Tafsiran Amsal 31:10-15 (Mencari Jodoh) metode Teologi Pembebasan


Nama                          :  Jonihut Andi Pranata Purba
NIM                            : 17011545

Tafsiran Kitab Amsal 31:10-15 Metode Teologi Pembebasan


I.                   Pendahuluan
Amsal adalah kitab hikmat yang berisi tentang nasihat dan pengajaran agar pembaca memahami arti hidup yang sebenarnya ‘hidup rohani’ di dunia dan di akhirat. Hikmat adalah kekuatan atau personifikasi Allah di dalam diri manusia, sama Firman dan Roh Allah.  Pada kesempatan ini saya sebagai penafsir akan menafsir Amsal 31:10-15 karena kitab ini sesuai dengan nats yang diberikan kepada saya.  Semoga pembahasan kali ini menambah pengetahuan pembaca. Tuhan Yesus Memberkati.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Metode Teologi Pembebasan
Teologi pembebasan merupakan suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran dan nilai-nilai keagamaan pada masalah konkrit yang ada di sekitarnya, dimana masalah konkrit yang ada di sekitar itu adalah dala bidang ekonomi dan politik yang membuat kehidupan masyarakat tersebut tersiksa dan tertindas.[1] Berdasarkan etimologi, kata teologi pembebasan terdiri dari dua kata yaitu teologi dan pembebasan, yang secara umum dapat diartikan sebagai usaha sadar orang-orang Kristen untuk mendengarkan bisiskan wahyu yang dinyatakan Allah di dalam sejarah.[2] Dengan mengikuti gerakan pembebasan, kita harus mendengar suara-suara dari merek yang tidak diberikan hak, menguji setiap keamanan yang bertentangan dengan kitab suci, serta melihat praduga yang tidak jelas dari arti yang benar atau khusus dari teks.[3]
2.2.Tujuan Metode Teologi Pembebasan
Teologi pembebasan muncul pada abad ke-20 seirimg banyaknya permasalahan dunia yang sedang tidak merdeka dinilai dari sudut pandang keadilan sebagai manuisa yang sama di hadapan Tuhan.[4] Teologi ini adalah sebuah paham tentang peranan agama dalam ruang lingkup sosial. Dengan kata lain teologi ini merupakan refleksi bersama suatu komunitas terhadap suatu persoalan sosial.[5]
2.3. Tujuan Teologi Pembebasan
Tujuan teologi pembebasan adalah untuk membebaskan manusia tertindas dari kemelaratan, kemiskinan dan penindasan oleh para penguasa untuk menggunakan kekayaan dan kekuatannya untuk menindas rakyat dan bersenang-senang  dibawah kaum yang lemah. Yang menjadi perhatian adalah adanya ketidakadilan serta ketertindasan yang meliputi masyarakat sehingga sulit mencapat kebebasan.[6]
2.4.Pengantar Kitab Amsal
2.4.1.      Pengertian Kitab Amsal
Kemungkinan besar judul asli dari kitab ini adalah “Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel” (1:1). Septuaginta memberikan judul yang agak berbeda, “Amsal-amsal Salomo bin Daud, yang berkuasa di Israel” sementara Vulgata hanya memberi judul “Liber Proverbiorum (Kitab Amsal)”.[7] Kitab amsal adalah suatu kitab yang termasuk dalam kumpulan “Sastera hokmah” (hikmat) di dalam perjanjian lama, bersama-sama dengan kitab Ayub dan Alkhatib (Pengkotbah). Kitab Ayub dan Pengkotbah merupakan hasil pekerjaan seorang penulis tertentu, tetapi Amsal adalah kumpulan sastra yang mewakili hikmat tradisionil.[8]
Kitab Amsal merupakan kumpulan tulisan dengan aneka ragam gaya yang berbeda-beda. Keanekaragaman ini menunjukkan ruang lingkup yang luas dari masyal ibrani yang biasa diterjemahkan ‘amsal’ dalam bahasa Indonesia. Kata ‘masyal’ mungkin diambil dari akar kata yang berarti ‘menyerupai’ atau ‘dibandingkan dengan’. Jadi, amsal pada mulanya merupakan semacam perbandingan.[9] Kitab Amsal mewakili warisan sastra dari orang-orang bijaksana Ibrani. ‘Orang-orang bijaksana’ atau ‘para penasihat’ biasanya dikaitkan dengan istana raja seperti yang digambarkan dalam kitab amsal dan pengkotbah. Pada dasarnya kitab amsal adalah sekumpulan perbandingan atas dasar pengamatan dan pemikiran yang bermaksud untuk mengajar orang-orang dalam hal “tingkah laku yang benar”. Sebagai pengajaran, amsal-amsal ini merupakan hikmat yang praktis dan bermanfaat yang berakar dalam berbagai pengalaman hidup yang lazim bagi kebudayaan manusia.[10] Didalam kitab amsal sering kita temukan kata-kata sapaan “hai anakku”. Kata-kata sapaan ini menunjukkan adanya tempat yang dasariah dari hikmat orang tua.[11]
Amsal adalah kitab hikmat yang berisi tentang nasihat dan pengajaran agar pembaca memahami arti hidup yang sebenarnya ‘hidup rohani’ di dunia dan di akhirat. Hikmat adalah kekuatan atau personifikasi Allah di dalam diri manusia, sama Firman dan Roh Allah.[12]
2.4.2.      Latar Belakang Kitab Amsal
Peristiwa peristiwa aktual dari sejarah Ibrani hampir tidak memainkan peranan dalam kitab Amsal. Hal ini hanya menggaris bawah sifat universal dan nilai hikmat praktis. Hal yang sama juga berlaku bagi sastra pengajaran orang Mesir dan Mesopotamia. Sastera hikmat berada diluar lingkup sejarah dalam pengertian bahwa tujuannya adalah untuk mengajar orang-orang dalam prinsip-prinsip prilaku yang benar. Kontek sejarah untuk pengembangan tradisi hikmat Ibrani meliputi kerajaan kesatuan di bawah Salomo dan bagian Yehuda dari kerajaan pecah dibawah Raja Hizkia. Hubungan antara orang-orang bijaksana Ibrani dengan istana raja mengikuti pola yang tetap dikalangan orang-orang berhikmat di seluruh dunia kuno (bd. 1 Raj. 4:30-31). Berhasilnya peran serta Israel dalam masyarakat internasional sebagai “terang” Allah bagi bangsa-bangsa bergantung pada kepemimpinan yang benar dan saleh. Orang-orang bijaksana diserahi tanggung jawab untuk mengajar para pejabat kerajaan mengenai hikmat agar mereka dapat menjadi pengurus dan pemimpin yang berhasil guna yang menjadi panutan dalam watak dan perilaku yang saleh.
2.4.3.      Penulisan dan Waktu Penulisan
Nama Salomo muncul di awal dari tiga bagian tulisannya dalam (1:1) untuk pasal 1-9; 10:1 untuk 10:1-22:16; dan 25:1 untuk pasal 25-29.[13] Judul kitab sendiri menyarankan bahwa kitab itu berasal dari Raja Salomo. Tetapi ini tidak berarti bahwa raja itu menciptakan seluruh isi kitab itu atau mengumpulkannya. Salomo memnag terkenal sebagai “orang berhikmat” yang unggul (1 raja 4:29-34; 10:1,4-7). Ia pun menciptakan amsal, nyanyian dan sajak (1 raja 4:32). Mungkin sekali dalam kitab amsal masih terdapat buah bakat salomo itu. Tetapi seluruh kitab dipertalikan dengan raja itu hanya oleh karena terkenal sebagai orang berhikmat. Dialah yang mula-mula membina hikmat-kebijaksanaan pada umat Israel. Serupa sedikit dengan Musa yang dikatakan memberi seluruh hukum taurat oleh karena dialah yang menjadi awal dan pangkal hukum taurat itu.[14]
Menurut 1 raja 4:32, Salomo mengucapkan 3.000 amsal dan 1.005 pujian. Hanya sekitar 800 dri 3.000 amsal yang termasuk dalam dua kumpulan amsal Salomo dalam kitab ini. Tidak seorangpun yang lebih cakap daripada Salomo sebagai penulis utama. Ia meminta hikmat (1 raja 3:5-9) dan Allah memberikan kepadanya (1 raja 4:29-31), demikian hebatnya sehingga orang-orang dari bangsa lain datang untuk mendengarkan perkataannya (1 raja 4:34; 10:1-13, 24). Kemungkinan salomo juga mengoleksi dan menyunting amsal-amsal orang lain. Koleksi kedua dari amsal-amsal Salomo dalam 25-29 dikumpulkan oleh ahli-ahli kitab raja Hizkia karena minatnya terhadap hal hal rohani memdahkannya untuk memanfaatkan Firman Allah. Nabi Yesaya dan Mikha melayani selama zaman pemerintahan raja Hizkia, dan mereka dianggap ikut dalam pekerjaan pengumpulan ini.[15] Amsal-amsal Salomo ditulis sekitar tahun 931 SM dan amsal-amsalnya dalam pasal 25-29 dikumpulkan oleh hizkia sekitar 230 tahun kemudian (Hizkia memerintah mulai tahun 715 sampai 686 SM).[16]
Dari amsal 25:1 jelaslah bahwa kitab amsal tidak mungkin diselesaikan sebelum masa Raja Hizkia  (kira-kira 715-686 sM). Dua pasal terakhir mungkin ditambahkan selama atau segera sesudah pembuangan (kira kira 500 sM). Kemungkinan besar amsal 10-29 disunting selama pemerintahan Hizkia dan pasal pembukaan serta kesimpulannya ditambahkan selama dua abad beikutnya. Penyusunan yang akhir dilakukan pada abad ke 5 Sm, walaupun kebanyakan isinya sudah jauh lebih tua, dengan amsal-amsal dan ungkapan-ungkapan yang lebih panjang, yang sudah ada jauh sebelum masa pembuangan.[17]
2.4.4.      Tujuan Penulisan Kitab Amsal
Tujuan kitab amsal dinyatakan dalam prolog kumpulan hikmat (1:2-7). Tujuan tersebut meliputi:
a.       Mengetahui hikmat dan pengajaran (1:2; bnd. 3:21-26)
b.      Menerima didikan untuk bertindak dengan bijaksana, dalam kebenaran, keadilan dan kejujuran (1:3; bnd. 2:9)
c.       Memberikan kecerdasan pada orang-orang sederhana, serta pengetahuan dan kebijakan pada orang muda (1:4; bnd. 2:20-23)
d.      Meningkatkan kemauan belajar dan memperoleh kecakapan dalam pengertian (1:5; bnd. 9:9)
e.       Mengerti amsal, perumpamaan, perkataan orang bijak, dan teka-teki (1:6; bnd. 4:10, 20)
Belahar takut akan Tuhan (1:7; bnd. 2:5-6)[18]
2.4.5.      Ciri-Ciri Kitab Amsal
Ada delapan ciri utama menandai kitab ini:
1.      Hikmat, bukan dikatakan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan “Takut akan Tuhan” (Amsal 1:7), jadi orang yang berhikmat adalah orang yang menenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya.
2.      Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak-anaknya
3.      Amsal adalah kitab yang praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar
4.      Hikmat praktis, ajaran saleh dan prinsip-prinsip hidup mendasar dinyatakan dalam bentuk pernyataan singkat menggunakan kiasan yang hidup, perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat dan pengulanganNasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.[19]

2.5. Tafsiran
Penindas         Ibu Lemuel dan Laki-laki
Yang ditindas            : Perempuan
            Amsal 31:10-15 adalah perikop yang ditulis dalam bentuk puisi, setiap baitnya berisi gambaran mengenai istri yang cakap yang memiliki kekayaan karakter dan peranan yang dapat memberikan teladan bagi kaum wanita pada umumnya. Amsal sendiri adalah “perumpamaan orang pandai dengan menggunakan kata-kata singkat terpilih, dengan maksud untuk merumuskan suatu hikmat dalam kalimat pendek guna membantu ingatan dan mendorong mempelajarinyauntuk kehidupan sehari-hari.”
Ayat 10
Penindas          : Ibu Lemuel dan Laki-laki
Tertindas         : Perempuan dan Laki-laki
Wanita yang cakap memiliki pengertian “wanita yang memiliki semua kebenaran, kehormatan dan kekuatan untuk melakukan semua hal-hal yang ada dalam Amsal ini. Dari zaman dahulu memang wanita sering dituntut menjadi yang terbaik, peranan wanita yang ditetapkan oleh Allah sebagai penolong laki-laki telah berubah menjadi budak laki-laki. “Istri yang cakap siapakah yang bisa mendapatkanya?” Perempuan sering diperebutkan untuk dijadikan istri bahkan dalam maspemerintahan Salomo Istri bahkan sepermi permata yang berarti bisa lebih dari satu.
Wanita sering sekali dianggap lemah oleh para laki-laki tetapi ayat ini menunjukan bahwa ada juga wanita yang cakap seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, wanita juga setara dengan laki-laki dalam hal kecakapan.
 Pencarian Istri yang cakap sangat menyusahkan bagi laki-laki. Karena kriteria yang ideal yang harus dicari sangat susah didapatkan, bahkan sakin susahnya mendapatkan Istri yang demikian digambarkan sebagai lebih berharga yang berharga dari permata. Dalam ayat ini terlihat bahwa ibu Lemuel menunjukan bahwa anaknya harus mencari perempuan yang sangat sulit untuk dicari dan juga terlihat bahwa istri anaknya harus sesuai dengan keinginanya.
Ayat 11
Penindas          : Laki-laki
Tertindas         : Perempuan
Kata percaya kepadanya kata ini menunjukkan karakter “dapat dipercaya” sebagai “satu karakter dasar yang berhubungan dengan kejujuran dan integritas yang harus dimiliki wanita sehingga memberikan keuntunganbagi suaminya, istri harus memberikan keuntungan kepada Suaminya dan suami menraup keuntungan yang ada pada diri istri tersebut. Apalagi ketika seorang raja, para raja sering sekali dalam bekerjasama dengan kerajaan lain menggunakan politik perkawinan yaitu menikahi Putri Raja untuk bekerjasama, sehingga Istri raja secara tidak langsung memberikan keuntungan pada suaminya.
Wanita yang dianggap lemah ternyata dapat juga memberikan keuntungan kepada suaminya dengan syarat bahwa Suami (laki-laki) harus memberikan kepercayaan kepadanya.
Ayat 12
Penindas          : Laki-laki
Tertindas         : Perempuan
Peranan istri sebagai penolong Laki-laki sangatlah signifikan. Wanita selalu berpilaku dan bertindak untuk kebaikan suaminya, bahkan seluruh hidup istri dicurahkan untuk kesejahteraan keluarga.
Ayat 13
Penindas          : Laki-laki
Tertindas         : Perempuan
Dalam budaya patriakh, posisi istri yang hanya bekerja di sumur, dapur, kasur ternyata bisa juga bekerja sebagai laki-laki. Pekerjaan yang kasar juga bisa dilakukan oleh perempuan. Dalam budaya patriakh yang begitu melemahkan perempuan yang mengatakan wanita hanya bisa mengerjakan pekerjaan halus sangatlah tidak benar.
Ayat 14
Penindas          : Laki-laki
Tertindas         : Perempuan
Dalam ayat 14 kita melihat seolah-olah makanan yang seharusnya dicari oleh laki-laki malah perempuan yang mencari dan perempuan yang dalam budaya patriakh bergantung penuh dengan laki-laki malah mandiri. Makanan merupakan berkat bagi setiap orang, wanita seperti kapal-kapal berarti juga bahwa Istri itu memberi berkat bagi keluarganya.
Ayat 15
Penindas          : Laki-laki
Tertindas         : Perempuan
Pada waktu malam, seharusnya adalah untuk beeristirahat untuk memulihkan tenaga supaya dapat bekerja untuk siang hari, namun disini wanita malah sudah terjaga untuk menyediakan makanan untuk seisi rumahnya dan membagi tugas bagi pelayanya. Hal tersebut menggambarkan bahwa Istri di idam-idamkan laki laki adalah perempuan yang bijaksana yang mampu menghendel pelayan-pelayanya.
III.             Refleksi Teologis
Pencarian Istri memanglah sangat sulit karena memang wanita yang sempurna atau cakap sagat sedikit. Wanita dari dahulu sampai sekarang memang seperti barang yang dipilih-pilih dan dibanding-bandingkan untuk dimiliki suami sebagai miliknya yang baik, namun wanita yang baik seharusnya mendapat pasangan yang baik pula. Laki-laki sebaiknya tidak hanya menuntut istri yang  baik tetapi laki-laki juga harus berusaha menjadi pasangan yang terbaik yang layak bagi perempuan. Dalam tugas keluaga harus ada pembagian tugas yang jelas bagi keluarga tersebut, tanpa menghilangkan atau mengabaikan bakat dari kedua pasangan. Sehingga kedua pasangan menjadi keluarga yang utuh yang dapat menggambarkan keluarga kerajaan Allah yang terpancar di tengah tengah dunia.
Dalam kehidupan pasangan suami dan istri jangan lah ada anggapan bahwa pasanganya adalah orang yang lemah tetapi setiap pasangan harus dihargai sebagai bagian dari diri sendiri.
Seorang ibu memang harus menasehati putranya untuk mencari Istri yang cakap namun harus juga menasehati anaknya menjadi suami yang cakap sehigga dalam membangun rumah tangga terjadi keseimbangan dalam menjalankan kehidupan keluarga.
IV.             Kesimpulan
Dalam melakukan penafsiran  menggunakan teologi pembebasan tetnunya kita haruslah menafsir dengan sudut pandang orang tertindas sehingga kami lihat bahwa disini pencarian dalam istri yang cakap ini terlihat bahwa banyak aspek yang tertindas. Dan oleh sebab itu saya sebagai penafsir melihat dalam mencari pasangan haruslah mencari yang sepadan.


V.                Daftar Pustaka
Blommendaal J, Pengantar Kepada Perjanjian Lama Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Bullock C. Hassel, Kitab-kitab Puisi dalam Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2014.
Donald C, Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Baru Malang: Gandum Mas dan LAI, 2012.
Groenen C., Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, Jakarta: Kanisius, 1992,
Hill. Andrew E. & Walton. John H., Survei Perjanjian Lama Malang: Gandum Mas, 2008.
Lasor W. S ., dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Lumintang Stevril L., Teologi Abu-abu, Malang: Gandum Mas, 2004.
Nitiprawiro Wahono, Soleh Iser, Teologi Pembebasan: Sejarah Metode Praksis dan Isinya, Yogyakarta: LKIS, 2000.
Nitiprawiro Wahono, Teologi Pembebasan, Yogyakarta: LKIS, 2006.
Saragih. Agus Jetron, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab Perjanjian Lama, Medan: Bina Media Perintis, 2006.
Sigmund Paul E., Liberation Theologu and The Croos Word, New York: Ox, 2007.
Sitompul A. A., Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016.
Wahono S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: Gunung Mulia, 2002.
Wilkinson Bruce & Boa Kenneth, The Talk Thru Bible, Malang: Gandum Mas, 2017.




[1] Stevril L. Lumintang, Teologi Abu-abu, (Malang: Gandum Mas, 2004), 398.
[2] Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan, (Yogyakarta: LKIS, 2006), 8.
[3] A. A. Sitompul, Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 337.
[4] Wahono Nitiprawiro, Soleh Iser, Teologi Pembebasan: Sejarah Metode Praksis dan Isinya, (Yogyakarta: LKIS, 2000), 45.
[5] Paul E. Sigmund, Liberation Theologu and The Croos Word, (New York: Ox, 2007), 64.
[6] Ibid, 337.
[7] C. Hassel Bullock, Kitab-kitab Puisi dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2014), 201.
[8] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 152.
[9] W. S .Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 89.
[10] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008), 465.
[11] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 224.
[12] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab Perjanjian Lama (Medan: Bina Media Perintis, 2006), 135.
                [13] Bruce Wilkinson Kenneth Boa, The Talk Thru Bible (Malang: Gandum Mas, 2017), 216.
                [14] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama (Jakarta: Kanisius, 1992),
                [15] Bruce Wilkinson Kenneth Boa, The Talk Thru Bible (Malang: Gandum Mas, 2017), 216.
                [16] Bruce Wilkinson Kenneth Boa, The Talk Thru Bible (Malang: Gandum Mas, 2017), 217.
                [17] W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 103.
                [18] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008), 469.
[19] Donald C, Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Baru (Malang: Gandum Mas dan LAI, 2012), 962-963.
[20] C. Hassel Bullock, Kitab-kitab Puisi dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2014), 221.