Reformasi Gereja di Jerman oleh Martin Luther secara Lengkap


Reformasi Gereja di Jerman Pada Abad 16-17

I.                   Abstraksi
Berbagai perkembangan gereja tetap berlangsung hingga kini. Perubahan-perubahan itu adalah hasil dari para perintis-perintis reformasi hingga reformasi dilakukan. Titik pembaruan dalam sejarah gereja sangat dikenang dengan adanya gerakan reformasi. Dengan adanya reformasi ini, seperti membawa gereja lahir kembali dan mendapat hidup yang baru serta menampilkan ajaran yang baru. Reformasi pertama kali dimulai sejak terjadinya perubahan besar pada Gereja Katolik Roma yang akan menimbulkan lahirnya protestanisme Lutheran. Perubahan-perubahan ini berlanjut dan berkembang hingga di Indonesia.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Reformasi
Reformasi diartikan sebagai gerakan untuk mengadakan pembaharuan dalam kekristenan barat yang dimulai sejak abad ke-14 sampai abad ke-17.[1] Sedangkan menurut KBBI, Reformasi adalah perubahansecara drastis untuk perbaikan (sosial, politik, atau agama) di suatu negara atau masyarakat.[2] Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa.[3]
2.2.Latar Belakang
Pada abad ke-16, Gereja di Eropa Barat sedang dalam keadaan yang sangat memerlukan pembaruan. Tata gereja yang resmi benar-benar memerlukan perubahan yang menyeluruh dan birokrasi kegerejaan telah menjadi sangat tidak efisien. Moral para rohaniawan sangat tampak lemah didalam jemaat mereka.[4] Yang menyebabkan timbulnya ialah perbedaan antara teologi serta praktik gereja dengan ajaran alkitab seperti yang ditemukan oleh Luther.[5]
2.2.1.      Bidang Kerohanian atau Gereja
Timbulnya reformasi tidak hanya berkaitan dengan krisis kepausan pada akhir abad pertengahan yang dijelaskna dalam tulisan tentang gereja dan negara pada abad pertengahan. Timbulnya reformasi juga berkaitan  dengan krisis rohani yang dialami oleh anggota-anggota gereja.[6] Sudah sejak abad ke-5 uskup Roma (yang kemudian disebut Paus) semakin memperlihatkan dan mengklaim supermasi dan keunggulannya atas seluruh gereja, paling tidak di Eropa. Supermasi ini kemudian tidak hanya diberlakukan di gereja saja, melainkan juga atas seluruh negara dan juga pemerintahan. Supermasi ini kemudian disusul dengan penetapan berbagai ajaran gereja yang tidak hanya bersumber dari Alkitab, melainkan juga tradisi yang didalamnya menyatakan tentang keselamatan manusia dan dalam upaya memperoleh keselamatan itu manusia harus ikut berperan dalam bentuk beramal atau berbuat baik; jadi tidak cukup hanya mengandalkan iman dan kasih karuniaAllah.[7] Pada saat itu juga banyak pejabat gereja yang memperlihatkan perilaku yang jauh dari kesucian dan kesalehan atau dari ketergantungan penuh dari rahmat Allah.
2.2.2.      Bidang Sosial-Politik
Timbul semangat emansipasi politik hampir di seluruh Eropa. Dikalangan bangsa Jerman, bangkit semangat nasionalisme yang menekankan kesetaraan dengan atau bahkan keunggulan atas bangsa-bangsa lain, dan karena itu tidak mau lagi tunduk dibawah kekuasaan bangsa lain, dalam hal ini Paus di Roma.[8] Khusus di Jerman memang masih ada kaisar yang setia pada Paus dan mengklaim kekuasaan atas seluruh Jerman.[9] Jerman adalah negara yang terbagi atas sejumlah negara bagian, dan banyak juga para penguasa negara-negara tersebut yang juga ingin menguasai urusan agama di wilayahnya. Semua hal ini mempengaruhi jalannya reformasi.[10]
2.2.3.      Bidang Kebudayaan
Sejak abad ke 15 timbul Renaisans, yaitu semangat untuk kembali ke kejayaan masa lalu, dan untuk itu perlu menggali sumber-sumber dan menemukan kekayaan masa lalu sekaligus mengembangkannya dalam bentuk-bentuk baru.[11] Maka bangkitlah semangat yang baru untuk menggali sumber-sumber yang baru dan yang asli dari zaman kejayaan Yunani-Romawi. Semangat inilah yang nantinya yang ikut menghinggapi Luther sehingga ia bekerja untuk mendalami alkitab bahasa asli Ibrani-Yunani yang kemudian ia terjemahkan ke dalam bahasa Jerman. Reneisans ini juga mendorong bangkitnya semangat mengembangkan ilmu dan teknologi yang salah satu hasilnya adalah penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenbergyang kelak sangat akan berjasa mendukung penggandaan dan penyebaran tulisan-tulisan para reformator, terutama Luther.[12]
2.2.4.      Bidang Ekonomi
Sejak abad ke-15 Eropa Barat mengalami perkembangan pesat dengan bangkitnya  kelas pedangang dan pengusaha di bidang perdagangan dan industri yang menjadi cikal bakal kapitalisme. Hal ini menggeser dominasi feodalisme yang sudah berlangsung berabad-abad, yang didalamnya gereja juga terlibat. Dengan kata lain, feodalisasi semakin dipandang tidak cocok dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat, dan kritik terhadap feodalisme pada gilirannya juga melahirkan sikap kritis terhadap keadaan yang berlaku didalam masyarakat.[13]
2.3.Reformator Martin Luther
2.3.1.      Riwayat Hidup dan Pendidikan Martin Luther
Luther lahir di Eisleben 10 November 1483, ayahnya bernama Hans luther bekerja sebagai seorang buruh tambang dan ibunya Margaretta di lingkungan yang sangat setia dengan GKR sesuai dengan ajaran gereja pada masa itu, ia dididik untuk selalu takut akan Tuhan baik dirumah maupun disekolah. Luther muda menunjukkan kecemerlangan dibidang pendidikannya, pada usia 18 tahun, ia sudah kuliah di universitas Erfurtd, dan berhasil meraih gelar bachelor dalam waktu satu tahun dan dua tahun kemudian ia juga mencapai gelar magisternya.[14]
Pada tahun 1501 Luther lulus dalam ujian yang memberi hak kepadanya untuk menuntut ilmu, tetapi terjadilah perubahan yang sangat begitu besar dalam hidup Luther. Sementara berjalan dari rumah orang tuannya di mansfeld pulang ke Erfurtd, pada tanggal 2 juni 1505 ia dilanda hujan keras disertai gemuruh dan halilintar dan hampir disambar kilat dengan sangat takut dan gentar ia berseru “santa anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi rahib! ” janji itu ditepatinya juga sesuadah ia pulang selamat. Dua minggu kedepan ia meminta masuk biara yang aturannya paling keras yaitu biara ordo Eremit augustin.[15]
Pada tahun 1510 dia kemudian pergi ke Roma dan kecewaoleh imam yang bersifat mekanis yang ia temui disana. Ia melakukan semua yang ia bisa lakukan disana untuk menegakkan kesalehannya, dan bahkan ia naik tangga Pilatus yang pernah dianggap dilalui Yesus Kristus. Luther berdoa dan mencium setiap anak tangga yang ia lalui  ketika ia naik namun keraguannya belum teredam. Beberapa tahun kemudian ia kembali ke wittenberg sebagai doktor teologia untuk mengajar pelajaran alkitab.[16]
Pada tanggal 13 Juni1525, Luther menikah dengan seorang bekas Rahib wanita, yang bernama Khatrina von Bora. Istrinya ini menjadi bantuan besar bagi Luther. Sudah tentu seterunya mengumpat dia oleh pernikahannya, tetapi Luther menganggap pernikahannya adalah suatu perkara yang suci bahkan jauh lebih mulia dari pada hidup rahib yang pura-pura saja Rohani.[17] Tanggal 7 Juni 1526 Luther memiliki anak yang pertama yang diberi nama Johanes atau Hans. Keluarga Martin Luther di anugerahi 6 orang anak yaitu Johanes, Elisabeth, Magdalena, Martin, Paul dan Margareth.[18]
Lambang Martin Luther terkenal dengan “Bunga Rosenya”, lambang tersebut terdiri atas lima bagian besar dan setiap bagian memiliki arti tersendiri. Martin Luther juga memberikan penjelasannya. Pertama, adalah salib warna hitam. Kedua adalah jantung yang kemerah-merahan.salib terletak di atas jantung. Hal ini mengingatkan kita bahwa hanya iman kepada Yesus yang tersalib itulah kita diselamatkan. Warna jantung berarti salib Kristus tidak mematikan melainkan memberi kehidupan. Jantung terdapat di atas bunga Rose, warna putih. Hal ini menunjukkan bahwa akibat iman adalah sukacita, penghiburan, damai dan bukan seperti damai dan sukacita diniawi. Karena warna putih adalah warnaroh dan malaikat. Kemudian bunga rose terdapat di langit biru, adalah permulaan sukacita surgawi yang akan datang. Mengelilingi semuanya itu adalah lingkaran (cincin) emas, yang melambangkan kebahagiaan surgawi yang tidak berkesudahan.[19]
Martin Luther bukan hanya terkenaloleh reformasinya, melainkan juga karena keahliannya dibidang musik. Dia mengumpulkan beberapa nyanyian gereja purba dan diterjemahkan dari bahasa latin ke bahasa Jerman. Tahun 1524 ia menerbitkan buku nyanyian yang berisikan 24 nyanyian dan juga mengubah dan menulis 37 nyanyian baru, yang paling terkenal ialah “Teguhlah Tuhan, Kotaku” dengan judul aslinya : “Ein Feste  Burg Ist Unser Gott”. Martin Luther berkotbah dari mimbar sejak tahun 1514 kira-kira 170 kali setiap tahunnya. Dan terakhir kali berkotbah dalam hidupnya pada tanggal 15 Febuari 1546 tiga hari sebelum ia meninggal dunia.[20] Martin meninggal pada tanggal 8 Febuari 1546 pada usia 62 tahun di Eisleben.[21]
2.3.2.      Reformasi Oleh Luther
Pada tahun 1510 Luther dikirim ke Roma mewakili ordonya untuk turut memecahkan suatu persoalan mengenai peraturan peraturan ordo Agustin tersebut. Sungguhpun hatinya sedih melihat cara hidup Klereus yang serba enteng di ibu kota gereja itu tetapi kepercayaannya kepada gereja belum goyang. Barulah kemudian ia mempergunakan pengalamannya kepada perkunjungan itu untuk menyerang sistem dan oraktik gereja Roma. Dengan asik ia memakai kesempatan yang diberikan kepada semua orang musafir disitu untuk mendapat rupa-rupa indulgensia. Seperti orang kudus yang kehilangan akal, kata Luther sendiri ia mengunjungi tiap-tiap gedung gereja dan kapel, dimana penghapusan siksa ditawarkan kepaada orang saleh yaang datang berdoa disana. Demikian pulalah dai merangkak naik “tangga Pilatus” (tangga gedung pengadilan Pilatus) yang dekat dengan gereja Lateran, dengang lutut terbuka seraya memanjatkan doa Bapa Kami pada tiap-tiap anak tangga, untuk membebaskan kakeknya pada api penyucian. Tetapi pada waktu itupun ia sudah mulai bimbang akan hasil segala usaha dan doa itu.[22] Luther telah memiliki kesan bahwa dahulu Roma adalah kota yang suci di dunia, kini malah terburuk. Ia berkata, “seandainya ada neraka, maka kota Roma telah dibangun di dalam neraka”.[23]
Faktor mendasar dari timbulnya reformasi adalah perbedaan antara ajaran teologi dan praktek gereja GKR dengan ajaran alkitab. Tetapi peristiwa pemicu reformasi itu adalah penjualan surat penghapusan siksa di Jerman oleh Johan Tetzel. Dan Luther menentang propoganda tetzel tersebut, lalu Luther menyusun 95 dalil kemudian menempelkan pada pintu gerbang gereja di Universitas Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517 (kelak akan diperingati gereja-gereja Protestan sebagai hari reformasi gereja), esok harinya yaitu pada tanggal 1 November, banyak sekali orang masuk melalui pintu itu, berhubung dengan perayaan atau pesta “segala orang kudus” dan sudah tentu banyak ahli teologia akan membaca undangan tersebut. [24]Dalil-dalil ini merupakan ungkapan pengalaman atau pergumulan Luther sendiri, jadi tidak bersifat teoritis. Di dalam dalilnya Luther menentang pernyataan Tetzel, bahwa surat-surat yang ditawarkannya itu mengahpuskan dosa dan memperdamaikan manusia dengan Allah, yang menimbulkan kesan seakan-akan pengampunan dosa dan perdamaian dapat dibeli dengan uang, tanpa penyesalan dan pertobatan, bahkan tanpa sakramen. Ketika Luther menempelkan 95 dalilnya itu, dan mengajak orang (mahasiswa dan para dosen) untuk mendiskusikannya.[25]
Ke-95 dalil yang ditulis dalam bahasa Latin itu diterjemahkan oleh mahasiswa Luther ke dalam bahasa Jerman. Dan dalam waktu singkat sudah tersebar ke seluruh negri itu. Umat Kristiani disana kini mendengar ungkapan keberatan dan keluhan mereka dan sekaligus menunjuk ke jalan yang lain. Reaksi para pemimpin GKR segera dapat ditebak: mereka gusar, karena dala tempo yang singkat hasil penjualan surat alfat merosot tajam. Di hadapan Paus Leo X, mereka mendakwa Luther sebagai penyesat. Lalu Paus menuntut Luther untuk mencabut ajarannya yang dinilai ngawur itu.[26] Lalu Luther diperiksa di Jerman, tetapi di luar wilayah Sakesenoleh Kardinal Cajetanus (1518). Sudah tentu ia mengira bahwa akan ditangkap dan dibunuh. Tengah jalan orang-orang mneriakinya “balik-balik” tetapi Luther menjawab “disana pun berkuasa Kristus. Semoga Kristus hidup, Martibus binasa, bersama dengan setiap orang berdosa!”. Ia menghadap sang Kardinal dengan berlutut dan ia mencoba membujuk Luther dengan baik-baik, tetapi segera terjadi perdebatan. Pegawai istana Paus menertawakan Luther yang begitu bodoh membenarkan dirinya berdasarkan kitab suci. Akibatnya sang Kardinal menjadi marah, dan Luther terpaksa diseludupkan ke luar kota agar dia lolos dari bahaya maut. Baru 2 tahun kemudian Luther dihukum secara resmi. Pada tahun 1520 keluarlah Bulla (surat resmi) dari paus. Jikalau Luther tidak mau menarik ajarannya yang  sesat itu akan di jatuhi hukuman gereja. Luther membalas  Bulla dengan karangan yang berjudul “melawan Bulla yang terkutuk dari si Anti-Kristus”. Lalu bulla itu dibakarnya di muka pintu gerbang kota Wittenberg dihadapan para guru besar dan mahasiswaa. Pada bulan April 1521 Luther di panggil ke sidang “kekaisaran” yang diadakan di kota Worms untuk mempertanggung jawabkan perbuatan-perbuatan dan memohon kepadanya supaya jangan pergi. Tetapi Luther berkata, “biarpun di Worms ada setan sebanyak genteng di rumah aku pergi juga!”. Beberapa minggu kemudian, dalam Edik Worms, Luther bersama pengikut-pengikutnya dikucilkan dari masyarakat. Segala karangan Luther juga harus di bakar. Ia sendiri boleh ditangkap atau dibunuh oleh siapa saja yang menangkapnya. 10 bulan lamanya Luther tinggal di Wartburg dengan berpakaian ksatria dan memakai nama samaran, yaitu: “Pangeran Georg”. Luther bekerja keras di wartburg yang dalam beberapa bulan saja perjanjian baru sudah diterjemahkannya kedalam bahasa Jerman dengan memakai juga naskah Yunani terbitan Erasmus. Disamping itu ia mengarang sebuah kitb rencana khotbah untuk pendeta-pendeta protestan yang sangat membutuhkan pimpinan dalam hal berkhotbah.[27]
Kritik Luther terhadap gereja pada waktu itu diarahkan kepada dua hal dan mengandung dua unsur.
a. Ia menolak anggapan seolah-olah manusia dengan pertolongan sakramen-sakramen yang dilayankan oleh Gereja, dan dengan berbuat perbuatan-perbuatan baik (amal) yang diperintahkan oleh gereja dapat manusia itu menjadikan dirinya layak untuk menerima keselamatan. Menurut Luther, manusia adalah orang berdosa yang hanya melawan Allah. oleh sebab itu, keselamatan manusia adalah semata-mata kasih karunia Allah (Sola Gratia: hanya oleh kasih karunia saja manusia diselamatkan). Sedangkan manusia tidk dapat berbuat apa-apa selain percaya (Sola Fide: hanya oleh iman saja) untuk mendapat bagian dalam keselamatan ini.
b.    Ia menolak juga pendapat bahwa gereja berhak menentukan tafsiran Alkitab yang benar, dengan mengukur tafsiran menurut tradisi gereja. Bukan tradisi yang mengukur Alkitab, tetapi Alkitab yang mengukur tradisi dan segala sesuatu yang dikatakan dan dibuat oleh gereja. Alkitab adalah ukuran iman yang satu-satunya dan mutlak,  menurut Luther (Sola Scriptura: hanya Alkitab saja sebgai ukuran iman).[28]
Martin Luther mengkritik Kepausan, dengan mengatakan:[29]
a.    Kekayaan bangsa Jerman telah dirampas karena pungutan dari hasil penjualan surat pengampunan dosa tersebut dan mengalir ke pundi-pundi Kepausan di Roma.
b.    Sri Paus tidak berkuasa atas api penyucian yang dapat melepaskan jiwa seseorang dari api siksaan. Sebab itu tidak dibutuhkan perantaraan seoran Paus ataupun Santo sekedar untuk menerima pengampunan dosa atau penyucian hidup.
c.    Penjualan surat pengapusan dosa menghambat orang-orang untuk menerima keselamatan, karena mungkin saja mereka membeli surat penghapusan dosa sama sekali tidak pernah bertobat dan menyesali dosa-dosanya.
2.3.3.      Ajaran Martin Luther
2.3.3.1.Firman dan Sakramen
Firman dan sakramen adalah kata-kata kunci dalam kehidupan gereja-gereja Lutheran dan merupakan ajaran Luther. Firman semata-mata mengacu pada Alkitab sebagaimana dikatakan lewat semboyan sola scriptura. Sakramen mengacu pada penghargaan tinggi atas kedua sakramen: Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Bagi Luther sakramen adalah firman yang kelihatan, atau yang diperagakan. Keyakinan Luther, bahawa keselamtan hanya diperoleh berdasarkan kasih karunia melalui iman (sola gratia dan sola fide). Bagi Luther, kebenaran dan keadilan Allah bukan terletak pada ganjaran setimpal atas setiap perbuatan manusia, melainkan pada pengampunan yang ia karuniakan pada orang berdosa, seberapa besar pun dosanya.
Mengenai sakramen Luther menemukan bahwa hanya ada dua sakramen yang punya dasar Alkitabiah, dalam arti: yang langsung ditetapkan oleh Yesus sendiri. Berdasarkan itu kaum Lutheran menolak lima lainnya (yang diakui sebagai sakramen oleh GKR) yaitu, peneguhan (konfirmasi), pengakuan dosa, penahbisan imam, pengurapan (peminyakan, terutama pada orang sakit atau yang menjelang ajal), dan perkawinan. Sesuai dengan ajaran Luther bahwa firman dan sakramen harus merupakan pusat kehidupan gereja.
2.3.3.2.Jabatan dan Tata Gereja
Yang menjadi sasaran utama kritik (dan pembaharuan) Luther adalah ajaran gereja GKR. Berdasarkan pergumulannya dalam mendalami Alkitab dan ajaran gereja, ia disadarkan bahwa pemahaman tentang jabatan yang berlaku di dalam GKR pada waktu itu secara teologis menyimpang dari amanat Alkitab. Berdasarkan penelitian nats Alkitab, antara surat Ibrani dan I Petrus Luther melihat bahwa secara hakiki tidak ada pemisahan antara kaum Klereus dan awam ataupun hierarki diantara jabatan-jabatan gerejawi. Menurut Luther jabatan imam di dalam perjanjian lama telah disempurnakan, telah digenapi, sekaligus diakhiri oleh Tuhan Yesus Kristus Imam besar agung itu. Dengan kematian Yesus Kristus manusia tidak lagi membutuhkan manusia lain untuk berperan sebagai perantara mereka dengan Tuhan, baik untuk memanjatkan doa. Yesus Kristus telah menjadi Imam sekaligus korban yang paling sempurna sekali untuk selamanya. Inilah yang disebut Luther Imamat Am semua orang percaya. Yang terpenting bagi  Luther adalah jabatan-jabatan gereja itu tidak bertentangan dengan inti amanat Alkitab atau Injil, yaitu setiap jabatan ditetapkn sebagai fungsi pelayanan di tengah persekutuan umat Kristus. Luther juga tidak hanya memberi perhatian pada penyusunan tata gereja (karena itu akan digarap oleh Calvin) karena ia tidak melihat adanya petunjuk Alkitab tentang tata dan sistem pemerintahan gereja yang baku. Ia lebih banyak melihat dan memikirkan gereja sebagai persekutuan orang-orang beriman yang telah diselamatkan, ketimbang sebagai lembaga yang memiliki tata jabatan dan organisasi yang baku.
2.3.3.3.Tata Ibadah
Suasana dan liturgi ibadah Lutheran tidak banyak berbeda dari GKR. Namun bagi Lutheran yang terpenting dalam ibadah adalah bagaimana jemaat mengalami dengan nyata tindakan penyelamatan Allah di dalam Kristus, dan itu hanya bisa dipahami bila kepada mereka Firman diberitakan dengan murni dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh jemaat dan sakramen dilayankan dengan benar. Didalam tata ibadah yang digunakan Luther nyanyian dan musik mendapat tempat penting.
2.3.4.      Karya-Karya Martin Luther
Tahun 1520 Luther menulis tiga karya penting yang membahas pembaharuannya:
a.       An den Christhen adel Deutshacer Nation von des Christlichen Standes a Besserung (seruan kepada pimpinan jemaat di Jerman) dalam karangan ini Luther mengajak para pimpinan untuk memperbaharui gereja. Para pemimpin harus memenuhi kewajibannya memerintah dengan menindak penindasan dan pemerasan oleh gereja. Di samping itu sebagai orang Kristen yang sudah dibabti, para pemimpin ikut serta dalam “imamat yang menjadi bagian semua orang percaya.
b.      De Captiuitate Babylonica Ecclesiae (pembuangan Babel unuk Gereja), Oktober 1520, buku ini ditulis dalam bahasa latin karena ditujukan untuk sarjana teolog , dan pejabat gereja. Buku ini membahas sakramen-sakramen.
c.       Von der Freiheit eines Christenmenschen (kebebasan seorang Kristen), tahun 1520, merupakan buku yang berisikan tentang etika.
2.4.Philip Melangthon 
untuk melihat lebih jauh tentang sejarah reformasi di Jerman dapat melihat juga bagaimana reformasi yang dibawa Philip Melangthon di link ini:
https://pemikiranmahasiswa01.blogspot.com/2020/02/reformasi-gereja-di-jerman-pada-abad-16.html




[1]F.D. Willem, kamus sejarah gereja,(Jakarta:BPK-GM, 2014), 162.
[2]…KBBI, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996)
[4]Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi , (Jakarta:BPK-GM,2012), 388
[5]  Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,151
[6] Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarta: BPK-GM, 2009) 23
[7] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja, (Bandung: Jurnal Info Media,1994), 24
[8] H. Berkof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 122
[9] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja, 25
[10] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,152
[11] H. Berkof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja,122
[12] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja,26.
[13]Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 26
[14]Jonathan E. Culver, sejarah gereja umum,(Bandung: biji sesawi, 2013),244.
[15]H. Berkhof, sejarah gereja,(Jakarta:BPK-GM, 1995), 121.
[16]A.Kennet Curtis, 100 peristiwa penting dalam sejarah kekristenan,(Jakarta: BPK-GM, 2012),75-77.
[17] H. Berkof, Sejarah Gereja, 139
[18] A. Munthe, Martin Luther, (Siantar: KOLPORTASE GKPS, 1983), 4.
[19] A. Munthe, Martin Luther, 7
[20] Ibid, 7-10
[21] H. Berkof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja,121
[22]Ibid, 122
[23]F.D. Wellem, Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 125
[24]Ibid, 128
[25] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja,19
[26] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 167-168
[27]C. De Jonge, Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunug Mulia, 2015) 73
[28]Ibid,73
[29]Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2013), 247