Etika Kristen: Jangan IPTEK menjadi Berhala Modern



Berhala Modern (IPTEK)
Meninjau Kekristenan di Era Refolusi Industri 4.0



I.                   Pendahuluan
Pada kesempatan kali ini saya sebagai penulis mencoba merefleksikan dan menuliskan hasil pergumulan terhadap hal yang terjadi pada masa Era Refolusi Industri 4.0. Dalam Era Industri 4.0 manusia sangat dekat dengan namanya kecanggihan teknologi dan teknologi sudah tidak lagi menjadi barang yang tersier dalam kehidupan manusia melainkan sudah menjadi barang yang sekunder bahkan ada yang menjadi barang Primer dalam kehidupan manusia. Dalam keadaan yang demikian saya mencoba mengupas bagaimana pandangan Alkitab terhadap Fenomena pada saat ini dan bagaimana Orang Kristen menyikapi Fenomena tersebut. Semoga pembahasan kali ini bermanfaat bagi kita semua.
1.1.Latar Belakang Masalah
Dalam kitab Kejadian tertulis "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan segala binatang yang merayap di bumi". (Kejadian 1:28b).
Sejak awal terjadinya manusia, sejak Kejadian 1, Allah telah memerintahkan manusia untuk menundukkan alam dan segala binatang-binatang. Allah telah memberikan manusia otak untuk dipakai mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menaklukan alam. Akal manusia adalah anugerah Allah yang diberikan manusia untuk dipakai untuk mengerti FirmanNya dan menundukkan alam. Sebagai orang Kristen, kita hidup di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat cepat dan dinamis. Hal ini di tandai dengan berkembangnya teknologi, yang dari hari ke hari makin canggih untuk mempermudah akses dan aktivitas hidup kita. Tuhan tidak pernah melarang manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Tuhan mengaruniakan manusia berbagai talenta untuk dikembangkan bukan untuk disimpan (Mat. 25:14-30).Teknologi tetap merupakan berkat bagi manusia, walaupun banyak ciri-ciri dosa di dalamnya. Untuk itu, teknologi harus digunakan untuk berjuang melawan kelaparan, kemiskinan, kesengsaraan, kedinginan, penyakit, kematian dan sebagainya. Kita dipanggil dalam tugas teknologi dapat menjadi berkat bagi manusia. Teknologi bukanlah tujuan tetapi alat, manusia tidaklah boleh dikuasai oleh teknologi, tetapi manusia harus menguasainya agar tujuan teknologi dapat tercapai sesuai yang dikehendaki Tuhan, yaitu sebagai pengabdi kepada Tuhan dan sesama manusia. Dalam Lukas 6:48, dikatakan bahwa perlunya membangun kehidupan atas suatu dasar yang kokoh, sehingga manusia tidak terhanyut oleh pengaruh negatif teknologi modern. Albert Einstein berkata, “Religion without scienceis blind, and science without religion is lame” (agama tanpa pengetahuan adalah buta dan pengetahuan tanpa agama adalah pincang).
Perkembangan dunia teknologi saat ini makin pesat ke arah serba digital. Era digital telah membuat manusia memasuki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang membantu kebutuhan manusia. Dengan teknologi apapun dapat dilakukan dengan lebih mudah. Begitu pentingnya peran teknologi inilah yang mulai membawa peradaban memasuki ke era digital.Era Digital membawa berbagai dampak positif yang bisa kita gunakan sebaik-baiknya namun Era Digital juga memiliki banyak dampak negatif. Sehingga ini menjadi tantangan di Era Digital. Berbagai tantangan Era Digital yang memasuki berbagai bidang seperti  politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan teknologi informasi.

II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Era Digital
Kata “modern” dalam KBBI diartikan terbaru; muthakir. Pada kata ini ditentukan bagaimana sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.[1]  Era digital adalah istilah yang di gunakan dalam kemunculan digital, jaringan internet khususnya teknologi informasi komputer. Media baru Era Digital ering di gunakan untuk menggambarkan teknologi digital. Media massa Beralih ke media baru atau internet karena ada pergeseran budaya dalam sebuah penyampaian informasi. Kemampuan media era digital ini lebih memudahkan masyarakat dalam menerima informasi lebih cepat dalam hal ini internet yang membuat media massa berbondong-bondong pindah haluan. Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju telah banyak bermunculan. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali.[2]
2.2.Teknologi Informatika dalam pandangan Alkitab
Perintah penggunaan teknologi informatika sudah ada sejak manusia diciptakan Allah. Ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan yaitu Firman Allah dan teknologi, Allah sudah memberikan mandat kepada manusia untuk memelihara, mengelola, mengusahakan dan menaklukkan ciptaan lainnya. Allah menciptakan manusia diberi akal budi, maka manusia mengembangakan ilmu pengetahuan dalam rangka menaklukkan mandat Allah.[3] Sebagaimana tertulis dalam Kejadian 1:28; “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “beran``akcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”.
Dala Kejadian 1:28 menjadi dasar lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi, mandat Allah yang pertama untuk beranak cucu dan bertambah banyak manusia di bumi, dan berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung dan segala binatang, dari ayat tersebut melahirkan pikiran manusia, bagaimana mereka dapat menguasai bumi beserta seluruh isinya sesuai dengan kehendak Allah. Maka pengembangan teknologhi informatika haris dibawah otoritas Allah, berarti harus tunduk kepada norma Allah dan tujuan dalam mengembangkan IPTEK, serta penggunaannya harus sesuai dengan kehendak Allah. Sehingga sehebat apapun kecanggihan teknologi informatika tetap dibawah kendali manusia, dan mendatangkan berkat bagi manusia. Karena orang percaya mempunyai pegangan dalam menggunakan teknologi informatika yang tertulis dalam 1 Tes 5:21; “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”. Tetapi sebaliknya jika teknologi menguasai manusia, teknologi di dewakan maka terjadilah kehancuran:
Alkitab membuktikannya:
a.       Dalam sejarah air bah, Allah memerintahkan Nuh membuat kapal untuk menyelamatkan ia dan keluarganya beserta seluruh jenis-jenis binatang dari kebinasaan akibat air bah. Dimensi ruang, cara pembuatan, bahan-bahan kapal semuanya telah ditentukan Allah (Kej. 6:14-15).
b.      Ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Keluaran 25:9), Allah sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk Kemah Suci tersebut (Keluaran 25:1-27:21). Kemudian kemuliaan Allah memenuhi Kemah Suci tersebut (Keluaran 40:35).
c.       Tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raja-raja 7-8).
Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala perkembangan IPTEK. Melalui contoh-contoh ini dapat dilihat  bahwa setiap teknologi selalu dikaitkan dengan keselamatan dan maksud Allah terhadap manusia dan dunia.[4] Kecanggihan gadget tidak disikapi dengan negatif namun dengan pertimbangan yang bijak. Tuhan menghendaki segala pekerjaan untuk kebutuhan dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebagai mitra Allah maka manusia diberi kemampuan untuk mengetahui namun tetap dalam rasa hormat dan tunduk terhadap otoritas Allah Sang Pencipta (Ams.1:7). Iman Kristen memberikan dasar kepada kita untuk menerima perkembangan IPTEK yang ada dalam iman Kristen yang menjadi dasar IPTEK adalah Tuhan. Akan tetapi di sisi lain, kita akan melihat bahwa Allah juga menentang setiap penciptaan teknologi yang bermotif kebesaran dan keangkuhan diri, kelompok ataupun bangasa.[5] Seperti beberapa contoh dibawah ini:
a.       Ketika Allah mengacaukan pembangunan menara Babel (Kej. 11:1-9), yang ditentang Allah bukanlah pendirian kota dan menara Babelnya, tetapi motivasi mereka yang mencari nama dan ingin menyamai Allah (Kej. 11:4).
b.      Kemudian Allah menceritakan lagi tentang tema yang sama yaitu btentang Babel masa depan yang disampaikan dengan perantaraan Nabi Yeremia, kurang lebih 260 tahun Allah sudah berfirman kepada nabi Obaja. Allah menyampaikan kepada Yeremia tentang Babel masa depan yang akan berusaha “naik ke langit dan membuat sebuah kubu yang tak terhampiri” namun kemudian dihukum-Nya dengan menjatuhkan “kubu” itu. Sekalipun Babel naik ke langit dan sekalipun dibuatnya kubu tak terhampiri di tempat tingginya, atas perintah-Ku akan datang para perusak kepadanya, demikianlah firman Tuhan (Yeremia 51:53).[6]
III.             Tanggapan Penulis
Gereja sebagai komunitas beriman yang mengembara, yang berdimensi spasial sekaligus temporal tidak pernah sepi dari tantangan yang berasal dari konteks di mana ia ada dan berteologi. Kemajuan di bidang teknologi-informasi, pengaruh media sosial tak luput dari area di mana gereja juga harus berurusan dan mengambil peran sebagai garam dan terang. Dalam situasi seperti saat ini, gereja kembali diuji untuk tetap menjalankan fungsinya. Dari waktu ke waktu, oleh topangan rahmat Tuhan, gereja telah menunjukkan keteguhan eksistensi kontekstualisasinya sebagai perwujudan tugas dan panggilan: persekutuan, pelayanan dan kesaksian. Gagasan tentang gereja digital adalah sebuah tawaran kehidupan menggereja pada masa kini. Dunia virtual meskipun di satu sisi memiliki potensi untuk disalah gunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu; namun di sisi lain dapat menjadi peluang di mana gereja memiliki cara pandang baru dalam memandang realitas Allah yang transenden. Ketimbang melihat realitas pemanfaatan media sosial dengan segala ancamannya, sudah waktunya gereja memberikan manfaat baru bagi pembangunan komunikasi, komunitas dan pemuridan.
Teknologi adalah suatu sumber daya di mana gereja harus dengan bijak mengambil peran sebagai penatalayan yang cakap demi terlaksananya pemberitaan Amanat Agung di era digital. Dalam menanggapi ini saya setuju dengan pendapat Stedzer dengan menawarkan tiga hal terkait bagaimana gereja dapat memanfaatkan teknologi digital ini dalam memenuhi panggilan ekklesiologis-misionalnya, antara lain:
1.      Technology Enables Communication: melalui sosial media seperti Facebook dan Twitter atau melalui Blog Gereja, maka seharusnya dapat dengan mudah dibangun sebuah komunikasi secara langsung dengan jemaat di sepanjang hari bahkan minggu. Di sini teknologi memungkinkan jemaat dengan mudah memiliki komunikasi langsung dalam skala yang lebih luas dan lebih jelas.
2.      Technology Enables Community: teknologi memungkinkan ikatan komunitas eklesiologis yang lebih besar yang tidak menuntut kedekatan secara fisik. Dalam dunia nyata, seseorang dapat saja duduk berdampingan satu sama lain di dalam gereja dari minggu ke minggu bahkan tidak salingbertegur sapa satu sama lain. Namun kini melalui teknologi, jemaat di gereja dapat berdoa satu sama lain berkat halaman sebuah postingan di Facebook gereja. Meskipunsecara nyatamereka sudah saling kenal, namun di lain waktu mereka bertemu satu sama lain melalui media sosial di dunia maya. Diterima atau tidak, media sosial kini merupakan tempat generasi muda berinteraksi. Ini merupakan market place baru yang barangkali dinilai melintasi standarkewajaranbagi generasi masa lalu, namun apapun alasannya komunitas untuk orang muda yang sekarang mulai dan akan terus berkembang ini harus menjadi perhatian serius bagi embrio gereja digital.
3.      Technology Enables Discipleship: Gunakan teknologi di gereja untuk memungkinkan komunikasi, komunitas, dan pemuridan. Gereja digital dapat saja menciptakan dan memiliki sebuah aplikasi khusus di mana jemaat dapat mengakses secara bebas seperti: baik outline khotbah, materi pelajaran alkitab berseri, diskusi isu-isu terkini hingga menjadi media pengumuman mingguan gerejawi, melalui gawai pintar mereka masing-masing. Teknologi memungkinkan anggota jemaat untuk meningkatkan kualitas pengalaman pemuridan mereka di gereja. Dan tentu, semua ini hanyalah sarana untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pemuridan masa kini. Perhatian utama yang senantiasa menjadi awasan adalah, bahwa seluk-beluk teknologi-komunikasi digital ini bukanlah tujuan utama, melainkan sekadar untuk memungkinkan panggilan gereja dan konteks berteologi di era teknologi digital ini.
4.      Gereja menyediakan layanan internet dalam kegiatan kesekretariatan, memiliki alamat website, email, tidak sedikit yang juga memiliki akun media sosial – Facebook, Instagram, Whatsapp, dan sebagainya, penggunaan multimedia dalam setiap pelaksanaan liturgi adalah wujud nyata bahwa kehadirannya telah menubuh dengan kemajuan teknologi informasi dan multimedia. Cara gereja bersikap di tengah dunia digital tidaklah terlalu berbeda baik secara moral maupun spiritual, dengan caranya bersentuhan dengan konteks ia berada sejauh ini.
IV.             Kesimpulan
Setiap orang – entahkan kita dapat dijumpai secara tatap mukatentu layak untuk dihargai dan harus diperlakukan dengan bermartabat.Mengingat setiap orang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1: 26-27). Sebagai akibatnya, dalam setiap orang secara inheren memiliki kualitas Sang Khaliq. Kita melihat citra ilahi yang dapat tercermin darikehendak bebas, kecerdasan, kreativitas, kemampuan untuk mencintai dan dicintai,membangun hubungan, dan sebagainya.Karunia rohani ini juga memiliki implikasi bahwa kita seharusnya dapat mengenali gambar Kristus yang hidup itu di antara satu dengan yang lain. Dan jika kita mengasihi Allah, maka kita juga harus mengasihi mereka yang diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Sebagaimana rasul Yohanes menulis, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1 Yoh. 4:19-20).

Jika gereja adalah wujud nyata tangan Allah bagi mereka yang terpinggirkan dan pembelabagi mereka yang diperlakukan tidak adil, maka gereja juga akan menggunakan kehadirannya di era digital ini sebagai kesempatan untuk menuntaskan misinya. Sebagaimana salah satu gagasan Dulles di atas, jika panggilan gereja menekankan pembentukan komunitas Kristen, maka kehadiran media sosial akan menjadi obyek pelayanan yang semakin penting untuk memelihara koneksi komunalnya. Pemberitaan Firman akan selalu menjadi pusat panggilan gereja, dan kehadiran newest media sekalipun akan berkolaborasi dengan media yang lebih tua sebagai alat kerigmatis yang tetap efektif.Teknologifikasi gerejaadalah sebuah tantangan sekaligus peluang yang sangat besar, di mana setiap individu jemaat para pelayan Firman perlu memanfaatkan teknologi untuk memungkinkan pelaksanaan misi gereja.
Jadi penyembahan berhala adalah yang menghalangi relasi antaraAllah dan manusia. Penyembahan kepada berhala kemudian bergesermenjadi sikap merendahkan nilai-nilai rohani, mengesampingkankehidupan batin (kehidupan agama) dan lebih mementingkankehidupan jasmani. Berhala bagi masing-masing orang berbeda: ada yangmemuja harta kekayaan, ada yang memuja hobinya, kenikmatan seks, ada yang gila hormat dan ada pula yang mengagungkan kepandaian atau gagasannya.[7]Berhala-berhala inilah yang disebut berhala modern.

IV. Daftar Pustaka
Bridges,,Jerry Respectable Sins Membereskan Dosa-dosa yang Kita Toleransi, Bandung:
Cox, Brandon. 2014. Rewired: How Using Today’s Technology Can Bring You Back to Deeper Relationships, Real Conversations, and the Age-Old Methods of Sharing God’s Love , Florida: Passio Charisma House Book Group.
Dulles, Avery, Models of the Church, New York: Doubleday, 1974
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, s.v. cemburu.
L, Harold Viktor, Teologi dan Teknologi Modern, Gandum Mas
Menteri Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Pusat Bahasa, 2008
Pionir Jaya, 2008.
Pr, Al. Budyapranata, Etika Praktis Berdasarkan Sepuluh Perintah Allah Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991
Sitompul, Einar M., Agama-Agama dean Problematika Soal Keagamaan” Balitbang-PGL dan Mission
Sitompul,Einar M.,Globalisasi Alternatif mengutamakan rakyat dan bumi, oleh tik keadilan perdamaian dan ciptaan DGD, Jenewa,
Wise, Justin, The Social Church: A Theology of Digital Communication. Chicago: Moody Publisher, 2014
Sumber Internet
http://hawarimuhtarom.blogspot.com/2016/11/makalah-tantangan-era-digital.html, Diakses hari Sabtu, 23 Maret 2018, Pukul 17.45 WIB




[1] Menteri Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta;(Pusat Bahasa, 2008), 1035
[3] Einar M. Sitompul, Agama-Agama dean Problematika Soal Keagamaan” Balitbang-PGL dan Mission 21, 174-175
[4] Einar M. Sitompul, Globalisasi Alternatif mengutamakan rakyat dan bumi, oleh tik keadilan perdamaian dan ciptaan DGD, Jenewa, 2006, 43-44
[5]Ibid, 81
[6] Harold Viktor L, Teologi dan Teknologi Modern, (Gandum Mas), 169
[7] Al. Budyapranata pr, Etika Praktis Berdasarkan Sepuluh Perintah Allah (Yogyakarta:
Yayasan ANDI, 1991), 7-8.