IBD: hubungan Manusia dan Kebudayaan dan aspek-aspek yang ada dalam kebudayaan


Manusia dan Kebudayaan

I.              Pendahuluan
Manusia dan kebudayaan adalah sutu hal yang tidak bisa dipisahkan karena dimana manusia itu hidupmdan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang ditinggalinya. Manusia merupakan mahluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terusmenerus mereka kembangkan dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki kebudayaan yang berbeda masing-masing. Dan saat ini saya akan menjelaskan bagaimana hubungan antara manusia dan kebudayaan, semoga menambah wawasan untuk kita semua. Tuhan Yesus Memberkati.
II.           Pembahasan
2.1.  Manusia
2.1.1.      PengertianManusia
Menurut KBBI manusia berasal dari kata ‘maru’ (Sanskerta), ‘mens’ (Latin), yang berarti berfikir, berakar budi atau mekhluk yang berakar budi.[1] Manusia adalah makhuk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati. Serta terkait berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif.[2] Dalam beberapa hal manusia memiliki organ yang secara biologis kalah dengan kemampuan fisik bebrapa jenis bintang. Namun demikian, manusia memiliki kesadaran lebih tinggi akan kebutuhan hidupnya yang mengandung banyak tantangan. Manusia mampu menciptakan alternatif bagi kelangsungan hidupnya, bahkan bagi kelangsungan hidup generasinya yang akan datang. Otak manusia mampu mengembangkan beberapa jenis bidang kehidupan untuk mengatasi keterbatasannya.[3]
2.2.       Kebudayaan
2.2.1.       Pengertian Kebudayaan
Secara Etimologi pengertian dari Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “buddhayah”, yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, Kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.[4] Kebudayaan secara umum adalah keseluruhan sistim gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.[5] Kebuyaan dapat didefenisikan sebagai hasil pengungkapan diri manusia kedalam materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya, kata materi harus dimengerti dalam arti luas sehingga mencakup juga badan dan relasi-relasi dengan orang lain. Misalnya andaikata ia tidak dapat membuat senjata ia tidak dapat mempertahankan diri.[6] Kebudayaan mengatur hidup kita setiap saat, mulai saat kita lahir sampai mati, disadari atau tidak, ada tekanan terus-menerus pada diri kita untuk mengikuti tipe-tipe kelakuan tertentu yang telah diciptakan orang lain untuk kita.[7]
2.2.2.      Definisi kebudayaan Menurut para tokoh
1.         Kebudayaan Menurut Mukti Ali adalah budi daya, tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia digerakkan oleh akal dan perasaannya. Yang mendasari semua itu adalah ucapan hatinya. Dan upacapan batin itu merupakn keyakinan dan penghayatannya terhadap sesuatu yang dianggap benar.
2.         Gazalba mendefinisikan kebudayaan sebagai “cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan satu waktu”.[8]
3.         Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lai, yang kemudian disebut sebagai superorganik.
4.         Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
5.         Edward B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang di dapat seseorang sebagai anggota masyarakat.[9]
2.2.3.      Faktor-Faktor pendorong lahirnya budaya
Budaya atau kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia dengan budh-nya yakni segenap sumber jiwanya, yakni cipta, rasa dan karsa. Dengan demikian itu maka seni, permainan, sport, magi, dan agama masuk masuk kedalam budaya. Disitulah nampak kerja spritual manusia di dalam ia memberi bentuk kepada kehidupanya. Itulah semua aspek etika dari daya menciptakan budaya. Sehubungan dengan itu Hoenderdaal menulis : sebenarnya segala yang diciptakan manusia di bumi ini budaya dan ini khususnya mencakup bidang tekhnik (hasil cipta), seni (hasil easa) dan etika (hasil karsa).[10]
a.        Cipta: Kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamanya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.
b.        Karsa: Kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sangkan paran”. Dari mana manusia sebelum lahir (= sangkan), dan kemana manusia sesudah manusia sesudah mati (= paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/kepercayaan. Timbullah bermacam-macam agama, karena kesimpulan manusiapun bermacam-macam.
c.         Rasa: kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan baginya untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak keburukan/kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan berbagai macam kesenian.[11]

2.2.4.      Unsur-Unsur Kebudayaan
Setiap kebudayaan mempunyai enam   unsur dasar, yaitu:
1.        Kepercayaan
Kepercayaan berkaitan dengan pandangan tentang bagaimana dunia ini beroperasi. Kepercayaan itu berupa pandangan-pandangan atau interpretasi-interpretasi tentang masa lampau, bisa berupa penjelasan-penjelasan tentang masa sekarang, bisa berupa prediksi, prediksi tentang masa depan, dan bisa juga berdasarkan common sense, akal sehat, kebijaksanaan yang dimiliki suatu bangsa, agama, ilmu pengetahuan, atau suatu kombinasi antara semua hal tersebut.
2.        Nilai
Nilai menjelaskan apa yang seharusnya terjadi, nilai itu luas, abstrak, standar kebenaran yang harus dimiliki, yang diinginkan, dan yang layak dihormati. Namun nilailah yang menentukan suasana kehidupan kebudayaan dan masyarakat. Nilai mengacu pada apa atau sesuatu yang oleh manusia dan masyarakat dipandang sebagai yang paling berharga.
3.        Norma dan sanksi
Norma adalah suatu aturan khusus, atau seperangkat perturan tenang apa yang harus dan apa yang tidak haru dilakukan oleh manusia. Norma juga disebut standar yang ditetapkan sebagai garis pedoman bagi setiap aktivitas manusia lahir dan kematian, bercinta dan berperang, apa yang harus dimakan dan apa yang harus dipakai, kapan dan dimana orang bisa bercanda, melucu, dan sebagainya. Ada norma-norma yang disebut mores atau tata kelakuan dan ada pula norma yang disebut folkways atau kebiaasaan, yaitu perbuatan yang diulang dalam bentuk yang sama. Jika norma-norma adalah garis pedoman, sanksi-sanksi merupakan kekuatan penggeraknya. Sanksi adalah ganjaran ataupun hukuman yang memungkinkan orang mematuhi norma.
4.        Teknologi
Teknologi adalah cara kerja manusia dengan teknologi manusia secara intensif berhubungan dengan alam dan membangun kebudayaan dunia sekunder yang berada dengan dunia primer (alam).
5.        Simbol
Simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan atau memberikan makna. Banyak simbol berupa objek-objek fisik yang telah memperoleh makna kultur dan dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih bersifat simbolik ketimbang tujuan-tujuan instrumental.
6.        Kesenian
Setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik. Itu tidak berarti bahwa semua bentuk seni dikembangkan dalam setiap kebudayaan. Melalui karya-karya seni, seperti seni sastra, musik, tari, lukis, dan drama, manusia mengekspresikan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita serta persaan-perasaannya. Dalam hal ini karya-karya seni mengungkapkan makna-makna hakiki yang hanya dapat ditangkap dengan kepekaan perasaan estetis yang tinggi.[12]
2.2.5.      Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana  seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain di dalam menjalankan hidupnnya, kebudayaan berfungsi sebagai :
1.      Suatu hubungan pedoman antar manusia dan kelompok.
2.      Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya.
3.      Pembimbing kehidupan manusia.
4.      Pembeda antar manusia dan binatang.[13]
2.3.6.      Wujud Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu:
1.    Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
Wujud pertama ini adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya anstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam fikiran manusia. Gagasan-gagasan itu tidak dilepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu sistim, disebut sistim budaya atau cultural system, yang dalam bahasa indonesia disebut adat istiadat.
2.    Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
Wujud kedua adalah yang disebut sistim sosial atau social system, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistim sosial ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi satu dengan lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola tertentu. Sistim soal ini bersifat konkrit sihingga bisa di observasi, di foto dan bisa di dokumentir.
3.    Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud yang ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yang itu seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bisa di raba, di foto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan lainnya.[14]
4.    Wujud kebudayaan sebagai kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Ide dan gagasan ini memberikan sumber inspirasi dan pedoman yang diyakini kebenaranya serta berperan atau berfungsi sebagai jiwa sekelompok masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa suatu peristiwa budaya dapat dimulai atau terbentuk dari wujudnya yang abstrak (nilai budaya) yang tidak bisa diamati dan di raba, menuju wujudnya yang hanya bisa diamati tetapi tidak bisa diraba (nilai sosial) sampai ke wujudnya yang lebih konkret (wujud fisik) yang bisa diraba dan bisa diamati. Masing-masing wujud kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terkait satu sama lain dan saling mempengaruhi sehingga membentuk pola dan konsepsi tertentu yang disebut dengan sistem kebudayaan.[15]
2.4.            HubunganManusiadanKebudayaan
2.4.6.           Kebebasan manusia dalam menciptakan kebudayaan
Sebagai makhluk rohani-jasmani, manusia mengatasi alam raya. Untuk sebagian ia terikat dengan alam, selalu harus mengajak alam untuk turut serta dalam segala kegiatannya. Tetapi dilain pihak, ia mengatasi alam. Artinya, ia bebas mengubah alam dan memilih dari banyak kemungkinannya. Misalnya, ia dapat mendirikan lembaga untuk melestarikan kebudayaan tradisional; ia menentukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia, ia dapat menentukan di mana dan bagaimana program transmigrasi harus dilaksanakan, dan seterusnya.[16]
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinnya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan dan mati. Manusia mampu menciptakan alternative bagi kelangsungan hidupnya bahkan kelangsungan hidup generasinya yang akan datang.
Hanya adam dan Hawa saja yang tidak dipengaruhi kebudayaan, kita tidak dipengaruhi oleh olah tindak, rasa, dan akal. Tetapi mendorong kita untuk mengubah, mmengolah dan mengembangkan serta merumuskan kebudayaan. Kebudayaan adalah kata kerja yang melipat gandakan pemikiran dan tindakan. Jika ia tidak mau mengembangkan pikiran, ia akan terperangkap.
Budaya atau kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, yakni cipta, rasa dan karsa. Manusia mulai dari lahir sampai mati harus menumbuhkan kebudayaan, norma-orma dan memberi manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dasar dan kepribadian adalah budaya orang-orang yang mempunyai budaya yang sempurna menjadi manusia yang ideal.
Kebudayaan (culture) latin colore (buddayah) artinya menyebabkan, memikirkan. Kebudayaan muncul dari seseorang dan bagaimana itu  bisa mewarnai kehidupan/ menyebar ke orang lain (banyak) baru bisa budaya itu ditetapkan. Budaya terbagi menjadi 3 (tiga), yakni:
1.      Culture Generais
Kebiasaan yang muncul di anggota masyarakat, ini juga merupakan pemahaman bahwa seseorang harus terlibat dalam pembelajaran-pembelajaran dasar. Misalnya, adat istiadat, kemampun mencari nafkah, keinginan untuk berjumpa, sikap saling menghormati. Jika ini dilakukan maka manusia beradap. Tetapi jika sebaiknya manusia disebut beradap dan semakin dia melakukan yang llebih baik, maka seseorang menemukan ideal personality.
2.      Culture Specialis
Budaya kekhususan yang didasarkan pada pemahaman bahwa ada hal-hal tertentu yang dilakukan oleh orang-orang tertentu.
3.      Culture Alternatif
Budaya itu menyuguhkan pilihan-pilihan kepada seseorang dan merupakan kesempatan untuk mengembangkan dirinya.
Menurut Imanuel Kant (filsuf Jerman)Ciri khas kebudayaan terdapat pada kemampuan manusia untuk mengajar dirinya sendiri. Tidak hanya bertanya bagaimana sifat-sifat sesuatu melainkan bagaimana sesuatu seharusnya bersifat.
Ada 3 (tiga) alasan mengapa manusia berperan berbudaya
1.      Karena manusia adalah mahluk yang paling mulia yang sanggup menguasai dan mengembangkan kehidupan.
2.      Manusia mesti mengelola budaya supaya jangan menjadi ancaman.
Manusia membutuhkan etika agar budaya dapat berhasil dan berguna.
2.4.7.           Tahap-tahap perkembangan kebudayaan
Kebudayaan manusia terus berkembang sejalan dengan prose perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Dalam bukunya, Strategi Kebudayaan, C.A. Van Peursen menjelaskan tiga tahap perkembangan, yakni tahap mitis, tahap ontologis, dan tahap fungsional.
1.        Tahap mitis
Yang dimaksud dengan tahap mitis ialah sikap manusia yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib yang ada di sekitarnya, yaitu kekuasaan-kekuasaan dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan, seperti dipentaskan dalam pelbagai mitologi bangsa primitif.
2.        Tahap Ontologis
Dalam tahap ontologis manusia tidak lagi hidup dalam kepungan dunia mistis. Manusia secara bebas ingin meneliti segala hal ikhwal yang ada dalam alam ini. Dalam tahap ini manusia mulai mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dahulu dirasakan sebagai gaib.
3.        Tahap fungsional
      Dalam tahap ini manusia tidak lagi terpesona oleh lingkungannya  (sikap mitis), ia juga tidak lagi dengan kepala dingin mengambil jarak terhadap objek-objek penyelidikannya (sikap ontologis). Tahap ini juga ingin mengadakan relasi-relasi baru dengan segala sesuatu dalam lingkungannya.[17]
2.4.8.           Tanggung jawab manusia atas kebudayaan
Barang siapa berkata “bebas” sekaligus juga berkata”bertanggung jawab”. Kalau benarlah manusia bebas dalam menciptakan kebudayaan, ia bertanggung jawab juga atas hasil dan pelasanaannya. Bertanggung jawab berarti merasa terlibat dan ikut memiliki secara pribadi, sehingga kebudayaan harus sesuai dengan hati nurani. Jangan bertanya apa yang kuwarisi tetapi apa yang dapat kuwariskan dalam bidang jebudayaan.[18]
2.4.9.                                 Manusia diciptakan oleh kebudayaan
Manusia diciptaan oleh kebudayaan tertentu dan di dalam lingkungan kebudayaan tertentu. Sudah dikatakan, bahwa manusia harus membudayakan supaya tidak menjadi korban keadaan alami dan naluri-nalurinya yang tidak terpadu yang menghancurkan. Makhluk yang lahir di dunia ini belum dikatakan menusia melainkan harus dijadikan manusia. Manusia menjadi manusia oleh kebudayaan yaitu sistem pendidikan, bahasa, tata sopan santun, adat-istidat, agama, dan lain-lain.
III.             DaftarPustaka
...,Kamus Besar Bahasa Indonesia
Daldjoeni, N. dkk, Ilmu Budaya Dasar, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 1991.
Ermansyah, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Medan: BPK-GM, 2013
Hariyono, P.,Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar, Yogyakarta: Kanisius ,1996.
Hartoko, Dick. dkk, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Herimanto&Winarno, IlmuSosial&BudayaDasar, Jakarta: BumiAksara, 2017
Maran, Rafael Raga Manusia&KebudayaanDalamPerspektifIlmuBudayaDasar,Jakarta: RinekaCipta, 2000.
Mustopo, M. Habib Ilmu Budaya Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1989.
Nasution, Muhammad SyukriAlbanidkk.,IlmuSosialBudayaDasar Jakarta: Rajawali, 2017.
Setiadi, Elly M. Karma A. Hakam & Ridwan Efendi, Ilmu Sosial Budaya Dasar Jakarta: Prenadamedia Group, 2012
Suparlan Parsudi, Manusia Kebudayaan dan Lingkungannya, Jakarta: Grafindo Persada, 1993




[1].., Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2]Elly M. Setiadi, Karma A. Hakam & Ridwan Efendi, Ilmu Sosial Budaya Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), 184.
[3]P. Hariyono, Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar, (Yogyakarta: Kanisius ,1996), 53.
[4] Muhammad SyukriAlbaniNasution, dkk.,IlmuSosialBudayaDasar, 14.
[5]N. Daldjoeni, dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 1991), 15.
[6]Dick Hartoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), 7.
[7]Parsudi Suparlan, Manusia Kebudayaan dan Lingkungannya, (Jakarta: Grafindo Persada, 1993), 83.
[8]M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1989), 71-72.
[9]HerimantodanWinarno, IlmuSosial&BudayaDasar,24.
[10]N. Daldjoeni, dkk, Ilmu Budaya Dasar, 6.
[11]N. Daldjoeni, dkk, Ilmu Budaya Dasar, 14-15.
[12] Rafael Raga Maran, Manusia&KebudayaanDalamPerspektifIlmuBudayaDasar,(Jakarta: RinekaCipta, 2000), 49-50.
[13]http.Ezyzurriyati. Blogspot.com/2014/03/sifat-,Dan-Fungsi Kebudayaan.html?=1. Hari: senin, pukul: 23.00 WIB
[14]N. Daldjoeni, dkk, Ilmu Budaya Dasar 18.
[15]P. Hariyono, Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar, 48-50.
[16]Dick Hartoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, 10.
[17] Rafael Raga Maran, Manusia&KebudayaanDalamPerspektifIlmuBudayaDasar,52-54.
[18]Dick Hartoko, dkk, Ilmu Budaya Dasar, 10.