SGU: Reformasi Radikal oleh Sang Reformator 1525
Reformasi Radikal
I.
Pembahasan
1.1.
Pengertian Reformasi Radikal
Kata
reformasi berasal dari bahasa Inggris yaitu re
yang artinya Kembali dan form yang artinya bentuk. Jadi secara
harafiah reformasi berarti kembali kepada bentuk semula.[1] Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Reformasi adalah perubahan secara
drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu
masyarakat atau Negara.[2]
Atau dapat juga diartikan sebagai suatu gerakan untuk mengadakan pembaruan
dalam Kekristenan Barat yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17.[3] Sedangkan
Radikal dapat diartikan sampai keakar-akar sekali, dengan kesempurnaannya dan
dapat juga diartikan sebagai haluan yang sangat keras menurut perubahan
perundang-undangan, ketatanegaraan, dan lain-lain.[4]
Jadi Reformasi Radikal adalah Gerakan yang muncul di Eropa pada abad
ke-16 yang berusaha melakukan pembaharuan secara radikal[5]
dan juga merupakan paham dengan gerakan yang menghendaki agar upaya reformasi
tidak hanya bersifat modifikasi terhadap aspek-aspek tertentu dalam kehidupan
bergereja, melainkan perombakan secara menyeluruh.[6]
Kelompok ini juga disebut “sayap kiri dari reformasi” atau “reformasi radikal”.[7]
1.2.
Latar Belakang Reformasi Radikal
Pada
tahun 1525 kaum petani Jerman bergabung sambil menuntun perubahan-perubahan
dalam susunan masyarakat
dimana mereka merasa terdesak oleh golongan-golongan atas. Akibatnya, hak
petani untuk menggunakan tanah dan hutan milik mereka bersama dicabut. Lagi
pula mereka merasa diperas oleh pungutan-pungutan yang dituntut kaum bangsawan dan gereja. Bagi mereka,
tulisan-tulisan Luther tentang
“kebebasan”. Mereka menafsir “kebebasan”sebagai kebebasan dari
kewajiban-kewajiban yang tidak wajar terhadap tuan-tuannya. Dalam hal ini mereka
salah menafsir maksud Luther. Ditambah lagi sebagian petani terpengaruh oleh Munzer,
sehingga memeluk idiologi yang jauh lebih fanatik.
Munzer
menegaskan bahwa ”kemiskinan” itu terutama kemiskinan akan harta benda,
kemelaratan. Lalu ia menarik kesimpulan: hanya orang-orang miskinlah yang mendapat
roh, terang batiniah itu. Mereka orang-orang berbahagia, yang berkenan kepada
Allah, menurut Matius 5:3. Sebaliknya, orang-orang kaya, justru karena kaya,
adalah orang-orang fasik. Mereka selaku orang-orang miskin, adalah orang-orang
pilihan Allah yang harus dibasmi orang –orang yang kaya fasik itu. Lalu mereka
mengadaka revolusi, membakar, merampok dan membunuh dimana-mana. Akhirya, pada
bulan Mei 1525, gerakan itu berasil ditumpas. Penguasa-penguasa membalas dendam
secara bengis. Munzer yang telah bertindak sebagai salah seorang pemimpin para
petani ditangkap dan dibunuh, bersama dengan ribuan orang lain.
Kepada
petani-petani, yang menyalakan bukannya kebebasan
seorang kristen. Luther berkata: memang, menurut injil patut tuan-tuan
tanah dan raja-raja mengusahakan kepentingan rakyat dan menghisap mereka. Tetapi
lain kebebasan seorang kristen, lain kebebasan dibidang sosial.
Kebebasanseorang kristen iyalah kebebasaan dari tuntutan hukum taurat, tetapi
itu belum berarti bahwa seorang kristen harus bebas dari kerja rodi dan
sebagainya. “Seorang budak bisa saja menjadi seorang kristen, dan mempunyai
kebebasan kristen”. Hal ini tidaklah berarti menurut Luther seorang budak
mencita-citakan kebebasan, atau membawa seorang kristen tidak boleh memperjuangkan
keadilan sosial. Luhter sendiri dengan kata-kata yang tajam mendesak para
penguasa agar bertindak adil. Di era reformasi muncul golongan-golongan baru
yang mencampur ide-ide Luther dengan pemikiran sekta-sekta pada abad
pertengahan. Kelompok-kelompok ini kadang–kadang disebut “sayap kiri dari
reformasi” atau “reformasi radikal”. Namun, mereka tidak termaksud pada
lingkungan reformasi protestan, melainkan merupakan aliran kristen tersendiri,
disamping reformasi maupun gereja Roma. [8]
Luther
dalam melakukan reformasinya masih terikat dengan pemerintah raja Friedrich. Sedangkan
Calvin yang lebih radikal didalam reformasinya masih terikat dengan dewan kota
Zenewa. Kelompok radikal menganggap bahwa Luther dan Calvin hanya memperkuat
gereja negara. Dan kelompok radikal menganggap Luther dan Calvin sudah tidak
alkitabiah lagi dalam alirannya seperti: baptis anak, ibadah yang suci dan
gereja harus terpisah dengan negara. Gereja (Luther, Zwingli, dan Calvin)
terlalu lamban.[9]
Pada tanggal 21 januari 1525, kelompok reformasi radikal bertemu dan membaptis
satu sama lain, dikemudian hari mereka dijuluki Anabaptis“pembaptis ulang” oleh orang-orang yang tidak senang
kepada mereka.[10]
Para
anabaptis menentang negara yang dipaksa kepada semua orang. Bagi mereka iman
kristen itu bebas dan dianut atas kemauan sendiri, bukan dipaksakan. Gereja
adalah persekutuan sukarela dari murid-murid yang terikat oleh satu tujuan. Para
reformator sadar bahwa tidak semua warga
kristen sejati, tetapi mereka melihat sebagai orang terpilih ialah sekelompok
orang di dalam gereja negara itu. Jumlahnya dan siapa orangnya tidak diketahui
dengn pasti. Para anabaptis tidak setuju. Mereka berpendapat bahwa gereja itu
seharusnya haya terdiri dari orang-orang yang percaya sesungguhnya, murid-murid
yang terikat pada tujuan bersama. Gereja yang sungguh adalah kelompok
murid-murid yang nyata, yang sudah memisahkan diri dari dunia termaksud gereja
negara.[11]
Kelompok
reformasi radikal mempunyai pengertian lain tentang wujud gereja dan tentang
hubungan gereja dan negara dari pada GKR dan Protestan. Yang merupakan dasar
gereja menurut mereka, adalah kesucian anggota-anggotanya, bukan rahmat Allah
atas orang-orang berdosa. Mereka mencita-citakan jemaat kecil, terasing dari
kehidupan kemasyakatan dan kenegaraan. Menurut mereka tidak mungkin perjanjian
Allah seluas bangsa, perjanjian itu hanya meliputi orang-orang percaya saja. Tetapi
menurut Luther dan Calvin, dasar gereja bukanlah kesucian anggota-anggotanya,
melainkan rahmat Allah dan pemberitaan-Nya dalam Firman dan Sakramen.[12]
1.3.
Aliran Anabaptis dalam Reformasi Radikal
Kata
Anabaptis berasal dari bahasa Yunani, dari kata Ana dan Baptizo yang
berarti ”membaptis kembali”.[13] Kata
ini merupakan sindiran yang diberikan oleh lawan-lawannya,yang secara harafiah
berarti orang-orang yang dibaptis kembali dan ini merujuk pada aspek yang
paling khas dari kebiasaan orang-orang anabaptis pendirian yang kokoh bahwa
orang yang telah melakukan pengakuan iman secara pribadi dihadapan umum yang
boleh dibaptis.[14]
Karena mereka menolak baptisan anak sebagai baptisan yang benar. Istilah
anabaptis mempunyai asal-usul pada Zwingly Nama Anabaptis ini diberikan kepada
gerakan yang terjadi di Swiss karena memiliki ciri yang menonjol bahwa mereka
membaptis orang-orang dewasa.[15]
Karena ketika ia sudah dewasa dan hidup dalam pertobatan, orang tersebuat akan
dibaptis lagi. Karena dianggap anak kecil tidak dapat mempertanggungjawabkan
apa yang diimaninya. Masih bisa berubah-ubah.[16]
Mereka menegaskan bahwa jemaat Kristen hanya boleh terdiri dari orang-orang
terpercaya saja. Oleh karena itu, mereka menolak baptisan anak.[17]
Gerakan
ini bermula di Swiss, kemudian menjalar ke Jerman dan ke negeri lain-lain
disekitarnya. Semula mereka mengikuti tokoh reformasi Swiss, Zwingli namun
dalam waktu singkat memisahkan diri dari gereja dan upaya reformasi yang
dipimpinnya. Dan mereka menginginkan persekutuan, sebuah keluarga beriman, yang
diciptakan Allah, yang bekerja dalam hati manusia. Para anabaptis menyarankan
perpisahan gereja dan negara. Karena mereka melihat gereja sebagai sesuatu yang
berbeda dari masyarakat umum bahkan masyarakat kristen. Mereka tidak ingin
kekuasaan politik memaksa nurani orang percaya.[18] Gerakan
ini berusaha menciptakan persekutuan orang-orang suci dan mendirikan kerajaan
Kristus di bumi. Namun dalam mewujudkan cita-cita lama-kelamaan mereka menjelma
menjadi gerakan pemberontakan dan menghalalkan kekerasan.[19] Gerakan
itu berpusat pada sekelompok individu yang menuduh bahwa zwingly tidak setia
dengan prinsip-prinsip reformasinya sendiri. Meskipun zwingly menyatakan setia
pada prinsip sola scriptura. Ia
merasakan adanya bahaya dalam gerakan ini dan melihatnya sebagai suatu
perkembangan yang mengoyahkan, yang dapat mengancam Kristen masa lalu. Dalam
tahub 1522 ia menulis sebuah kertas kerja yang dikenal sebagai Apologeticus Archeteles, yang didalamnya
ia mengakui ide tentang “kepemilikan bersama”. Tetapi pada tahun 1525, Zwingly
mengubah pandangannya dan sampai pada pandangan bahwa kepemiliakn pribadi atas
harta benda bagaimanapun juga bukanlah hal yang jelek.[20] Pada
tanggal 21 Januari 1525, kelompok yang dipimpin Grebel berkumpul mengadakan
penelaahan Alkitab, lalu seorang pesertanya, Cajacob meminta agar Grebel
melayankan baptisan yang benar atas dirinya dan sesuai dengan Alkitab. Oleh
karena itu pejabar gereja yang dibaptis, sehingga dilayankan baptisan tersebut,
peristiwa itu dikalangan meneit, dpahami sebagai hari lahirnya Anabaptis.[21]
Sikap
para radikal yang menentang baptisan anak makin mengeras dan sesudah 1525,
mereka membaptis ulang para pengikut-pengikutnya. Sehingga dewan kota mengusir
mereka semua yang dibaptis ulang, dan tahun berikutnya hukuman mati
diberlakukan untuk pembaptisan ulang. Pada Februari 1527, golongan Anabaptis
ini berkumpul di desa Scheithein, dekat kota Schaffhausen, Swiss. Di desa tersebut
mereka merumuskan Pengakuan Iman
Schleitheim. Hasil rumusan ini mereka lebih senang disebut : “ Kesepakatan
Persaudaraan”. Dokumen ini, berisi tujuh pokok pernyataan iman (sekaligus
peraturan). Di samping memuat pokok-pokok pandangan dan ajaran kaum Anabaptis,
dokumen ini pada pokoknya juga mengungkapkan pemahaman kaum Anabaptis. Ketujuh
pokok itu adalah:[22]
1. Baptisan
bukan untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang secara sadar memilih menjadi
Kristen.
2. Pengucilan
(Ekskomunikasi)
Dikarenakan kepada
orang dewasa yang sudah dibaptis tetapi kembali berbuat dosa dan tidak mau
memperbaiki diri.
3. Pemisahan
dari Dunia
Orang
beriman harus memisahkan diri dari dunia yang penuh kegelapan dan kekejian,
termasuk dari Gereja Roma Katolik dan Gereja Protestan. Sehubungan dengan ini,
mengacu pada 2 Korintus 6:14, suami atau istri yang pasangannya tetap Katolik
atau Protestan boleh meninggalkan pasangannya atau menuntut perceraian.
4. Kepemimpinan
(gembala) dalam gereja/jemaat
Gembala
dipilih oleh jemaat, bukan diangkat oleh uskup atau pimpinan Gereja. Gembala
disantuni oleh jemaat yang memilih dan mengangkatnya, bukan digaji oleh negara.
5. Penggunaan
pedang (termasuk kekerasan)
Yang
ditetapkan dan diizinkan oleh untuk memakai pedang adalah pemerintah duniawi,
untuk menghukum orang jahat. Di Gereja, satu-satunya senjata yang boleh dipakai
adalah pengucilan. Karena Kristus tidak mengizinkan kekerasan orang Kristen
tidak boleh jadi pejabat negara, apalagi menjadi tentara.
6. Sumpah
Sebagaimana
ditetapkan oleh Kristus, orang Kristen dilarang bersumpah.
7. Upacara
memecahkan roti adalah perjamuan persekutuan untuk memperingati Yesus Kristus
dan hanya murid yang sudah dibaptis boleh berpartisipasi.[23]
1.4.Pokok-pokok
Ajaran Reformasi Radikal
1.
Baptisan
Baptisan
menurut ajaran Calvin yaitu menyelamkan orang kedalam air tidak perlu. Cara
yang paling tepat adalah dengan mencurahkan atau memercikkan air atas orang
itu. Dan anak-anak juga berhak untuk dibaptis. Sedangkan menurut kaum
anabaptis, baptisan adalah kepada orang yang sudah bertobat dan dibaptis dengan
cara diselamkan. Dan yang berhak untuk dibaptis adalah orang-orang
yang sudah dewasa dan yang sudah mampu memahami dan menyatakan imannya.[24]Baptisan
dilakukan didalam nama Allah Tritunggal : Bapa, Putra dan Roh Kudus. Selain
melambangkan kasih karunia Allah yang menganugerahkan kelahiran kembali serta
hidup baru, baptisan juga melambangkan iman dan ketaatan kepada Kristus.[25]
2. Alkitab
Alkitab merupakan Firman Allah yang
diwahyukan, satu-satunya sumber ajaran yang benar; pedoman iman dan perilaku, dan
otoritas tertinggi untuk menentukan kebenaran agamawi.[26]
Alkitab dipandang sebagai sumber kebenaran dan pemilik kewibawaan tertinggi,
serta menggunakan Alkitab bukan terutama untuk membangun sistem teologi,
melainkan untuk membebaskan manusia dari dosa. Dalam pengertian ini mereka
menganut sikap yang praktis terhadap Alkitab, yaitu membuatnya berfungsi di
dalam keselamatan dan penyucian manusia, ketimbang meletakkan banyak tekanan
atas pemikiran atau masuk ke dalam masalah teologi yang spekulatif. Dengan kata
lain, Alkitab terutama digunakan untuk memberitakan injil keselamatan dan
mengajak pendengarnya kepada pertobatan dan hidup baru, seraya memenangkan
jiwa-jiwa bagi Kristus.[27]
3. Gereja
Gereja dipahami sebagai persekutuan dari
pribadi-pribadi yang telah diselamatkan Allah melalui pengorbanan dan penebusan
Kristus. Orang atau jiwa yang telah dilahirkan kembali, dan yang sudah dibaptis
dengan cara diselam, merekalah yang layak menjadi anggota gereja. Di dalam
Gereja boleh ada berbagai jabatan negara, tetapi semua jabatan termasuk tata
cara pemilihan, pengangkatan dan penahbisan, harus berpedoman dan mengacu
kepada Alkitab.[28]
4.
Larangan
Bersumpah
Larangan ini didasarkan
pada amanat Kristus pada Nats Alkitab dibawah:
a. Matius 5: 33-37
“Kamu telah mendengar pula yang difirmankan
kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu
di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Jangan sesekali bersumpah, baik
demi langit, karena langit adalah tahtha Allah, maupun demi bumi, karena bumi
adalah tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota
Raja Besar; janganlah engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak
berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah
kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih
daripada itu berasal dari si jahat.”
b. Matius 23: 16-21
“
Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait
Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas bait Bait Suci, sumpah itu
mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih
penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah,
sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya,
sumpah itu mengikat. Hai orang-orang buta, apakah yang lebih penting,
persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu
barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi
segala sesuatu yang terletak diatasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait
Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ.”
c. Yakobus 5:12.
“Tetapi
yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi
sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah katakan ya, jika tidak hendaklah kamu
katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.”
Ini
sejalan dengan larangan seseorang secara hukum atau menyeretnya kedepan
pengadilan atau memenjarakannya
(bnd 1 Kor 6:1-7). Karena itu kalau kaum Mennonit diminta untuk bersumpah, yang
boleh ia lakukan adalah afirmasi (mengiakan atau membenarkan).
5.
Penetapan-penetapan
(Ordinances) di Dalam Perjamjian Baru
Kaum
Mennoit tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan penetapan. Salah satu
alasannya adalah seseuai dengan semboyan Imamat am orang percaya, bukan hanya
pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, melainkan juga warga
jemaat. Alasan lain adalah istilah sakramen tidak terdapat di dalam Alkitab dan
berasal dari perbendaharaan bahasa sehari-hari yang artinya bisa lebih ataupun
lain dari yang dimaksudkan gereja.[29]
6.
Nir
(tidak menggunakan) Kekerasan
Kaum
Mennonit menolak penggunaan kekerasan dalam kehidupan pribadi dan juga menolak
dinas militer dalam segala bentuknya. Penolakan ini didasarkan pada amanat
Kristus untuk menjadikan bangsa murid (Matius 28: 19) berdasarkan ini juga kaum
Mennonit juga menolak dinas kepolisian dan pengadilan. Itu berarti bahwa kaum
Mennonit menentang pemerintah, pemerintah tetap diakui sebagai sesuatu yang
ditetapkan oleh Allah untuk menegakkan hukum dan keadilan terhadap
perilaku-perilaku kejahatan dalam masyarakat.Tapi tugas itu tidak ditetapkan
bagi orang-orang kudus.[30]
7.
Kuasa
Roh Kudus
Alkitab
harus dibaca dan dipahami di dalam perhimpunan jemaat. Bila orang kristen
berhimpun, firman diberitakan, sebagian mendengar, sebagian bernubuat dan
mempertimbangkan isinya, disitulah Roh Kudus akan memimpin kepada pengertian
yang sama. Kuasa Roh Kudus yang diandalkan dalam berbagai pertemuan dan
perundingan.[31]
1.5.Tokoh-tokoh
Reformasi Radikal
1.5.1.
Thomas
Muenzer
Muenzer
adalah seorang penginjil keliling dari suatu gerakan revolusi sosial. Dia
adalah pelopor dari sosialisme, komunisme, dan anakisme modern. Cita-citanya
menghancurkan orde masyarakat yang ada dan menggantinya dengan suatu orde
masyarakat sama rasa, sama rata yang didalamnya tidak ada imam, raja, bangsawan
atau pemilik pribadi. Thomas Muenzer lahir di Solberg[32]
sebuah kota kecil di dekat Eisleben[33],
daerah pegunungan Harz pada tahun 1489.[34]
Muenzer lahir dari sebuah keluarga yang berada. Ia menempuh pendidikan di
Leipzig dan di Frankfurt dan mendalami ilmu dibidang Teologi dan menjadi
terkenal dibidang itu.[35]
Dalam aliran Teologinya Muenzer dipengaruhi oleh pandangan Joachim dari Fiero
dan Johannes Huss[36],
sehingga ia sangat tertarik sekali dengan gerakan reformasi. Hal ini membukakan
pintu baginya untuk bertemu dengan Luther. Ia juga menjadi seorang yang
mengagumi dan pengikut gerakan Luther.[37]
Pada
tahun 1519 Muenzer menjadi confessor[38] pada
biara wanita di Thuringen. Mungkin juga ia bertemu dengan Luther dalam
perdebatan agama di Leipziq. Sehingga ia menjadi penganut Reformasi. Pada
tahun 1520 melalui perantaraan Luther, dia diangkat menjadi pengkhotbah
pada salah satu gereja di kota industri Zwickau. Di kota ini, Muenzer mulai
berkotbah yang isinya tuntutan pembaharuan, baik dalam kehidupan
kemasyarakatan. Khotbah-khotbahnya bersifat menghasut rakyat untuk memberontak
sehingga dia diusir dari sana. Ia juga menghasut orang melawan Pendeta-pendeta
yang lain sehingga terjadi huru-hara di kota itu. Kemudian ia berdiam
ditengah-tengah golongan Hussit, namun dia di usir lagi dari sana sehingga ia
terpaksa harus melarikan diri keluar negeri (1521).
Pada
tahun 1522 ia muncul lagi di Wittenberg. Ternyata sekarang
Muenzer bukan lagi pengikut Luther.[39]
Ia sudah mengembangkan teologinya sendiri, yang sama orisinilnya dengan teologi
Luther. Pandangan Teologi Muenzer dipengaruhi oleh pandangan Eckhart tentang
kemiskinan, yang diartikannya bukan sebagai kemiskinan rohani, melainkan
kemiskinan harta benda, kemelaratan. Ia bertolak dari pemikiran Eckhart dan
kawan-kawannya setiap orang yang mau menerima “Roh” atau “Terang batiniah”,
pernyataan Allah yang langsung kepada jiwa itu, haruslah dulu menjadi miskin,
mengosongkan diri, tidak boleh lagi ada sesuatu apapun yang diperhatikannya
atau yang menghiburkannya. Meskipun demikian Munzer memberi sumbangannya
sendiri dalam penafsirannya tentang “kemisikinan” itu.[40] Kemisikinan
itu adalah kemiskinan akan harta benda dan harus melarat. Menurutnya orang
miskinlah yang berbahagia dan yang berkenan kepada Allah (bnd Mat 5:3) dan
sebaliknya orang kaya adalah orang fasik. Lalu berpendapat lagi orang-orangf
miskin itu harus membasmi orang kaya, demi mendirikan kerajaan Allah di bumi.
Muenzer terelibat dalah salah satu revolusi yang terbesar di abad ke-16, yaitu
pemberontakan petani di Jerman.[41]
Yaitu zaman emas di masa depan, yang masa seluruh umatmanusia seluruhnya bebas
dan memiliki kesamaan. Masa depan yang mereka maksudkan adalah (mereka menoleh
kebelakang) masa seperti Adam dan Hawa, yang mana pada saat itu juga tidak ada
yang menjadi tuan atas tanah saat semuanya bebas.[42]
Zaman yang indah itu dirusak oleh iblis dengan orang-orangnya (tuan tanah,
penguasa politik, bahkan pemimpin gereja yang berkolusi dengan mereka) yang
merusak sistem Allah. Jadi tugas mereka adalah memulihkan keadaan itu pada masa
kini agar manusia bisa mencapai masa depan yang gemilang. Masa ini adalah masa
yang tepat untuk melakukannya, maka mereka harus membinasakan para tuan tanah
bahkan juga para hakim-hakim dan ahli-ahli hukum yang justru memutarbalikkan
keadaan keadaan dan keadilan. Bila semuannya itu maka terwujudlah zaman emas.
Kita akan melihat apa yang menjadi pokok teologi Munzer ini sehingga ia berbuat
demikian. “Manusia yang dipilih Tuhan menjadi umat pilihanNya dan yang
sekaligus ditetapkanNya menjadi warga dari Gereja yang baru dan masyarakat yang
baru adalah manusia yang saleh dan sempurna. Untuk sampai kesana mereka harus mengosongka diri, supaya tempat
yang kosong itu dapat diisi oleh Roh Tuhan. Kekosongan diri itu juga berarti
kekosongan material, alias tidak punya harta. Situasi sekarang sudah sangat
parah: umat pilihan sedang mengalami penderitaan yang hebat, sementara
orang-orang fasik, yaitu orang-orang kaya, termasuk para Klerus, tidak mau
merubah sikap mereka.” Kemudian Muenzer berpendapat bahwa orang-orang miskin
yang saleh haruslah membasmi orang-orang kaya yang fasik dan mendirikan
Kerajaan Allah di bumi. Muenzer menyerang Luther dengan pedas lewat
tulisan-tulisannya. Ia berpendapat bahwa Luther lebih buruk dari paus. Luther
menyebut Muenzer sebagai “Iblis dari Alstadt” karena pada waktu itu Muenzer
menjadi pendeta jemaat di Alstadt (1523). Pada tahun 1524 ia di usir
dari Alstadt dan pergi ke Mulhausen. Disini ia berkhotbah untuk mengajak rakyat
untuk memberontak menghancurkan struktur masyarakat. Sekali lagi dia diusir dan
pergi ke Jerman Selatan tetapi beberapa tahun kemudian dia kembali ke
Mulhausen, tahun 1525. Kemudian dia menghubungkan tuntutannya dengan
tuntutan petani Jerman. Para petani yang ditindas oleh bangsawan Jerman
itu sangat dipengaruhi oleh Muenzer sehingga mereka sangat fanatik. Thomas
Muenzer menjadi salah seorang pemimpin pemberontakan para petani itu. Muenzer
ditangkap dan dibunuh bersama dengan ribuan orang lainnya pada tahun 1525.[43]
1.5.2.
Menno
Simons
Menno
Simons lahir di Frieland, Belanda Utara, pada tahun 1496 atau 1497.[44] Pada
tahun 1524 ia menjadi imam, ketika ia mulai meragukan doktrin Transubstansiasi,
ia lalu membaca Alkitab (Untuk pertama kalinya), dan sampai pada kesimpulan
bahwa ajaran Roma adalah salah, tetapi ia tidak meninggalkan tugasnya. Ia
berkata: “kedengarannya sangat janggal bagi saya, suatu baptisan kedua kali. kuselidiki
Alkitab dengan tekun dan memikirkannya dalam-dalam, tetapi tidak ada yang
kudapat mengenai baptisan anak”. Kemudian dia mencoba mencari kebenaran tentang
baptisan anak, dengan menyelidiki Alkitab dengan tekun dan merenungkannya
dalam-dalam, akan tetapi dia tidak menemukan tentang baptisan anak. Kemudian
dia berpaling pada bapa-bapa gereja dan para reformator, tetapi tidak menemukan
pembelaan berdasarkan Alkitab mengenai baptisan anak. Sehingga dia menarik
kesimpulan bahwa, “kita telah diperdaya oleh baptisan anak”.
Tahun
1534, kota Munster diduduki oleh kaum anabaptis yang lebih berani dan
revolusioner. Mereka melihat kota itu sebagai Yerusalem Baru yang dinubuatkan
dalam kitab Wahyu, poligami diizinkan berdasarkan Perjanjian Lama. Sehingga GRK
dan Protestan mengepung kota itu, yang akhirnya jatuh pada tahun 1535. Maka
terjadilah pertumpahan darah. Kejadian ini sempat mendiskreditkan para
Anababtis untuk beberapa saat. Menno melihat dampak dari Munster serta
penganiayaan terhadap kaum anababtis yan sudah tidak terpimpin. Ia mencela
dirinya yang hidup berpura-pura setia kepada Roma, akhirnya ia mulai berkothbah
menurut keyakinannya dan sesudah sembilan bulan kemudian, ia kembali ke tempat
tinggalnya dan menjadi seorang pengkothbah Anababtis disana. Menno
dibabtis menjadi pendeta dan menjadi pemimpin Anababtisme di Belanda
dan Jerman Utara.[45]
Menno
berpegang pada pendapat anabaptis injili sebagai mana yang dipaparkan
dalam Pengakuan Iman Schleitheim. Ia menolak anabaptisme yang revolusioner
dan menekankan anabaptisme yang damai. Menno adalah contoh yang menunjukkan
betapa berbahayanya mengabaikan tradisi ketika menafsirkan Alkitab. Sikap Menno
membuktikan kebenaran peribahasa bahwa barang siapa mengabaikan sejarah, pasti
akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang dulu-dulu. Menno Simons termasuk
segelintir pemimpin anabaptis yang melayani untuk waktu yang cukup panjang (25
tahun).[46]
1.5.3.
Concrad
Grebel
Grebel
di lahirkan pada tahun 1498, di Gruningen. Ayahnya merupakan seorang pengusaha
besi, dan juga sebagai anggota Dewan Kota Zurich. Grebel memulai pendidikannya
pada sekolah Latin di kota Zurich. Akhir tahun 1514, ia masuk ke universitas
Basel dan belajar humanisme dari Sebastian Brant. Setelah dari Basel, ia
belajar lagi di Universitas Wina dan belajar humanisme dari Joachin Von Watt,
seorang humanis yang terkenal pada masa itu. Pada tahun 1518, Grebel belajar
lagi di universitas Paris dan disana dia berkenalan dengan sarjana-sarjana
kitab suci seperti, Le Fever D’etaples. Dan ia juga memperdalam ilmu humanismenya
bersama William Bude dan William Cop. Grebel kembali ke Zurich pada tahun 1520.
Pada
tahun 1521 Grebel dan beberapa orang temannya belajar bahasa Yunani
dan Ibrani kepada Zwingli. Hubungannya dengan Zwingli menyebabkan Grebel
bergaul dengan tokoh-tokoh humanisme di Swiss. Grebel hidup sebagai seorang
humanis dan memainkan peranan yang penting dalam pemerintahan di Zurich.
Pada
Februari 1522, ia bertobat dan berdalih menjadi seorang penganut reformasi
bersama dengan Zwingly. Tetapi pada tahun 1523, ia berselisih dengan Zwingly
pada saat perdebatan tentang patung dan ekaristi. Menurut Zwingly, keputusan
dari penghapusan patung dari dalam gereja dan perayaan ekaristi diserahkan pada
keputusan dewan kota, tetapi berbeda dengan Grebel, ia justru tidak ingin
menyerahkannya kepada dewan kota, karena yang berkuasa bukanlah dewan kota
melainkan adalah Alkitab. Grebel dan kawan-kawan tidak puas dengan sikap
Zwingly. Pada Desember 1524 Grebel berdebat dengan Zwingly mengenai baptisan
anak. Mereka menolak karena tidak ada dasarnya didalam Alkitab. Zwingly menolak
untuk memperdebatkan pokok ini. Golongan radikal mendirikan sebuah persekutuan
dengan nama persekutuan dalam Kristus atau yang dikenal juga dengan nama
persaudaraan Swiss. Para Reformator radikal ini giat mempropagandakan ajaran
mereka tentang penolakan baptisan ulang, Ekaristi dan penolakan terhadap
hubungan gereja dengan pemerintah
di seluruh Swiss. Hal ini mengakibatkan tokoh-tokoh Reformasi radikal ditangkap
dan dipenjarakan. Kemudian Grebel pergi ke Schaffhausen untuk mengkhotbahkan
bahwa Zwingli keliru mengenai baptisan. Baptisan yang benar adalah baptisan
dewasa, bukan baptisan anak. Di sini Grebel berhasil membaptiskan Wolfgang
Uliman dengan
telanjang di tengah es di sungai Rhine. Kemudian Grebel pergi ke St. Gall dan
terus ke Gruningen, tempat kelahirannya. Di sini ia berkhotbah dan banyak orang
yang simpati kepadanya. Terjadilah keributan di sini. Para petani memberontak
karena didorong oleh khotbah-khotbahnya.
Grebel
pun ditangkap dan dibawa kembali ke Zurich, namun dilepaskan kembali. Pada
November 1525 diadakan perdebatkan tentang Baptisan di Dewan Kota
Zurich. Dengan akhir Grebel ia dipenjarakan namun malamnya ia dapat melarikan
diri.[47]
1.5.4.
Hubmaier
Baltasar
Hubmaier
adalah salah seorang pemimpin teras anababtis pada abad ke 16. Hubmaier
dilahirkan di Freidburg pada tahun 1481. Ia menjadi seorang imam di Katedral
Regensburg dan dikenal sebagai seorang pengkothbah yang terkemuka. Hubmaier
dalam perdebatan tentang perjamuan kudus pada tahun 1523 membela ajaran-ajaran
Zwingly, namun akhirnya meninggalkan Zwingly dan beralih pada golongan
anababtis. Pokok perceraiannya dengan Zwingly adalah soal baptisan
anak. Ia berpendapat bahwa para reformator mengadakan pembaruan gereja namun
tidak sempurna. Tidak semua kejahatan di dalam gereja dihapuskan. Salah satunya
adalah baptisan anak.
Menurut
Hubmaier, baptisan anak adalah ciptaan paus, si antikristus dan tidak berdasar
dari Alkitab. Sebab didalam baptisan
dituntut pertobatan pribadi, sedangkan jika diadakan bagaimana mungkin dituntut
pertobatan dari seorang bayi (anak). Baptisan anak tidak sah. Baptisan bagi
Hubmaier berarti jaminan iman dan ketaatan hingga mati. Jaminan seperti itu tak
dapat dibuat dan diharapkan bagi seorang anak kecil. Oleh karena itu, baptisan
anak-anak tidak mempunyai arti apa-apa. Baptisan anak tidak sah. Sebagai
pengganti baptisan anak, Hubmaier memperkenalkan praktek penahbisan
(penyerahan) anak dihadapan umat.
Hubmaier
sendiri dibaptiskan kembali dan kemudian dia membaptiskan orang lain lago pada
paskah 1525. Ia menghapuskan misa, mengeluarkan altar, salib, gambar, patung
dari dalam gereja. Hubmaier kemudian bergabung dengan
Thomas Muenzer dan golongan anababtis di Zurich. Ada dugaan bahwa ia adalah
pemegang peranan penting dalam penyusunan 12 Artikel Kaum Petani. Tetapi,
gagalnya pemberontakan petani tersebut mengharuskan Hubmaier melarikan diri ke
Morvia, yang pada tahun 1528 wilayah Morvia jatuh ke tangan raja Ferdinan dari
Austria, dan disanalah ia di tangkap, di penjarakan bersama dengan istrinya
dengan tuduhan terlibat dalam pemberontakan petani. Hubmaier di jatuhi hukuman
mati dengan cara di bakar, pada 10 Maret 1528, dan tiga hari kemudian istrinya
di tenggelamkan di danau Danube.[48]
1.5.5.
Andreas
Carlstadt
Ia
adalah seorang tokoh Reformasi di Jerman, sahabat Martin Luther, tetapi
kemudian menjadi musuh Luther. Carlstadt
adalah nama tempat kelahirannya. Nama sebenarnya ialah Andreas Von Bodenstein.
Ia belajar di Universitas Erfurt dan Collogne setelah itu dia menjadi mahaguru
di Universitas Wittenberg. Disini dia mengajarkan teologi skolastik namun
karena pengaruh Luther, ia menolak teologi tersebut dan menganut teologi
Agustinus secara konsekuen. Ia berpendapat bahwa manusia tidak memiliki
kehendak bebas setelah manusia jatuh kedalam dosa. Ia menolak selibat kebiaraan
dan ekaristi. Carlstadt terlihat dalam ajaran-ajarannya dan
tindakan-tindakannya yang radikal. Pada hari Natal 1521, ia merayakan
Perjamuan Kudus reformasi yang pertama. Ia tampil dengan memakai pakaian biasa.
Roti dan anggur dibagi-bagikan kepada semua anggota jemaat biasa. Dua
hari kemudian di hadapan mahaguru Universitas Wittenburg ia melaksanakan
pernikahannya dengan saudara perempuan bangsawan yang miskin, pada tanggal 20
Januari 1522. Carlstadt berpendapat bahwa Luther terlalu lamban dalam
menjalankan pembaruan gereja. Gambar-gambar, patung-patung dikeluarkannya dari
dalam gereja karena berlawanan dengan hukum Allah yang kedua. Ia menyerukan
kepada jemaat supaya mengeluarkan patung-patung dan gambar-gambar dari dalam
gereja-gereja. Rakyat melakukannya dengan kekerasan, yaitu menghancurkan dan
membakarnya sehingga terjadilah kekacauan yang tak terkendalikan saat ia di
Wittenberg. Carlstadt terus mengambil tindakan-tindakan pembaruan yang radikal
seperti:
1. Menyerang
puasa. Ia bersama rakyat berdemonstrasi dengan memakan daging dan telor pada
hari puasa di tengah-tengah umum.
2. Ia
menolak semua gelar dan kehormatan bagi dirinya karena yang harus mendapat
penghormatan hanyalah Kristus (Mat. 23:8)
3. Ia
menasehatkan mahasiswanya supaya bertani dan makan makanan dari hasil
keringatnya sendiri. (Kej. 3:19)
4. Ia
tidak mau memakai jubah imam dan jubah mahagurunya. Ia memakai pakaian rakyat
biasa dan kemudian digantikannya dengan pakaian seorang petani. Ia menyebut
dirinya Saudara Andreas
5. Ia
menentang baptisan anak
Pada tahun 1523 Carlstadt berhenti
sebagai mahaguru di Wittenberg dan mejadi seorang petani. Ia mengadakan
hubungan rahasia dengan Thomas Munzer sekalipun ia tidak menyetujui sepenuhnya
gerakan Munzer. Di Jenewa Carlstadt mendirikan sebuah percetakan dan
diterbitkanlah buku-buku renungannya. Ia tidak mencantumkan namanya sendiri
pada karangan-karangan tersebut, tetapi dengan memakai nama: seorang awam
baru. Ia juga menulis karangan yang menguraikan pandangannya tentang Perjamuan
Kudus. Ia berpendapat bahwa kata Inilah
bukan lah menunjukkan kepada roti atau anggur, melainkan menunjuk kepada
Kristus sendiri.[49]
Luther tidak menyetujui tindakan-tindakan radikal yang dilakukan Carlstadt.
Luther menyebut Carlstadt sebagai Yudas yang baru. Atas permintaan Luther
kepada raja Saksen, Carlstadt diusir pada tahun 1524. Pada tahun 1525 ia
kembali ke Wittenberg dan raja melarangnya untuk mengajar dan pada tahun 1528 Carlstadt
diusir lagi dari wilayah kerajaan Saksen. Carlstadt mengembara di wilayah
Jerman dengan keadaan yang menyedihkan. Pada akhirnya, Carlstadt pergi menuju
Zurich dan pada tahun 1534 ia diangkat menjadi mahaguru di Universitas Bassel.
Ia tinggal di Bassel sampai meninggal pada tahun 1541.[50]
1.6.
Dampak Perkembangan Reformasi Radikal
Ternyata
Reformasi Radikal ini membawa dampak dalam perkembangannya. Antara lain:
1. Mampu
menyerang Gereja Katolik Roma (GKR)
2. Disenangi
masyarakat menengah kebawah
3. Mudah
berkembang dan menyebar keseluruh dunia
4. Meskipun
Reformasi Radikal muncul di Swiss dan Jerman, namun Para pengkhotbah aliran
Protestan sering terganggu diakibatkan gangguan orang-orang Anabaptis sehingga
menjadikan kericuhan.
5. Timbulnya
dan meluasnya gerakan orang-orang yang membunuh aliran Anabaptis karena aliran
mereka menerima peristiwa-peristiwa poligami dan pengakuan bahwa mereka
menerima wahyu dari Allah, sehingga orang Protestan tidak terima akan hal itu.[51]
II.
Daftar
Pustaka
..., Kamus Besar Bahasa Indonesia
Aritonang,
Jan Sihar Garis Besar Sejarah Reformasi, Bandung:
Jurnal Info Media, 2007.
Aritonang, Jan
S. Berbagai Aliran di Dalam dan di
Sekitar Gereja, Jakarta: BPK GM, 2003.
Curtis,
A. Kenneth J. Stephen Lang & Petersen, Randy 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2015.
Curtis,
A. Kenneth J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2013.
Echols, Jhon M. dan Shadiyi,
Hasan Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka, 2006.
End, Thomas
Van Den Harta Dalam Bejana, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2015.
End, Van
Den Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001.
Jonge,
C. De. Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Jonge,
De & Aritonang, Jan. S. Apa dan Bagaimana
Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Lane, Tony
Runtut Pijar: Tokoh dan Pemikiran Kristen
dari Masa ke Masa, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2012.
McGrath, Alister E. Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2016.
McGrath, Alister
E. Sejarah Pemikiran Reformasi
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.
Poewardarmita,
W. J. S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2006.
S,
Jonar Sejarah Gereja Umum,
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014.
Wellem,
F. D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Sejarah
Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.
Wellem, F.D.
Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011.
[1]
Jhon M. Echols dan Hasan
Shadiyi, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:
Gramedia Pustaka, 2006), 224
[8] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 174-176
[9] F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 393
[10] A. Kenneth Curtis, J.
Stephen Lang & Randy Petersen, 100
Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013), 79
[11] Tony Lane, Runtut Pijar: Tokoh dan Pemikiran Kristen
dari Masa ke Masa, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2012), 161
[12]Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 178-179
[13] F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 18
[14]
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2016), 12
[15] C. De Jonge & Jan. S.
Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1995), 38
[16] Jonar S, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014), 373
[17] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 177
[18] A. Kenneth Curtis, J.
Stephen Lang & Randy Petersen, 100
Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, 79
[19] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di
Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK GM, 2003), 35
[20]
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 12
[21]
S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di
Sekitar Gereja, 107-108
[22] Jonar S, Sejarah Gereja Umum, 373
[23] Jonar S, Sejarah Gereja Umum, 373-374
[24] Van Den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, (
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 133-134
[25]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar
Gereja, 140-141
[26]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar
Gereja, 172
[27]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar
Gereja, 144
[28]Ibid, 140
[29] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar
Gereja, 145-146
[30]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar
Gereja, 145-146
[31] Ibid, 146-147
[38] Pastor Katolik yang mendengarkan
pengakuan dosa seseorang.
[39]
F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam
Sejarah Gereja, 140
[40]
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 174
[41]
Ibid, 175
[42]
Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, 61
[43] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam
Sejarah Gereja, 140
[44] Tony
Lane, Runtut Pijar: Tokoh dan
Pemikiran Kristen dari Masa ke Masa, 162
[45] Jan S.
Aritonang, Berbagai Aliran di dalam
dan di sekitar Gereja, 112
[46] Tony Lane, Runtut Pijar: Tokoh dan Pemikiran Kristen
dari Masa ke Masa, 162-163
[47] F.D
Wellem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 87-88
[48] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam
Sejarah Gereja, 97-98
[49] A. Kenneth Curtis, J.
Stephen Lang & Randy Petersen, 100
Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2015), 54-55
[50]
F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam
Sejarah Gereja, 54-55