Sejarah Gereja Anglikan di Inggris terlengkap


Reformasi Gereja di Inggris abad 16-17
(Anglican)

I.                   Abstraksi
Reformasi di Inggris, hal yang melatarbelakangi ini adalah masalah dalam keluarga raja Henrik VIII dalam hal pernikahan. Adanya bentrok antara Paus dan Raja membuat perpecahan antara gereja. Inggris menarik diri dan melahirkan gereja Anglican yang terlepas dari Katolik Roma. Istilah Anglican diambil dari nama-nama suku Angles, yang berperan di Inggris sejak abad ke-V. Suku Angles merupakan bagian dari suku-suku Jerman, yang berasal dari Jerman Utara yang memasuki Inggris.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Reformasi
Menurut KBBI pengertian reformasi adalah pembaharuan kembali (dalam bidang agama, politik dan sosial) di suatu negara dan masyarakat.[1] Reformasi juga merupakan gerakan untuk mengadakan pembaharuan dalam kekristenan Barat yang di mulai sejak abad-14 hingga abad ke 17.[2] Kata Reformasi juga dipergunakan secara umum untuk menunjuk kepada semua usul dan tindakan yang bertujuan memulihkan keadaan gereja serta meniadakan penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di gereja.[3]
2.2. Pengertian Anglican
Anglican adalah sebutan yang dipakai untuk gereja di Inggris. Anglican adalah gereja yang timbul sebagai sebuah gereja yang memisahkan diri dengan Gereja Katolik Roma pada tahun 1531.[4] Istilah Anglican diambil dari nama-nama suku Angles, yang berperan di Inggris sejak abad ke-V. Suku Angles merupakan bagian dari suku-suku Jerman, yang berasal dari Jerman Utara yang memasuki Inggris.[5]
2.3.Latar Belakang Reformasi di Inggris
Reformasi di Inggris mulai pada waktu adanya masalah perkawinan antara Hendrik VIII (1491-1547).[6] Pada tahun 1509, menjelang naik takhta ia menikah dengan Khatarina dari Aragon, putri Spanyol, janda almarhum abangnya Arthur. [7] Namun, pernikahan seperti ini terlarang dalam hukum gereja kecuali dapat dispensasi dari Paus. Dispensasi dari Paus sangat sulit didapatkan. Setelah tujuh tahun kemudian keluarlah dispensasi dari Paus. Hendrik dan Khatarina memperoleh banyak anak namun hampir semuanya meninggal, hanya tersisa satu yaitu putri mereka yang bernama Mary.[8] Raja Hendrik cemas karena kelak tidak akan ada yang menggantikannya sebagai Raja dari keturunannya.[9]Oleh karena itu, raja Hendrik meminta restu dari kepausan untuk bercerai dengan sang istri. Tetapi kepausan menolak permintaan sang raja pada tahun 1531. [10]Dengan cara sembunyi-sembunyi raja Hendrik VIII mencintai salah satu dari gundiknya yaitu, Anne Boleyn. Anne Boleynpun mengandung dari hendrik VIII. Oleh karena itu, pada bulan Januari 1533 Hendrik VIII mengambil keputusan untuk menikahi Anne secara rahasia yang dibantu oleh Thomas Cranmer.[11] Dibalik semua itu paus tetap pada keputusannya untuk tidak mengizinkan raja bercerai, namun raja tetap pada pendiriannya untuk bercerai.[12] Boleyn membuat paus mengeluarkan maklumat pengucilan (ekskomunikasi) atas Hendrdan Cranmer, serta pernyataan bahwa anak yang lahir dari perkawinan Hendrdengan Boylen adalah tidak sah. Sementara menantikan pembatalan perkawinan ini, Hendrik VIII yang didukung oleh uskup Cranmer,[13]mengambil keputusan untuk memisahkan gereja Inggris dari gereja Roma. Inggris sudah lama mempunyai ikatan yang erat dengan pemerintahan negara, sekarang raja sendiri yang menjadi kepala gereja. Mulai pada waktu itu paus tidak lagi berkuasa atas gereja Inggris, ia hanya diakui selaku uskup Roma saja. Segala perlawanan yang menentang tindakan Hendrik VIII itu ditindas dengan kekerasan oleh raja. Biara-biara dibubarkan dan segala milik biara yang banyak itu disita oleh negara. Demikianlah terbentuknya gereja negara Anglican pada tahun 1531.[14]
Anglican berkembang seiring dengan protestantisme.[15]Pada masa pemerintahan raja Hendrik VIII setelah pemutusan dengan Roma, gereja Anglican menjadi semacam gereja Katolik yang otonom, bebas dari Roma seperti Ortodoks Timur atau gereja Katolik Inggris (Romania-Britania) pada abad pertama.[16]Gereja Anglican adalah gereja yang ajarannya bercorak protestan, tetapi yang mempunyai tata ibadah episkopal. Sampai sekarang raja Inggris tetap menjadi kepalanya.[17]Istilah gereja Anglican pertama kali muncul pada sepucuk surat Paus Alexander III (1159-1181) sekitar 1665, dan termuat juga dalam “MagnaCarta”(1215).[18]
2.4.Tokoh-tokoh
2.4.1.      Hendrik VIII (1491-1547)
Hendrik adalah raja Inggris dan Irlandia yang memutuskan hubungan gereja di Inggris dengan kekuasaan Paus di Roma. Ia mengangkat dirinya sebagai kepala dan pemimpin tertinggi atas gereja di Inggris, yang disebut gereja Anglican. Hendrik VIII merupakan anak dari Hendrik VII yang lahir pada 1491. Hendrik VIII adalah seorang pemuda yang tampan, bebadan atleis, suka musik, terdidik dan mempunyai pengetahuan yang luas mengenai teologi katolik.[19]Pada awalnya Henrik VIII adalah seorang yang disayangi oleh paus ketika pada tahun 1521 ia pernah menyerang pandangan Luther tentang sakramen dan meraih gelar Defender Of The Faith atau pembela iman dari paus.[20]
Pada tahun 1533, Hendrik menikahi Anne secara rahasia tanpa menghasilkan keturunan laki-laki, tetapi ia memiliki anak perempuan yang bernama Elisabeth. Pada tahun ini Parlemen Inggris menetapkan undang-undang baru, yang melarang siapaun meminta restu kepada Kepausan untuk perkara-perkara rohani atau jasmani. Dan pada tahun ini, Thomas Cranmer ditahbiskan sebagai Uskup Agung yang menizinkan sang Raja bercerai dari ratu Khatarina dari Aragon, untuk menikahi Anne Boleyn dan melahirkan Elisabeth.[21]
Pada tahun 1534, parlemen Inggris mengesahkan undang-undang Supremasi yang menyatakan bahwa raja adalah kepala gereja Inggris.[22] Semua ungkapan setia kpada paus dihapuskan dari buku ibadah. Gereja Anglican diperlengkapi dengan suatu pengakuan iman yang terdiri dari sepuluh artikel, yang dikonsepkan oleh raja Hendrik VIII dan dibantu oleh Thomas Cranmer.[23] Cranmer menyusun buku tata ibadah yang kelak diterima sebagai buku tata ibadah resmi dikalangan gereja Anglikan, yaitu The Book Of Common Prayer[24]. Pada masa itu Alkitab bahasa Inggris ditempatkan diseluruh gereja (yaitu terjemahan Tyndale 1538),[25]dan ibadah berlangsung dengan bahasa setempat, yang diangkat menjadi uskup adalah rohaniawan yang condong kearah protestan, tetapi dalam tata ibadah gereja Inggris tampaknya tidak banyak berubah (khususnya perjamuan kudus yang dilayankan dalam bahasa Latin).[26]
2.4.2.      Thomas Cranmer (1489-1532)
Thomas Cranmer merupakan tokoh reformasi Inggris yang lahir pada 2 juli 1489 di Arselacton, Nothingham shire,Inggris.[27] Thomas muncul di panggung sejarah inggris ketika raja Hendrik VIII memerintah (1491-1547) yang hendak menceraikan isterinya Khatarina dari Aragon. Thomas Cranmer membela raja Hendrik VIII karena menurutnya pernikahan Raja tidak sah menurut Alkitab sehingga hukum kanon kepausan di kesampingkan. Pada tahun 1529 Cranmer mengusulkan kepada raja agar meminta pendapat kepada kalangan perguruan tinggi, raja pun setuju. Menurut para kalangan perguruan tinggi bahwa pernikahan raja tidak sah, namun para paus tetap menolak perceraian. Oleh karena itu, raja memutuskan hubungan dengan paus di Roma dan mendirikan gereja Anglican.[28]
Cranmer dipandang sebagai orang yang pandangan-pandangannya sangat condong ke Protestanisme. Secara perlahan ia memasukkan ajaran protestanisme ke gereja Anglican.[29] Ia menerbitkan Alkitab Inggris (yang banyak diambil dari terjemahan Tyndale) serta menempatkan Alkitab tersebut diseluruh Gereja wilayah dan juga menerbitkan sepuluh pasal pada tahun 1536 yang agak condong ke sikap Lutheran.[30]Pada tahun 1553, Thomas Cranmer dan Nicholas Ridley menerbitkan pernyataan iman yang disebut “42 articles”. Pada 1571 diubah menjadi “39 articles”. Ini merupakan pernyataan iman untuk semua gereja Anglican. Sejak 1865 setiap pendeta Anglican harus menandatangani “39 articles” ini, yang berfungsi untuk :
-          Memelihara ketertiban dan kesatuan dogmatis
-          Mengarahkan dan menetukan liturgi dan kehidupan gerejawi
-          Merupakan batang pengukur untuk pengajaran baru
-          Merupakan batas-batas diskusi didalam tubuh gereja Anglican
-          Demi untuk mencegah perpecahan-perpecahan dalam gereja Anglican.
Cranmer memasukkan sebagian besar doktrin reformasi kedalam asas-asas gereja Inggris, walau raja membenci gerakan itu beserta tokoh-tokohnya, namun Cranmer sangat lihai dalam menyesuaikan diri dengan lika-liku kebijaksanaan raja. Kontrofersi yang selama ini dielakkan tidak terelakkan lagi sewaktu pemerintahan Ratu Mary, yang merupakan Katolik yang setia.[31]Pada tanggal 21 maret 1556, Thomas Craanmer dibakar hidup-hidup pada masa pemerintahan ratu Mary di gereja St.Mary dengan disaksikan oleh para penganut gereja Roma yang bersukacita dan penganut aliran Protestan yang berdukacita. Sewaktu badan uskup sudah terbakar ia sering mengulang kata-kata “tangan kanan yang tidak layak ini” sambil berkata-kata seperti martir Stefanus “Tuhan Yesus, Terimalah Nyawaku”.[32]
2.4.3.      Edward VI (1547-1553)
Edward VI adalah anak Hendrik VIII dari pernikahannya dengan isterinya yang ketiga Jane Symour.[33] Henrik VIII menikah dengan isteri ketiganya setelah Anne meninggal dan tidak dapat memberikan keturunan laki-laki bagi dia.[34] Edward naik tahta pada usia sembilan tahun.[35]Edward adalah raja Protestandan di bawahpemerintahannya Cranmer dan yang lainnyadapat  melanjutkanreformasi di dalamGerejaInggris.
Dibawah pemerintahan Edward, misa digantikan dengan Perayaan Perjamuan Kudus, sama seperti gereja Lutheran.[36] Kemudian Parlemen Inggris mengesahkan kitab undang-undang tata cara kebaktian, Book Of Common Prayer (Kitab Doa Umum).[37]Dalam masa pemerintahanya, dia dibantu oleh pamanya yang kemudian menjadi walinya yaitu Edward Seymour (1547–1549) dan John Dudley (1549–1553).
2.4.4.      Mary Tudor (1553-1558)
Mary Tudor adalah puteri tunggal Hendrik VIII dari pernikahannya dengan Kathrina dari Aragon. Mary Tudor menikah dengan Raja Philips II (Raja Spanyol).[38] Mary ingin membalaskan dendamnya karena ibunya dibuang dan ia menderita sedari kecil, ia membalas segala penghinaan dan sengsara itu dengan mengembalikan gereja Inggris ke bawah kekuasaan Paus.[39]
Mary Tudor dijuluki sebagai “Mary Sang Penumpah Darah”[40] karena ia membunuh banyak para reformator di Inggris dengan menjatuhi hukuman mati, dibakar hidup-hidup dan banyak yang terpaksa melarikan diri[41] dan hampir seribu Rohaniawan dan warga gereja Anglican mengungsi ke Jenewa dan pusat-pusat Protestan lainnya di daratan Eropa.[42]Mary bermaksud mengembalikan gereja Inggris ke naungan Gereja Katolik, tetapi rencana itu mengalami kegagalan setelah sang Ratu meninggal dunia pada tahun 1558.[43]
2.4.5.      Jhon knox (1513-1603)
Lahir sekitar 1535 di Haddington, tidak jauh dari Endinburg. Ia belajar di universitas St. Andrews lalu ditahbiskan. Pada umur 30 tahun ia pindah ke protestan selama 13 tahun berikutnya ia merantau kemana-mana. Ia menjadi budak kapal prancis selama 19 bulansetelah ikut dalam pemberontakan di St. Andrews yang gagal. Ia berada di inggris pada bagian akhir pemerintahan Edward VI dan ikut dalam tahap tahap akhir penyelesaian book of common prayer dari cranmer pada tahun 1552. Pada tahun 1553 Ia melarikan diri ke Eropa. Dia menjadi gembala jemaat di Inggris dalam pelarian di Frankfurt. Knox dan yang lainnya berranjak dari the book of common prayer dan memperkenalkan pola kebaktian yang bersifat kalvinis.[44]
2.4.6.      Elisabeth I (1558-1603)
Elisabeth adalah anak dari Hendrik VIII dan boleyn, setelah Mary Tudor meninggal dialah yang menggantikannya.[45] Selama masa pemerintahan Mary, Elisabeth secara lahiriah berkompromi dengan Katolisisme Roma. Namun sebenarnya ia menolak ajaran gereja ini, bukan hanya berdasarkan alasan keagamaan, melainkan juga alasan pribadi, yaitu karena ayahnya dikucilkan oleh Paus dan ia dikatakan anak yang tidak sah dan hasil pengundikan.[46]
Pada 1559, dipromulgasikan bahwa ratu adalah pimpinan tertinggi Gereja Inggris dan menetapkan setiap fungsionaris Negara dan Gereja wajib melakukan sumpah setia pada yang berdaulat yakni ratu.[47]
2.5.Paham-Paham dalam gereja
1.      Otoritas dalam gereja
Otoritas dalam gereja Anglikan meliputu tiga unsur,Alkitab, Tradisi dan Akal budi. Ketiganya tidak boleh dipisahkan. Alkitab adalah pernyataan dari Allah secara pribadi kepada manusia sebagai ungkapan cinta kasihNya. Alkitab memang merupakan otoritas fundamental, namun akan berbahaya jika dipisahkan dengan akal budi dan tradisi. Akal budi lebih dari sekedar logika yang mengacu pada daya nalar manusia untuk menemukan kebenaran, baik secara intuitif maupun rasional. Sedangkan tradisi mengacu kepada kesadaran bahwa setiap orang berada pada persekutuan. Tradisi adalah proses refleksi dari gereja tentang penglamannya akan Allah yang berlangsung terus menerus.[48]
2.      Sakramen
Wawasan Anglican tentang sakramen turun dari wawasan inkarnasi. Sakramen merupakan tanda yang kelihatan dan alat yang efektif yang melaluinya kasih karunia Allah bekerja di dalam manusia, dan dengannya iman manusia dikuatkan. Macam-macam sakramen :
a.       Baptisan
Baptisan adalah tanda pengakuan akan Kristus dan penolakan atas kejahatan. Melalui baptisan, dengan cara dipercik ataupun diselam, didalam nama Allah Tritunggal orang dipersekutukan didalam gereja yang adalah tubuh Kristus. Melaluinya juga persekutuan Kristen dibimbing, diajar dan dikuatkan oleh roh kudus. Melalui baptisan, iman diteguhkan dan kasih karunia ditingkatkan, Allah diundang untuk menganugrahkan siterbabtis pengampunan dosa melalui kelahiran kembali secara rohani.
b.      Perjamuan Kudus
Perjamuan kudus diajarkan bahwa sakramen ini bukan hanya pengenangan. Diperjamuan akan diterima roti dan anggur sebagai peringatan akan Kristus serta diberi makan minum dan dikuatkan oleh tubuh dan darah rohani Kristus. Kendati substansi anggur tidak berubah, kehadiran rohani yang nyata dari Kristus terjadi pada setiap perjamuan kudus.[49]
3.      Akal Budi
Akal budi lebih dari sekedar logika, ia mengacu pada daya nalar manusia untuk kebenaran baik secara intuitif maupun rasional.
4.      Pengakuan Dosa
Dalam kebaktian umum pengakuan dosa ini haruslah disampaikan secara khusus. Orang yang mengaku mendapat pengampunan dari Allah melalui pernyataan imam.
5.      Inkarnasi
Bagi Anglican doktrin Inkarnasi menduduki tempat sentral. Pertama inkarnasi merupakan Allah menciptakan segala sesuatu sebagimana adanya. Inkarnasi adalah tindakan leluhur dalam ciptaan, kedua inkarnasi berarti dosa tidak dapat dijelaskan semata-mata dengan mengidentikkannya dengan materi atau jasmani. Dosa lebih dari perilaku yang dipandang duniawi. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah, ketiga inkarnasi merangkumi tentang kehidupan yang menentanng gereja.
6.      Penahbisan
Penahbisan dipandang sebagai aturan yang suci yang disampaikan melalui penumpangan tangan oleh uskup.
7.      Perkawinan
Perkawinan merupakan kegiatan yang masih dipandang memiliki nilai-nilai sakramen. Melalui perkawinan pria dan wanita dipersatukan dalam kesetiaan untuk sesuai dengan perintah Allah. Gereja merayakan perkawinan dengan menyampaikan berkat atasnya.
8.      Perminyakan
Hal ini yang berwenang menjalankannya adalah Uskup dan Imam. Dalam hal ini Uskup dan Iman memohon Allah berkenan menghilangkan rasa sakit dan penyakit pada orang itu.[50]
2.6.Dampak Bagi Gereja dan Dunia
Dampak reformasi gereja anglikan bagi gereja dan dunia adalah bahwa alkitab dipandang sebagai firman Allah dan berisi segala sesuatu untuk keselamatan dan juga pengakuan iman Nicea diterima sebagai pengakuan iman yang alkitabiah, dan juga menekankan pembenaraan oleh iman, trinitas, dan oknum kristus sebagai sungguh-sungguh Allah dan sunggsuh-sungguh manusia.[51] Akan tetapi dampak negatifnya adalah sistem pemerintahan kerajaan sampai zaman pencerahan sekalipun, terlihat bahwa aturan yang ditetapkan oleh raja hanya bersifat sepihak yaitu dari pihak kerajaan, tanpa memikirkan akibat dan bahaya peraturan itu dipihak rakyat, khususnya di kalangan bawah diperlakukan semena-mena sesuai dengan kemauan raja.[52]
III.             Daftar Pustaka
....,KBBI, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 785.
Aritonang Jan.S,Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Modern, Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Aritonang, Jan. S., Garis Besar Sejarah Reformasi,Bandung: Jurnal Info Media, 2007.
Aritonang, Jan.S., Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, Jakarta: GM, 2016.
Berkhof , H. & I.H.Enklaar,Sejarah Gereja, Jakarta: GM, 2012.
C.Ira, Semakin dibabat Semakin Merambat, Jakarta: BPK-GM, 2000.
Collins, Gerald O. dkk, Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Umum, Bandung: Biji Sesawi, 2013.
Curtis, A.Kenneth dkk,  100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2015.
End, Th.Van Den, Harta Dalam Bejana,Jakarta : BPK-GM, 2001.
Foxe, John, Kisah Para Martir, Yogyakarta: ANDI, 2006.
Jonge C.De, Pembimbing kedalam Sejarah Gereja, Jakarta : BPK-GM, 2009.
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-GM,2009.
S. Jonar, Sejarah Gereja Dari Masa ke Masa, Yogyakarta: Andi, 2014.
Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat,Jakarta: BPK-GM, 2009.
Wellem, F.D. Kamus Sejarah Gereja, Jakarta : BPK-GM, 2011.





                [1]....,KBBI, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 785.
[2]F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK-GM, 2011), 391.
[3] C.De. Jonge, Pembimbing kedalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK-GM, 2009), 68-69.
[4]Jan.S.Aritonang,Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Modern,(Yogyakarta: Kanisius, 2004), 83.
[5]Jonar S., Sejarah Gereja Dari Masa ke Masa, (Yogyakarta: Andi, 2014), 367.
[6]Gerald O. Collins dkk, Kamus Teologi,(Yogyakarta: Kanisius, 1996), 275.
[7]Jan.S.Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 47.
[8]Jan.S.Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi,47.
[9]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat,(Jakarta: BPK-GM, 2009), 94.
[10]Jonathan E.Culver,Sejarah Gereja Umum,(Bandung: Biji Sesawi 2013), 293.
                [11]Jan S Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, 48.
[12]F.D. Willwm, Riwayat Hidup Singkat, 94.
[13]Jan S Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, 48.
[14]H. Berkof Dan I H Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta BPK GM 2012), 189.
[15]Jan.S.Aritonang,Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Modern,83.
[16]Jan. S.Aritonang¸Berbagai Aliran di Dalam dan Di Sekitar Gereja,(Jakarta: BPK-GM, 1994), 86.
[17]Th.Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : BPK-GM, 2001), 182.
[18]Jonar S, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Pustaka Referensi, 2014), 366.
[19]F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat,(Jakarta: BPK-GM, 2003), 93-94.
[20]A.Kenneth Curtis dkk,  100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2015),80.
[21]Jonathan E.Culver, Sejarah Gereja Umum, 294.
[22]A.Kenneth Curtis dkk, 80.
[23]Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK-GM,2009), 94.
[24]Jan. S. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 51.
[25]A.Kenneth Curtis dkk,  100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, 81.
[26]Jan. S.Aritonang¸Berbagai Aliran di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 102-103.
[27]John Foxe, Kisah Para Martir,(Yogyakarta: ANDI, 2006), 187.
[28]Tony Lane, Runtut Pijar, 167.
[29]F.D.Wellem,Riwayat Hidup Singkat, 61.
[30]Tony Lane, Runtut Pijar, 167.
[31]Ira C., Semakin dibabat Semakin Merambat, (Jakarta: BPK-GM, 2000), 149.
[32]John Foxe, Kisah Para Martir, 200-2004.
[33]Jan.S.Aritonang,Garis Besar Sejarah Reformasi,50.
[34]F.D.Wellem,Riwayat Hidup Singkat,95.
[35]Jan.S.Aritonang,Garis Besar Sejarah Reformasi,50.
[36]H.Berkhof & I.H.Enklaar,Sejarah Gereja, (Jakarta: GM, 2012),190.
[37]Jonathan E.Culver, Sejarah Gereja Umum,294.
[38]F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat, 61.
[39]H.Berkhof & I.H.Enklaar,Sejarah Gereja,(Jakarta: GM, 2012), 190.
[40]Jonathan E.Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2013), 295.
[41]H.Berkhof &I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 190.
[42]Jan.S.Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan Di Sekitar Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 104.
[43]Jonathan E.Culver, Sejarah Gereja Umum,(Bandung: Biji Sesawi,2013), 295.
[44]Tony Lane, Runtut Pijar,169.
[45]H.Berkhof &I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 190.
[46]Jan.S.Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja,(Jakarta: GM, 2016), 106.
[47]Jan.S.Aritonang, Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Moren,(Yogyakarta: Kasinus, 2004), 90.
[48]Jan.S.Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja,99.
[49]F.D.Wellem,Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia, 2011), 90.
[50]Jan.S.Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja,(Jakarta: GM, 2013), 103.
[51]F.D.Wellem,Kamus Sejarah Gereja, 19.
[52]Jonar S,Sejarah Gereja Umum, 367.