arti, makna Logotherapy Teori bagi konseling
Logotherapy Teori
I.
Pendahuluan
Dalam kehidupan ini, tidak bisa
dipungkiri bahwa nilai-nilai spiritual sangat mempengaruhi jalan hidup
seseorang. Nilai-nilai spiritual tersebut diadopsi dari nilai-nilai keyakinan
yang dianut oleh seorang individu. Nilai-nilai tersebut adalah kekuatan rohani
yang membuat seseorang memiliki kekuatan dalam menjalani permasalahan kehidupan
yang ia alami. Permasalahan kehidupan yang semakin hari semakin kompleks
menuntut adanya kekuatan spiritual sebagai suatu kekuatan untuk menjadikan
manusia tetap berada di jalan yang benar.
Logoterapi merupakan satu pendekatan
dalam teori konseling yang memusatkan perhatian kepada kebermaknaan hidup. Logo
terapi memandang bahwa kehidupan seseorang memiliki dua aspek yakni aspek
rohani dan jasmani. Frankl, sebagai bapak dari logo terapi, menyatakan bahwa
kebebasan jasmani boleh dirampas oleh manusia lain dari dirinya, namun
kebebasan rohani adalah kebebasan manusia dari godaan nafsu, keserakahan, dan
lingkungan yang penuh dengan persaingan dan konflik. Untuk menunjang kebebasan
rohani itu, dituntut tanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri dan manusia
lainnya karena menjadi manusia adalah kesadaran dan tanggung jawab.
Namun dalam kehidupan sehari-hari,
sangat banyak ditemui kasus dimana orang melanggar hak asasi manusia lain yang
disebabkan oleh banyak faktor. Sehingga, disadari atau tidak, banyak sekali
orang yang melanggar hak orang lain dalam kehidupan dan terutama hak Tuhan.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Logoterapi
Terapi yang bersifat transpersonal,
yang menekankan dinamika personal, hubungan-hubungan transendental manusia dengan
hal yang diyakininya dan menemukan makna hidup, melalui pemikiran mendalam,
termasuk memikirkan pemikiran
(metakognisi), memikirkan perasaan sendiri, memikirkan tingkah laku
sendiri, dan merenungi keberadaan diri dalam kaitannya dengan keberadaan
alam-semesta, khususnya makna keberadaan diri dalam kaitannya dengan keberadaan
yang lain.[1]
2.2.Latar Belakang
Logotherapy
Teori dan terapi Viktor Frankl lahir
dari pengalamannya selama menjadi tawanan di kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia
menyaksikan banyak orang yang mampu bertahan hidup atau mati di tengah siksaan.
Hingga akhirnya dia menganggap bahwa mereka yang tetap berharap bisa bersatu
dengan orang-orang yang dicintai, punya urusan yang harus diselesaikan di masa
depan, punya keyakinan kuat, memiliki kesempatan lebih banyak daripada yang
kehilangan harapan.
Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata Yunani, “logos”, yang berarti pelajaran atau makna. Frankl menekankan pada makna sebagai pegertian logos. Bila Freud dan Addler menekankan pada kehendak pada kesenangan sebagai sumber dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk makna sebagai sumber utama motivasi.[2]
Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata Yunani, “logos”, yang berarti pelajaran atau makna. Frankl menekankan pada makna sebagai pegertian logos. Bila Freud dan Addler menekankan pada kehendak pada kesenangan sebagai sumber dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk makna sebagai sumber utama motivasi.[2]
2.3.Pengenalan Logotherapy
Teory
Logoterapi percaya bahwa perjuangan
untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator utama
orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien menyadari secara
tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa, atau
kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak mengajari atau
berkotbah melainkan pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas hidupnya
bertanggung jawab terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya
sendiri.
Selain itu, Frankl juga menggunakan noös yang berarti jiwa/pikiran. Bila
psikoanalisis terfokus pada psikodinamik,
yakni manusia dianggap berusaha mengatasi dan mengurangi ketegangan psikologis.
Namun, Frankl menyatakan seharusnya lebih mementingkan noödinamik, yaitu ketegangan menjadi unsur penting bagi
keseimbangan dan kesehatan jiwa. Bagaimana pun, orang menginginkan adanya
ketegangan ketika mereka berusaha mencapai tujuan.Menurut Frankl, logoterapi
memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang
satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:
A . Kebebasan Berkehendak
( Freedom of Will )
Dalam pandangan Logoterapi manusia
adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini
bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab.
Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom
from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih
kepada kebebasan untuk mengambil sikap ( freedom
to take a stand ) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusia yang
lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak ( to detach ) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga
mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri ( self detachment ). Kemampuan-kemampuan
inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai “ the self deteming being” yang berarti manusia mempunyai kebebasan
untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
B. Kehendak Hidup
Bermakna ( The Will to Meaning )
Menurut Frankl, motivasi hidup
manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda dengan psikoanalisa yang
memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi
individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi bahwa
kesenangan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan
prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl
bersifat menarik ( to pull ) dan
menawari ( to offer ) bukannya
mendorong ( to push ). Karena
sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia
menjadi individu yang bermakna dengan berbagai kegiatan yang sarat dengan
makna.
Hasrat
untuk dapat hidup inilah yang memotivasi
individu untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan penting dengan
tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna. Sebagai
motivasi utama manusia, hasrat untuk hidup bermakna, mendambakan seseorang
menjadi pribadi yang berharga dan berarti dengan kehidupan yang sarat dengan
kegiatan bermakna.
C. Makna Hidup ( The
Meaning Of Life )
Makna hidup adalah sesuatu yang
dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi
seseorang. Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup.
Makna hidup bisa berbeda antara manusia satu dengan yang lainya dan berbeda
setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup
secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat
tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas
khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan
hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan
kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya ( Frankl, 2004)
2.4.Kerangka Teori Model
Logoterapi
Kerangka teori kepribadian model
logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan digambarkan sebagai
berikut:
Pertama, setiap orang selalu
mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi, kebahagiaan
itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari
keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang
berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward)
dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness).
Kedua, jika mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Kondisi ini apabila tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis), mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
Ketiga, Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau kekuatan lain dari luar. Ia berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan kebebasan yang berada dalam batas-batas tertentu. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya dan aspek kerohanian.
Keempat, kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari (freedom from) bawaan biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung jawab terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Dengan demikian, kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah lari dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
Kelima, dalam berperilaku, manusia berusaha mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Namun, Frankl tidak sependapat dengan prinsip determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku terdorong mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.
Kedua, jika mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Kondisi ini apabila tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis), mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
Ketiga, Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau kekuatan lain dari luar. Ia berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan kebebasan yang berada dalam batas-batas tertentu. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya dan aspek kerohanian.
Keempat, kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari (freedom from) bawaan biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung jawab terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Dengan demikian, kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah lari dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
Kelima, dalam berperilaku, manusia berusaha mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Namun, Frankl tidak sependapat dengan prinsip determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku terdorong mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.
2.5.Tekhnik-tekhnik
Logoterapi teory
Ada
beberapa tekhnik dalam logotherapy sehigga dapat digunakan dalam pastoral, yaot
a.
Persuasif
Salah satu teknik yang digunakan
dalam logoterapi adalah teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk mengambil
sikap yang lebih konstruktif dalam menghadapi kesulitannya.Frankl,
menggambarkan hal ini dalam satu kasus tentang seorang perawat yang menderita
tumor yang tidak dapat dioperasi dan mengalami keputusasaan karena ketidakmampuannya
untuk bekerja dalam profesinya yang sangat terhormat.
b.
Paradoxical-intention
Paradoxical intention pada dasarnya
memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment)
dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.Paradoxical
intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan
irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami
fobia mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Selain
itu, teknik paradoxical intention sangat bermanfaat untuk menolong klien dengan
obsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu
tidak rasional).Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering
menyebabkan reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya
pasien dengan obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari
obsesif-kompulsifnya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk
‘berhenti melawan’, tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang
ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan
menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak
menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein
mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya, seperti yang terdapat juga
dalam terapi perilaku (behaviour therapy).
c.
De-reflection
Teknik logoterapi lain adalah
“de-reflection”, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri
(self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa
memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi
yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada
hal-hal yang positif dan bermanfaat.Di sini klien pertama-tama dibantu untuk
menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan.Ini
merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam.
Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan
muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien.
De-reflection tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien
dengan pre-okupasi somatik, gangguan tidur, dan beberapa gangguan
seksual, seperti impotensi dan frigiditas[3]
2.6.Peran Logotherapy
Theory dan penerapaannya dalam kehidupan[4]
Dengan logoterapi kita dapat
menemukan hasrat hidup bermakna Menurut ajaran logoterapi, bahwa kehidupan ini
mempunyai makna dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, termasuk dalam
penderitaaan sekalipun, hasrat hidup bermakna merupakan motivasi utama dalam
kehidupan ini, Manusia memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna hidup,
yakni melalui karya-karya yangdiciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati
-termasuk cinta kasih-, atau dalam setiap sikap yang diambil terhadap keadaan
dan penderitaan yang tidak mungkin terelakkan. Manusia dihadapkan dan
diorientasikan kembali kepada makna, tujuan dan kewajiban hidupnya. Kehidupan
tidak selalu memberikan kesenangan kepada kita, tetapi senantiasa menawarkan
makna yang harus kita jawab.
Tujuan hidup bukanlah untuk mencapai
keseimbangan tanpa tegangan, melainkan sering dalam kondisi tegangan antara apa
yang kita hayati saat ini dengan prospek kita di masa depan. Logoterapi
memperteguh daya tahan psikis kita untuk menghadapi berbagai kerawanan hidup
yang kita alami. Dalam prakteknya logoterapi dapat mengatasi kasus fobia dengan
menggunakan teknik “paradoxical intention”, yaitu mengusahakan
agar orang mengubah sikap dari yang semula memanfaatkan kemampuan mengambil
jarak (self detachment) terhadap keluhan
sendiri, kemudian memandangnya secara humoritas. Logoterapi juga dapat
diterapkan pada kasus-kasus frustasi eksistensial, kepapaan hidup, kehampaan
hidup, tujuannya adalah membantu kita untuk menyadari adanya daya spiritual
Yang terdapat pada setiap orang, agar terungkap nyata (actual)
yang semula biasanya ditekan (repressed),
terhambat (frustasi) dan diingkari. Energi
spiritual tersebut perlu dibangkitkan agar tetap teguh menghadapi setiap
kemalangan dan derita.Dalam kehidupan, mungkin hasrat hidup bermakna sebagai
motif utama tidak dapat terpenuhi, karena ketidakmampuan orang melihat, bahwa
dalam kehidupan itu sendiri terkandung makna hidup yang sifatnya potensial,
yang perlu disadari dan ditemukan, keadaan ini menimbulkan semacam frustasi
yangdisebut frustasi eksistensial, yang pada umumnya diliputi oleh
penghayatantanpa makna (meaningless).
Gejala-gejalanya sering tidak
terungkapkan secara nyata, karena biasanya bersifat “latent” dan terselubung.
Perilaku yang biasanya merupakan selubung frustrasi eksistensial itu sering
tampak pada berbagai usaha kompensasi dan hasrat yang berlebihan untuk
berkuasa, atau bersenang-senang, mencari kenikmatan duniawiyah (materialisme).
Gejala ini biasanya tercermin dalam perilaku yang berlebihan untuk mengumpulkan
uang, maniak-bekerja (wokerholic), free
sex, dan perilaku hedonisme lainnya.Frustrasi
eksistensial akan terungkap secara eksplisit dalam penghayatan kebosanan dan
sifat apatis. Kebosanan merupakan ketidakmampuan sesorang untuk membangkitkan
minat, sedangkan apatisme merupakan ketidakmampuan untuk mengambil
prakarsaLogoterapi membantu pribadi untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya
dan menyadarkan akan tanggung jawabnya, baik terhadap diri sendiri, hati
nurani, keluarga, masyarakat, maupun kepada Tuhan. Tugas seorang logoterapis
dalam hal ini adalah sekedar membuka cakrawala pandangan klien dan menjajaki
nilai-niliai yang memungkinkan dapat diketemukan makna hidup, yaitu nilai-nilai
kritis, kreatif, dan sikap bertuhan.
Dengan demikian logoterapi mencoba
untuk menjawab dan menyelesaikan berbagai problem, krisis, dan keluhan manusia
masa kini, yang intinya adalah seputar hasratuntuk hidup secara bermakna.Dalam
prakteknya, logoterapis membantu klien agar lebih sehat secara emosional, dan
salah satu cara untuk mencapainya adalah memperkenalkan filsafat hidup yang
lebih sehat, yaitu mengajak untuk menemukan makna hidupnya. Menemukan makna
hidup merupakan sesuatu yang kompleks. Pada banyak kasus, logoterapis hanya
dapat mengajak klien untuk mulai menemukannya.
Logoterapis harus menghindar untuk memaksakan suatu makna tertentu pada klien, melainkanmempertajam kepada klien akan makna hidupnya. Mungkin cara yang lebih baik yang dapat dilakukan seorang logoterapis guna membantu klien agar mengenali apa yang ingin ia lakukan dalam hidup adalah memperdulikan dan menciptakan atmosfir yang bersahabat, sehingga klien bebas menjelajahi keunikan dirinya tanpa merasa takut ditolak. Sebagimana setiap orang yang sedang jatuh cinta pada umumnya mampu secara intuitif mengenali makna unik apa yang terdapat dalam hidup orang yang dicintainya. Dalam pandangan logoterapi manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi psikologis, sosiokultural dan kesejarahannya. Kemampuan inilah yang menyebabkan manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dianggap penting dan baik bagi dirinya. Kebebasan ini dalam pandangan logoterapi harus diimbangi dengan tanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan.
Logoterapis harus menghindar untuk memaksakan suatu makna tertentu pada klien, melainkanmempertajam kepada klien akan makna hidupnya. Mungkin cara yang lebih baik yang dapat dilakukan seorang logoterapis guna membantu klien agar mengenali apa yang ingin ia lakukan dalam hidup adalah memperdulikan dan menciptakan atmosfir yang bersahabat, sehingga klien bebas menjelajahi keunikan dirinya tanpa merasa takut ditolak. Sebagimana setiap orang yang sedang jatuh cinta pada umumnya mampu secara intuitif mengenali makna unik apa yang terdapat dalam hidup orang yang dicintainya. Dalam pandangan logoterapi manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi psikologis, sosiokultural dan kesejarahannya. Kemampuan inilah yang menyebabkan manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dianggap penting dan baik bagi dirinya. Kebebasan ini dalam pandangan logoterapi harus diimbangi dengan tanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan.
III.
Kesimpulan
Logoterapi merupakan satu pendekatan
dalam teori konseling yang memusatkan perhatian kepada kebermaknaan hidup. Logo
terapi memandang bahwa kehidupan seseorang memiliki dua aspek yakni aspek
rohani dan jasmani. Frankl, sebagai bapak dari logo terapi, menyatakan bahwa
kebebasan jasmani boleh dirampas oleh manusia lain dari dirinya, namun
kebebasan rohani adalah kebebasan manusia dari godaan nafsu, keserakahan, dan
lingkungan yang penuh dengan persaingan dan konflik. Untuk menunjang kebebasan
rohani itu, dituntut tanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri dan manusia
lainnya karena menjadi manusia adalah kesadaran dan tanggung jawab.
Logoterapi mengajarkan bahwa setiap
individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan
dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan
sesuatu yang daapat mendedikasikan eksistensi kita. Namun kalaulah hidup diisi
dengan penderitaanpun, itu adalah kehidupan yang bermakna, karena keberanian
menanggung tragedi yang tidak tertanggungkan merupakan pencapaian atau prestasi
dan kemenangan.
Logoterapi
Victor E. Frankl sangat dekat dengan ajaran agama (spiritual). Frankl
menggabungkan wawasan dari agama-agama dan filsafat-filsafat lama, serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadinya selama tiga tahun yang kelam di
kamp konsentrasi Nazi yang dituangkan dalam suatu teori psikoterapi, ajarant
ersebut dinamakan dengan logoterapi.
IV.
Daftar
Pustaka
A.T.Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling & Terapi,
(Jakarta:RajaGrafindo,2006)
Duane, Schultz, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat.(
Yogyakarta: Kanisius,1991)
Emil, Frankl, On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to
logotherapy and existential analysis. (USA:Brunner-Routledge,2004)
http://www.psychologymania.com/2011/09/logoterapi-sebuah-pendekatan.html,
(diakses pada 09 Maret 2018, pukul 20:30)
Kanisius,1991), 55-56
[4]http://www.psychologymania.com/2011/09/logoterapi-sebuah-pendekatan.html,
(diakses pada 09 Maret 2018, pukul 20:30)