
dilakukan sebagai upacara atau kegiatan Agamawi dan dirayakan dan diberlakukan
baik di perjanjian Lama maupun pada sekarang ini.
Dan
apakah itu sebagai wibawa seorang raja atau pelayan gereja, mengapa Calon
Pendeta, Colegium Pastoral 1 atau 2 , Detaser, Mangang, dan Mahasiswa Teologia
dan Vikaris tidak dapat memberkati jemaat sebelum mereka Ditahbiskan?.
Oleh
sebab itu saya mengundang teman-teman fokus kepada pemaparan paper ini sehingga
kita melihat masalah nya dan menjadi kan ini pengetahuan dan wawasan baru bagi
kita semua.
II.
Pembahasan
2.1. Arti dan Makna Jabatan Imam dalam Perjanjian
Lama
Imam
dalam perjanjial lama disebut dengan sebutan Kohen yang berarti berdiri. Istilah ini hanya digunakan untuk Imam
Allah. Kata Kohen dalam agama Israel
dipakai dalam jabatan resmi seorang yang melayani Tuhan sehingga Imam
berhubungan erat dengan ibadat kepada Allah, mengawasi kemah suci di bait
Allah, melaksanakan peradilan dan mengajar rakyat (Ul 33:10; Yer 18:18). Imam
juga merupakan seorang pelayan Tuhanyang bertugas untuk menjalankan dan
mengawasi jalannya persembahan di Bait Suci serta menjalankan ibadat umat.[1]
2.1.1.
Sejarah
Perkembangan Imam dalam Perjanjian Lama
Dalam
perjanjian lama ula-mula kepala keluarga atau suku menjalankan fungsi Imam yang
artinya mempersembahkan kroban-korban, namun terkhusus keluarga Harun dari suku
Lewi menjalankan fungsi Imam tersebut untuk seluruh bangsa Israel di bait
Allah. Fungsi-fungsi imam dilakukan oleh kaum Lewei denga proses pewarisan
dalam keluarga, tugas pokoknya mngajar agama atau taurat, mempersembahkan
korban-korban dan mengurus bait suci.[2]
Harun
dan Eleaser serta anak-anaknya adalah perintis Imam (Bil 27:21) dengan diurapi
sehingga memiliki otoritas atas pejabat pejabat biasa. Pada masa raja-raja
keturunan daud memegang kuasa yang besar dalam urusan bait Allh, bukan hanya
menguasai soal-soal material tetaoi juga soal-soal kepemimpinan dalam ibadah.Lalu
pada masa raja Uzia.
2.1.2.
Makna
Jabatan Imam dalam Perjanjian Lama
Tugas
para Imam pada masa itu antara lain:
a.
Melayani Yahweh di
tempat-tempat suci (1 Sam. 2-3)
b.
Memberkati rakyat atau
bangsa (Bil. 6:22-26; Ul. 10:8)
c.
Mengajarkan hukum
Taurat (Yer. 8:18; Hag. 2:11; Mal 2:6-7)
d.
Memelihara
tempat-tempat suci (Kel 21:12-14; Bil 35; Yos 21:13-19).
Pada masa itu, para Imam tidak bergabung dalam suatu
organisasi dan setiap Imam bekerja dan berdiri sendiri. Jabatan Imam diwariskan
turun-temurun. Para Imam inu sudah ada dalam masyarakat Israel sebelum
peristiwa Sinai (Kel 19:22-24). Dengan pembangunan bait suci oleh Salomo, maka
posisi Imam Yerusalem menjadi sangat kuat. Mereka menjadi pemelihara dan
pembawa damai, tetapi mereka tidak pernah mengklaim sebagai orang yang dikuasai
Roh Allah (ruakh Yahweh) karena
jabatan mereka sebagau mulut Yahweh
memmbuat mereka harus dipatuhi bangsa Israel. Maka dai itu para Imam juga
bertugas mengajarkan hukum Allah atau Torah
kepada seluruh Israel[3]
Proses benda ritual dalam bait Allah tersebut
terjadi di altar, dimana Imam menyembelih dan mengorbankan korban hewan, lalu
benda-benda lain yang diberikan pada imam seperti benda-benda cair yang
dituangkan dan padi-padian juga dibakar di tempat tersbut. Setelah dilakukan
persembahann kepada Allah maka ada persembahan yang akan disantap bersama,
namun juga Imam melakukan persembahan kurban terlebih dahulu (1 Raj.3:3)
sebagai tanda bahwa imam melakukan hal itu sebeum melakukan praktik persembahan
atau penyembelihan hewan sebagai tanda ucapan syukur atau penghapusan dosa
setiap umat Israel yang datang.[4]
Tugas imam juga adalah menjadi perantara antara
Allah dan umat-Nya. Mereka mempersembahkan korban kepada Allah, berdoa untuk
rakyat (doa syfaat) dan memberkati rakyat atas nama Allah dengan memakai
perkataan-perkataan seperti yang terdapat dalam Bilangan 6:24-26.[5]
Tugas Imam sebagai pelayan di tempat suci menghubungkannya dengan
persembahan-persembahan yang diberikan oleh para uamt.[6]
Hanya imam yang diperbolehkan masuk ke Ruang Kudus untuk mempersembahkan korban
dan menyalakan kandil. Pada hari mereka meniup serunai perak. Mereka harus
memberi pertimbangan, apakah dapat dianggap bersih seseorang yang tadinya
dianggap najis; dalam perkara-perkara kecemburuan mereka meminta keputusan
Allah.[7]
Dalam perkara-perkara sulit mereka memberi nasihat, oleh karena mereka mahir
dalam hukum Allah.[8]
Dalam hal korban penghapusan dosa, baik korban yang
dipersembahkan imam untuk dosanya sendiri maupun untuk seluruh jemaat, imam
tidak boleh mengambil bagian, kerena ia bertindak sebagai imam dan orang dosa.
Dalam hal itu, ia membawa bagiannya keluar perkemahan dan membakarnya.
Sedangkan korban keselamatan tidak menyangkut dosa pembawa persembahan sehingga
pembawa persembahan maupun imam mengambil bagiannya. Tanggung jawab imam untuk
mengajar umatdan hukuman atas mereka bila mereka gagal melaksanakan tugas itu.[9] Imam juga bertanggung jawab atas segala acara
dan upacara persembahan di bait atau tempat suci. Ia hidup dari sebagian
persembahan yang dipersembahan oleh umat. Namun demikian korban dan
mempersembahkan korban bukanlah urusannya yang utama. Bahkan pada zaman dahulu
setiap kepala keluarga dapat mempersembahkan korban mereka langsung kepada
Allah.[10]
Namun secara khusus ditekankan bahwa eksistensi para
imam merupakan satu golongan atau kelompok yang memiliki kedudukan dan fungsi
khusus dalam bidang keagamaan umat Israel.[11]
dari suku-suku Israel, kaum Lewilah yang termasuk dalam golongan imam. Secara
sosial keagamaan para imam juga memiliki tanggung jawab moral dan spiritual.
sehubungan dengan kedudukan dan fungsi para imam, maka para imam juga terikat
pada norma-norma hidup atau memelihara kekudusan hidupnya sebagai mediator
religius antara umat dan Allah.[12]
Imam juga diwajibkan menjaga agar api tetap menyala
di atas mezbah (Im. 1:7) sehubungan dengan upacara penerimaan kurban bagi
pendamaian. Selanjutnya ebih jelas lagi ketik terjdi penyembelihan hewan, imam
menampung darahnya dalam wadah lalu memercikkan sebagian ke sekeliling mezbah
dan menempatkan selebihnya di bagian bawah mezbah.[13]Bagian
yang harus dibakar setelah di cuci, diletak di atas mezbah. Untuk korban
bakaran seluruh hewan (kecuali kulitnya) harus di bakar; tetapi untuk
korban-korban lainya, sebagian korban itu menjadi bagian korban dan boleh
dimakan olehnya. [14]
Sejalan dengan persembahan korban imam juga memiliki
otoritas yang diberikan oleh Allah untuk bertindak sebagai wakil Allah untuk menyampaikan berkat kepada umatnya. Rumusan
terakhir dari berkat yang harus dilaksanakan seorang imam terdapat dalam kitab
Bilangan 6:24-26 disana di katakana: TUHAN
memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan
wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya
kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.[15]
Berkat itu diberikan oleh imam atau imam besar atas nama Allah oleh karena
Allah sendirilah sumber dari segalanya berkat yang dibutuhkan oleh manusia.
Berkat yang disampaikan oleh imam hanya berlaku terhadap orang-orang yang layak
menerimanya yaitu orang-orang (Israel)
yang menuruti perintah-perintah dan kemauan Allah.[16]
Iman adalah orang ynag ahli dalam soal-soal ibadah.
Untuk itu diperlukan pengetahuan khusu. Ia memberikan bimbingan dan
putusan-putusan mengenai soal-soal upacara keagamaan dan hukum. Apabila kalau
ada kasus hukum yang berat. Ia adalah pelaksana dan mengajar pelaksaan hukum
Allah. Ucapan-ucapannya bersumber pada dua wilayah Ilahi, yaitu tradisi imamat
dan penggunaan batu undi kudus (Urin dan Tumin). Ucapan-ucapannya akan
memberikan jawaban Ilahi terhadap pernyataan-pernyataan yang di ajukan
kepadanya. Ia adalah bapa dan penasehat umat Allah. Ialah yang bertanggung
jawab atas segala acara dan upacara persembahan di Bait Allah atau tempat suci.[17]
2.2. Arti Jabatan Raja dalam Perjanjian Lama
Dalam
bahasa Ibrani, raja berarti “Mengankat
seorang raja” adalah bentuk kausatif, yakni himlik,
dari kata kerja malak . Allah juga
dikatakan memilih ( ibr. bakhar)
orang yang akan diangkat, (demikian 1 Sam.10:24 tentang Saul, dan 1 Sam.
16:8-10; 2 Sam. 6:21; 1 Raj. 8:16; 11:34; 1 Taw. 28:4; Mzm 78:20; 2 Taw.
6:5-6tentang Daud). Ulangan 17:15 menetapkan bahwa hanya seorang yang sudah di
pilih Tuhan dapat diangkat sebagai Raja. Raja dapat disebut “orang pilihan
Tuhan” (Saul, 1Sam. 10:24; Daud, Mzm. 89:4). Ketika masyarakat Israel
mengangkat raja (2 Sam. 2:4; 5:3; Raj. 8:1), atau dalam ungkapan “seluruh
bangsa menjadikan seseorang raja” (mis Saul, 1Sam. 11:15; Rehabeam, 1 Raj.
12:1; Yerobeam, 1 Raj. 12:20; Omri, 1 Raj. 16:16 dll). atau juga mengurapi
raja, maka tindakan tersebut selalu disusul dengan pengangkatan oleh Tuhan.
Makna kenyataan ini baru jelas bila kita memperhatikan adanya pemberian Roh
Tuhan, terutama yang diterima oleh Saul dan Daud.[18]
Masyarkat
Israel meyakini bahwa penguasa tertinggi ialah Allah Yahwe, namun karena
banyaknya tuntutan yang terjadi oleh bangsa Israel maka Nabi Samuek setuju
bahwa ada seorang raja di Israel yang memiliki makna bahwa raja tersebut tidak
memerintah secara mutlakRaja-raja pertama di Israel mempunyai tugas politis,
yaitu mempersatukan keduabelas suku Israel menjadi satu bangsa, dan memperkuat
mereka dalam melawan musuh-musuh Israel namun pekerjaan ini juga mempunyai
maksud keagamaan juga.
Pemilihan
raja bermula ketik para hakim tidak berhasil mempertahankann secara tetap
kemanan Israel dari gangguan-gangguan musuh sehingga dengan harapan raja akan
berhasil mempertahankan kemanan sekitar dan mengalahkan musuh-musuh mereka, maka
dari itu pengangkatan seorang raja harus mendapat persetujuan dari Allah.
Raja-raja yang telah terpilih akan diurapi sebagai tanda bahwa mereka adalah
hamba Allah , sehingga kebehasilan raja dalam peperangan dipandang sebagai
bukti bahwa raja itu benar-benar dipilih dan ditunjuk oleh Allah (1 Sam 13:14).
Raja yang berkenan dihadapan Allah akan memiliki perjanjian khusus sehingga ikatan prjanjian dengan Allah akan
menjadi perjanjian layaknya Daud dan keluarganya yang akan memerintah
Israel (2 Sam 7:16).[19]
Dalam
periode Hakim-Hakim, Tuhan membangkitkan dan memberi kuasa kepada orang-orang
tertentu untuk melaksanakan tujuan Tuhan, bahkan umat pada zaman Samuel
memnadang jabatan raja sebagai jabatan yang lebih permanendan membuat umat
tidak bergantung pada Allah sehingga dalam hal ini Allah murka. Janjia Allah
kepada Abraham telah dijanjikan keturunan yang akan menjadi raja-raja (Kej 17:6), namun umat Israel salam
menganggap bahwa raja menggantikan posisi Tuhan dalam memimpin kehidupan
mereka. Allah menganugrahkan jabatan raja sebagai sarana menunjukkan teokrasi
berfungsi dan tidak tergantikan dalam kehidupan umat Israel.
Latar
belakang pengangkatan raja dimulai dari kebutuhan masyarakat Israel akan
pemimpin yang mampu memperthankan keamanan dn mengatur masyarakat ke dalam
pimpinan pemerintah. Maka dari itu tua-tua Israel datang menjumpai Samuel
membicarakan hal tersebut (1 Sam 8:20), sehingga akhirnya muncullah
kepemimpinan raja-raja yang memerintah Israel dari tahun 1016-721 s.M (Israel
Utara dan 586 s.M (Yehuda). Ketika masyarakat Israel mengangkat raja, maka
tindakan ini selalu disusul dengan pengangakatan oleh Tuhab sehingga dengan
jelas terlihat bahwa Raja yang diangkat dan dupilih diberikn Roh Tuhan Pemilihan Tuhan atas raja tidak mengikut
pertimbangan yang lazim biasanya, namun itu otoritas tuhan yang menyatakan
keputusan melalui Roh-Nya.[20]
2.2.1.
Makna
Jabatan Raja dalam Perjanjian Lama
Raja
memiliki tugas mengatur pemerintahan dalam hal politis dimana hal pertahanan
diri terhadap Negara-negara besar menjadi tugas politis yang menaikkan harga
diri seorang raja, karena raja yang sukses adalah raja yang mampu memperthankan
eksistensi kerajaannya. Hubungan antar kerajaan serta luar negeri menjadi tugas
lain sebagai raja dimana hubungan politik dan pertukrn kebudayaan serta
agama-agama kerajaan sekitar seing menjadi hubungan yang dilakukan oleh raja.[21]
2.2.2.
Proses
Pemilhan Raja dalam Perjnjian Lama
Raja
yang ditunjuk Allah atas otoritas Allah sendiri harus diperkenalkan kepada
pemimpin masyarakat dan rakyat, dan diangkat sebagai pemerintah yang sah
melalui acara yang lazim dalam lingkungan budaya. (Pelantikan Saul. Lih. 1 Sam.
10:17-26). Setelah itu terdapat proses pengurapan dengan pengolesan minyak yang
dianggap sebagai zat yang memberikan kekuatan dan wibawa. (2 Sam.2:4; 1 Raj:39;
2 Raj. 23:30). Pengurapan ini selalu bermakna politis, meskipun pengurapan
dilkukan di hadapan Tuhan dan dipersembahkan kurban pada Allah Para tua-tua, kepala suku, imam, dan rakyat
hadir dalam upacara yang menagangkat kepala Negara dan akn bertanggung jawab
atas kemanan dan kesejahtraan bangsanya.
Untuk
menjalankan tanggung jawab itulah maka diperlukan berkat Tuhan bagi yang
digelari “raja yang diurapi Tuhan”. Pemgurapan seorang raja Israel biasanya
berlangsung dengan persetujuan para wakil rakyat sebagai syarat dan dasar
hukumnya sehingga calon raja mengangkat semacam “sumpah jabatan” (2 Sam 5:3).
Setelah proses ini raja menerima sejenis piagam penghargaan dengan gelar dan
kewibawaan pada hari pelantikan (2 Raj. 11-20). Ssesudah upacara di halaman
bait Allah selesai, raya yang terpilih diantae dengan sorak-sorai ke istana dan
deliahkan duduk di atas takhta dan dari situlah mulai memerintah (1 Raj.
1:46-47).
2.2.3.
Tugas
dan Tanggung Jawab Raja
Tuhan
itu Raja namun Ia meneyarhkan tugas tersebut kepada raja dengan janji
penyertaan dan menuntut agar kehendak-Nya dihormati demi keamanan, keailan, dan
kesejahtraan masyarakat, Tugas seorang raja di Israel mirip dengan tugas
raja-raja lain di Timur Tengah Kuno. Diantaranya patuh pada Allah, menambah kemakmuran
masyarakat, menegakkan keadilan pada semua golongan termasuk janda-janda.
Alah
mengankat raja juga unutk membebaskan bangsa dari ancaman yang membahayakan
bangsa (1 Sam 13:14); serta mempertahankan keamanan terhadap serangan dari luar
negerinya. Seorang raja juga diharapkan bisa menghakimi dengan adil dan
bijaksana karena raja mendapat tugas Allah untuk memberikan keadilan pada orang
lemah dan yatim piatu, membela hak orang sengsara dan orang yang kekurangan
(Mzm 82:3), dan mengusahakan keadilan dan mengendalikan orang kejam (Mzm.
82:3). Ada juga raja diharapkan dapat menunjang kesejhatraan dengan menentukan
syarat-syara di mana ekonomi dan budaya dapat berkembang.sehingga umat Israel
merasakan kemanan dan damai tanpa ertentanga dengan adanya keadilan serta
berkat dalam pengetian bahwa raja adil dalam perkara pekerjaan dan hal-hal lain
yang mendukung kesejahtraan masyaraka.[22]
2.3.
Arti Jabatan Nabi dalam Perjanjian Lama
Secara Etimologi kata nabi berasal dari bahasa
Ibrani “navi- נניא”. Kata navi artinya seseorang yang dipanggil
ataupun seorang yang memanggil yakni kepada manusia atas nama Allah.[23]Para
nabi (prophets) memiliki makna yang
berbeda dalam masyarakat, disebut orang pilihan Allah, pelihat, pewarta
sehingga melalui ini citra terlihat nabi menjalankan suau peran yang dinamis di
tengah masyarakat Israel. Namun identitas ciri sorang nabi tidaklah
berbeda-beda dalam kehidupan namun seruan proklamasi atau seruan kata menjadi
suatu ciri khas pengajaran serta nubuat kebijaksanaan. Nabi juga dipandang
sebagai reformator sosial dimana berjuang dengan keadilan serta memperingatkan
kesalahan, karena nabi mendapat inspirasi dari Allah yang menyapa batin para
nabi untuk menjadi suara keadilan Allah di tengah masyarakat.[24]
Nabi-nabi terdahulu
seagian besar dari zaman pendudukan Kanaan oleh Israel dan masa awal
kerajaan. Meskipun kisahnya dilanjutkan sampai pada masa pembuangan. Sedangkan
nab-nabi kemudin berasal dari abad-abad akir kerajaan yang terpecah. Nabi-nabi
terdahulu bersifat lebih historis bahkan
kalaupun memakai runtutan searah belum ada gambaran jelas rekonstruksi kisah nabi-nabi terdahulu.
Sebaliknya, nabi-nabi kemudian lebih bersifat
profetik artinya mengandung lebih banyak pemberitaan nabi-nabi suatu
unsur yang hamir tidak ada dalam nabi-nabi terdahulu.[25]
Kata Ibrani Nabi.. biasanya digunakan untu
menyebutkan beberapa orang yang berbeda, yang memainkan peranan yang berlainan
dalam kehidupan agama Israel. Jenis-jenis orang itu adalah
a.
Pelihat-pelihat:
Para pelihat adalah orang yang mampu “melihat” dan menafsirkan kebenaran masa
lampau, masa kini, masa depan sehingga mereka mendapat bayaran atas jasanya
(Bil 22:7; 1 Sam. 9:6-8). Pengetahuan mereka yang mendalam dan yang khusus itu
adalah pemberian Allah (1 Sam 3:15), sehingga pelihat menerima pernyataan Allah
dan enyampaikan kebenaran kepada sesamanya bahkan orang-orang Israel melihat
kata-kata para Pelihat itu benar sehingga sangat disegani di Israel.
b.
Rombongan
Nabi: Mereka adalah kelompok orang yang
biasanya hidup bersama-sama di suatu tempat ibadah seperti di Gilgal dan di
Gibea (2 Raj. 4:38; 1 Sam 10:10; 2 Raj 3:5). Rombongan nabi-nabi menegaskan
bahwa mereka dapat menyampaikan suatu pesan yang mereka terima dari Allah
sebagai pesan yang benar (1 Raj 22:6). Mereka agaknya tidak selalu disegani,
bahkan Amos sendiri menolak disamakan dengan mereka (Am 7:14). Walaupun
demikian ada diantara mereka yang dipakai benar-benar oleh Allah dan hanya baru
bernubuat setelah diilhami oleh-Nya.
Akan tetapi ada pula dari antara
rombongan-rombongan nabi-nabi seperti diatas yang berpura-pura mengalami
kepenuhan roh dan sekalipun tidak ilham dari Allah mereka bernubuat untuk
memperoleh bayaran dari orang-orang yang memerlukan nubuat-nubuatnya (Yes 28:7;
Yer 5:31).
c.
Nabi-nabi
Perorangan: Nabi-nabi inilah yang memiliki sebutan
“nabi Allah”, Misalnya Natan, Elia, Yesaya, Yehezkiel, Hagai, Maleakhi, dan
lain-lain. Ternyata nabi perorangan memiliki peran penting meskipun ada
raja-raja yang dipilih dan diurapi namun terkadang raja sering mengabaikan
tanggung jawab dan meyelahgunakan
kekuasaan sehingga keadaan ini para nabi sebagai jurubicara Allah mengecam dan
memperingatkan raja-raja tersebut. Para nabi ini bertindak sebagai pembimbing
dan penasihat raja, jkalau raja tersebut ingin mengetahui apa kehendak Allah
yang harus dilaksanakannya.. Misalnya Daud ketika bermaksud membangun Bait
Allah berkonsultasi dengan Nabi Natan
terlebih dahulu (2 Sam 7:1-7).
Dalam
Perjanjian Lama, pemanggilan nabi sebagai hamba Tuhan dengan berbagai cara
diantaranya:
1.
Allah mendatangi
orangnya, serta menyatakan diri-Nya dengan perkataan maupun dengan penglihatan,
untuk memberitahukan bahwa Ia bertindak dan alasan Ia bertindak.
2.
Allah mempercayakan
firman-Nya kepada para nabi, yakni dengan memerintahkan nabi untuk membahasakan
serta menyampaikan kepada umat yang harus mengetahuinya.
3.
Allah mencukupi
ketidakmampuan para nabi dengan memberikan rohNya yang kudus, dengan janji
penyertaanNya serta berbagai jenis perlengkapan yang Allah berikan.[26]
2.3.2.
Makna dan Fungsi Nabi dalam Perjanjian Lama
Pada dasarnya nabi-nabi yang terdahulu adalah juru
bicara Allah. Para pendengar dari umat Israel hanya mengiangat bagian-bagian
tertema dari nubuat-nubuat mereka yang ada kaitannya dengan sejarah Israel. Sedangkan
ucapan-ucapan nabi yang terkemudia dicatat oleh murid-muridnya dan dihimpun
menjadi satu kumpulan. Malahan kadang-kadang juga nabi itu sendiri manulis
nubuat-nubuatnya. Walaupun demikian fungsi nabi-nabi ini ialah mempelajari apa
kehendak Allah bagi umat-Nya dan memperingatkan ataupun mendorong umat Allah
sesamanya sesuai dengan situasi. Sesuai dengan namanya nabi itu memiliki fungsi
yaitu sebagai perantara. Peranan inidigambarkan dengan baik dalam Ulangan
5:24-28 yang dimana disini orang Israel mengatakan bahwa mereka telah mendengar
Allah berfirman tetapi Musa harus mengartikan semuanya itu kepada bangsa
Israel.
Nabi adalah perantara yang dipakai untuk membawa
hidup Ilahi ke dalam dunia yang sudah tertutup rapat untuk hidup itu.[27]
Kenabian adalah jabatan rohani yang bertugas dalam hal kerohanian sebagai
penyampai pesan Allah. Isi pesan itu biasanya bersifat peringatan atau hukuman,
berkat dan keselamatan. Sebagai penyampai pesan maka seorang nabi harus
memegang teguh sifat kejujuran. Seorang nabi harus menyampaikan Firman Tuhan
tanpa menambah ataupun menguranginya. Hal ini sering menjadi beban dalam
tanggung jawab kenabian sebab cenderung pesan Allah bertentangan dengan situasi
atau kehendak pendengarnya. Bagaimana nabi menerima pesan dari Allah? sebagai
seorang yang berkuasa atas panggilan Allah maka panggilan itu menjadi dasar
pemberitaan para nabi dalam tugas pemberitaannya. Allah memiliki cara dan
metode yang beraneka ragam dalam memilih nabi tetapi pada hakekatnya pesan yang
diterima sang nabi sering melalui dua cara yaitu: melalui penglihatan dan
pendengaran melalui perkataan-perkataan.[28]
2.3.3.
Ciri-ciri
Nabi
Ada beberapa ciri-ciri seorang nabi,
yaitu:
1. Kurang
sadar (Extasi)
Nabi dalam Alkitab sering berbicara atau
melayani di luar kesadaran. Kesadaran nabi adalah kesadaran dalam Roh,
kesadaran akan kuasa panggilan Allah sehingga kurang menekankan kesadaran diri,
sehingga sebagai pemegang suara kenabiaan perlu intropeksi dari agar lebih
memiliki kesadaran roh.
2. Panggilan
Para nabi adalah orang yang dipanggil
oleh Allah. Panggilan nabi lebih bersifat khusus atau pribadi dari pada
tahbisan dari jabatan. Awalnya Yesaya ragu tetapi dia menerima secara pribadi
3. Kekudusan
Nabi bukan sekedar pelayan di
tengah-tengah umat yang kudus tetapi justru sangat berperan menjaga kekudusan
umat Tuhan. Nabi adalah jabatan yang sangat dekat dengan istilah kekudusan,
melebihi jabatan-jabatan yang ada ditengah-tengah umat Israel.
4. Bernubuat
Sering tugas nabi dilihat sebagai orang
yang mampu bernubuat. Nubuat sering dipahami sebagai kemampuan untuk melihat
keadaan zaman yang akan datang. Salah satu sifat nubuat adalah kenyataan yang
pasti terjadi. Pesan Allah memang untuk keadaan masa depan namun dapat pula
kita katakana masa kini. Apakah ada hubungan masa depan dengan masa kini ?
Pesan Allah untuk masa kini namun dalam terang rencana penyelamatan yang akan
datang.[29]
2.3.4.
Tradisi
Pengurapan Nabi
Tradisi
pengurapan seorang nabi memiliki nilai pengurapan rohani dengan meyakini
pengurapan seorang nabi hanya Roh Allah yang memiliki otoritas dan melaksanakan
hal tersebut. Hanya Roh Allah yang mengatur tujuan Allah secara rihani
mengurapi seorang dan memilih nabi tersebut. Melalu hal ini maka Roh Allah yang
mmprakarsai segala sesuatu dalm pemilihan sehinggamnjadi pendidikan seumur
hidup yang menuntut segala sesuatu diberika melalui pewahyuan. Nabi medapatkan
pendidikan hidup secara langsung dalam kehidupan, terlihat juga bahwa seorang
nabu kembali kepada Allah berkali-kali dan tidak keluar untuk berbicra sampai
Allah memperlihatkan kepadanya hal berikutnya. Karena jabatan nabi bukanlah
jabatan profesi karena sifat pelayanan nabi merupakan nubuatan yang datanya
melalui pewahyuan Allah. Sifat pewahyuan adalah hidup baru dan penuh dengan
semangat Ilahi, sehingga pengurapan seorang nabi adalah pelayanan yang
berotoritas Roh Allah karena pelayanan nabi merupakan pelayanan pewahyuan yang
melihat tujuan Allah sejati dan utama.
Pengurapan
menghasilkan jamahan langsung dari Allah yang berarti berhadapan muka dengan
Allah (Ul. 34:10). Musa menjalani tugas sebagai seorang nabi dengan menjalankan
tugas berdasarkan jati diri alaminya dengan kemampuan, kecakapan, serta
semangat. Musa harus pergi ke padang gurun dan dikosongkan selama empat puluh
tahun.Pada akhir masa empat puluh tahun di padang gurun ia telah menjadi patuh
sehingga terjadi suatu pengajaran dan pengurapan Allah melalui pikiran yang
telah dikosongkan bukan dari kekuatan sendiri. Dari hal ini nabi pengurapan seorang
nabi lebih kepada pengosogam diri dam mengalami penghancuran kehidupan dan
mentalitas jati dirinya dan berganti dengan pernyataan kehendak Allah dalam
dirinya. Seorang nabi yang dipersiapkan dalam masa pemilihan sebagai seorang
nabi mengalami penolakan orang-orang sebangsanya sesuai dengan kedaulatan dan
tujuan Allah untuk menyatakan kedaulatannya kepada seorang nabi yang sudah
dipilihnya[30]
2.4.
Makna Pengurapan (Penahbisan) dalam Perjanjian
Lama
2.4.3.
Pengertian
Pengurapan (Tahbisan)
Kata tasbisan berasal dari bahasa arab yang
memiliki arti “Membuat wasiaat/hibah” dan dalam bahasa Indonesia mendapat arti,
memberkati dan menyucikan untuk keperluan keagamaan.[31]
Niamun di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata yang diterjemahkan, adalah kata kerja yaitu
“Menahbiskan” yang artinya menyucikan (Memberkati) sesuatu (Orang, ) untuk
keperluan agama. [32]Secara
etimologi kata pengurapan diterjemahkan kedalaam bahasa ibrani Masah yang artinya mengosok, meminyaki. Kata ini
muncul sebanyak 68 kali dalam PL, pengurapaan meruaakan sebuah acara atau
peroses membasahi, menggosok, melumasi ataau meminyaki sesuatu, biasanya
mengunakan minyak. [33]
2.4.4.
Hubungan
Praktek Pengurapan(Tahbisan)dengan Makna Raja, Imam, dan Nabi Dalam Perjanjian
Lama
Pengurapan berasal dari kata dalam
bahasa Inggris, to anoint = Mengurapi,
Diurapi = Diolesi atau disiram dengan minyak. Pengurapan mempunyai tujuan.
Seorang diurapi dengan tujuan untuk memegang tugas jabatan tertentu. Daud
diurapi dengan minyak oleh Samuel untuk menjadi raja. Harun diurapi untuk
memegang jabatan imam besar.Dalam kitab
Keluaran 30:22-33 berisi mengenai minyak urapan kudus dimana dilarang membuat
minyak dengan resep campuran ini. Resep ini khusus untuk membuat minyak
urapan.Minyak ini dipakai untuk mengurapi kemah pertemuan dan perkakas-perkakas
kemah pertemuan lainnya.
Minyak ini juga dipakai untuk
mengurapi orang-orang untuk pelantikan tugas keimanan, serta dipakai untuk mengurapi pada pelantikan
seorang imam yang naik tingkat/dipilih menjadi imam besar.Minyak ini tidak
boleh terkena orang-orang awam atau benda-benda biasa. Orang atau benda yang
terkena minyak urapan ini akan menjadi kudus. Orang yang diurapi minyak kudus
ini dikhususkan untuk melayani Allah. Pengurapan dengan minyak selalu dilakukan
untuk orang-orang yang diangkat dalam suatu jabatan tertentu,
Ada
7 Manifestasi Urapan, yaitu
1).
Urapan Pengajaran (I Yohanes 2:26,27)
Sejak
seseorang mengalami kelahiran baru, di dalam dirinya ada urapan pengajaran yang
membuatnya mengerti isi Alkitab yang dibacanya. Urapan ini mengajar kita segala
sesuatu dari kebenaran Kerajaan Allah. Pengajar utama kita bukanlah guru-guru
atau Sekolah Alkitab tetapi urapan pengajaran. Tidak mustahil seseorang
memahami isi Alkitab dan menjadi hamba Tuhan tanpa pernah sekolah Alkitab, asal
ia setia belajar dari urapan Roh Kudus.
2).
Urapan Air (Yoh 7:37-39)
Dari dalam hati seseorang yang telah dilahirkan baru ada mata air yang hidup yang mengalir keluar dan mampu menghidupkan jiwa orang lain atau menyembuhkan penyakit atau menghidupkan organ tubuh yang telah tak berfungsi. Urapan air yang kuat dirasakan sebagai air dingin yang membuat seseorang menggigil.
Dari dalam hati seseorang yang telah dilahirkan baru ada mata air yang hidup yang mengalir keluar dan mampu menghidupkan jiwa orang lain atau menyembuhkan penyakit atau menghidupkan organ tubuh yang telah tak berfungsi. Urapan air yang kuat dirasakan sebagai air dingin yang membuat seseorang menggigil.
3)
Urapan Angin (I Raja-Raja 19:11,12; Kis 2:2)
Urapan angin ini mendahului kehadiran Tuhan di gunung Horeb waktu Elia ada di sana. Juga ia muncul pada hari Pentakosta. Urapan ini meniup dan memindahkan kesadaran roh seseorang dari alam materi ke dalam alam roh. Benny Hinn meniup mikrofonnya dan orang-orang tumbang ke belakang karena merasakan tiupan angin dari depan.
Urapan angin ini mendahului kehadiran Tuhan di gunung Horeb waktu Elia ada di sana. Juga ia muncul pada hari Pentakosta. Urapan ini meniup dan memindahkan kesadaran roh seseorang dari alam materi ke dalam alam roh. Benny Hinn meniup mikrofonnya dan orang-orang tumbang ke belakang karena merasakan tiupan angin dari depan.
4)
Urapan Gempa (I Raja-Raja 19:11,12; Yes 6:4; Kis 4:31)
Dari Kisah Rasul terutama kita melihat bagaimana Tuhan menjawab doa murid-murid yang memohon keberanian untuk memberitakan Injil dengan pencurahan Roh Kudus dan bermanifestasi dalam bentuk gempa. Urapan gempa ini memberi keberanian kembali kepada Elia yang takut menghadapi Izebel dan merasa sendirian. Juga memberi keberanian kepada Yesaya untuk menjadi utusan Tuhan.
Dari Kisah Rasul terutama kita melihat bagaimana Tuhan menjawab doa murid-murid yang memohon keberanian untuk memberitakan Injil dengan pencurahan Roh Kudus dan bermanifestasi dalam bentuk gempa. Urapan gempa ini memberi keberanian kembali kepada Elia yang takut menghadapi Izebel dan merasa sendirian. Juga memberi keberanian kepada Yesaya untuk menjadi utusan Tuhan.
5)
Urapan Api (I Raja-Raja 19:11,12; Yes 6:6; Kis 2:2)
Urapan api yang memurnikan untuk menguduskan seseorang dari roh-roh najis dan roh-roh jahat agar layak untuk dipakai sebagai alat Tuhan. Pelayanan pelepasan memakai api yang membakar roh-roh jahat. Hal ini nampak jelas dari reaksi roh-roh jahat itu yang berteriak-teriak kepanasan.
Urapan api yang memurnikan untuk menguduskan seseorang dari roh-roh najis dan roh-roh jahat agar layak untuk dipakai sebagai alat Tuhan. Pelayanan pelepasan memakai api yang membakar roh-roh jahat. Hal ini nampak jelas dari reaksi roh-roh jahat itu yang berteriak-teriak kepanasan.
6)
Urapan Awan (Kel 24:15-18; II Taw 5:13-14; Mat 17:5-6)
Tanda kehadiran Allah di antara jemaatNya. Dalam Matius 17:5-6 Allah Bapa sendiri turun dan berbicara kepada rasul-rasul. Kehadiran awan yang terang ini selalu mengakibatkan orang tersungkur ke depan, tak tahan berdiri dihadapanNya.
Tanda kehadiran Allah di antara jemaatNya. Dalam Matius 17:5-6 Allah Bapa sendiri turun dan berbicara kepada rasul-rasul. Kehadiran awan yang terang ini selalu mengakibatkan orang tersungkur ke depan, tak tahan berdiri dihadapanNya.
7)
Urapan Guntur (I Sam 7:10)
Allah mengguntur untuk menggentarkan musuh orang Israel hingga mereka ketakutan. Bila hadirat Allah kuat, orang-orang tertentu mendengar suara guntur yang keras menggelegar di atas kepala mereka dan membuat mereka roboh dalam urapan. Rupanya urapan macam ini diperlukan dalam peperangan untuk membuka kepungan kuasa kegelapan.
Allah mengguntur untuk menggentarkan musuh orang Israel hingga mereka ketakutan. Bila hadirat Allah kuat, orang-orang tertentu mendengar suara guntur yang keras menggelegar di atas kepala mereka dan membuat mereka roboh dalam urapan. Rupanya urapan macam ini diperlukan dalam peperangan untuk membuka kepungan kuasa kegelapan.
8)
Urapan Kilat (Kel 20:18)
Orang-orang yang menerima urapan seperti ini menjadi kaku seperti patung untuk sesaat lamanya. Maria Woodworth Etter, penginjil wanita di zaman sebelum gerakan Pentakosta, di tengah-tengah sebuah khotbahnya yang terputus, tanpa menyadari bahwa ia telah membeku tiga hari lamanya. Selama itu tak seorangpun dapat memindahkan ia dari tempatnya berdiri di atas mimbar. Kejadian ini membuat banyak orang bertobat.
Orang-orang yang menerima urapan seperti ini menjadi kaku seperti patung untuk sesaat lamanya. Maria Woodworth Etter, penginjil wanita di zaman sebelum gerakan Pentakosta, di tengah-tengah sebuah khotbahnya yang terputus, tanpa menyadari bahwa ia telah membeku tiga hari lamanya. Selama itu tak seorangpun dapat memindahkan ia dari tempatnya berdiri di atas mimbar. Kejadian ini membuat banyak orang bertobat.
9)
Urapan Cahaya (Kis 9:3,4)
Tanda kehadiran Tuhan dalam kemuliaanNya. Terang itu membuka mata rohani seseorang hingga ia dapat melihat dalam dunia roh atau melihat vision.
Tanda kehadiran Tuhan dalam kemuliaanNya. Terang itu membuka mata rohani seseorang hingga ia dapat melihat dalam dunia roh atau melihat vision.
10)
Urapan Mujizat (Luk 5:8)
Manifestasi urapan ini mengakibatkan seseorang tersungkur ke depan dan merasakan urapan yang mengalir ke tulang-tulang. Urapan jenis ini memanjangkan tulang-tulang atau melenyapkan daging tumbuh, menambal gigi-gigi berlubang, menumbuhkan bagian-bagian tubuh yang terhilang, mengubah air menjadi anggur, memindahkan gunung-gunung, membangkitkan orang mati dan sebagainya.
Manifestasi urapan ini mengakibatkan seseorang tersungkur ke depan dan merasakan urapan yang mengalir ke tulang-tulang. Urapan jenis ini memanjangkan tulang-tulang atau melenyapkan daging tumbuh, menambal gigi-gigi berlubang, menumbuhkan bagian-bagian tubuh yang terhilang, mengubah air menjadi anggur, memindahkan gunung-gunung, membangkitkan orang mati dan sebagainya.
11)Urapan
Sukacita (Yes 61:1-3, Ibr 1:9)
Tuhan Yesus diurapi untuk menyampaikan kabar baik yaitu Injil keselamatan, inner healing, pelepasan, pengajaran tentang anugerah Allah, penghiburan dan memberi Oil of Joy, minyak (urapan) sukacita sebagai finishing touch dari pelayanan Yesus Kristus, agar semua orang percaya menjadi pohon terbantin tanaman Allah yang mengagumkan. Ia sendiri telah menerima minyak urapan kegirangan (oil of gladness) karena mencintai keadilan dan membenci kefasikan. Ini adalah pengurapan terakhir yang diberikan Allah kepada mempelai perempuan Tuhan Yesus menjelang kedatanganNya yang kedua kali sebagai mempelai laki-laki bagi jemaatNya. Di dalam urapan ini orang terbang seperti rajawali, menari, melompat dan tertawa dalam roh.[34]
Tuhan Yesus diurapi untuk menyampaikan kabar baik yaitu Injil keselamatan, inner healing, pelepasan, pengajaran tentang anugerah Allah, penghiburan dan memberi Oil of Joy, minyak (urapan) sukacita sebagai finishing touch dari pelayanan Yesus Kristus, agar semua orang percaya menjadi pohon terbantin tanaman Allah yang mengagumkan. Ia sendiri telah menerima minyak urapan kegirangan (oil of gladness) karena mencintai keadilan dan membenci kefasikan. Ini adalah pengurapan terakhir yang diberikan Allah kepada mempelai perempuan Tuhan Yesus menjelang kedatanganNya yang kedua kali sebagai mempelai laki-laki bagi jemaatNya. Di dalam urapan ini orang terbang seperti rajawali, menari, melompat dan tertawa dalam roh.[34]
Pelantikan Para Imam mencakup tiga tahap;
pembasuhan, pengenaan pakaian, dan pengurapan (Bdn Im 8;1-38). Akibat dari
pembasuhan memungkinkan seorang Imam
untuk masuk kedunia yang kudus. (Bnd 30:17-21). Upacara pengurapan imam agung,
barang kali baru mulai diperaktekkan sesudah pembuangan, ketika imam agung
dianggap mempunyai kedudukan politis dan karenanya memiliki tanda Rajawi (Menurut Kel 28:41 dan teks lain, semua imam
diurapi).[35]
Sepanjang sejarah kerajaan, Raja yang dilantik itu
di urapi. Pengolesan dengan minyak tidak hanya dipakai untuk menyembuhkan dan
menguatkan. Dalam budaya kuno minyak dianggap sebagai Zat yang memberikan
kekuatan dan wibawa. Sepanjang zaman kerajaan, raja-raja di Israel di urapi:
Saul (1 Sam 10:1), Daud (2: Sam 2:4, 7;
5:3) Absolom (2 Sam 19:10), Salomo (1 Raj 1:39), Yoas (2 Raj 11:12) dan Yohasa
(2 Raj 23:30).
Pengurapan itu selalu bermakna
politik meskipun pengurapan dilakukan di hadapan Tuhan (2 Sam 5:3) dan
dipersembahkan kurban pada Allah (1 Sam 11:15). Para tua-tua, kepala suku, imam
dan rakyat hadir dalam upacara yang mengangkat kepala negara yang akan
bertangung jawab atas keamanan dan kesejahteraan bangsanya. Untuk menjalankan
tugas yang berat itu diperlukan berkat Tuhan bagi dia yang akan digelari “Raja
yang diurapi Tuhan ”. sungguh, gelar “Mesiakh” akan diberikan makna yang jauh
lebih dalam di kemudian hari, tetapi segi politik tak akan hilang.
Pengurapan seorang raja di Israel
biasanya berlangsung dengan persetujuan para wakil rakyat sebagai syarat dan
dasar hukumnya, suatu musyawarah dan perundingan mendahului pengurapan.
Wakil-wakil masyarakat begitu saja kekuasaan pemerintah kepada raja, tetapi
hanya kepada raja yang dapat mereka percayai, lalu merundingkan tugas dan
wibawa masing-masing. Calon raja mengangkat semacam “Sumpah Jabatan” bnd janji
Daud kepada para tua-tua Israel, (2 Sam .5:3),
Hak pengurapan raja-raja oleh
masyarakat tidak meniadakan hak prakarsa Tuhan untuk mengurapi siapa yang
dikehendaki-Nya. Dikatakan bahwa Tuhan, melalui tangan seorang Nabi, Telah
mengurapi Saul (1 Sam 9:16), Daud (1 Sam 16:12-13) dan Yehu (2 Raj 9:3 ).
Berita tentang pengurapan ilahi berasal dari cerita-cerita yang bercorak kenabian
dan tampaknya selalu dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja yang luar biasa, seperti
Saul, Daud, dan Yehu. Saul di urapi untuk menyelamatkan Israel dari tangan
Orang Filistin, seduah itu Daud diangkat dengan tugas yang sama. Yehu diurapi
untuk menyelamatkan dari satu bahaya dari dalam, (2 Taw 22:7), pengurapan Ilahi
bukan merupakan saingan pengurapan kenegaraan, apalagi dalam situasi di mama
Israel Baru saja Israel baru mendapat seorang Raja. [36]
Beberapa pengurapan (tahbisan) terjadi di perjanjian
lama, diantaranya:
a.
Imam
Harun dan Anak-anaknya
Riwayat dalam Pasal-pasal terahir
dari kitab Keluaran dilanjutkan dalam bagiaan kedua dari kitab Imamat ini
sesudah orang-orang Israel mendirikan Kemah Suci menurut petunjuk-petunjuk yang
diberikan Tuhan. Masa menahbiskan para Imam dan memberikan jabatan kepada
mereka. lalu Nabab dan Abihu dibakar sampai mati karena dosa mereka, dan Tuhan
memberikan beberapa petunjuk lain kepada imam-imam yang masih hidup itu.
Sesudah orang-orang Israel kembali dari pembuangan
di Babel dan tambahan-tambahan, yang ditambah dalam beberapa tahap, sesuai
dengan kebiasaan pada Zaman yang sama atau sedikit kemudian. Sebab imam besar
sajalah yang diurapi dengan Minyak, bukan Imam-imam lain (Imamat 8:1-36 ).[37]
b.
Raja
Saul
Nabi Samuel memerintah Israel di
masa menjelang zaman hakim-hakim berakhir sampai Saul menjadi Raja. Samuel
telah lanjut usia dan ia menunjuk kedua anak laki-lakinya, yaitu: Yoel dan
Abia, sebagai Hakim-hakim atas Israel. Namun mereka tidak hidup seperti
ayahnya, malah mereka megejar laba, menerima suap dan memutarbalikan keadilan
(1 Sam 8:1-3). Oleh sebab itu, semua tua-tua Israel mendatangi Samuel dan
meminta “Angkatlah seorang raja atas kami untuk memerintah kami” (1 Sam 8;4-5).
Saul bertemu dengan nabi Samuel ketika ia sedang mencari keledai betina ayahnya
yang hilang. Sehari sebelum Saul tiba Allah telah berfirman kepada nabi Samuel,
“Engkau akan mengurapi dia menjadi Raja atas umat-Ku Israel” (1 Sam 9:15-16).
Ketika Samuel melihat Saul sewaktu ia hendak naik untuk memberikan persembahan,
Allah memberitahukannya, “Inilah orang yang kusebutkan kepadamu itu”(1 Sam
9;17).
Nabi Samuel memberitahukan tentang
kedudukan raja kepada Saul secara tidak langsung, tetapi siapakah yang memiliki
segala yang diingini orang Israel? Saat itu Saul terkejut dan berkata bukankah
aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel dan bukakah kaumku yang
paling Hina dari segala suku benyamin. Besoknya Samuel mengurapi Saul dengan
minyak dan menjadikanya raja (1 Sam 9:25-10:1). Setelah Saul di urapi dengan
minyak, Allah membuat Roh Tuhan berkuasa atasnya sehingga ia bernubuat dan mengubah hatinya menjadi lain. Allah
membuat semua tanda itu terjadi sebagai tanda bahwa Allah telah menjadikanya
menjadi Raja.[38]
Sewaktu Saul kembali dari ladangnya
dan menemui orang banyak yang menagis karena raja Amon mau mengepung kota
Yabesy di Gilead. “Ketika Saul mendengar kabar , maka berkuasalah Roh Allah
atasnya dan menyala-nyala amarahnya”, disembelihnya lembu, dipotongnya, lalu
dikirim potongan-potongannya kepada setiap suku Israel dengan pesan, “Siapa
yang tidak mengikut Saul dan Samuel, maka lembunya akan diperbuat demikian,
segeralah terkumpul tentara yang besar, Saul memimpinnya dan menjadi penyelamat
bagi bangsa itu”.[39]
C. Raja Daud
Nabi Samuel berseru kepada Allah
dalam kesedihan pada hari ia mendengar bahwa Allah menyesal menjadikan Saul
sebagai Raja karena dosa ketidak taatannya (1 Sam 15:11). Hati Nabi Samuel
terbeban dengan penderitaan dan kesedihan yang pahit karena ia harus
menyampaikan pesan bahwa meskipun Allah telah mengurapi Saul dengan Harapan
Besar (1 Sam 10:1), Ia telah menyesal menjadikan Saul menjadi Raja.
Allah berfirman kepada nabi Samuel
yang berdukacita, beberapa lama lagi engkau berduka karena Saul? Dan Ia
memerintahkannya, “Isi lah tabungmu tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku
mengutus engkau kepada Isai, orang betlehem itu” (1 Sam 16:1). Allah telah
memerintah Samuel untuk mengambil seekor lembu muda dan pergi ke Betlehem
seakan-akan ia sedang pergi untuk memberitakan korban persembahan, dan kemudian
mengundang Isai ke upacara pengorbanan itu.
Pertama nabi Samuel melihat
penampilan Luar Eliab, Putera sulung Isai, dan langsung hendak mengurapinya
dengan minyak untuk menjadikanya sebagai Raja. Namun Allah berfirman kepadanya
bahwa Eliab tidak akan menjadi raja dan bahwa Allah telah menolaknya. Allah
berfirman manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat (1 S am
16:7). Isai Membawa puteranya. Dan Daud pada Saat itu sedang mengembalakan
kambing domba Ayahnya dan Samuel memerintahkan untuk memangilnya, dan Allah
Berfirman kepada Samuel “Bangkitlah dan urapi dia, sebab inilah dia” (1 Sam
16:12) dan Samuel mengurapinya dengan minyak dan sejak hari itu, berkuasalah
Roh TUHAN atas Daud dengan kuatnya (1 Sam 16:13).
Di
kemudian hari tentara filistin menyerang Israel. Orang Filistin mempunyai
seorang pendekar bernam Goliat yang tidak seorangpun dapat mengalahkanya. Ia
seorang raksas yang tinggi 6 hasta sejengkal atau sama dengan 2,9 m. Ketopang
tembaga ada dikepalanya, dan ia memakai baju jirah yang bersisik berat baju
zirah itu 5.000 syikl tembaga atau 57 kg. Di bahunya ia memangul lembing
tembaga. Beratbya 6 syikal atau 6,8 kg (I Sam 17:5-7). Dan goliat sering menkut
nakuti Bangsa Israel dan semua tetara Israel takut. Tapi Daud tidak gentar
melawanya dan berkata kepada mereka siapakah orang pilistin yang tidak bersunan
utu yang berani mencemooh barisan dri pada Allah yang hidup (1 Sam 17:26) Dan
Daud maju berperang melawan Goliat dan Daud mengalahkan Goliat. T
Ketika
Daud pergi ke Hebron, orang-orang Yehuda datang dan mengurapi Daud menjadi Raja
atas Kaum Yehuda (2 Sam 2:4, 11). Daud secara resmi menjadi Raja 15 Tahun
setelah Nabi Samuel pertama kali mengurapinya (1 Sam 16:13) ketika umurnya
sekitar 15 Tahun. Karena dikejar-kejar oleh Saul, Daud memulai kehidupan
pelarianya selama 10 tahun sejak ia berusia 20 Tahun.[40]
III.
Rafleksi
Masa Kini
Penyaji
merefleksikan dengan tahbisan yang dilakukan oleh gereja GBKP sesuai dengan
peraturan tata gereja yang ada, Yaitu
Tahbisan di GBKP
(a). Tahap
Penahbisan Pertua dan Diaken
Pemilihan Pertua dan
diaken dilaksanakan pada hari minggu, segera setelah selesai kebaktian minggu
di runggun tersebut. Yang berhak memilih adalah warga sidi yang terdaftar pada
runggun yang bersangkutan dan tidak sedang dalam pengembalaan Khusus. Calon
pertua dan diaken yang tidak hadir dalam pelaksanaan pemilihan tersebut tetap
dapat dipilih karena telah membuat surat pernyataan tentang kesediaan dipilih
menjadi pertua atau diaekan. Calon yang mengundurkan diri setelah pembuatan
surat peryataan tentang kesediaanya dipilih menjadi pertua atau diaken
dikenakan pengembalaan Umum. Pengunduran diri calon harus dinyatakan secara
tertulis dan disampaikan kepada Majelis Runggun. Pemilihan dilakukan secara
tertutup dengan mengunakan kertas suara. Perhitungan suara dilakukan di depan
warga gereja pada hari itu juga dan kertas pemilihan harus disimpan sebagai
bukti sampai pada hari Penahbisan/ pengukuhan. Hasil pemilihan di umumkan dalam
dua hari kebaktian minggu berturut-turut.
Sebelum ditahbiskan atau di kukuhkan
dalam jabatan pertua dan diaken, maka pertua dan diaken terpilih harus
mengikuti pembekalan yang diselengarakan Majelis Klasis dengan materi Khusus
yang kontekstual oleh Majelis Klasis yang bersangkutan. Pertua dan diaken
terpilih yang telah selesai mengikuti pembekalan diwartakan dalam dua hari
kebaktian minggu berturut-turut dan dengan demikian telah siap untuk
ditahbiskan.
Pertua dan diaken yang terpilih
untuk pertama kalinya dan yang terputus, ditahbiskan dalam jabatanya. Pertua
dan diaken yang terpilih secara berturut-turut dikukuhkan dalam jabatannya.
Penahbisan atau pengukuhan pertaua diaken dilaksanakan dalam kebaktian minggu
atau Kebaktian hari raya gerejawi. Penahbisan atau pengukuhan pertua dan diaken
dilayangkan oleh pendeta. Majelis runggun memberikan surat penahbisan atau
surat pengukuhan pertua dan diaken yang disediakan secara sinodal.[41]
(b). Tahbisan Pendeta
Moderamen melaksanakan orientasi
penahbisan terhadap Vikarris. Moderamen mebuat surat kepususan penahbisan
menjadi pendeta terhadap Vikaris yang telah mengikuti orientasi penahbisan dan
telah membuat pernyataan tertulis mengenai kesiapan menjadi pendeta GBKP.
Kebaktian penahbisan pendeta dipimpin oleh Moderamen dalam kebaktian minggu
digedung gereja GBKP setelah sebelumnya diwartakan selama dua hari kebaktian
minggu berturut-turut.[42]
Maka dapat direflekskan tahbisan yang dilakukan oleh GBKP
sebagai sebuah perayaan sacral yang bukan hanya sekedar dirayakan tetapi
memiliki persiapan yang khusus terlebih dahulu kepada pelayan-pelayan Tuhan
yang akan melayani di gereja sehingga tahbisan yang diberikan bukan hanya
segelar materai tetapi merupakan sebuah tanggung jawab yang besar bagi seorang
pelayan yang mendapat tahbisan karena memili tanggung jawab serta sudah
mendapat pembekalan atau pengisian terlebih dahulu agar memahami pekerjaan
pelayanan yang akan dilakukan.
Bahkan diumumkan beberapa kali di
gereja agar setiap orang mengerti dan memahami tugas pelayanan di gerja
tersebut, bukan hanya sekedar dilantik tetapi setiap elemen jemaat mendukung
para pelayan yang akan dilantik dan menaruh harapan agar mereka melakukan
pekerjaan pelayanan yang sudah diberikan kepada mereka dengan selalu tunduk
kepada Allah. Terlihat dari penumpangan tangan dengan nama “Allah Bapa, Anak
dan Roh Kudus” sebagai sebuah materai bahwa setiap pelayan Tuhan dilantik harus
hidup dan bekerja dalam Tuhan dan bukan hanya sekedar melakukan tetapi harus
menghidupi panggilan yang sudah Tuhan tentukan pada tiap-tiap pribadi para pelayan
baik pertua/diaken ataupun pendeta.
IV.
Kesimpulan
Imam berhubungan
erat dengan ibadat kepada Allah serta imam adalah menjadi perantara antara
Allah dan umat-Nya. Ada Raja memiliki tugas mengatur pemerintahan dalam hal
politis Tuhan itu Raja namun Ia meneyarhkan tugas tersebut kepada raja dengan
janji penyertaan dan menuntut agar kehendak-Nya dihormati demi keamanan,
keailan, dan kesejahtraan masyarakat, Tugas seorang raja di Israel mirip dengan
tugas raja-raja lain di Timur Tengah Kuno. Diantaranya patuh pada Allah,
menambah kemakmuran masyarakat, menegakkan keadilan pada semua golongan
termasuk janda-janda.
Nabi (prophets) memiliki makna yang berbeda
dalam masyarakat, disebut orang pilihan Allah, pelihat, pewarta sehingga
melalui ini citra terlihat nabi menjalankan suau peran yang dinamis di tengah
masyarakat Israel. nabi-nabi adalah juru bicara Allah. Minyak biasanya diapkai
sebagai media ini juga dipakai untuk mengurapi orang-orang untuk pelantikan
tugas keimanan, serta dipakai untuk
mengurapi pada pelantikan seorang imam yang naik tingkat/dipilih menjadi imam
besar. Maka makna imam, raja, dan nabi sebagai pelayan Allah melalui wilayah
kerjanya masing-masing menjadi suatu kemuliaan bagi Allah ehingga harus
mendapat kelayakan dan pengudusan bagi Allah sebelum melakukan tugas-tugas
tersbut bagi kemuliaan Allah
Di
refleksikan melalui masa kini tahbisan tidak memiliki esensi yang berbeda
tetapi proses dan cara yang berbeda tetai pemaknaan yang sama yaitu menguduskan
dan melayakkan pelayan Tuhan sebelum melakukan pekerjaan-pekerjaan Allahdalam
setiap pekerjaan. Gereja GBKP memaknai sebagai sebuah perayaan sakral yang
bukan hanya sekedar dirayakan tetapi memiliki persiapan yang khusus terlebih
dahulu kepada pelayan-pelayan Tuhan yang akan melayani di gereja sehingga
tahbisan yang diberikan bukan hanya segelar materai tetapi merupakan sebuah
tanggung jawab yang besar bagi seorang pelayan yang mendapat tahbisan karena
memili tanggung jawab serta sudah mendapat pembekalan atau pengisian terlebih
dahulu agar memahami pekerjaan pelayanan yang akan dilakukan.
V.
Daftar
Pustaka
[1] Th.C. Vriezen, Agama
Israel Kuno, (Jakarta:BPK-GM,1981), 162-163
[1] A. Heuken,
Ensiklopedia Gereja, (Jakarta:Cipta Loka Caraka,1992), 72
[1] S.M. Siahaan,
Pengharapan Mesias Dalam Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM,2015), 14-16
[1] Philip J. King &
Lawrence E. Stager, Life In Biblical Israel, (USA: Westminster John Knox
Press,2001), 366
[1] S.Wismoady Wahono,Di
sini Kutemukan, 193.
[1] Johs
Pedersen,Israel: its Life and Culture,(Copenhagen: Branner Og Korch,1963),158.
[1]
J,Blommendal,Pengantar Perjanjian Lama,(Jakarta:BPK-GM,2001),55.
[1] H.H.Rowley,Ibadah
Israel Kuno (Worship in Ancient Israel),(Jakarta:BPK-GM,2004),76.
[1]
W.S.Lasor,F.W.Bush,D.A.Hubbard,Pengantar Perjanjian Lama
1,(Jakarta:BPK-GM,2012),219.
[1] S.Wismoady Wahono,Di
sini Kutemukan, 193.
[1] Robert M. Paterson,
Tafsiran Kitab Imamat,(Jakarta:BPK-GM,1997),145.
[1] F.L.Bakker,Sejarah
Kerajaan Allah 1, 363.
[1] W.S. Lasor, D.A.
Hubbard, F.w. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta;BPK-GM,2012), 219
[1] W.R.F.Browning,Kamus
Alkitab,(Jakarta:BPK-GM,2010),149.
[1] F.L.Bakker,Sejarah
Kerajaan Allah 1,(Jakarta:BPK-GM,2007),363.
[1] Robert M. Paterson,
Tafsiran Kitab Imamat,112-115.
[1] S.Wismoady Wahono,Di
sini Kutemukan,(Jakarta:BPK-GM,2004),193.
[1] Chistoph
Barth,dkk,Teologi Perjanjian Lama 2, 64.
[1] David F. Hinson,
Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2001), 127-130
[1] Andrew E. Hill &
John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:Gandum Mas,2008), 315
[1] C. Groenen OFM,
Pengantar ke dalam perjanjian baru, (Yogyakarta:Kanisius,1992), 65
[1] Chrstoph
Barth&Marie Claire Barth, Teologi Perjanjian lama 2, (Jakarta:BPK-GM,2012),
62-75
[1] Dyrenes
A.William,Agar Bumi Bersukacita,(Jakarta:BPK-GM,2004),23.
[1] St. Darmawijaya Pr,
Warisan Para Nabi, (Yogyakarta:Kanisius,1992), 18
[1] W.S. Lasor, D.A.
Hubbard, F.W. Bush, Pengantar, 273
[1] C. Barth, Theologia
Perjanjian Lama 4, (Jakarta:BPK-GM,2009), 13
[1] David.F.
Hinson,Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab,(Anggota IKAPI :BPK_GM,2004),130.
[1] Agus Jetron
Saragih,Kitab Ilahi,(Medan:Bina Media Perintis,2016),130.
[1] Agus Jetron
Saragih,Kitab Ilahi,(Medan:Bina Media Perintis,2016),164-165.
[1] T. Augustin Spark,
Pelayanan Nubuatan, (Jakarta:Yayasan pekabaran Injil Immanuel,2002), 16-19
[1] Aldof Heuken,
Ensiklopedia Gereja Jilid IV, (Jakarta: Yayasan cipta Loka Caraka,
1994,336)
[1] W.J.S. Poerwadarmita,Kamus Besar Bahasa
Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka,1988 ), 504
[1] G, Johannes, The Dictionary Of Old Tastemen Volume IX,
(Grand Rapids, William B, Eardamans Publishingg Company, 1988, 44-45)
[1]http://www.sabda.org/c3i/book/export/html/4996,
diunduh tanggal 29-04-2018, jam:18.00
[1] Dianne Bergant & Robert J. Karris,
Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama ,( Yogyakarta : Kanisius, 2002 ),110
[1] Christoph Barth & Marie Claire Barth
Frommel,Teologi Perjanjian Lama 2(Jakarta ; BPK-Gunung Mulia, 2012) ,68-69
[1] Robert M.
Paterson, Tafsiran Alkitab kitab Imamat,
( Jakarta: BPK-Gunung Mulia) ,111-144
[1] Abraham Park, Pelita
Perjanjian yang tak terpadamkan,(Jakarta: Grasindo, 2013) ,236-237
[1] Christoph Barth & Marie Claire Barth
Frommel,Teologi Perjanjian Lama 2(Jakarta ; BPK-Gunung Mulia, 2012),65
[1] Abraham Park, Pelita
Perjanjian yang tak terpadamkan,(Jakarta: Grasindo, 2013), 241-242
[1] Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP,(Kabanjahe;
abdi Karya; 2015), 107-108
[1]Ibid, 116
.
[5] S.Wismoady Wahono,Di sini
Kutemukan, 193.
[6] Johs Pedersen,Israel: its
Life and Culture,(Copenhagen: Branner Og Korch,1963),158.
[7] J,Blommendal,Pengantar
Perjanjian Lama,(Jakarta:BPK-GM,2001),55.
[8] H.H.Rowley,Ibadah Israel Kuno
(Worship in Ancient Israel),(Jakarta:BPK-GM,2004),76.
[9] W.S.Lasor,F.W.Bush,D.A.Hubbard,Pengantar
Perjanjian Lama 1,(Jakarta:BPK-GM,2012),219.
[10] S.Wismoady Wahono,Di sini
Kutemukan, 193.
[11] Robert M. Paterson, Tafsiran
Kitab Imamat,(Jakarta:BPK-GM,1997),145.
[12] F.L.Bakker,Sejarah Kerajaan
Allah 1, 363.
[14] W.R.F.Browning,Kamus Alkitab,(Jakarta:BPK-GM,2010),149.
[15] F.L.Bakker,Sejarah Kerajaan
Allah 1,(Jakarta:BPK-GM,2007),363.
[16] Robert M. Paterson, Tafsiran
Kitab Imamat,112-115.
[17] S.Wismoady Wahono,Di sini
Kutemukan,(Jakarta:BPK-GM,2004),193.
[18] Chistoph Barth,dkk,Teologi
Perjanjian Lama 2, 64.
[23] Dyrenes A.William,Agar Bumi
Bersukacita,(Jakarta:BPK-GM,2004),23.
[27] David.F. Hinson,Sejarah
Israel Pada Zaman Alkitab,(Anggota IKAPI :BPK_GM,2004),130.
[28] Agus Jetron Saragih,Kitab
Ilahi,(Medan:Bina Media Perintis,2016),130.
[29] Agus Jetron Saragih,Kitab Ilahi,(Medan:Bina
Media Perintis,2016),164-165.
[31] Aldof Heuken, Ensiklopedia Gereja Jilid IV, (Jakarta:
Yayasan cipta Loka Caraka, 1994,336)
[32] W.J.S. Poerwadarmita,Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta:
Balai Pustaka,1988 ), 504
[33] G, Johannes, The Dictionary Of Old Tastemen Volume IX, (Grand
Rapids, William B, Eardamans Publishingg Company, 1988, 44-45)
[34]http://www.sabda.org/c3i/book/export/html/4996,
diunduh tanggal 29-04-2018, jam:18.00
[35] Dianne Bergant & Robert
J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian
Lama ,( Yogyakarta : Kanisius, 2002 ),110
[36] Christoph Barth & Marie
Claire Barth Frommel,Teologi Perjanjian
Lama 2(Jakarta ; BPK-Gunung Mulia, 2012) ,68-69
[37] Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab kitab Imamat, ( Jakarta:
BPK-Gunung Mulia) ,111-144
[38] Abraham Park, Pelita
Perjanjian yang tak terpadamkan,(Jakarta: Grasindo, 2013) ,236-237
[39] Christoph Barth & Marie
Claire Barth Frommel,Teologi Perjanjian
Lama 2(Jakarta ; BPK-Gunung Mulia, 2012),65
[40] Abraham Park, Pelita
Perjanjian yang tak terpadamkan,(Jakarta: Grasindo, 2013), 241-242
[41] Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP,(Kabanjahe; abdi Karya;
2015), 107-108