Sejarah Gereja Anglikan di Inggris terlengkap
Reformasi Gereja
di Inggris abad 16-17
(Anglican)
I.
Abstraksi
Reformasi di Inggris, hal yang melatarbelakangi ini
adalah masalah dalam keluarga raja Henrik VIII dalam hal pernikahan. Adanya
bentrok antara Paus dan Raja membuat perpecahan antara gereja. Inggris menarik
diri dan melahirkan gereja Anglican yang terlepas dari Katolik Roma. Istilah
Anglican diambil dari nama-nama suku Angles, yang berperan di Inggris sejak
abad ke-V. Suku Angles merupakan bagian dari suku-suku Jerman, yang berasal
dari Jerman Utara yang memasuki Inggris.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Reformasi
Menurut
KBBI pengertian reformasi adalah pembaharuan kembali (dalam bidang agama,
politik dan sosial) di suatu negara dan masyarakat.[1] Reformasi juga merupakan gerakan untuk mengadakan
pembaharuan dalam kekristenan Barat yang di mulai sejak abad-14 hingga abad ke
17.[2]
Kata Reformasi juga dipergunakan secara umum untuk menunjuk kepada semua usul
dan tindakan yang bertujuan memulihkan keadaan gereja serta meniadakan
penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di gereja.[3]
2.2. Pengertian Anglican
Anglican adalah sebutan yang dipakai untuk gereja di
Inggris. Anglican adalah gereja yang timbul sebagai sebuah gereja yang memisahkan
diri dengan Gereja Katolik Roma pada tahun 1531.[4]
Istilah Anglican diambil dari nama-nama suku Angles, yang berperan di Inggris
sejak abad ke-V. Suku Angles merupakan bagian dari suku-suku Jerman, yang
berasal dari Jerman Utara yang memasuki Inggris.[5]
2.3.Latar Belakang
Reformasi di Inggris
Reformasi di Inggris mulai pada waktu adanya masalah
perkawinan antara Hendrik VIII (1491-1547).[6]
Pada tahun 1509, menjelang naik takhta ia menikah dengan Khatarina dari Aragon,
putri Spanyol, janda almarhum abangnya Arthur. [7]
Namun, pernikahan seperti ini terlarang dalam hukum gereja kecuali dapat
dispensasi dari Paus. Dispensasi dari Paus sangat sulit didapatkan. Setelah
tujuh tahun kemudian keluarlah dispensasi dari Paus. Hendrik dan Khatarina
memperoleh banyak anak namun hampir semuanya meninggal, hanya tersisa satu
yaitu putri mereka yang bernama Mary.[8]
Raja Hendrik cemas karena kelak tidak akan ada yang menggantikannya sebagai
Raja dari keturunannya.[9]Oleh
karena itu, raja Hendrik meminta restu dari kepausan untuk bercerai dengan sang
istri. Tetapi kepausan menolak permintaan sang raja pada tahun 1531. [10]Dengan cara sembunyi-sembunyi
raja Hendrik VIII
mencintai salah satu dari gundiknya yaitu, Anne Boleyn. Anne Boleynpun mengandung dari
hendrik VIII.
Oleh karena itu, pada bulan Januari 1533 Hendrik
VIII mengambil keputusan untuk menikahi Anne secara rahasia yang dibantu oleh Thomas
Cranmer.[11] Dibalik semua itu paus tetap pada keputusannya untuk
tidak mengizinkan raja bercerai, namun raja tetap pada pendiriannya untuk
bercerai.[12] Boleyn
membuat paus mengeluarkan maklumat pengucilan (ekskomunikasi) atas Hendry dan Cranmer,
serta pernyataan bahwa anak yang lahir dari perkawinan Hendry dengan Boylen adalah tidak sah.
Sementara menantikan pembatalan perkawinan ini, Hendrik VIII yang didukung oleh uskup Cranmer,[13]mengambil keputusan untuk memisahkan gereja Inggris dari gereja Roma. Inggris sudah lama
mempunyai ikatan yang erat dengan pemerintahan negara, sekarang raja sendiri yang menjadi kepala gereja.
Mulai pada waktu itu paus tidak lagi berkuasa atas gereja Inggris,
ia hanya diakui selaku uskup Roma saja. Segala perlawanan yang menentang tindakan Hendrik VIII itu ditindas dengan kekerasan oleh
raja. Biara-biara dibubarkan dan segala milik biara yang banyak itu disita oleh negara.
Demikianlah terbentuknya gereja negara Anglican
pada tahun 1531.[14]
Anglican berkembang seiring dengan protestantisme.[15]Pada
masa pemerintahan raja Hendrik VIII setelah pemutusan dengan Roma, gereja
Anglican menjadi semacam gereja Katolik yang otonom, bebas dari Roma seperti
Ortodoks Timur atau gereja Katolik Inggris (Romania-Britania) pada abad
pertama.[16]Gereja
Anglican adalah gereja yang ajarannya bercorak protestan, tetapi yang mempunyai
tata ibadah episkopal. Sampai sekarang raja Inggris tetap menjadi kepalanya.[17]Istilah
gereja Anglican pertama kali muncul pada sepucuk surat Paus Alexander III
(1159-1181) sekitar 1665, dan termuat juga dalam “MagnaCarta”(1215).[18]
2.4.Tokoh-tokoh
2.4.1. Hendrik VIII
(1491-1547)
Hendrik adalah raja Inggris dan Irlandia yang memutuskan
hubungan gereja di Inggris dengan kekuasaan Paus di Roma. Ia mengangkat dirinya
sebagai kepala dan pemimpin tertinggi atas gereja di Inggris, yang disebut
gereja Anglican. Hendrik VIII merupakan anak dari Hendrik VII yang lahir pada
1491. Hendrik VIII adalah seorang pemuda yang tampan, bebadan atleis, suka
musik, terdidik dan mempunyai pengetahuan yang luas mengenai teologi katolik.[19]Pada
awalnya Henrik VIII adalah seorang yang disayangi oleh paus ketika pada tahun
1521 ia pernah menyerang pandangan Luther tentang sakramen dan meraih gelar Defender Of The Faith atau pembela iman
dari paus.[20]
Pada tahun 1533, Hendrik menikahi Anne secara rahasia
tanpa menghasilkan keturunan laki-laki, tetapi ia memiliki anak perempuan yang
bernama Elisabeth. Pada tahun ini Parlemen Inggris menetapkan undang-undang
baru, yang melarang siapaun meminta restu kepada Kepausan untuk perkara-perkara
rohani atau jasmani. Dan pada tahun ini, Thomas Cranmer ditahbiskan sebagai
Uskup Agung yang menizinkan sang Raja bercerai dari ratu Khatarina dari Aragon,
untuk menikahi Anne Boleyn dan melahirkan Elisabeth.[21]
Pada tahun 1534, parlemen Inggris mengesahkan
undang-undang Supremasi yang menyatakan bahwa raja adalah kepala gereja
Inggris.[22]
Semua ungkapan setia kpada paus dihapuskan dari buku ibadah. Gereja Anglican
diperlengkapi dengan suatu pengakuan iman yang terdiri dari sepuluh artikel, yang
dikonsepkan oleh raja Hendrik VIII dan dibantu oleh Thomas Cranmer.[23]
Cranmer menyusun buku tata ibadah yang kelak diterima sebagai buku tata ibadah
resmi dikalangan gereja Anglikan, yaitu The
Book Of Common Prayer[24].
Pada masa itu Alkitab bahasa Inggris ditempatkan diseluruh gereja (yaitu
terjemahan Tyndale 1538),[25]dan
ibadah berlangsung dengan bahasa setempat, yang diangkat menjadi uskup adalah
rohaniawan yang condong kearah protestan, tetapi dalam tata ibadah gereja
Inggris tampaknya tidak banyak berubah (khususnya perjamuan kudus yang
dilayankan dalam bahasa Latin).[26]
2.4.2. Thomas Cranmer
(1489-1532)
Thomas Cranmer merupakan tokoh reformasi Inggris yang
lahir pada 2 juli 1489 di Arselacton, Nothingham shire,Inggris.[27]
Thomas muncul di panggung sejarah inggris ketika raja Hendrik VIII memerintah
(1491-1547) yang hendak menceraikan isterinya Khatarina dari Aragon. Thomas
Cranmer membela raja Hendrik VIII karena menurutnya pernikahan Raja tidak sah
menurut Alkitab sehingga hukum kanon kepausan di kesampingkan. Pada tahun 1529
Cranmer mengusulkan kepada raja agar meminta pendapat kepada kalangan perguruan
tinggi, raja pun setuju. Menurut para kalangan perguruan tinggi bahwa
pernikahan raja tidak sah, namun para paus tetap menolak perceraian. Oleh
karena itu, raja memutuskan hubungan dengan paus di Roma dan mendirikan gereja
Anglican.[28]
Cranmer dipandang sebagai orang yang
pandangan-pandangannya sangat condong ke Protestanisme.
Secara perlahan ia memasukkan ajaran protestanisme ke gereja Anglican.[29]
Ia menerbitkan Alkitab Inggris (yang banyak diambil dari terjemahan Tyndale)
serta menempatkan Alkitab tersebut diseluruh Gereja wilayah dan juga menerbitkan
sepuluh pasal pada tahun 1536 yang agak condong ke sikap Lutheran.[30]Pada
tahun 1553, Thomas Cranmer dan Nicholas Ridley menerbitkan pernyataan iman yang
disebut “42 articles”. Pada 1571 diubah menjadi “39 articles”. Ini merupakan
pernyataan iman untuk semua gereja Anglican. Sejak 1865 setiap pendeta Anglican
harus menandatangani “39 articles” ini, yang berfungsi untuk :
-
Memelihara
ketertiban dan kesatuan dogmatis
-
Mengarahkan dan
menetukan liturgi dan kehidupan gerejawi
-
Merupakan batang
pengukur untuk pengajaran baru
-
Merupakan
batas-batas diskusi didalam tubuh gereja Anglican
-
Demi untuk mencegah
perpecahan-perpecahan dalam gereja Anglican.
Cranmer memasukkan
sebagian besar doktrin reformasi kedalam asas-asas gereja Inggris, walau raja
membenci gerakan itu beserta tokoh-tokohnya, namun Cranmer sangat lihai dalam menyesuaikan
diri dengan lika-liku kebijaksanaan raja. Kontrofersi yang selama ini dielakkan
tidak terelakkan lagi sewaktu pemerintahan Ratu Mary, yang merupakan Katolik yang
setia.[31]Pada
tanggal 21 maret 1556, Thomas Craanmer dibakar hidup-hidup pada masa
pemerintahan ratu Mary di gereja St.Mary dengan disaksikan oleh para penganut
gereja Roma yang bersukacita dan penganut aliran Protestan yang berdukacita.
Sewaktu badan uskup sudah terbakar ia sering mengulang kata-kata “tangan kanan yang
tidak layak ini” sambil berkata-kata seperti martir Stefanus “Tuhan Yesus,
Terimalah Nyawaku”.[32]
2.4.3. Edward VI
(1547-1553)
Edward VI adalah anak Hendrik VIII dari pernikahannya
dengan isterinya yang ketiga Jane Symour.[33]
Henrik VIII menikah dengan isteri ketiganya setelah Anne meninggal dan tidak
dapat memberikan keturunan laki-laki bagi dia.[34]
Edward naik tahta pada usia sembilan tahun.[35]Edward
adalah raja Protestandan di bawahpemerintahannya Cranmer dan yang
lainnyadapat melanjutkanreformasi di dalamGerejaInggris.
Dibawah
pemerintahan Edward, misa digantikan dengan Perayaan Perjamuan Kudus, sama
seperti gereja Lutheran.[36]
Kemudian Parlemen Inggris mengesahkan kitab undang-undang tata cara kebaktian, Book Of Common Prayer (Kitab Doa Umum).[37]Dalam
masa pemerintahanya, dia dibantu oleh pamanya yang kemudian menjadi walinya
yaitu Edward Seymour (1547–1549) dan John
Dudley (1549–1553).
2.4.4. Mary Tudor
(1553-1558)
Mary Tudor adalah puteri tunggal Hendrik VIII dari
pernikahannya dengan Kathrina dari Aragon. Mary Tudor menikah dengan Raja
Philips II (Raja Spanyol).[38]
Mary ingin membalaskan dendamnya karena ibunya dibuang dan ia menderita sedari
kecil, ia membalas segala penghinaan dan sengsara itu dengan mengembalikan
gereja Inggris ke bawah kekuasaan Paus.[39]
Mary Tudor dijuluki sebagai “Mary Sang Penumpah Darah”[40]
karena ia membunuh banyak para reformator di Inggris dengan menjatuhi hukuman
mati, dibakar hidup-hidup dan banyak yang terpaksa melarikan diri[41]
dan hampir seribu Rohaniawan dan warga gereja Anglican mengungsi ke Jenewa dan
pusat-pusat Protestan lainnya di daratan Eropa.[42]Mary
bermaksud mengembalikan gereja Inggris ke naungan Gereja Katolik, tetapi
rencana itu mengalami kegagalan setelah sang Ratu meninggal dunia pada tahun
1558.[43]
2.4.5. Jhon knox
(1513-1603)
Lahir sekitar 1535 di Haddington, tidak jauh dari Endinburg.
Ia belajar di universitas St. Andrews lalu ditahbiskan. Pada umur 30 tahun ia
pindah ke protestan selama 13 tahun berikutnya ia merantau kemana-mana. Ia
menjadi budak kapal prancis selama 19 bulansetelah ikut dalam pemberontakan di
St. Andrews yang gagal. Ia berada di inggris pada bagian akhir pemerintahan
Edward VI dan ikut dalam tahap tahap akhir penyelesaian book of common prayer dari cranmer pada tahun 1552. Pada tahun 1553
Ia melarikan diri ke Eropa. Dia menjadi gembala jemaat di Inggris dalam pelarian
di Frankfurt. Knox dan yang lainnya berranjak dari the book of common prayer dan memperkenalkan pola kebaktian yang
bersifat kalvinis.[44]
2.4.6. Elisabeth I (1558-1603)
Elisabeth adalah anak dari Hendrik VIII dan boleyn,
setelah Mary Tudor meninggal dialah yang menggantikannya.[45]
Selama masa pemerintahan Mary, Elisabeth secara lahiriah berkompromi dengan
Katolisisme Roma. Namun sebenarnya ia menolak ajaran gereja ini, bukan hanya
berdasarkan alasan keagamaan, melainkan juga alasan pribadi, yaitu karena
ayahnya dikucilkan oleh Paus dan ia dikatakan anak yang tidak sah dan hasil
pengundikan.[46]
Pada 1559, dipromulgasikan bahwa ratu adalah pimpinan
tertinggi Gereja Inggris dan menetapkan setiap fungsionaris Negara dan Gereja
wajib melakukan sumpah setia pada yang berdaulat yakni ratu.[47]
2.5.Paham-Paham
dalam gereja
1.
Otoritas dalam gereja
Otoritas dalam gereja Anglikan meliputu tiga
unsur,Alkitab, Tradisi dan Akal budi. Ketiganya tidak boleh dipisahkan. Alkitab
adalah pernyataan dari Allah secara pribadi kepada manusia sebagai ungkapan
cinta kasihNya. Alkitab memang merupakan otoritas fundamental, namun akan
berbahaya jika dipisahkan dengan akal budi dan tradisi. Akal budi lebih dari
sekedar logika yang mengacu pada daya nalar manusia untuk menemukan kebenaran,
baik secara intuitif maupun rasional. Sedangkan tradisi mengacu kepada
kesadaran bahwa setiap orang berada pada persekutuan. Tradisi adalah proses
refleksi dari gereja tentang penglamannya akan Allah yang berlangsung terus
menerus.[48]
2.
Sakramen
Wawasan Anglican tentang sakramen turun dari wawasan
inkarnasi. Sakramen merupakan tanda yang kelihatan dan alat yang efektif yang
melaluinya kasih karunia Allah bekerja di dalam manusia, dan dengannya iman
manusia dikuatkan. Macam-macam sakramen :
a.
Baptisan
Baptisan adalah tanda pengakuan akan Kristus dan
penolakan atas kejahatan. Melalui baptisan, dengan cara dipercik ataupun
diselam, didalam nama Allah Tritunggal orang dipersekutukan didalam gereja yang
adalah tubuh Kristus. Melaluinya juga persekutuan Kristen dibimbing, diajar dan
dikuatkan oleh roh kudus. Melalui baptisan, iman diteguhkan dan kasih karunia
ditingkatkan, Allah diundang untuk menganugrahkan siterbabtis pengampunan dosa
melalui kelahiran kembali secara rohani.
b.
Perjamuan Kudus
Perjamuan kudus diajarkan bahwa sakramen ini bukan hanya
pengenangan. Diperjamuan akan diterima roti dan anggur sebagai peringatan akan
Kristus serta diberi makan minum dan dikuatkan oleh tubuh dan darah rohani
Kristus. Kendati substansi anggur tidak berubah, kehadiran rohani yang nyata
dari Kristus terjadi pada setiap perjamuan kudus.[49]
3.
Akal Budi
Akal budi lebih dari sekedar logika, ia mengacu pada daya
nalar manusia untuk kebenaran baik secara intuitif maupun rasional.
4.
Pengakuan Dosa
Dalam kebaktian umum pengakuan dosa ini haruslah
disampaikan secara khusus. Orang yang mengaku mendapat pengampunan dari Allah
melalui pernyataan imam.
5.
Inkarnasi
Bagi Anglican doktrin Inkarnasi menduduki tempat sentral.
Pertama inkarnasi merupakan Allah menciptakan segala sesuatu sebagimana adanya.
Inkarnasi adalah tindakan leluhur dalam ciptaan, kedua inkarnasi berarti dosa
tidak dapat dijelaskan semata-mata dengan mengidentikkannya dengan materi atau
jasmani. Dosa lebih dari perilaku yang dipandang duniawi. Dosa adalah
pemberontakan terhadap Allah, ketiga inkarnasi merangkumi tentang kehidupan yang
menentanng gereja.
6.
Penahbisan
Penahbisan dipandang sebagai aturan yang suci yang
disampaikan melalui penumpangan tangan oleh uskup.
7.
Perkawinan
Perkawinan merupakan kegiatan yang masih dipandang
memiliki nilai-nilai sakramen. Melalui perkawinan pria dan wanita dipersatukan
dalam kesetiaan untuk sesuai dengan perintah Allah. Gereja merayakan perkawinan
dengan menyampaikan berkat atasnya.
8.
Perminyakan
Hal ini yang berwenang menjalankannya adalah Uskup dan
Imam. Dalam hal ini Uskup dan Iman memohon Allah berkenan menghilangkan rasa
sakit dan penyakit pada orang itu.[50]
2.6.Dampak Bagi
Gereja dan Dunia
Dampak reformasi gereja anglikan bagi gereja dan dunia
adalah bahwa alkitab dipandang sebagai firman Allah dan berisi segala sesuatu
untuk keselamatan dan juga pengakuan iman Nicea diterima sebagai pengakuan iman
yang alkitabiah, dan juga menekankan pembenaraan oleh iman, trinitas, dan oknum
kristus sebagai sungguh-sungguh Allah dan sunggsuh-sungguh manusia.[51]
Akan tetapi dampak negatifnya adalah sistem pemerintahan kerajaan sampai zaman
pencerahan sekalipun, terlihat bahwa aturan yang ditetapkan oleh raja hanya
bersifat sepihak yaitu dari pihak kerajaan, tanpa memikirkan akibat dan bahaya
peraturan itu dipihak rakyat, khususnya di kalangan bawah diperlakukan
semena-mena sesuai dengan kemauan raja.[52]
III.
Daftar Pustaka
....,KBBI, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 785.
Aritonang Jan.S,Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman
Modern, Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Aritonang, Jan. S., Garis Besar Sejarah Reformasi,Bandung:
Jurnal Info Media, 2007.
Aritonang, Jan.S., Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar
Gereja, Jakarta: GM, 2016.
Berkhof , H. & I.H.Enklaar,Sejarah Gereja, Jakarta: GM, 2012.
C.Ira, Semakin dibabat Semakin Merambat, Jakarta: BPK-GM, 2000.
Collins, Gerald O. dkk, Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius,
1996.
Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Umum, Bandung: Biji
Sesawi, 2013.
Curtis, A.Kenneth dkk, 100
Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2015.
End, Th.Van Den, Harta Dalam Bejana,Jakarta : BPK-GM,
2001.
Foxe, John, Kisah Para Martir, Yogyakarta: ANDI, 2006.
Jonge C.De, Pembimbing kedalam Sejarah Gereja, Jakarta : BPK-GM, 2009.
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-GM,2009.
S. Jonar, Sejarah Gereja Dari Masa ke Masa, Yogyakarta: Andi, 2014.
Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat,Jakarta: BPK-GM, 2009.
Wellem, F.D. Kamus Sejarah Gereja, Jakarta : BPK-GM, 2011.
[2]F.D.
Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta
: BPK-GM, 2011), 391.
[3]
C.De. Jonge, Pembimbing kedalam Sejarah
Gereja, (Jakarta : BPK-GM, 2009), 68-69.
[4]Jan.S.Aritonang,Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman
Modern,(Yogyakarta: Kanisius, 2004), 83.
[5]Jonar
S., Sejarah Gereja Dari Masa ke Masa,
(Yogyakarta: Andi, 2014), 367.
[6]Gerald
O. Collins dkk, Kamus Teologi,(Yogyakarta:
Kanisius, 1996), 275.
[7]Jan.S.Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung
: Jurnal Info Media, 2007), 47.
[8]Jan.S.Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi,47.
[9]F.D.
Wellem, Riwayat Hidup Singkat,(Jakarta:
BPK-GM, 2009), 94.
[10]Jonathan
E.Culver,Sejarah Gereja Umum,(Bandung:
Biji Sesawi 2013), 293.
[12]F.D.
Willwm, Riwayat Hidup Singkat, 94.
[13]Jan
S Aritonang, Garis Besar Sejarah
Reformasi, 48.
[14]H.
Berkof Dan I H Enklaar, Sejarah Gereja,
(Jakarta BPK GM 2012), 189.
[15]Jan.S.Aritonang,Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman
Modern,83.
[16]Jan.
S.Aritonang¸Berbagai Aliran di Dalam dan
Di Sekitar Gereja,(Jakarta: BPK-GM, 1994), 86.
[17]Th.Van
Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta
: BPK-GM, 2001), 182.
[18]Jonar
S, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta:
Pustaka Referensi, 2014), 366.
[19]F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat,(Jakarta: BPK-GM,
2003), 93-94.
[20]A.Kenneth
Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen,
(Jakarta: BPK-GM, 2015),80.
[21]Jonathan
E.Culver, Sejarah Gereja Umum, 294.
[22]A.Kenneth
Curtis dkk, 80.
[23]Tony
Lane, Runtut Pijar, (Jakarta:
BPK-GM,2009), 94.
[24]Jan.
S. Aritonang, Garis Besar Sejarah
Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 51.
[25]A.Kenneth
Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen,
81.
[26]Jan.
S.Aritonang¸Berbagai Aliran di Dalam dan
Di Sekitar Gereja, 102-103.
[27]John
Foxe, Kisah Para Martir,(Yogyakarta:
ANDI, 2006), 187.
[28]Tony
Lane, Runtut Pijar, 167.
[29]F.D.Wellem,Riwayat Hidup Singkat, 61.
[30]Tony
Lane, Runtut Pijar, 167.
[31]Ira
C., Semakin dibabat Semakin Merambat, (Jakarta:
BPK-GM, 2000), 149.
[32]John
Foxe, Kisah Para Martir, 200-2004.
[33]Jan.S.Aritonang,Garis Besar Sejarah Reformasi,50.
[34]F.D.Wellem,Riwayat Hidup Singkat,95.
[35]Jan.S.Aritonang,Garis Besar Sejarah Reformasi,50.
[36]H.Berkhof
& I.H.Enklaar,Sejarah Gereja,
(Jakarta: GM, 2012),190.
[37]Jonathan
E.Culver, Sejarah Gereja Umum,294.
[38]F.D.Wellem,
Riwayat Hidup Singkat, 61.
[39]H.Berkhof
& I.H.Enklaar,Sejarah Gereja,(Jakarta:
GM, 2012), 190.
[40]Jonathan
E.Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung:
Biji Sesawi, 2013), 295.
[41]H.Berkhof
&I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 190.
[42]Jan.S.Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan Di Sekitar
Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 104.
[43]Jonathan
E.Culver, Sejarah Gereja Umum,(Bandung:
Biji Sesawi,2013), 295.
[44]Tony
Lane, Runtut Pijar,169.
[45]H.Berkhof
&I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 190.
[46]Jan.S.Aritonang,
Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar
Gereja,(Jakarta: GM, 2016), 106.
[47]Jan.S.Aritonang, Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Moren,(Yogyakarta:
Kasinus, 2004), 90.
[48]Jan.S.Aritonang,
Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar
Gereja,99.
[49]F.D.Wellem,Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung
Mulia, 2011), 90.
[50]Jan.S.Aritonang,
Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar
Gereja,(Jakarta: GM, 2013), 103.
[51]F.D.Wellem,Kamus Sejarah Gereja, 19.
[52]Jonar
S,Sejarah Gereja Umum, 367.