Sejarah Peradapan Kristenan di India
Sejarah Peradapan KeKristenan di
India
I.
Pendahuluan
Pada pertemuan sebelumnya kita
telah membahas tentang pengertian Sejarah Gereja Asia, pembagian zaman-zaman
nya,baik pada zaman Gereja Asia lama yaitu pada abad I-XV dan zaman Gereja Asia
baru yaitu pada abad XVI-XX, serta perkembangan dan tantangan yang di alami
Gereja pada masa-masanya. Pada kesempatan kali ini kami para penyaji akan
memaparkan sajian tentang Sejarah Gereja Asia di negara India. Baik itu keadaan
negara India, perkembangan Gereja, tokoh-tokoh yang menyebarkan penginjilan,
hambatan yang dialami Gereja saat di negara India. Kiranya sajian ini
bermanfaat bagi kita untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan Gereja
di Asia khususnya di India, Tuhan Yesus Memberkati.
II.
Pembahasan
2.1. Seputar Tentang India
Inilah India, sebuah sub-benua besar dengan
penduduk yang menguasai banyak bahasa, yang daerah, bahasa, agama, pola,
kebudayaan, dan iklimnya begitu bervariasi sehingga pergi dari satu negara
bagian ke negara bagian yang lain di Eropa.[1]
India secara geografis ditata menjadi empat wilayah alamiah yang berbeda: (1)
Bentangan pegunungan Himalaya yang menjadi batas dengan Nepal, Cina, dan
Pakistan di sebelah utara; (2) Dataran Indo-Ganga di sebelah tengah; (3)
Dataran tinggi Decca di sebelah selatan; dan (4) daerah pantai. Kepulauan Andaman
dan Nicobar yang lebih jarang penduduknya di India (di Teluk Benggala) dan
kepulauan Leccadive, Minicov, dan Aminidive (di Laut Arabia) didiami lebih
banyak kelompok suku dan bahasa India.
Bangsa
India seumpama sebuah sungai besar yang bermuar pada banyak aliran. Suku
Dravidian, Aryan, Yunani, Mongol, Arab, Turki dan lainnya bermigrasi ke India
pada permulaan tahun 3.000 sebelum Masehi dan bercampur baur sepanjang
abad-abad itu, hingga pada saat ini tidaklah mungkin untuk membedakan dengan
jelas antara berbagai kelompok ini. (Kaum Dravidian dianggap berasal dari Asia
tengah dan sebagian besar orang-orang India Selatan dianggap merupakan
keturunan dari mereka. Dari daerah yang sama suku Aryan bermigrasi pada sekitar
tahun 2000 Sebelum Masehi).[2]
2.2. Sistem Kepercayaan dan
Kebudayaan Masyarakat di India
Kepercayaan bangsa India Kuno bersifat
Politheisme, artinya percaya kepada banyak dewa. Tiap dewa memiliki kekuatan
dan suci karenanya harus disembah dan dipuja-puja. Dewa-dewa yang dianggap suci
itu adalah sebagai berikut:
a. Dewa
Pertiwi (dewa bumi)
b. Dewa
Surya (dewa matahari)
c. Dewa
Bayu (dewa angina)
d. Dewa
Baruna (dewa laut)
e. Dewa
Agni (dewa api)
Tetapi dewa yang diutamakan adalah
Trimurti, artinya tiga dewa utama, yaitu Dewa Brahma (dewa pencipta), Dewa Wisnu
(dewa pemelihara), dan Dewa Syiwa (dewa perusak).[3]
2.3. Sejarah Gereja Kuno
Menurut
Kisah Rasul Tomas, setelah hari pentakosta kedua belas rasul membuang undi
untuk menentukan kemana setiap rasul diutus untuk mengabarkan Injil. Rasul
Tomas mendapat tugas di India tetapi ia tidak pergi ke sana. Oleh karena itu,
Tuhan mengatur agar Tomas dijual sebagai budak kepada seorang pedagang dari
India yang bernama Habban, yang datang ke Yerusalem untuk mencari tukang kayu.
Di India, Tomas disuruh membangun istana untuk raja Gudnaphar. Akan tetapi,
uang itu digunakan untuk membantu orang miskin, sehingga raja Gudnaphar marah.
Namun pada akhirnya ia bersama adiknya Gad menerima “tiga tanda materai
Kekristenan” yaitu urapan minyak, baptisan dan perjamuan kudus.
Kisah
Rasul Tomas ditulis kira-kira tahun 180-230 di kota Edessa atau daerah
sekitarnya. Gereja Mar-Tomas adalah hasil dari pekabaran injil oleh rasul Tomas
di India Selatan yang mempertahankan tradisi kuno baik dalam bentuk puisi
maupun nyanyian, bahwa Tomas datang ke Malabar pada tahun 52 M. penemuan
purbakala mendukung sebagian cerita Tomas, tahun 1834 ditemukan beberapa mata
uang logam dengan tulisan nama Yunani “Gundaphoros”; hal ini membuktikan bahwa
ada seorang raja yang bernama Gundaphoros berkuasa di Punjab pada abad pertama.
Ternyata Gundaphorus adalah raja terpenting di India utara pada zaman itu.[4]
2.4. Misi Penginjilan
Katolik Roma
Bulla Paus Alexander VI mempercayakan tugas
kepada raja spanyol dan raja Portugal mengabarkan iman Katolik di negara-negara
yang baru ditemukan di seluruh dunia. Kedua raja diberi hak mengangkat uskup,
mengutus misionaris serta pengurus organisasi gereja di daerahnya
masing-masing.[5]
Pada akhir abad ke-16 Gereja Katolik Roma sudah kuat di Goa, dan berkembang di
daerah pantai India, di wilayah jajahan Portugis. Perluasan gereja di luar
wilayah jajahan Portugal menemui kesulitan. Agama Hindu sudah mendarah daging
dalam masyarakat dan budaya India. Gereja Katolik Roma berusaha menginjili
bangsa Moghul. Kaisar Akhbar mengajak serikat Yesus yang berpusat di Goa
mengutus pekabar injil untuk mengajarkan iman Katolik di sana. Tiga rombongan
misi diutus ke sana, yakni pada 1576, 1790 dan 1594. Kaisar Akhbar memberi izin
kepada rakyatnya untuk memeluk agama Kristen, dan sebuah gereja dibangun di
Lahore.[6]
2.5. Misi Penginjilan
Protestan di India
Di anak benua India terdapat
berbagai suku, bangsa, bahasa dan negara. Sejumlah besar penduduk India
beragama Hindu, namun golongan minoritas beragama Islam cukup besar dan
berpengaruh secara politis di wilayah Kekaisaran Mogul. Hubungan antara
kekristenan dan kolonialisme semakin rumit. Berbeda dari raja-raja Portugal,
perumasahan Inggris, East India Company (EIC),
sama sekali tidak berhasrat mengabarkan Injil. Tujuan satu-satunya adalah
memperoleh kekayaan. Maka pendeta-pendeta yang diutus ke India ditugaskan hanya
untuk melayani orang Eropa, dan pegawai perusahaan. Akan tetapi, golongan
Kristen Evangelikal memberi tekanan pada EIC melalui parlemen di Inggris,
sehingga badan ini terpaksa membuka bebrapa kelonggaran. Sesudah mengambil
tambuk pimpinan pemerintahan di India pada tahun 1858, pemerintah Inggris
bersikap netral dan toleran terhadap semua agama.seorang yang bernama Carrey
menjadi pelopor gelombang baru misi protestan di India. Banyak seklai tantangan
yang dihadapi dia. Dengan segala usaha bersama dengan ketiga pekabar injil di
Serampore (terkenal sebagai “Serampore Trio” merupakan langkah awal yang snagat
bermakna dalam usaha perkembangan kekristenan di India.
Sekolah-sekolah dibuka, termasuk
pada tahun 1819 dibuka perguruan tinggi di Serampore, yang kemudia ditingkatkan
menjadi Universitas. Di situ diajarkan teologi Kristen, filsafat India dan ilmu
pengetahuan barat. Di wilayah jajahan Inggris, EIS mengangkat pendeta-pendeta
anglikan dnegan tugas melayani pegawai-pegawai berkebangsaan Inggris. Tekanan
kaum evalengikal di parlemen Inggris menghasilkan perubahan-perubahan dalam
anggaran dasar EIC pada tahun 1813 dan 1833, awalnya penginjilan berkurang lalu
dihapuskan. Maka banyak lembaga pekabaran injil mengutus tenaga ke India. Dalam
waktu 10 tahun, Curch Missionary Society (Anglikan) mengutus 26 orang ke India
dan jumlahnya terus bertambah. Pada tahun 1851 ada 339 orang pendeta Protestan
di India, kebanyakan bersama dengan keluarga, diutus oleh 19 lembaga misi.
Orang Kristen Prostetan di India diperkirakan berjumlah lebih dari 90.000
orang.[7]
2.6. Tokoh-tokoh Yang
Berpengaruh Dalam Penginjilan di India
2.6.1.
Fransiscus
Xaverius
Fransiscus
Xaverius dilahirkan dalam Istana Xavier di Navarre pada tahun 1506.[8]Ia
kuliah di Universitas Paris bersama dengan Ignatius Loyola, yang mengajaknya
mendirikan Serikat Yesuit.[9]Xaverius
diutus pada tahun 1541 sebagai tanggapan terhadap permohonan Raja Portugal.
Xaverius tiba di Goa pada bulan Mei 1542dan tinggal di sana selama beberapa
bulan. Dia melayani para nelayan di desa-desa Parava, lalu mengunjungi
Tranvancore dan Sri Langka. Xaverius memakai anak-anak untuk mengajar orangtua
mereka dengan empat pokok pernyataan iman Katolik yaitu Doa Bapa Kami,
Pengakuan Iman Rasuli, Sepuluh Hukum Taurat serta Ave Maria dengan cara
menghafalkannya dengan sempurna. Apabila seluruh keluarga sudah menghafal
pokok-pokok iman Katolik mereka kemudian dibaptis. Diperkirakan selama sepuluh
tahun pelayanannya, ia membaptis 700.000 orang.[10]
2.6.2.
Roberto
De Nobili
Nobilli
dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan pada tahun 1577. Pada umur 20 tahun
ia memasuki Ordo Yesuit yaitu pada tahun 1597. Kemudia dia diutus ke India dan
tiba di sana pada tahun 1605.[11]
Di Madurai, India Selatan, pusat kebudayaan bangsa Tamil. Ia melihat dua
masalah yang merupakan rintangan berta bagi usaha mengabarkan injil di India,
yaitu: (1) Orang India menganggap hina kehidupan kasar pelaut-pelaut Portugis ;
(2) Para pekabar Injil menolak system kasta, yang berurat-berakar dalam
kebudayaan India. Sehingga orang yang beralih agama menjadi Kristen berasal
dari kasta yang paling rendah. Akan hal itu ia menyesuaikan diri sejauh mungkin
dengan kebudayaan setempat. De Nobili menjauhkan diri dari rekan-rekannya
berkebangsaan Portugis dan memilih bertempat tinggal di bagian kota yang di
diami orang Brahman. Tanda di muka rumahnya menerangkan bahwa ia bukan seorang
“Perangi” (Portugis), melainkan seorang bangsawan Italia. Pada tahun 1609 de
Nobili sudah membaptis 63 orang bangsawan India termasuk beberapa orang
Brahman.[12]
2.6.3.
William
Carey
William Carey dilahirkan dari sebuah keluarga
yang miskin di Northamptonshire, Inggris pada tahun 1761.[13]
William Carey merupakan seorang Penginjil dari Gereja Baptis Inggris yang
termasyur.[14]Ia
ditahbiskan sebagai pendeta Gereja Baptis pada tahun 1785 dan melayani jemaat
sambil merangkap menjadi tukang sepatu dan guru sekolah.[15]
William Carey sangat menghargai budaya pribumi sejauh nilainya tidak
berkonotasi Hinduisme. Ia mengupayakan banyak hal untuk memajukan bangsa India
dan Gereja disana.[16]
Carey juga memberikan perhatian yang sangat besar pada kegiatan pekabaran
Injil. Tahun 1792 diadakan pertemuan pendeta dan berhasil mendirikan lembaga
pekabaran Injil yang pertama dalam kalangan reformatoris, yang bernama Baptist
Missionary Society (Lembaga Pekabaran Injil Baptis) di Nottingham. Carey lah
yang menjadi pendorong utamanya. Carey menelorkan suatu semboyan yang sangat
terkenal “Mengharapkan perkara-perkara besar dari Allah dan mengusahakan
perkara-perkara besar bagi Allah”.
Lembaga Pekabaran Injil Baptis mengirim
Carey sebagai pekabar Injilnya yang pertama ke India. Pada tahun 1801 Carey
membuka sebuah sekolah untuk mendidik orang-orang pribumi India agar menjadi
pendeta di India. Sekolah tersebut diberi nama Fort William Collage. Sementara
itu Carey terus menerjemahkan Alkitab lengkap diterbitkan pada tahun 1809.
Kegiatan-kegiatan Carey di India didasarkan pada pandangan-pandangannya yang
prinsip dalam pekabaran Injil sebagai berikut:
1. Pekabaran
Injil harus dikerjakan seluas mungkin
2. Pekabaran
Injil harus dilakukan dalam bahasa-bahasa yang dipahami oleh para pendengar
3. Peyebaran
Alkitab seluas mungkin dalam bahasa setempat
4. Mendirikan
Gereja secepat mungkin
5. Segerea
mendidik bangsa pribumi untuk menjadi pemberita Injil/Pendeta.
Demikianlah Carey biasanya
dipandang sebagai Bapak Pekabaran Injil Modern.[17]
2.6.4.
Vengal
Chakkarai
Vengal Chakkarai lahir pada tahun 1880 di
Madras.[18]Ia
dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang beragama Hindu. Oleh karena itu, ia
mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang agama Hindu. Vengal
Chakkarai adalah seorang teolog yang cukup terkenal dari India. Chakkarai
nempunyai semangat untuk meng-India-kan keKristenan dalam konsep-konsep India.
Ia yakin bahwa Allah berbicara dengan berbagai macam cara pada waktu yang
berbeda-beda melalui nabi-nabinya, resi-resi kepada manusia. Allah telah
menyatakan kehendak-Nya yang kudus kepada manusia. Selanjutnya Chakkarai
menarik kesimpulan bahwa agama Hindu merupakan bentuk latar belakang bagi agama
Kristen di India. Agama Kristen dipandangnya sebagai pemenuhan dari agama
Hindu. Kemudian Chakkarai mengutarakan pendapatnya bahwa sekalipun agama
Kristen merupakan pemenuhan dari agama Hindu, namun tidaklah berarti bahwa
agama Hindu kurang sempurna, rendah dan palsu. Orang Hindu yang beralih dari
kepada agama Kristen bukanlah beralih dari agama palsu kepada agama yang benar.
Orang Hindu menjadi Kristen karena Allah memilih mereka dan panggilan-Nya
kepada mereka didengar dan ditaati.[19]Ia
mengarang buku Jesus the Avatar tahun
1927, The Cross and the India thought tahun
1932 dan sering menulis artikel untuk surat kabar The Guardian di Inggris. Teologinya bersifat Kristosentris.[20]
Beberapa pengalaman Vengal Chakkarai:
a. Yesus
adalah benar-benar manusia
b. Roh
kudus adalah Kristus sendiri yang terus ada dan bekerja hingga saat ini.
c. Allah
tidak dapat dilihat sebagai pencipta dosa
d. Manusia
sendrilah yang bertanggung jawab atas dosa yang mereka lakukan.
e. Pengetahuan
mengenai Allah bukanlah sesuatu yang bersifat intelektual, melainkan sebuah
pengalaman yang personal dengan Allah sendiri.
f. Dosa
dilihat sebagai sebuah borgol untuk mencegah jiwa manusia mencapai Tuhan
g. Esensi
dosa adalah keinginan untuk mencari “misteri yang telarang.”[21]
2.6.5.
Sadhu
Sundar Singh
Sadhu Sundar Singh, lahir pada
tanggal 3 September 1889, di Negara Patiala, India.[22]
Seorang keturunan bangsawan dari suku bangsa Sikh. Semula ia masuk Gereja
Anglican, tetapi kemudian tidak betah dengan suasana yang terlalu
kebarat-baratan. Dia menampilkan dirinya, yakni dengan bentuk pemahaman dan
pengungkapan keKristenannya sangat diwarnai mistik/Hindu; ia mengalami
keakraban dan kesatuan dengan yang ilahi melalui meditasi dan juga melalui
penderitaan, baik penderitaan pribadi maupun penderitaan bersama masyarakat
luas. Mistik Sadhu tidak membuat ia memencilkan diri untuk bertapa dan merenung
belaka, melainkan justru mendorongnya untuk aktif menolong orang agar menang
melawan penderitaan. Pengaruh Sadhu Sundar Singh sangat terasa pada persekutuan
Kristen India yang disebut ashram, yakni
persekutuan yang diisi dengan kegiatan berdoa, belajar dan melayani dalam
suasana India, lengkap dengan peraturan disiplin yang sangat ketat. Pendek kata
ashram mau menampilkan KeKristenan
yang khas India: KeKristenan dengan ekspresi budaya pribumi, di tengah
kemiskinan, tetapi sekaligus memberantas kemiskinan bukan mendewakannya. Jejak
Sadhu Sundar Singh dan ashram diikuti
dan dikembangkan sejumlah gerejawan India abad ini. [23]
2.7. Hambatan dan Tantangan
KeKristenan di India
Sistem
kasta termasuk itni pokok kebudayaan Hindu. Kitab suci Hindu Veda menggambarkan
4 golongan utama : Brahman (Imam dan pemikir), Ksatria (penguasa), Vaisa
(Pedangan, Petani, Tukang), dan Sudra ( Buruh, Pekerja, Pegawai Sederhana),
yang terakhir disebut Paria atau di luar kasta, yang tidak dapat disentuh.
Setipa kasta mempunyai fungsi dan peranan dalam keseluruhan masyarakat.
Adanya
system kasta menimbulkan dua pokok persoalan bagi misi Kristen baik katolik
maupun protestan.
1) Apakah
seharusnya kasta ditolak sebagai suatu system keagamaan, yang idka dapat
dipisahkan dari agama Hindu, atau dibiarkan sebagai system sosial saja? Para
utusan injil ingin menyesuaikan diri sejauh mungkin dengan kebudayaan India,
tetapi engan menghindari bahaya Sinkretisme.
2) Menghadapi
masyarakat India yang bertingkat-tingkat. Kasta manakah yang seharusnya
diprioritaskan dalam pekabaran Injil? Ada yng menganggap kasta tertinggi
golongan strategis, sedangkan yang lain menganggap kasta rendah lebih terbuka
terhadapa Kekristenan.[24]
Pada akhir abad ke-16 Gereja
Katolik Roma sudah kuat di Goa dan berkembang di daerah pantai India, di
wilayah jajahan Portugis. Pada tahun 1599, Gereja Ortodoks Siria di Indua
mengakui paus sebagai kepala. Perluasan gereja diluar wilayah jajahan Portugal
menemui kesulitan. Agama Hindu sudah mendarah daging dalam masyarakat dan
kebudayaan India. Penentangnya yang paling berhasil bukan agama Kristen melainkan
agama Islam. Gereja Katolik Roma berusaha menginjili bangsa Moghul. Kaisar
Akhbar mengajak Serikat Yesus yang berpusat di Goa mengutus Pekabar Injil untuk
mengajarkan iman Katolik di Istana pada tahun 1576, 1590, 1594.
Pada tahun 1605 Roberto De Nobili
tiba di Madurai, India Selatan, pusat kebudayaan bangsa Tamil. Ia melihat dua
masalah yang merupakan rintangan berat bagi usaha mengabarkan Injil di India.
Rintangan pertama, Orang India menganggap hina kehidupan kasar pelaut-pelaut
Portugis. Rintangan kedua, para Pekabar Injil menolak sistem kasta, yang
berurat –berakar dalam kebudayaan India. Akibatnya orang yang beralih agama
menjadi Kristen berasal darikasta yang paling rendah. Bila orang India dari
golongan kasta tinggi masuk Kristen mereka langsung kelihatan kasta. Tidak
heran jika keKristenan dipandang rendah sebagai agama orang miskin.[25]
2.8.Sumbangsi Sejarah
KeKristenan di India
2.8.1.
Pengertian
Dalit
Dalit dalam bahasa sanskerta
berarti ‘patah’, ‘diinjak-injak’, ‘tertindas’.[26]
Kata Dalit mirip dengan kata Ibrani dal
yang juga berarti ‘patah’ atau ‘diinjak-injak’.[27]
Dengan demikian, secara etimologi kaum Dalit adalah orang-orang yang ‘patah’
dan tertindas. Orang-orang ini hidup dalam tekanan ekonomi dan sosial.[28]
Kaum Dalit biasanya bekerja sebagai pekerja sewaan oleh para tuan tanah.[29]
Mereka juga adalah orang-orang yang terlempar dari kasta. Secara ekomomi kaum
Dalit termasuk miskin, pekerjaan mereka menjadi budak dan memiliki penghasilan
yang sangat rendah, sedangkan secara politis mereka tidak memiliki kuasa.[30]
Dari sisi keagamaan kaum Dalit dikenal sebagai kaum yang tercemar dalam ritus
keagamaan.[31]
2.8.2.
Pengertian
Teologi Dalit
Teologi dalit adalah cabang teologi
Kristen yang membicarakan pembebasan terhadap sistem kasta di India.[32]
Teologi Dalit muncul sekitar tahun 1980 sebagai bentuk keprihatinan terhadap
kemiskinan dan peminggiran yang dialami oleh kasta rendah India.[33]
Salah satu tokoh penting yang menjadi pionir Teologi Dalit adalah M. Azariah,
seorang Uskup di kota Madras. Tokoh-tokoh lain, seperti Rettamalai Srinivasan
dan Ayyankali merupakan tokoh dan aktivis kaum Dalit pada tahun 1900an.[34]
III.
Daftar
Pustaka
Sumber
Buku:
Alamadoss, Michael, Teologi PembebasanAsia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Andreas, Theologia
Curcis in Christian views on suffering in the face of overhelming power and
multifaceted religiosity in Asia. Amsterdam, Editor Rodopi.
David, M.D., Asia and Christianity. Bombay: Himalaya
Publishig Co., 1985.
Fabella, Virginia,& Sugirtharajah, R.S., TheSCMDictionaryofThirdWorldTheologies.
London: SCM Press, 2003.
Hock, Donald E., Sejarah Gereja Asia. Jawa Timur: Gandum
Mas, 2000.
Jonge, C. de, dan
Aritonang, Jan S., Apa dan Bagaimana
Gereja. Jakarta: BPK-GM, 1993.
Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia. Jakarta: Gunung
Mulia, 1997.
Sugirtharajah, R.S.,&Hargreaves, Cecil, ReadingsInIndianChristianTheologyVol 1.
London: ISPCK, 1995.
Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam
Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia, 2009.
Sumber Lain:
http://hinduosmedila.blogspot.com
diaskes pada hari kamis, 7 Maret 2019 pukul 9:44 WIB.
http://id.wikipedia.org
diaskes pada hari selasa 5 Maret 2019 pukul 10.19 WIB.
[1] Donald E. Hock, Sejarah Gereja Asia, (Jawa Timur: Gandum
Mas, 2000), 297.
[2] Donald E. Hock, Sejarah Gereja Asia, (Jawa Timur: Gandum
Mas, 2000), 300.
[4] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: Gunung
Mulia, 1997), 14-15.
[5] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 96.
[7] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 119-124.
[8] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 192.
[9] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 97.
[10] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 98.
[11] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam
Sejarah Gereja, 144.
[12] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 112-113.
[13] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM,
2015), 53.
[14] C. de Jonge dan Jan
S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta:
BPK-GM1993), 71.
[15] Anna Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: BPK-GM,
2008), 120.
[16] C. de Jonge dan Jan
S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta:
BPK-GM1993), 71.
[17] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM,
2015), 53-54.
[19] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM,
2015), 56-57.
[20] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 134
[21] Andreas, Theologia
Curcis in Christian views on suffering in the face of overhelming power and
multifaceted religiosity in Asia, (Amsterdam, Editor Rodopi ), 59-60.
[23] C. de Jonge dan Jan
S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta:
BPK-GM1993), 80.
[24] M.D. David, Asia and Christianity, (Bombay :
Himalaya Publishig Co., 1985), 169.
[25] Anna Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: BPK-GM,
2008), 111-112.
[26]Virginia Fabella & R.S. Sugirtharajah, The SCM Dictionary of Third World Theologies,
(London: SCM Press, 2003), 64-65.
[27]R.S. Sugirtharajah & Cecil Hargreaves, Readings In Indian Christian Theology Vol 1,
(London: ISPCK, 1995), 37.