Makalah Kajian Liturgika terhadap Ibadat Israel Kuno


Ibadat Israel Kuno

       I.            Pendahuluan
 Ibadah merupakan pelayanan atau pengabdian seutuhnya kepada Allah, yang dinyatakan baik dalam bentuk penyembahan (Kultus) maupun dalam tingkah laku atau tabiat. Dalam pembahasan kali ini kita akan melihat ibadat Israel Kuno dalam buku Rowley ciri-ciri ibadat Israel kuno. Semoga dengan sajian dapat menambah wawasan kita bersama.
    II.            Pembahasan
2.1. Ibadat Pada Zaman Para Bapa Leluhur
Pada zaman bapa-bapa leluhur ibadah mereka di gambarkan sebagai pertemuan pribadi antara mereka dengan Allah. maka yang menjadi inti cerita dari bapa-bapa leluhur itu adalah unsur pertemuan. Hubungan pertemuan itu bercirikan hikmat. Jadi ibadah dalam bangsa Israel adalah ibadah perseorangan. Persembahan yang di persembahkan para bapa-bapa leluhur merupakan hikmat mereka pribadi terhadap illahi, dan juga merupakan pengekspresian ibadah mereka pribadi. Kurban yang mereka persembahkan tidak merupakan suatu sistem ibadah begitu saja melainkan betul-betul suatu pernyataan isi hati mereka.  tempat kurban persembahan itu tempatnya di gunung.
2.1.1.      Zaman Abraham
Cerita-cerita tentang Abraham, jelas Abraham berkali-kali bertemu dengan Allah. maka dalam rangka pertemuan-pertemuan itu ia mendapat janji (perjanjian) mengenai anak yang akan lahir baginya. Sepanjang riwayat Abraham tidak terdapat kesan sedikit pun bahwa Abraham merupakan manusia yang beribadah kepada Tuhan karena mengharapkan keuntungan, melainkan dia selalu digambarkan sebagai orang yang mengabdi kepada Allah.
2.1.2.      Zaman Ishak dan Yakub
Dalam mimpi Yakub menyaksikan para malaikat Allah naik-turun dan ia melihat Yahwe berdiri diatas sebuah tangga serta mendengarkan Allah mengulangi janji perjanjian yang dulu di berikan-Nya kepada Abraham dan Ishak. Maka respon Yakub berupa nazar bahwa jikalau Allah betul memberkatinya dia akan beribadah kepada Allah.
2.1.3.      Yusuf
Yusuf digambarkan sebagai suatu persekutuan pribadi dengan Tuhan yang menghasilkan kelurusan dan kebenaran. Bahwa Yahwe menyertai Yusuf sehingga dia mendapat kasih kepercayaan.
2.2. Dari Keluaran sampai pembanggunan Bait suci
Pada zaman keluaran ibadat tergambar dalam tradisi-tradisi dalam terutama ibadat bersama. Pada pertemuan yang dialami Musa di semak duri yang menyala itu, Yahwe menyatakan nama-Nya kepada Musa sambil menuntut Israel, sebagai umatnya sendiri (Kel 2:7,15). Pada waktu waktu Musa mengantar umat itu ke gunung Sinai, disitu mereka memasuki perjanjian dengan Allah. oleh karena Dia telah membebaskan mereka, mereka berjanji akan menyatakan rasa terimah kasih mereka dalam pelayanan terhadap dia. Perjanjian itu tidak merupakan kontrak atau persetujuan dagang dengan Allah, tetapi merupakan respon terhadap apa yang sudah dikerjakan Allah demi mereka. setelah Musa menerima Hukum Taurat atau dasa titah inilah menjadi perjanjian atau kewajiban moral yang menuntut ketaatan Israel terhadap kehendak Allah. sehingga dasa titah ini menuntut supaya bangsa Israel mengabdi Yahwe semata-mata, menahan diri dari menyembah berhala, menghormati Nama Tuhan, merayakan sabat dan disamping itu menghormati Orang tua, meahan diri dari pertumpahan darah, Ziarah, pencurian, saksi dusta, dan kelobaan. Sebagaiman adasa titah yang menuntut supaya Israel mempersembahkan ibadatnya hanya kepada Yahwe. Sehingga mereka diwajibkan membawa persembahanya pada waktu mereka datang. Maka bangsa Israel merayakan paskah yang merupakan suatu panggilan kepada untuk membarui rasa terimah kasih mereka kepada Allah, membarui rasa pula kesetiaan yang berakar dalam rasa terimah kasih atas penyelamatan mereka. peraturan bahwa Israel harus mengahadap kepada Tuhan tiga kali setahun, mengandung implikasi bahwa ada kuil-kuil ke tempat mereka harus membawa buah suluh mengandung implikasi bahwa ada imam yang sanggup menerima persembahan itu. Kemah suci merupakan tempat Allah bersekutu dengan Musa sehingga para bangsa Israel melakukan peribadahan dalam kemah suci atau kemah pertemuan diman ini sebagai tempat anggota-anggota Israel boleh menghadap ke hadirat Tuhan. Dalam kemah suci terdapat mezbah Korban bakaran, mezbah ini  dibuat dari Tanah atau dari Batu yang tidakdipahat, dan bahwa mezbah ini boleh didirikan di tiap-tiap tempat yang ditentukan oleh Allah menjai tempat peringgatan bagi nama-Nya. Jenis-jenis persambahan yang dibawah dalam kemah pertemuan yaitu kurban bakaran dan kurban pendamaian. 
Mengenai Dasa titah itu disimpan dalam tabut Allah. tabut ini berasal dari Zaman Musa. Bahwa tabut ni merupakan lambang kehadiran Tuhan sendiri (1 Sam 4:7). Tabut ini disimpah dalam kemah.
2.2.1.      Zaman Yosua
Zaman Yosua adalah zaman masuknya Israel ke dalam negri di sebelah barat sungai Yordan. Itu berarti zaman adalah zaman perjuangan. Dari situ, dalam tradisi-tradisi zaman itu yang ditekankan ialah pertempuran dan peperangan, bukan ibadat. Ada terbaca tentang sebuah mezbah yang didirikan Yosua digunung Ebal sebagai pelaksanaan perintah Musa (Yos.8:30).
2.2.2.      Zaman Para Hakim
Dalam zaman hakim-hakim pribadahan bangsa Israel mereka membiasakan diri beribadah di kuil-kuil setempat menurut adatistiadat kanaani yang berlaku disitu. Akhir periode para hakim tabut terdapat di Silo yang di jaga oleh imam Eli. Itu berarti bahwa pada waktu di kuil Silo termasuk kuil yang khas Yahwistis.
2.3. Bait Suci dan Peranannya di dalam ibadat
Sepanjang periode ini, ibadat masih berlangsung di kuil-kuil di berbagai tempat, walaupun kuil di Silo telah dihancurkan. Setelah peghancuran tersebut, keluarga Imam Eli pindah ke kuil di Nob (1Sam 21:1). Nob itu merupakan suatu tempat yang jarang sekali disebut nama Alkitab. (bnd Yes 110:33). Setelah Daud berhasil naik takhta dan dia mempersetukan bangsa Israel di bawah kerajaanya. Dia merebut Kota Yerusalem menjadi ibu kotanya dan mematahkan kuasa Filistin. Barulah sesudah itu tampak suatu langkah kemajuan dalam hal ibadat, karena Daud menetapkan Yerusalem, ibu kota yang baru (2 Sam 5:9) sebagai lokasi untuk perjanjian. Daud meningkatkan nilai keagamaan ibu kota nya yang baru itu dan menyatakan kepada umatnya bahwa dia sendiri menunjung tinggi Yahwe sebagai Allah bangsa Israel dan Daud juga berhasil mengikat perasaan dan kesetiaan bangsanya kepada kota Yerusalem sedemikian rupa, hingga walaupun kerajaan itu kemudian  pecah, rasa kebangsaan dan rasa keagamaan di Israel tetap melekat kepada Yerusalem. Daud merencakan sebuah pembangunan sebuah kuil yang akan menjadi tempat tabut, dalam kitab Tawarikh dapat dibaca walaupun Daud sendiri tidak membangun Bait Allah, namun dia mempersembahkan bahan-bahan dan sarana-sarana pembangunaanya, tetapi yang lebih penting dari pada ditempat itu adalah keyakinan bahwa Bait Suci ditunjuk oleh Allah sendiri, beradanya tabut di Yerusalem juga menguatkan kepercayaan entang kesaktian baitu suci. Beradanya tabut di Yerusalem berarti bahwa dengan demikian Yerusalem memiliki suatu tanda dan lambang kehadiran Yahwe. Di dalam beberapa Mazmur diberitakan bahwa Yahwe telah memilih Sion (Maz 132:13).
Bait  Suci dibangun berdasarkan suatu pra-rencana yang sudah ada berdasarkan Sesutu pra-gambaran tentang bagaimana seharusnya suatu kuil yang dikhususkan untuk Yahwe. Justru kita tahu bahwa ahli-ahli bangunan yang dipekejakan dalam pembanggunan bait itu berasal dari Tirus (1 Raj 5:3).  Gedung Bait Suci dibangun merupakan serambi (1 Raj 6:3) di belakang serambi itu terdapat sebuah ruangan yang besar yang pada zaman kemudian disebut Ruang Kudus, sedangkan yang dibelakang lagi ada sebuah ruangan yang lebih kecil yang disebut Ruang Maha Kudus tempat tabut ditaruh (1 Raj 8:6) di depan serambi Bait Suci ada berdiri dua tiang besar, yang diberi nama Yakhin dan Boas. Tidak dapat dipastikan apakah tiang-tiang tersebut berdiri lepas dari gedung atau tidak, tetapi baik bentuk tiang yang lepas, baik bentuk tiang yang menyokong gedung, terdapat juga dalam kuil-kuil kuno yang lain. Pada halaman di sekitar gedung induk bait suci ada sebuah “ Samudra, laut” dari tembaga yang berdiri di atas 12 lembu dan tembaga (1 Raj 7:23). Dapat ditambah juga disini, bahwa halaman Bait suci ada sepuluh tempat yang lebih kecil untuk   penyucian (pembasuhan), juga dari tembaga, dan tempat-tempat penyucian ini juga dapat diparelelkan dengan tempat-tempat kuil yang lain. Di ruang luar yang disebut “ Ruang Kudus” terdapat bahwa meja untuk roti sajian dan sepuluh kandil. Bahwa roti itu ditaruh dalam Bait Suci pada hari sabat, kemudian dimakan habis oleh para imam waktu diambil kembali. Jumlah roti itu dan mungkin angka itu merupakan lambang ke-12 suku Israel. Dalam uraian mengenai Bait Suci dalam Kitab Raja-raja, disinggung adanya sebuah meja dari emas di samping meja untuk roti sajian, yaitu pemakaian ukupan. Ukupan dipakai dalam bait suci terutama terdiri dari kemenyan saja. Dalam Bait Suci dibangun di luar gedung induk Bait suci dihalaman luar, yaitu mezbah untuk kurban bakaran. Tradisi dari zaman bahwa ada naga tembaga yang ditaruh bait suci. Ada dugaan kuat bahwa naga itu merupkan suatu simbol yang berasal dari zaman Yebusi. Kemudian dipindahkan dari kuil Yebusi ke dalam bait suci yang didirikan Salomo serentak dengan berpindahnya Imam Zadok dari kuil lama ke kuil yang baru. jadi sekali lagi Bait Suci yang baru dengan perlenkapanya itu tidak memperlihatkan sutu ciri khas yang membedakan ibadat Israel daripada ibadat tetangga-tetangganya, kecuali simbol suci yang sau-satunya, yaitu tabut.
Dalam perayaan ibadah Israel kuno ada masa masa raya yang dirayakan yaitu
1.      Roti tidak beragi
2.      Paskah
3.      Pesta panen
4.      Perayaan pengumpulan tanah
5.       Hari sabat dan hari bulan sabit
6.      Kurban “kambing bagi Azazel”
7.      Kurban harian
Imamat dalam bait suci yaitu tidak pernah terdiri hanya dari keturunan Harun atau Lewi. Imam-imam besar mungkin sekali  merupakan keturunan Imam Yebusi; dan banyak dari imam-imam lainya hanya bergabung sebagai keturunan Harun. Fungsi-fungsi para imam yaitu :
1.      Fungsi berkenaan dengan sistem kurban
2.      Fungsi sebagai pemelihara tradisi-tradisi Kultis
3.      Fungsi dalam menyampaikan berkat
Corak Ibadat di bait Suci dalam peribadahan yang dilakukan bangsa Israel terdiri dari sebagian besar ritus berkenaan dengan sistem kurban, tetapi perlu dicatat bahwa ritus-ritus itu disertai dengan pengucapan naskah-naskah liturgis.  Yang merupakan tafsir atas ritus-ritus itu, dan dengan demikian membuat ritus-ritus tersebut mengesankan bagi masyarakat yang datang berkumpul untuk beribadah. Ada kesan kegembiraan menonjol pada zaman pra pembuangan. Orang hadir di Bait Suci dari pada kuil-kuil Israel untuk memuji Tuhan karena pemberiaan-Nya berupa kelimpahan alam semesta, sewaktu mereka merayakan pesta-pesta pertanian yang disertai dengan tari-tarian. Maka dalam Kitab Mazmur yang menyatakan jelas bahwa tari-tarian mempunyai peranan penting dalam ibadat bait suci. Banyak unsur ibadat yang dilakukan bangsa Israel yang termasuk ciri khas Bait Suci yaitu perayaan paskah merupakan perayaan yang khas Yahwist. Upacara-upacara yang khusus berlangsung di bait Suci ialah ritus-ritus kerajaan yang menyangkut raja Yehuda dalam ritus-ritus tersebut adalah Khas Yahwist yang di mana dalam nubuat dikatakan bahwa Gunung  Tuhan akan ditinggihkan sampai sekalian bangsa berkrumun kepadanya untuk beribadat, jadi tidak mengherankan bahwa ibadat dipusatkan, dan pusat yang diambil ialah Bait Suci Yerusalem. Bait suci yang dimaksudkan Salomo sebagai kuil utama di antara begitu banyak kuil di tanah Israel, yaitu Kuil Kerajaan. Tetapi pada zaman post-pembuangan, Bait Suci ini menadi kuil-kuil satu-satunya yang dapat melakukan ritus kenegaraan, dan yang dapat menjaga kemurnian Yahwist dengan ketat.
2.4. Jenis-jenis persembahan kurban
Persembahan dan kurban  adalah salah satu yang tidak bisa dilepaskan dalam peribadahan Israel. Ada banyak jenis-jenis persembahan kurban dalam ibadah Israel yaitu
1.      Kurban Paskah
Paskah berbeda dengan jenis jenis kurban lainya,  hari raya paskah ini diperingati sebagai peringatan keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan.
2.      Kurban Bakaran
Kurban bakaran ini adalah untuk menyatakan sembah sujudnya si penyembah kepada Tuhan dan untuk menarik perhatian Tuhan dengan menyerahkan persembahan yang berharga kepada-Nya, kodeks Imamat menyebut kurban itu sebagai “ kurban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan”
3.      Kurban bakaran harian, Pagi dan sore
Menurut kodeks Imamat, Kurban bakaran diwajidkan dua kali sehari sebagai persembahan masyarakat umum, sekali pada pagi hari dan sekali pada sore hari (Kel 29:38 ; Bil 28: 2) persembahan ini juga disertai kurban curahan baik pagi maupun sore hari, pada hari-hari sabat bahkan kurba yang dipersembahankan menjadi dua kali lipat.
4.      Kurban pendamaian
Yaitu kurban pengucapan syukur merupaka suat pernyataan terimah kasih kepada Tuhan karena segala rahmat-Nya yang dialami si penyembah, kurban pembayaran Nazar merupakan penngenapan suatu perjanian bersyarat, Pembayaran Nazar merupakan pengakuan bahwa si penyembah mempunyai kewajiban moral terhadap Tuhan.
5.      Kurban penghapusan dosa dan penebusan salah.
Persembahan ini berlaku bagi setiap orang. Disini unsur penebusan atau pelunasan terhadap kesalahan terlihat menonjol.       
2.5. Sinagoge
Sejak zaman Musa uraian tentang ibadat Israel dan Yahudi tak dapat dianggap lengkap, kalau tidak menyinggung tentang Sinagoge, yaitu suatu lembaga keagaaman yang berasal dari periode Perjanjian Lama. Sinagoge itu merupakan corak yang serba baru dalam ibadat. Tradisi Yahudi mencari akar sinagoge pada zaman Musa atau bahkan pada zaman bapa lehur, menurut Yosephus, Musa menetapkan bahwa sekali seminggu orang Israel harus menghentikan kesibuan sehari-hari untuk mendengarkan Tora. Menurut Yosephus Sinagoge didirikan oleh Musa.
Asal mula sinagoge dalam pembuangan di Babel yaitu bahwa sinagoge mula-mula berdiri di antara kaum buangan Babel, waktu mereka berkumpul agaknya di rumah-rumah mereka sendiri. Dengan maksud mempertahankan iman mereka bersama, sinagoge dimulai dengan perkumpulan-perkumpulan spontan diantara orang Yahudi. Di Babel dan tempat pembuangan yang lain.Fungsi Sinagoge
1.      Tempat pengajaran
2.      Tempat berdoa
Pejabat-pejabat sinagoge
1.      Arkon sebagai pejabat yang bertanggung jawab atas ibadat umum dan mengatur ketertiban sinagoge dan jemaat berkumpul di situ.
2.      Khazzan sebagai petugas yang ditugaskan untuk memelihara kitab-kitab sinagoge
3.      Syeliakh sibursebagai bertindak sebagai umat, dan untuk mengucapkan doa dalam rangka kebaktian sinagoge.
Kebaktian Sinagoge
Syema yang terdiri dari doa, pembacaan dari tora, dan kitab para nabi, serta pengucapan berkat, uraian nats Alkitab, pengucapan berkat, penggunaan mazmur dalam liturgi singoge, panggung dan kursi Musa,
2.6.Pola-pola yang menjadi  wadah ibadat dan Roh mengisinya
2.6.1.      Ciri-ciri ibadat dalam Israel Kuno
1.      Doa
2.      Sifat-sifat Allah menurut kitab Mazmur
a.       Pribadi
b.      Pencipta
c.       Raja yang maha tinggi
d.      Sang seba maha hadir
e.       Allah yang Kudus dan benar
f.       Pemilih umatnya
g.      Kasih setia Allah
h.      Penuntut ketaatan
i.        Sumber keampunan
3.      Ciri-ciri pendekatan pemazmur kepada Tuhan
a.       Nada kegirangan
b.      Pengangungan nama Tuhan
c.       Berkhidmat di Hadapan Tuhan
d.      Puji-pujian
e.       Pengucapan Syukur
f.       Penyelasan dosa
g.      Permintaan
h.      Doa syafaat
i.        Persekutuan dengan Tuhan
j.        Kerinduan akan Tuhan sendiri
k.      Persekutuan menjurus kepada ketaatan
4.      Pembacaan firman Tuhan
a.       Pembacaan Firman dalam ibadat
b.      Uraian Firman dalm penuntut ibadat
c.       Firman yang menuntut penerapan      

 III.            Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kami menyimpulkan bahwa ibadah Israel Kuno  dimulai dalam kisah pemanggilan Abraham sebagai bapa-bapa bangsa. Di mana dalam panggilan Abraham disertai janji-janji berkat Allah, sebagai respon Abraham terhadap janji –janji itu. Dia menyembah Allah dengan membuat mezbah dan mempersembahkan Kurban dengan hal itu maka pada peristiwa Keluaran bangsa Israel, bangsa Israel beribadah kepada Allah dengan mempersembahkan kurban binatang pada paskah dan serta menyanyikan puji-pujian dengan sorak bersorak dengan penuh kemenangan. Ibadat yang dilakukan bangsa Israel dalam kemah pertemuan, bait suci dan sinagoge. Para pemimpin di bait suci maupun sinagoge yaitu para keturunan Lewi yang telah dikhususkan untuk tugas pelayanan ibadah, para imam memimpin ibadah dan pada hari agama lainya. Ibadah di Sinagoge terdiri dari, Shema, doa, pembacaan tora atau kitab suci. Upacara agamawi yang dilakukan bangsa Israel berupa pencurahan, pembakaran kemenyan, penyampaian berkat imamat. Ibadah yang dilakukan bangsa Israel yaitu untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah.
 IV.            Daftar Buku
R. H. Rowley, Ibandat Israel Kuno, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004