arti, makna Logotherapy Teori bagi konseling


Logotherapy Teori

I.                   Pendahuluan
            Dalam kehidupan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa nilai-nilai spiritual sangat mempengaruhi jalan hidup seseorang. Nilai-nilai spiritual tersebut diadopsi dari nilai-nilai keyakinan yang dianut oleh seorang individu. Nilai-nilai tersebut adalah kekuatan rohani yang membuat seseorang memiliki kekuatan dalam menjalani permasalahan kehidupan yang ia alami. Permasalahan kehidupan yang semakin hari semakin kompleks menuntut adanya kekuatan spiritual sebagai suatu kekuatan untuk menjadikan manusia tetap berada di jalan yang benar.
            Logoterapi merupakan satu pendekatan dalam teori konseling yang memusatkan perhatian kepada kebermaknaan hidup. Logo terapi memandang bahwa kehidupan seseorang memiliki dua aspek yakni aspek rohani dan jasmani. Frankl, sebagai bapak dari logo terapi, menyatakan bahwa kebebasan jasmani boleh dirampas oleh manusia lain dari dirinya, namun kebebasan rohani adalah kebebasan manusia dari godaan nafsu, keserakahan, dan lingkungan yang penuh dengan persaingan dan konflik. Untuk menunjang kebebasan rohani itu, dituntut tanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri dan manusia lainnya karena menjadi manusia adalah kesadaran dan tanggung jawab.
            Namun dalam kehidupan sehari-hari, sangat banyak ditemui kasus dimana orang melanggar hak asasi manusia lain yang disebabkan oleh banyak faktor. Sehingga, disadari atau tidak, banyak sekali orang yang melanggar hak orang lain dalam kehidupan dan terutama hak Tuhan.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Logoterapi
            Terapi yang bersifat transpersonal, yang menekankan dinamika personal, hubungan-hubungan transendental manusia dengan hal yang diyakininya dan menemukan makna hidup, melalui pemikiran mendalam, termasuk memikirkan pemikiran  (metakognisi), memikirkan perasaan sendiri, memikirkan tingkah laku sendiri, dan merenungi keberadaan diri dalam kaitannya dengan keberadaan alam-semesta, khususnya makna keberadaan diri dalam kaitannya dengan keberadaan yang lain.[1] 
2.2.Latar Belakang Logotherapy
            Teori dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi tawanan di kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang yang mampu bertahan hidup atau mati di tengah siksaan. Hingga akhirnya dia menganggap bahwa mereka yang tetap berharap bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintai, punya urusan yang harus diselesaikan di masa depan, punya keyakinan kuat, memiliki kesempatan lebih banyak daripada yang kehilangan harapan.
Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata Yunani, “logos”, yang berarti pelajaran atau makna. Frankl menekankan pada makna sebagai pegertian logos. Bila Freud dan Addler menekankan pada kehendak pada kesenangan sebagai sumber dorongan. Maka, Frankl menekankan kehendak untuk makna sebagai sumber utama motivasi.[2]
2.3.Pengenalan Logotherapy Teory
            Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien menyadari secara tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa, atau kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak mengajari atau berkotbah melainkan pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas hidupnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya sendiri. 
            Selain itu, Frankl juga menggunakan noös yang berarti jiwa/pikiran. Bila psikoanalisis terfokus pada psikodinamik, yakni manusia dianggap berusaha mengatasi dan mengurangi ketegangan psikologis. Namun, Frankl menyatakan seharusnya lebih mementingkan noödinamik, yaitu ketegangan menjadi unsur penting bagi keseimbangan dan kesehatan jiwa. Bagaimana pun, orang menginginkan adanya ketegangan ketika mereka berusaha mencapai tujuan.Menurut Frankl, logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:
A . Kebebasan Berkehendak ( Freedom of Will )
            Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap ( freedom to take a stand ) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak ( to detach ) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri ( self detachment ). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai “ the self deteming being” yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
B. Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning )
            Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda dengan psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi bahwa kesenangan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik ( to pull ) dan menawari ( to offer ) bukannya mendorong ( to push ). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.
Hasrat untuk dapat hidup inilah yang memotivasi individu untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan penting dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna. Sebagai motivasi utama manusia, hasrat untuk hidup bermakna, mendambakan seseorang menjadi pribadi yang berharga dan berarti dengan kehidupan yang sarat dengan kegiatan bermakna.
C. Makna Hidup ( The Meaning Of Life )
            Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya ( Frankl, 2004)
2.4.Kerangka Teori Model Logoterapi
            Kerangka teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan digambarkan sebagai berikut:          
            Pertama, setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi, kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness).
            Kedua, jika mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Kondisi ini apabila tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis), mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
            Ketiga, Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau kekuatan lain dari luar. Ia berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan kebebasan yang berada dalam batas-batas tertentu. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya dan aspek       kerohanian.
            Keempat, kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari (freedom from) bawaan biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung jawab terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Dengan demikian, kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah lari dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
            Kelima, dalam berperilaku, manusia berusaha mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Namun, Frankl tidak sependapat dengan prinsip determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku terdorong mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.
2.5.Tekhnik-tekhnik Logoterapi teory
Ada beberapa tekhnik dalam logotherapy sehigga dapat digunakan dalam pastoral, yaot
a.      Persuasif
            Salah satu teknik yang digunakan dalam logoterapi adalah teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk mengambil sikap yang lebih konstruktif dalam menghadapi kesulitannya.Frankl, menggambarkan hal ini dalam satu kasus tentang seorang perawat yang menderita tumor yang tidak dapat dioperasi dan mengalami keputusasaan karena ketidakmampuannya untuk bekerja dalam profesinya yang sangat terhormat.
b.      Paradoxical-intention
            Paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.Paradoxical intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami fobia mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Selain itu, teknik paradoxical intention sangat bermanfaat untuk menolong klien dengan obsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu tidak rasional).Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering menyebabkan reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya pasien dengan obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari obsesif-kompulsifnya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk ‘berhenti melawan’, tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya, seperti yang terdapat juga dalam terapi perilaku (behaviour therapy).
c.       De-reflection
            Teknik logoterapi lain adalah “de-reflection”, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat.Di sini klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan.Ini merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam. Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien. De-reflection tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien dengan  pre-okupasi somatik, gangguan tidur, dan beberapa gangguan seksual, seperti impotensi dan frigiditas[3]


2.6.Peran Logotherapy Theory dan penerapaannya dalam kehidupan[4]
            Dengan logoterapi kita dapat menemukan hasrat hidup bermakna Menurut ajaran logoterapi, bahwa kehidupan ini mempunyai makna dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, termasuk dalam penderitaaan sekalipun, hasrat hidup bermakna merupakan motivasi utama dalam kehidupan ini, Manusia memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna hidup, yakni melalui karya-karya yangdiciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati -termasuk cinta kasih-, atau dalam setiap sikap yang diambil terhadap keadaan dan penderitaan yang tidak mungkin terelakkan. Manusia dihadapkan dan diorientasikan kembali kepada makna, tujuan dan kewajiban hidupnya. Kehidupan tidak selalu memberikan kesenangan kepada kita, tetapi senantiasa menawarkan makna yang harus kita jawab.
            Tujuan hidup bukanlah untuk mencapai keseimbangan tanpa tegangan, melainkan sering dalam kondisi tegangan antara apa yang kita hayati saat ini dengan prospek kita di masa depan. Logoterapi memperteguh daya tahan psikis kita untuk menghadapi berbagai kerawanan hidup yang kita alami. Dalam prakteknya logoterapi dapat mengatasi kasus fobia dengan menggunakan teknik “paradoxical intention”, yaitu mengusahakan agar orang mengubah sikap dari yang semula memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) terhadap keluhan sendiri, kemudian memandangnya secara humoritas. Logoterapi juga dapat diterapkan pada kasus-kasus frustasi eksistensial, kepapaan hidup, kehampaan hidup, tujuannya adalah membantu kita untuk menyadari adanya daya spiritual Yang terdapat pada setiap orang, agar terungkap nyata (actual) yang semula biasanya ditekan (repressed), terhambat (frustasi) dan diingkari. Energi spiritual tersebut perlu dibangkitkan agar tetap teguh menghadapi setiap kemalangan dan derita.Dalam kehidupan, mungkin hasrat hidup bermakna sebagai motif utama tidak dapat terpenuhi, karena ketidakmampuan orang melihat, bahwa dalam kehidupan itu sendiri terkandung makna hidup yang sifatnya potensial, yang perlu disadari dan ditemukan, keadaan ini menimbulkan semacam frustasi yangdisebut frustasi eksistensial, yang pada umumnya diliputi oleh penghayatantanpa makna (meaningless).
            Gejala-gejalanya sering tidak terungkapkan secara nyata, karena biasanya bersifat “latent” dan terselubung. Perilaku yang biasanya merupakan selubung frustrasi eksistensial itu sering tampak pada berbagai usaha kompensasi dan hasrat yang berlebihan untuk berkuasa, atau bersenang-senang, mencari kenikmatan duniawiyah (materialisme). Gejala ini biasanya tercermin dalam perilaku yang berlebihan untuk mengumpulkan uang, maniak-bekerja (wokerholic), free sex, dan perilaku hedonisme lainnya.Frustrasi eksistensial akan terungkap secara eksplisit dalam penghayatan kebosanan dan sifat apatis. Kebosanan merupakan ketidakmampuan sesorang untuk membangkitkan minat, sedangkan apatisme merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsaLogoterapi membantu pribadi untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya dan menyadarkan akan tanggung jawabnya, baik terhadap diri sendiri, hati nurani, keluarga, masyarakat, maupun kepada Tuhan. Tugas seorang logoterapis dalam hal ini adalah sekedar membuka cakrawala pandangan klien dan menjajaki nilai-niliai yang memungkinkan dapat diketemukan makna hidup, yaitu nilai-nilai kritis, kreatif, dan sikap bertuhan.
            Dengan demikian logoterapi mencoba untuk menjawab dan menyelesaikan berbagai problem, krisis, dan keluhan manusia masa kini, yang intinya adalah seputar hasratuntuk hidup secara bermakna.Dalam prakteknya, logoterapis membantu klien agar lebih sehat secara emosional, dan salah satu cara untuk mencapainya adalah memperkenalkan filsafat hidup yang lebih sehat, yaitu mengajak untuk menemukan makna hidupnya. Menemukan makna hidup merupakan sesuatu yang kompleks. Pada banyak kasus, logoterapis hanya dapat mengajak klien untuk            mulai   menemukannya.
            Logoterapis harus menghindar untuk memaksakan suatu makna tertentu pada klien, melainkanmempertajam kepada klien akan makna hidupnya. Mungkin cara yang lebih baik yang dapat dilakukan seorang logoterapis guna membantu klien agar mengenali apa yang ingin ia lakukan dalam hidup adalah memperdulikan dan menciptakan atmosfir yang bersahabat, sehingga klien bebas menjelajahi keunikan dirinya tanpa merasa takut ditolak. Sebagimana setiap orang yang sedang jatuh cinta pada umumnya mampu secara intuitif mengenali makna unik apa yang terdapat dalam hidup orang yang dicintainya. Dalam pandangan logoterapi manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi psikologis, sosiokultural dan kesejarahannya. Kemampuan inilah yang menyebabkan manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dianggap penting dan baik bagi dirinya. Kebebasan ini dalam pandangan logoterapi harus diimbangi dengan tanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan.
III.             Kesimpulan
            Logoterapi merupakan satu pendekatan dalam teori konseling yang memusatkan perhatian kepada kebermaknaan hidup. Logo terapi memandang bahwa kehidupan seseorang memiliki dua aspek yakni aspek rohani dan jasmani. Frankl, sebagai bapak dari logo terapi, menyatakan bahwa kebebasan jasmani boleh dirampas oleh manusia lain dari dirinya, namun kebebasan rohani adalah kebebasan manusia dari godaan nafsu, keserakahan, dan lingkungan yang penuh dengan persaingan dan konflik. Untuk menunjang kebebasan rohani itu, dituntut tanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri dan manusia lainnya karena menjadi manusia adalah kesadaran dan tanggung jawab.
            Logoterapi mengajarkan bahwa setiap individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang daapat mendedikasikan eksistensi kita. Namun kalaulah hidup diisi dengan penderitaanpun, itu adalah kehidupan yang bermakna, karena keberanian menanggung tragedi yang tidak tertanggungkan merupakan pencapaian atau prestasi dan kemenangan.
            Logoterapi Victor E. Frankl sangat dekat dengan ajaran agama (spiritual). Frankl menggabungkan wawasan dari agama-agama dan filsafat-filsafat lama, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadinya selama tiga tahun yang kelam di kamp konsentrasi Nazi yang dituangkan dalam suatu teori psikoterapi, ajarant ersebut dinamakan dengan logoterapi.
IV.    Daftar Pustaka
            A.T.Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling & Terapi, (Jakarta:RajaGrafindo,2006)
            Duane, Schultz, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat.( Yogyakarta:  Kanisius,1991)
            Emil, Frankl, On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis. (USA:Brunner-Routledge,2004)
            http://www.psychologymania.com/2011/09/logoterapi-sebuah-pendekatan.html, (diakses pada 09 Maret 2018, pukul 20:30)



                [1]Andi Mappiare A.T, Kamus Istilah Konseling & Terapi, (Jakarta:RajaGrafindo,2006), 197
                [2]Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat.( Yogyakarta: 
            Kanisius,1991), 55-56

                [3]Emil Frankl, On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis. (USA:Brunner-Routledge,2004), 178-190
                [4]http://www.psychologymania.com/2011/09/logoterapi-sebuah-pendekatan.html, (diakses pada 09 Maret 2018, pukul 20:30)