Sejarah Peradapan Kristenan di India


Sejarah Peradapan KeKristenan di India

I.                   Pendahuluan
Pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas tentang pengertian Sejarah Gereja Asia, pembagian zaman-zaman nya,baik pada zaman Gereja Asia lama yaitu pada abad I-XV dan zaman Gereja Asia baru yaitu pada abad XVI-XX, serta perkembangan dan tantangan yang di alami Gereja pada masa-masanya. Pada kesempatan kali ini kami para penyaji akan memaparkan sajian tentang Sejarah Gereja Asia di negara India. Baik itu keadaan negara India, perkembangan Gereja, tokoh-tokoh yang menyebarkan penginjilan, hambatan yang dialami Gereja saat di negara India. Kiranya sajian ini bermanfaat bagi kita untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan Gereja di Asia khususnya di India, Tuhan Yesus Memberkati.
II.                Pembahasan
2.1. Seputar Tentang India

 Inilah India, sebuah sub-benua besar dengan penduduk yang menguasai banyak bahasa, yang daerah, bahasa, agama, pola, kebudayaan, dan iklimnya begitu bervariasi sehingga pergi dari satu negara bagian ke negara bagian yang lain di Eropa.[1] India secara geografis ditata menjadi empat wilayah alamiah yang berbeda: (1) Bentangan pegunungan Himalaya yang menjadi batas dengan Nepal, Cina, dan Pakistan di sebelah utara; (2) Dataran Indo-Ganga di sebelah tengah; (3) Dataran tinggi Decca di sebelah selatan; dan (4) daerah pantai. Kepulauan Andaman dan Nicobar yang lebih jarang penduduknya di India (di Teluk Benggala) dan kepulauan Leccadive, Minicov, dan Aminidive (di Laut Arabia) didiami lebih banyak kelompok suku dan bahasa India.
Bangsa India seumpama sebuah sungai besar yang bermuar pada banyak aliran. Suku Dravidian, Aryan, Yunani, Mongol, Arab, Turki dan lainnya bermigrasi ke India pada permulaan tahun 3.000 sebelum Masehi dan bercampur baur sepanjang abad-abad itu, hingga pada saat ini tidaklah mungkin untuk membedakan dengan jelas antara berbagai kelompok ini. (Kaum Dravidian dianggap berasal dari Asia tengah dan sebagian besar orang-orang India Selatan dianggap merupakan keturunan dari mereka. Dari daerah yang sama suku Aryan bermigrasi pada sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi).[2]
2.2. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan Masyarakat di India
 Kepercayaan bangsa India Kuno bersifat Politheisme, artinya percaya kepada banyak dewa. Tiap dewa memiliki kekuatan dan suci karenanya harus disembah dan dipuja-puja. Dewa-dewa yang dianggap suci itu adalah sebagai berikut:
a.       Dewa Pertiwi (dewa bumi)
b.      Dewa Surya (dewa matahari)
c.       Dewa Bayu (dewa angina)
d.      Dewa Baruna (dewa laut)
e.       Dewa Agni (dewa api)
Tetapi dewa yang diutamakan adalah Trimurti, artinya tiga dewa utama, yaitu Dewa Brahma (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa pemelihara), dan Dewa Syiwa (dewa perusak).[3]
2.3. Sejarah Gereja Kuno
Menurut Kisah Rasul Tomas, setelah hari pentakosta kedua belas rasul membuang undi untuk menentukan kemana setiap rasul diutus untuk mengabarkan Injil. Rasul Tomas mendapat tugas di India tetapi ia tidak pergi ke sana. Oleh karena itu, Tuhan mengatur agar Tomas dijual sebagai budak kepada seorang pedagang dari India yang bernama Habban, yang datang ke Yerusalem untuk mencari tukang kayu. Di India, Tomas disuruh membangun istana untuk raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang itu digunakan untuk membantu orang miskin, sehingga raja Gudnaphar marah. Namun pada akhirnya ia bersama adiknya Gad menerima “tiga tanda materai Kekristenan” yaitu urapan minyak, baptisan dan perjamuan kudus.
Kisah Rasul Tomas ditulis kira-kira tahun 180-230 di kota Edessa atau daerah sekitarnya. Gereja Mar-Tomas adalah hasil dari pekabaran injil oleh rasul Tomas di India Selatan yang mempertahankan tradisi kuno baik dalam bentuk puisi maupun nyanyian, bahwa Tomas datang ke Malabar pada tahun 52 M. penemuan purbakala mendukung sebagian cerita Tomas, tahun 1834 ditemukan beberapa mata uang logam dengan tulisan nama Yunani “Gundaphoros”; hal ini membuktikan bahwa ada seorang raja yang bernama Gundaphoros berkuasa di Punjab pada abad pertama. Ternyata Gundaphorus adalah raja terpenting di India utara pada zaman itu.[4]
2.4. Misi Penginjilan Katolik Roma
 Bulla Paus Alexander VI mempercayakan tugas kepada raja spanyol dan raja Portugal mengabarkan iman Katolik di negara-negara yang baru ditemukan di seluruh dunia. Kedua raja diberi hak mengangkat uskup, mengutus misionaris serta pengurus organisasi gereja di daerahnya masing-masing.[5] Pada akhir abad ke-16 Gereja Katolik Roma sudah kuat di Goa, dan berkembang di daerah pantai India, di wilayah jajahan Portugis. Perluasan gereja di luar wilayah jajahan Portugal menemui kesulitan. Agama Hindu sudah mendarah daging dalam masyarakat dan budaya India. Gereja Katolik Roma berusaha menginjili bangsa Moghul. Kaisar Akhbar mengajak serikat Yesus yang berpusat di Goa mengutus pekabar injil untuk mengajarkan iman Katolik di sana. Tiga rombongan misi diutus ke sana, yakni pada 1576, 1790 dan 1594. Kaisar Akhbar memberi izin kepada rakyatnya untuk memeluk agama Kristen, dan sebuah gereja dibangun di Lahore.[6]
2.5. Misi Penginjilan Protestan di India
Di anak benua India terdapat berbagai suku, bangsa, bahasa dan negara. Sejumlah besar penduduk India beragama Hindu, namun golongan minoritas beragama Islam cukup besar dan berpengaruh secara politis di wilayah Kekaisaran Mogul. Hubungan antara kekristenan dan kolonialisme semakin rumit. Berbeda dari raja-raja Portugal, perumasahan Inggris, East India Company (EIC), sama sekali tidak berhasrat mengabarkan Injil. Tujuan satu-satunya adalah memperoleh kekayaan. Maka pendeta-pendeta yang diutus ke India ditugaskan hanya untuk melayani orang Eropa, dan pegawai perusahaan. Akan tetapi, golongan Kristen Evangelikal memberi tekanan pada EIC melalui parlemen di Inggris, sehingga badan ini terpaksa membuka bebrapa kelonggaran. Sesudah mengambil tambuk pimpinan pemerintahan di India pada tahun 1858, pemerintah Inggris bersikap netral dan toleran terhadap semua agama.seorang yang bernama Carrey menjadi pelopor gelombang baru misi protestan di India. Banyak seklai tantangan yang dihadapi dia. Dengan segala usaha bersama dengan ketiga pekabar injil di Serampore (terkenal sebagai “Serampore Trio” merupakan langkah awal yang snagat bermakna dalam usaha perkembangan kekristenan di India.
Sekolah-sekolah dibuka, termasuk pada tahun 1819 dibuka perguruan tinggi di Serampore, yang kemudia ditingkatkan menjadi Universitas. Di situ diajarkan teologi Kristen, filsafat India dan ilmu pengetahuan barat. Di wilayah jajahan Inggris, EIS mengangkat pendeta-pendeta anglikan dnegan tugas melayani pegawai-pegawai berkebangsaan Inggris. Tekanan kaum evalengikal di parlemen Inggris menghasilkan perubahan-perubahan dalam anggaran dasar EIC pada tahun 1813 dan 1833, awalnya penginjilan berkurang lalu dihapuskan. Maka banyak lembaga pekabaran injil mengutus tenaga ke India. Dalam waktu 10 tahun, Curch Missionary Society (Anglikan) mengutus 26 orang ke India dan jumlahnya terus bertambah. Pada tahun 1851 ada 339 orang pendeta Protestan di India, kebanyakan bersama dengan keluarga, diutus oleh 19 lembaga misi. Orang Kristen Prostetan di India diperkirakan berjumlah lebih dari 90.000 orang.[7]
2.6. Tokoh-tokoh Yang Berpengaruh Dalam Penginjilan di India
2.6.1.      Fransiscus Xaverius
Fransiscus Xaverius dilahirkan dalam Istana Xavier di Navarre pada tahun 1506.[8]Ia kuliah di Universitas Paris bersama dengan Ignatius Loyola, yang mengajaknya mendirikan Serikat Yesuit.[9]Xaverius diutus pada tahun 1541 sebagai tanggapan terhadap permohonan Raja Portugal. Xaverius tiba di Goa pada bulan Mei 1542dan tinggal di sana selama beberapa bulan. Dia melayani para nelayan di desa-desa Parava, lalu mengunjungi Tranvancore dan Sri Langka. Xaverius memakai anak-anak untuk mengajar orangtua mereka dengan empat pokok pernyataan iman Katolik yaitu Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli, Sepuluh Hukum Taurat serta Ave Maria dengan cara menghafalkannya dengan sempurna. Apabila seluruh keluarga sudah menghafal pokok-pokok iman Katolik mereka kemudian dibaptis. Diperkirakan selama sepuluh tahun pelayanannya, ia membaptis 700.000 orang.[10]
2.6.2.      Roberto De Nobili
Nobilli dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan pada tahun 1577. Pada umur 20 tahun ia memasuki Ordo Yesuit yaitu pada tahun 1597. Kemudia dia diutus ke India dan tiba di sana pada tahun 1605.[11] Di Madurai, India Selatan, pusat kebudayaan bangsa Tamil. Ia melihat dua masalah yang merupakan rintangan berta bagi usaha mengabarkan injil di India, yaitu: (1) Orang India menganggap hina kehidupan kasar pelaut-pelaut Portugis ; (2) Para pekabar Injil menolak system kasta, yang berurat-berakar dalam kebudayaan India. Sehingga orang yang beralih agama menjadi Kristen berasal dari kasta yang paling rendah. Akan hal itu ia menyesuaikan diri sejauh mungkin dengan kebudayaan setempat. De Nobili menjauhkan diri dari rekan-rekannya berkebangsaan Portugis dan memilih bertempat tinggal di bagian kota yang di diami orang Brahman. Tanda di muka rumahnya menerangkan bahwa ia bukan seorang “Perangi” (Portugis), melainkan seorang bangsawan Italia. Pada tahun 1609 de Nobili sudah membaptis 63 orang bangsawan India termasuk beberapa orang Brahman.[12]
2.6.3.      William Carey
 William Carey dilahirkan dari sebuah keluarga yang miskin di Northamptonshire, Inggris pada tahun 1761.[13] William Carey merupakan seorang Penginjil dari Gereja Baptis Inggris yang termasyur.[14]Ia ditahbiskan sebagai pendeta Gereja Baptis pada tahun 1785 dan melayani jemaat sambil merangkap menjadi tukang sepatu dan guru sekolah.[15] William Carey sangat menghargai budaya pribumi sejauh nilainya tidak berkonotasi Hinduisme. Ia mengupayakan banyak hal untuk memajukan bangsa India dan Gereja disana.[16] Carey juga memberikan perhatian yang sangat besar pada kegiatan pekabaran Injil. Tahun 1792 diadakan pertemuan pendeta dan berhasil mendirikan lembaga pekabaran Injil yang pertama dalam kalangan reformatoris, yang bernama Baptist Missionary Society (Lembaga Pekabaran Injil Baptis) di Nottingham. Carey lah yang menjadi pendorong utamanya. Carey menelorkan suatu semboyan yang sangat terkenal “Mengharapkan perkara-perkara besar dari Allah dan mengusahakan perkara-perkara besar bagi Allah”.
Lembaga Pekabaran Injil Baptis mengirim Carey sebagai pekabar Injilnya yang pertama ke India. Pada tahun 1801 Carey membuka sebuah sekolah untuk mendidik orang-orang pribumi India agar menjadi pendeta di India. Sekolah tersebut diberi nama Fort William Collage. Sementara itu Carey terus menerjemahkan Alkitab lengkap diterbitkan pada tahun 1809. Kegiatan-kegiatan Carey di India didasarkan pada pandangan-pandangannya yang prinsip dalam pekabaran Injil sebagai berikut:
1.      Pekabaran Injil harus dikerjakan seluas mungkin
2.      Pekabaran Injil harus dilakukan dalam bahasa-bahasa yang dipahami oleh para pendengar
3.      Peyebaran Alkitab seluas mungkin dalam bahasa setempat
4.      Mendirikan Gereja secepat mungkin
5.      Segerea mendidik bangsa pribumi untuk menjadi pemberita Injil/Pendeta.
Demikianlah Carey biasanya dipandang sebagai Bapak Pekabaran Injil Modern.[17]
2.6.4.      Vengal Chakkarai
 Vengal Chakkarai lahir pada tahun 1880 di Madras.[18]Ia dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang beragama Hindu. Oleh karena itu, ia mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang agama Hindu. Vengal Chakkarai adalah seorang teolog yang cukup terkenal dari India. Chakkarai nempunyai semangat untuk meng-India-kan keKristenan dalam konsep-konsep India. Ia yakin bahwa Allah berbicara dengan berbagai macam cara pada waktu yang berbeda-beda melalui nabi-nabinya, resi-resi kepada manusia. Allah telah menyatakan kehendak-Nya yang kudus kepada manusia. Selanjutnya Chakkarai menarik kesimpulan bahwa agama Hindu merupakan bentuk latar belakang bagi agama Kristen di India. Agama Kristen dipandangnya sebagai pemenuhan dari agama Hindu. Kemudian Chakkarai mengutarakan pendapatnya bahwa sekalipun agama Kristen merupakan pemenuhan dari agama Hindu, namun tidaklah berarti bahwa agama Hindu kurang sempurna, rendah dan palsu. Orang Hindu yang beralih dari kepada agama Kristen bukanlah beralih dari agama palsu kepada agama yang benar. Orang Hindu menjadi Kristen karena Allah memilih mereka dan panggilan-Nya kepada mereka didengar dan ditaati.[19]Ia mengarang buku Jesus the Avatar tahun 1927, The Cross and the India thought tahun 1932 dan sering menulis artikel untuk surat kabar The Guardian di Inggris. Teologinya bersifat Kristosentris.[20] Beberapa pengalaman Vengal Chakkarai:
a.       Yesus adalah benar-benar manusia
b.      Roh kudus adalah Kristus sendiri yang terus ada dan bekerja hingga saat ini.
c.       Allah tidak dapat dilihat sebagai pencipta dosa
d.      Manusia sendrilah yang bertanggung jawab atas dosa yang mereka lakukan.
e.       Pengetahuan mengenai Allah bukanlah sesuatu yang bersifat intelektual, melainkan sebuah pengalaman yang personal dengan Allah sendiri.
f.       Dosa dilihat sebagai sebuah borgol untuk mencegah jiwa manusia mencapai Tuhan
g.      Esensi dosa adalah keinginan untuk mencari “misteri yang telarang.”[21]
2.6.5.      Sadhu Sundar Singh
Sadhu Sundar Singh, lahir pada tanggal 3 September 1889, di Negara Patiala, India.[22] Seorang keturunan bangsawan dari suku bangsa Sikh. Semula ia masuk Gereja Anglican, tetapi kemudian tidak betah dengan suasana yang terlalu kebarat-baratan. Dia menampilkan dirinya, yakni dengan bentuk pemahaman dan pengungkapan keKristenannya sangat diwarnai mistik/Hindu; ia mengalami keakraban dan kesatuan dengan yang ilahi melalui meditasi dan juga melalui penderitaan, baik penderitaan pribadi maupun penderitaan bersama masyarakat luas. Mistik Sadhu tidak membuat ia memencilkan diri untuk bertapa dan merenung belaka, melainkan justru mendorongnya untuk aktif menolong orang agar menang melawan penderitaan. Pengaruh Sadhu Sundar Singh sangat terasa pada persekutuan Kristen India yang disebut ashram, yakni persekutuan yang diisi dengan kegiatan berdoa, belajar dan melayani dalam suasana India, lengkap dengan peraturan disiplin yang sangat ketat. Pendek kata ashram mau menampilkan KeKristenan yang khas India: KeKristenan dengan ekspresi budaya pribumi, di tengah kemiskinan, tetapi sekaligus memberantas kemiskinan bukan mendewakannya. Jejak Sadhu Sundar Singh dan ashram diikuti dan dikembangkan sejumlah gerejawan India abad ini. [23]
2.7. Hambatan dan Tantangan KeKristenan di India
Sistem kasta termasuk itni pokok kebudayaan Hindu. Kitab suci Hindu Veda menggambarkan 4 golongan utama : Brahman (Imam dan pemikir), Ksatria (penguasa), Vaisa (Pedangan, Petani, Tukang), dan Sudra ( Buruh, Pekerja, Pegawai Sederhana), yang terakhir disebut Paria atau di luar kasta, yang tidak dapat disentuh. Setipa kasta mempunyai fungsi dan peranan dalam keseluruhan masyarakat.
Adanya system kasta menimbulkan dua pokok persoalan bagi misi Kristen baik katolik maupun protestan.
1)      Apakah seharusnya kasta ditolak sebagai suatu system keagamaan, yang idka dapat dipisahkan dari agama Hindu, atau dibiarkan sebagai system sosial saja? Para utusan injil ingin menyesuaikan diri sejauh mungkin dengan kebudayaan India, tetapi engan menghindari bahaya Sinkretisme.
2)      Menghadapi masyarakat India yang bertingkat-tingkat. Kasta manakah yang seharusnya diprioritaskan dalam pekabaran Injil? Ada yng menganggap kasta tertinggi golongan strategis, sedangkan yang lain menganggap kasta rendah lebih terbuka terhadapa Kekristenan.[24]
Pada akhir abad ke-16 Gereja Katolik Roma sudah kuat di Goa dan berkembang di daerah pantai India, di wilayah jajahan Portugis. Pada tahun 1599, Gereja Ortodoks Siria di Indua mengakui paus sebagai kepala. Perluasan gereja diluar wilayah jajahan Portugal menemui kesulitan. Agama Hindu sudah mendarah daging dalam masyarakat dan kebudayaan India. Penentangnya yang paling berhasil bukan agama Kristen melainkan agama Islam. Gereja Katolik Roma berusaha menginjili bangsa Moghul. Kaisar Akhbar mengajak Serikat Yesus yang berpusat di Goa mengutus Pekabar Injil untuk mengajarkan iman Katolik di Istana pada tahun 1576, 1590, 1594.
Pada tahun 1605 Roberto De Nobili tiba di Madurai, India Selatan, pusat kebudayaan bangsa Tamil. Ia melihat dua masalah yang merupakan rintangan berat bagi usaha mengabarkan Injil di India. Rintangan pertama, Orang India menganggap hina kehidupan kasar pelaut-pelaut Portugis. Rintangan kedua, para Pekabar Injil menolak sistem kasta, yang berurat –berakar dalam kebudayaan India. Akibatnya orang yang beralih agama menjadi Kristen berasal darikasta yang paling rendah. Bila orang India dari golongan kasta tinggi masuk Kristen mereka langsung kelihatan kasta. Tidak heran jika keKristenan dipandang rendah sebagai agama orang miskin.[25]
2.8.Sumbangsi Sejarah KeKristenan di India
2.8.1.      Pengertian Dalit
Dalit dalam bahasa sanskerta berarti ‘patah’, ‘diinjak-injak’, ‘tertindas’.[26] Kata Dalit mirip dengan kata Ibrani dal yang juga berarti ‘patah’ atau ‘diinjak-injak’.[27] Dengan demikian, secara etimologi kaum Dalit adalah orang-orang yang ‘patah’ dan tertindas. Orang-orang ini hidup dalam tekanan ekonomi dan sosial.[28] Kaum Dalit biasanya bekerja sebagai pekerja sewaan oleh para tuan tanah.[29] Mereka juga adalah orang-orang yang terlempar dari kasta. Secara ekomomi kaum Dalit termasuk miskin, pekerjaan mereka menjadi budak dan memiliki penghasilan yang sangat rendah, sedangkan secara politis mereka tidak memiliki kuasa.[30] Dari sisi keagamaan kaum Dalit dikenal sebagai kaum yang tercemar dalam ritus keagamaan.[31]
2.8.2.      Pengertian Teologi Dalit
Teologi dalit adalah cabang teologi Kristen yang membicarakan pembebasan terhadap sistem kasta di India.[32] Teologi Dalit muncul sekitar tahun 1980 sebagai bentuk keprihatinan terhadap kemiskinan dan peminggiran yang dialami oleh kasta rendah India.[33] Salah satu tokoh penting yang menjadi pionir Teologi Dalit adalah M. Azariah, seorang Uskup di kota Madras. Tokoh-tokoh lain, seperti Rettamalai Srinivasan dan Ayyankali merupakan tokoh dan aktivis kaum Dalit pada tahun 1900an.[34]
III.             Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Alamadoss, Michael, Teologi PembebasanAsia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Andreas, Theologia Curcis in Christian views on suffering in the face of overhelming power and multifaceted religiosity in Asia. Amsterdam, Editor Rodopi.
David, M.D., Asia and Christianity. Bombay: Himalaya Publishig Co., 1985.
Fabella, Virginia,& Sugirtharajah, R.S., TheSCMDictionaryofThirdWorldTheologies. London: SCM Press, 2003.
Hock, Donald E., Sejarah Gereja Asia. Jawa Timur: Gandum Mas, 2000.
Jonge, C. de, dan Aritonang, Jan S., Apa dan Bagaimana Gereja. Jakarta: BPK-GM, 1993.
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia. Jakarta: Gunung Mulia, 1997.
Sugirtharajah, R.S.,&Hargreaves, Cecil, ReadingsInIndianChristianTheologyVol 1. London: ISPCK, 1995.
Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia, 2009.
Sumber Lain:
http://hinduosmedila.blogspot.com diaskes pada hari kamis, 7 Maret 2019 pukul 9:44 WIB.
http://id.wikipedia.org diaskes pada hari selasa 5 Maret 2019 pukul 10.19 WIB.



[1] Donald E. Hock, Sejarah Gereja Asia, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2000), 297.
[2] Donald E. Hock, Sejarah Gereja Asia, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2000), 300.
[3]http://hinduosmedila.blogspot.com diaskes pada hari kamis, 7 Maret 2019 pukul 9:44 WIB.
[4] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 14-15.
[5] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 96.
[6]Ibid, 111.
[7] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 119-124.
[8] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 192.
[9] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 97.
[10] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 98. 
[11] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 144.
[12] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 112-113.
[13] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 53.
[14] C. de Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta: BPK-GM1993), 71.
[15] Anna Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 120.
[16] C. de Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta: BPK-GM1993), 71.     
[17] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 53-54.
[18]http://id.wikipedia.org diaskes pada hari selasa 5 Maret 2019 pukul 10.19 WIB.
[19] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 56-57.
[20] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 134
[21] Andreas, Theologia Curcis in Christian views on suffering in the face of overhelming power and multifaceted religiosity in Asia, (Amsterdam, Editor Rodopi ), 59-60.
[22]http://id.wikipedia.org diaskes pada tanggal 6 Maret 2019 pukul 9.34 WIB
[23] C. de Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta: BPK-GM1993), 80.
[24] M.D. David, Asia and Christianity, (Bombay : Himalaya Publishig Co., 1985), 169.
[25] Anna Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 111-112.
[26]Virginia Fabella & R.S. Sugirtharajah, The SCM Dictionary of Third World Theologies, (London: SCM Press, 2003), 64-65.
[27]R.S. Sugirtharajah & Cecil Hargreaves, Readings In Indian Christian Theology Vol 1, (London: ISPCK, 1995), 37.
[28]Ibid, 37.
[29]Michael Alamadoss, Teologi PembebasanAsia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 40-42.
[30]Ibid, 47-50.
[31]Ibid, 50-53.
[32]Ibid, 40-42.
[33]Virginia Fabella & R.S. Sugirtharajah, The SCM Dictionary of Third World Theologies, 65.
[34]R.S. Sugirtharajah & Cecil Hargreaves, Readings In Indian Christian Theology Vol 1, 37.