Reformasi Gereja di Jerman oleh Martin Luther secara Lengkap
Reformasi Gereja di
Jerman Pada Abad 16-17
I.
Abstraksi
Berbagai perkembangan gereja tetap
berlangsung hingga kini. Perubahan-perubahan itu adalah hasil dari para
perintis-perintis reformasi hingga reformasi dilakukan. Titik pembaruan dalam
sejarah gereja sangat dikenang dengan adanya gerakan reformasi. Dengan adanya
reformasi ini, seperti membawa gereja lahir kembali dan mendapat hidup yang
baru serta menampilkan ajaran yang baru. Reformasi pertama kali dimulai sejak
terjadinya perubahan besar pada Gereja Katolik Roma yang akan menimbulkan
lahirnya protestanisme Lutheran. Perubahan-perubahan ini berlanjut dan
berkembang hingga di Indonesia.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Reformasi
Reformasi diartikan
sebagai gerakan untuk mengadakan pembaharuan dalam kekristenan barat yang
dimulai sejak abad ke-14 sampai abad ke-17.[1]
Sedangkan menurut KBBI, Reformasi adalah perubahansecara drastis untuk perbaikan
(sosial, politik, atau agama) di suatu negara atau masyarakat.[2]
Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa.[3]
2.2.Latar Belakang
Pada abad ke-16, Gereja di Eropa Barat
sedang dalam keadaan yang sangat memerlukan pembaruan. Tata gereja yang resmi
benar-benar memerlukan perubahan yang menyeluruh dan birokrasi kegerejaan telah
menjadi sangat tidak efisien. Moral para rohaniawan sangat tampak lemah didalam
jemaat mereka.[4]
Yang menyebabkan timbulnya ialah perbedaan antara teologi serta praktik gereja
dengan ajaran alkitab seperti yang ditemukan oleh Luther.[5]
2.2.1.
Bidang
Kerohanian atau Gereja
Timbulnya reformasi
tidak hanya berkaitan dengan krisis kepausan pada akhir abad pertengahan yang
dijelaskna dalam tulisan tentang gereja dan negara pada abad pertengahan.
Timbulnya reformasi juga berkaitan
dengan krisis rohani yang dialami oleh anggota-anggota gereja.[6]
Sudah sejak abad ke-5 uskup Roma (yang kemudian disebut Paus) semakin
memperlihatkan dan mengklaim supermasi dan keunggulannya atas seluruh gereja,
paling tidak di Eropa. Supermasi ini kemudian tidak hanya diberlakukan di
gereja saja, melainkan juga atas seluruh negara dan juga pemerintahan.
Supermasi ini kemudian disusul dengan penetapan berbagai ajaran gereja yang
tidak hanya bersumber dari Alkitab, melainkan juga tradisi yang didalamnya
menyatakan tentang keselamatan manusia dan dalam upaya memperoleh keselamatan
itu manusia harus ikut berperan dalam bentuk beramal atau berbuat baik; jadi
tidak cukup hanya mengandalkan iman dan kasih karuniaAllah.[7]
Pada saat itu juga banyak pejabat gereja yang memperlihatkan perilaku yang jauh
dari kesucian dan kesalehan atau dari ketergantungan penuh dari rahmat Allah.
2.2.2.
Bidang
Sosial-Politik
Timbul semangat
emansipasi politik hampir di seluruh Eropa. Dikalangan bangsa Jerman, bangkit
semangat nasionalisme yang menekankan kesetaraan dengan atau bahkan keunggulan
atas bangsa-bangsa lain, dan karena itu tidak mau lagi tunduk dibawah kekuasaan
bangsa lain, dalam hal ini Paus di Roma.[8]
Khusus di Jerman memang masih ada kaisar yang setia pada Paus dan mengklaim
kekuasaan atas seluruh Jerman.[9]
Jerman adalah negara yang terbagi atas sejumlah negara bagian, dan banyak juga
para penguasa negara-negara tersebut yang juga ingin menguasai urusan agama di
wilayahnya. Semua hal ini mempengaruhi jalannya reformasi.[10]
2.2.3.
Bidang
Kebudayaan
Sejak abad ke 15 timbul
Renaisans, yaitu semangat untuk
kembali ke kejayaan masa lalu, dan untuk itu perlu menggali sumber-sumber dan
menemukan kekayaan masa lalu sekaligus mengembangkannya dalam bentuk-bentuk
baru.[11]
Maka bangkitlah semangat yang baru untuk menggali sumber-sumber yang baru dan
yang asli dari zaman kejayaan Yunani-Romawi. Semangat inilah yang nantinya yang
ikut menghinggapi
Luther sehingga ia bekerja untuk mendalami alkitab bahasa asli Ibrani-Yunani
yang kemudian ia terjemahkan
ke dalam bahasa Jerman. Reneisans ini juga mendorong bangkitnya semangat
mengembangkan ilmu dan teknologi yang salah satu hasilnya adalah penemuan
mesin cetak oleh Johannes Gutenbergyang kelak sangat akan berjasa mendukung
penggandaan dan penyebaran tulisan-tulisan para reformator, terutama Luther.[12]
2.2.4.
Bidang
Ekonomi
Sejak abad ke-15 Eropa Barat mengalami perkembangan
pesat dengan bangkitnya kelas pedangang
dan pengusaha di bidang perdagangan dan industri yang menjadi cikal bakal
kapitalisme. Hal ini menggeser dominasi feodalisme yang sudah berlangsung berabad-abad,
yang didalamnya gereja juga terlibat. Dengan kata lain, feodalisasi semakin
dipandang tidak cocok dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat, dan kritik
terhadap feodalisme pada gilirannya juga melahirkan sikap kritis terhadap
keadaan yang berlaku didalam masyarakat.[13]
2.3.Reformator Martin
Luther
2.3.1.
Riwayat
Hidup dan Pendidikan Martin Luther
Luther lahir di
Eisleben 10 November 1483, ayahnya bernama Hans luther bekerja sebagai seorang
buruh tambang dan ibunya Margaretta di lingkungan yang sangat setia dengan GKR
sesuai dengan ajaran gereja pada masa itu, ia dididik untuk selalu takut akan Tuhan baik
dirumah maupun disekolah. Luther muda menunjukkan kecemerlangan dibidang
pendidikannya, pada usia 18 tahun, ia sudah kuliah di universitas Erfurtd, dan
berhasil meraih gelar bachelor dalam waktu satu tahun dan dua tahun kemudian ia
juga mencapai gelar magisternya.[14]
Pada tahun 1501 Luther
lulus dalam ujian yang memberi hak kepadanya untuk menuntut ilmu, tetapi
terjadilah perubahan yang sangat begitu besar dalam hidup Luther. Sementara
berjalan dari rumah orang tuannya di mansfeld pulang ke Erfurtd, pada tanggal 2 juni
1505 ia dilanda hujan keras disertai gemuruh dan halilintar dan hampir disambar
kilat dengan sangat takut dan gentar ia berseru “santa anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi rahib! ” janji
itu ditepatinya juga sesuadah ia pulang selamat. Dua minggu kedepan ia meminta
masuk biara yang aturannya paling keras yaitu biara ordo Eremit augustin.[15]
Pada tahun 1510 dia kemudian pergi ke Roma dan
kecewaoleh imam
yang bersifat mekanis yang ia temui disana. Ia melakukan semua yang ia bisa
lakukan disana untuk menegakkan kesalehannya, dan bahkan ia naik tangga Pilatus
yang pernah dianggap dilalui Yesus
Kristus. Luther berdoa
dan mencium setiap anak tangga yang ia lalui ketika ia naik namun keraguannya belum
teredam. Beberapa tahun kemudian ia kembali ke wittenberg sebagai doktor
teologia untuk mengajar pelajaran alkitab.[16]
Pada tanggal 13
Juni1525, Luther menikah dengan seorang bekas Rahib wanita, yang bernama
Khatrina von Bora. Istrinya ini menjadi bantuan besar bagi Luther. Sudah tentu
seterunya mengumpat dia oleh pernikahannya, tetapi Luther menganggap
pernikahannya adalah suatu perkara yang suci bahkan jauh lebih mulia dari pada
hidup rahib yang pura-pura saja Rohani.[17]
Tanggal 7 Juni 1526 Luther memiliki anak yang pertama yang diberi nama Johanes
atau Hans. Keluarga Martin Luther di anugerahi 6 orang anak yaitu Johanes,
Elisabeth, Magdalena, Martin, Paul dan Margareth.[18]
Lambang Martin Luther
terkenal dengan “Bunga Rosenya”, lambang
tersebut terdiri atas lima bagian besar dan setiap bagian memiliki arti
tersendiri. Martin Luther juga memberikan penjelasannya. Pertama, adalah salib
warna hitam. Kedua adalah jantung yang kemerah-merahan.salib terletak di atas
jantung. Hal ini mengingatkan kita bahwa hanya iman kepada Yesus yang tersalib
itulah kita diselamatkan. Warna jantung berarti salib Kristus tidak mematikan
melainkan memberi kehidupan. Jantung terdapat di atas bunga Rose, warna putih.
Hal ini menunjukkan bahwa akibat iman adalah sukacita, penghiburan, damai dan
bukan seperti damai dan sukacita diniawi. Karena warna putih adalah warnaroh
dan malaikat. Kemudian bunga rose terdapat di langit biru, adalah permulaan sukacita
surgawi yang akan datang. Mengelilingi semuanya itu adalah lingkaran (cincin)
emas, yang melambangkan kebahagiaan surgawi yang tidak berkesudahan.[19]
Martin Luther bukan
hanya terkenaloleh reformasinya, melainkan juga karena keahliannya dibidang
musik. Dia mengumpulkan beberapa nyanyian gereja purba dan diterjemahkan dari
bahasa latin ke bahasa Jerman. Tahun 1524 ia menerbitkan buku nyanyian yang
berisikan 24 nyanyian dan juga mengubah dan menulis 37 nyanyian baru, yang
paling terkenal ialah “Teguhlah Tuhan, Kotaku” dengan judul aslinya : “Ein
Feste Burg Ist Unser Gott”. Martin
Luther berkotbah dari mimbar sejak tahun 1514 kira-kira 170 kali setiap
tahunnya. Dan terakhir kali berkotbah dalam hidupnya pada tanggal 15 Febuari
1546 tiga hari sebelum ia meninggal dunia.[20]
Martin meninggal pada tanggal 8 Febuari 1546 pada usia 62 tahun di Eisleben.[21]
2.3.2.
Reformasi
Oleh Luther
Pada tahun 1510 Luther dikirim ke Roma mewakili ordonya
untuk turut memecahkan suatu persoalan mengenai peraturan peraturan ordo
Agustin tersebut. Sungguhpun hatinya sedih melihat cara hidup Klereus yang
serba enteng di ibu kota gereja itu tetapi kepercayaannya kepada gereja belum
goyang. Barulah kemudian ia mempergunakan pengalamannya kepada perkunjungan itu
untuk menyerang sistem dan oraktik gereja Roma. Dengan asik ia memakai
kesempatan yang diberikan kepada semua orang musafir disitu untuk mendapat
rupa-rupa indulgensia. Seperti orang kudus yang kehilangan akal, kata Luther
sendiri ia mengunjungi tiap-tiap gedung gereja dan kapel, dimana penghapusan
siksa ditawarkan kepaada orang saleh yaang datang berdoa disana. Demikian
pulalah dai merangkak naik “tangga Pilatus” (tangga gedung pengadilan Pilatus)
yang dekat dengan gereja Lateran, dengang lutut terbuka seraya memanjatkan doa
Bapa Kami pada tiap-tiap anak tangga, untuk membebaskan kakeknya pada api
penyucian. Tetapi pada waktu itupun ia sudah mulai bimbang akan hasil segala
usaha dan doa itu.[22]
Luther telah memiliki kesan bahwa dahulu Roma adalah kota yang suci di dunia,
kini malah terburuk. Ia berkata, “seandainya ada neraka, maka kota Roma telah
dibangun di dalam neraka”.[23]
Faktor mendasar dari timbulnya reformasi adalah perbedaan
antara ajaran teologi dan praktek gereja GKR dengan ajaran alkitab. Tetapi
peristiwa pemicu reformasi itu adalah penjualan surat penghapusan siksa di
Jerman oleh Johan Tetzel. Dan Luther menentang propoganda tetzel tersebut, lalu
Luther menyusun 95 dalil kemudian menempelkan pada pintu gerbang gereja di
Universitas Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517 (kelak akan diperingati
gereja-gereja Protestan sebagai hari reformasi gereja), esok harinya yaitu pada
tanggal 1 November, banyak sekali orang masuk melalui pintu itu, berhubung
dengan perayaan atau pesta “segala orang kudus” dan sudah tentu banyak ahli
teologia akan membaca undangan tersebut. [24]Dalil-dalil
ini merupakan ungkapan pengalaman atau pergumulan Luther sendiri, jadi tidak
bersifat teoritis. Di dalam dalilnya Luther menentang pernyataan Tetzel, bahwa
surat-surat yang ditawarkannya itu mengahpuskan dosa dan memperdamaikan manusia
dengan Allah, yang menimbulkan kesan seakan-akan pengampunan dosa dan
perdamaian dapat dibeli dengan uang, tanpa penyesalan dan pertobatan, bahkan
tanpa sakramen. Ketika Luther menempelkan 95 dalilnya itu, dan mengajak orang
(mahasiswa dan para dosen) untuk mendiskusikannya.[25]
Ke-95 dalil yang ditulis dalam bahasa Latin itu
diterjemahkan oleh mahasiswa Luther ke dalam bahasa Jerman. Dan dalam waktu
singkat sudah tersebar ke seluruh negri itu. Umat Kristiani disana kini
mendengar ungkapan keberatan dan keluhan mereka dan sekaligus menunjuk ke jalan
yang lain. Reaksi para pemimpin GKR segera dapat ditebak: mereka gusar, karena
dala tempo yang singkat hasil penjualan surat alfat merosot tajam. Di hadapan
Paus Leo X, mereka mendakwa Luther sebagai penyesat. Lalu Paus menuntut Luther
untuk mencabut ajarannya yang dinilai ngawur itu.[26]
Lalu Luther diperiksa di Jerman, tetapi di luar wilayah Sakesenoleh Kardinal
Cajetanus (1518). Sudah tentu ia mengira bahwa akan ditangkap dan dibunuh.
Tengah jalan orang-orang mneriakinya “balik-balik” tetapi Luther menjawab
“disana pun berkuasa Kristus. Semoga Kristus hidup, Martibus binasa, bersama
dengan setiap orang berdosa!”. Ia menghadap sang Kardinal dengan berlutut dan
ia mencoba membujuk Luther dengan baik-baik, tetapi segera terjadi perdebatan.
Pegawai istana Paus menertawakan Luther yang begitu bodoh membenarkan dirinya
berdasarkan kitab suci. Akibatnya sang Kardinal menjadi marah, dan Luther
terpaksa diseludupkan ke luar kota agar dia lolos dari bahaya maut. Baru 2
tahun kemudian Luther dihukum secara resmi. Pada tahun 1520 keluarlah Bulla (surat resmi) dari paus. Jikalau
Luther tidak mau menarik ajarannya yang
sesat itu akan di jatuhi hukuman gereja. Luther membalas Bulla
dengan karangan yang berjudul “melawan Bulla yang terkutuk dari si
Anti-Kristus”. Lalu bulla itu dibakarnya di muka pintu gerbang kota Wittenberg
dihadapan para guru besar dan mahasiswaa. Pada bulan April 1521 Luther di
panggil ke sidang “kekaisaran” yang diadakan di kota Worms untuk mempertanggung
jawabkan perbuatan-perbuatan dan memohon kepadanya supaya jangan pergi. Tetapi
Luther berkata, “biarpun di Worms ada setan sebanyak genteng di rumah aku pergi
juga!”. Beberapa minggu kemudian, dalam Edik
Worms, Luther bersama pengikut-pengikutnya dikucilkan dari masyarakat. Segala
karangan Luther juga harus di bakar. Ia sendiri boleh ditangkap atau dibunuh
oleh siapa saja yang menangkapnya. 10 bulan lamanya Luther tinggal di Wartburg
dengan berpakaian ksatria dan memakai nama samaran, yaitu: “Pangeran Georg”.
Luther bekerja keras di wartburg yang dalam beberapa bulan saja perjanjian baru
sudah diterjemahkannya kedalam bahasa Jerman dengan memakai juga naskah Yunani
terbitan Erasmus. Disamping itu ia mengarang sebuah kitb rencana khotbah untuk
pendeta-pendeta protestan yang sangat membutuhkan pimpinan dalam hal
berkhotbah.[27]
Kritik Luther terhadap gereja pada waktu itu diarahkan
kepada dua hal dan mengandung dua unsur.
a. Ia
menolak anggapan seolah-olah manusia dengan pertolongan sakramen-sakramen yang
dilayankan oleh Gereja, dan dengan berbuat perbuatan-perbuatan baik (amal) yang
diperintahkan oleh gereja dapat manusia itu menjadikan dirinya layak untuk
menerima keselamatan. Menurut Luther, manusia adalah orang berdosa yang hanya
melawan Allah. oleh sebab itu, keselamatan manusia adalah semata-mata kasih
karunia Allah (Sola Gratia: hanya
oleh kasih karunia saja manusia diselamatkan). Sedangkan manusia tidk dapat
berbuat apa-apa selain percaya (Sola
Fide: hanya oleh iman saja) untuk mendapat bagian dalam keselamatan ini.
b. Ia menolak juga pendapat bahwa gereja berhak menentukan
tafsiran Alkitab yang benar, dengan mengukur tafsiran menurut tradisi gereja.
Bukan tradisi yang mengukur Alkitab, tetapi Alkitab yang mengukur tradisi dan
segala sesuatu yang dikatakan dan dibuat oleh gereja. Alkitab adalah ukuran
iman yang satu-satunya dan mutlak,
menurut Luther (Sola Scriptura:
hanya Alkitab saja sebgai ukuran iman).[28]
Martin Luther mengkritik
Kepausan, dengan mengatakan:[29]
a. Kekayaan bangsa Jerman telah dirampas karena pungutan
dari hasil penjualan surat pengampunan dosa tersebut dan mengalir ke pundi-pundi
Kepausan di Roma.
b. Sri Paus tidak berkuasa atas api penyucian yang dapat
melepaskan jiwa seseorang dari api siksaan. Sebab itu tidak dibutuhkan
perantaraan seoran Paus ataupun Santo sekedar untuk menerima pengampunan dosa
atau penyucian hidup.
c. Penjualan surat pengapusan dosa menghambat orang-orang
untuk menerima keselamatan, karena mungkin saja mereka membeli surat
penghapusan dosa sama sekali tidak pernah bertobat dan menyesali dosa-dosanya.
2.3.3.
Ajaran
Martin Luther
2.3.3.1.Firman dan Sakramen
Firman dan
sakramen adalah kata-kata kunci dalam kehidupan gereja-gereja Lutheran dan
merupakan ajaran Luther. Firman semata-mata mengacu pada Alkitab sebagaimana
dikatakan lewat semboyan sola scriptura.
Sakramen mengacu pada penghargaan tinggi atas kedua sakramen: Baptisan Kudus
dan Perjamuan Kudus. Bagi Luther sakramen adalah firman yang kelihatan, atau
yang diperagakan. Keyakinan Luther, bahawa keselamtan hanya diperoleh
berdasarkan kasih karunia melalui iman (sola
gratia dan sola fide). Bagi Luther, kebenaran dan keadilan Allah bukan
terletak pada ganjaran setimpal atas setiap perbuatan manusia, melainkan pada
pengampunan yang ia karuniakan pada orang berdosa, seberapa besar pun dosanya.
Mengenai
sakramen Luther menemukan bahwa hanya ada dua sakramen yang punya dasar
Alkitabiah, dalam arti: yang langsung ditetapkan oleh Yesus sendiri.
Berdasarkan itu kaum Lutheran menolak lima lainnya (yang diakui sebagai
sakramen oleh GKR) yaitu, peneguhan (konfirmasi), pengakuan dosa, penahbisan
imam, pengurapan (peminyakan, terutama pada orang sakit atau yang menjelang
ajal), dan perkawinan. Sesuai dengan ajaran Luther bahwa firman dan sakramen
harus merupakan pusat kehidupan gereja.
2.3.3.2.Jabatan dan Tata Gereja
Yang menjadi
sasaran utama kritik (dan pembaharuan) Luther adalah ajaran gereja GKR.
Berdasarkan pergumulannya dalam mendalami Alkitab dan ajaran gereja, ia
disadarkan bahwa pemahaman tentang jabatan yang berlaku di dalam GKR pada waktu
itu secara teologis menyimpang dari amanat Alkitab. Berdasarkan penelitian nats
Alkitab, antara surat Ibrani dan I Petrus Luther melihat bahwa secara hakiki
tidak ada pemisahan antara kaum Klereus dan awam ataupun hierarki diantara
jabatan-jabatan gerejawi. Menurut Luther jabatan imam di dalam perjanjian lama
telah disempurnakan, telah digenapi, sekaligus diakhiri oleh Tuhan Yesus
Kristus Imam besar agung itu. Dengan kematian Yesus Kristus manusia tidak lagi
membutuhkan manusia lain untuk berperan sebagai perantara mereka dengan Tuhan,
baik untuk memanjatkan doa. Yesus Kristus telah menjadi Imam sekaligus korban
yang paling sempurna sekali untuk selamanya. Inilah yang disebut Luther Imamat
Am semua orang percaya. Yang terpenting bagi
Luther adalah jabatan-jabatan gereja itu tidak bertentangan dengan inti
amanat Alkitab atau Injil, yaitu setiap jabatan ditetapkn sebagai fungsi
pelayanan di tengah persekutuan umat Kristus. Luther juga tidak hanya memberi
perhatian pada penyusunan tata gereja (karena itu akan digarap oleh Calvin)
karena ia tidak melihat adanya petunjuk Alkitab tentang tata dan sistem
pemerintahan gereja yang baku. Ia lebih banyak melihat dan memikirkan gereja
sebagai persekutuan orang-orang beriman yang telah diselamatkan, ketimbang
sebagai lembaga yang memiliki tata jabatan dan organisasi yang baku.
2.3.3.3.Tata Ibadah
Suasana dan liturgi ibadah Lutheran tidak banyak berbeda
dari GKR. Namun bagi Lutheran yang terpenting dalam ibadah adalah bagaimana
jemaat mengalami dengan nyata tindakan penyelamatan Allah di dalam Kristus, dan
itu hanya bisa dipahami bila kepada mereka Firman diberitakan dengan murni
dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh jemaat dan sakramen dilayankan dengan
benar. Didalam tata ibadah yang digunakan Luther nyanyian dan musik mendapat
tempat penting.
2.3.4.
Karya-Karya
Martin Luther
Tahun 1520
Luther menulis tiga karya penting yang membahas pembaharuannya:
a.
An den Christhen adel Deutshacer Nation von des
Christlichen Standes a Besserung (seruan
kepada pimpinan jemaat di Jerman) dalam karangan ini Luther mengajak para pimpinan untuk
memperbaharui gereja. Para pemimpin harus memenuhi kewajibannya memerintah
dengan menindak penindasan dan pemerasan oleh gereja. Di samping itu sebagai
orang Kristen yang sudah dibabti, para pemimpin ikut serta dalam “imamat yang
menjadi bagian semua orang percaya.
b.
De Captiuitate Babylonica Ecclesiae (pembuangan Babel unuk Gereja), Oktober 1520, buku ini
ditulis dalam bahasa latin karena ditujukan untuk sarjana teolog , dan pejabat
gereja. Buku ini membahas sakramen-sakramen.
c.
Von der Freiheit eines Christenmenschen (kebebasan seorang Kristen), tahun 1520, merupakan buku
yang berisikan tentang etika.
2.4.Philip Melangthon
untuk melihat lebih jauh tentang sejarah reformasi di Jerman dapat melihat juga bagaimana reformasi yang dibawa Philip Melangthon di link ini:
https://pemikiranmahasiswa01.blogspot.com/2020/02/reformasi-gereja-di-jerman-pada-abad-16.html
2.4.Philip Melangthon
untuk melihat lebih jauh tentang sejarah reformasi di Jerman dapat melihat juga bagaimana reformasi yang dibawa Philip Melangthon di link ini:
https://pemikiranmahasiswa01.blogspot.com/2020/02/reformasi-gereja-di-jerman-pada-abad-16.html
[1]F.D. Willem, kamus sejarah
gereja,(Jakarta:BPK-GM, 2014), 162.
[2]…KBBI, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996)
[4]Alister E. McGrath, Sejarah
Pemikiran Reformasi , (Jakarta:BPK-GM,2012), 388
[5] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,151
[6] Christian de Jonge, Gereja
Mencari Jawab, (Jakarta: BPK-GM, 2009) 23
[7] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja,
(Bandung: Jurnal Info Media,1994), 24
[8] H. Berkof & I.H. Enklaar, Sejarah
Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 122
[9] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja, 25
[10] Thomas Van Den End, Harta
Dalam Bejana,152
[11] H. Berkof & I.H. Enklaar, Sejarah
Gereja,122
[12] Jan S. Aritonang, Berbagai
Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja,26.
[14]Jonathan E. Culver, sejarah gereja
umum,(Bandung: biji sesawi, 2013),244.
[15]H. Berkhof, sejarah gereja,(Jakarta:BPK-GM,
1995), 121.
[16]A.Kennet Curtis, 100 peristiwa
penting dalam sejarah kekristenan,(Jakarta: BPK-GM, 2012),75-77.
[17] H. Berkof, Sejarah Gereja, 139
[18] A. Munthe, Martin Luther,
(Siantar: KOLPORTASE GKPS, 1983), 4.
[19] A. Munthe, Martin Luther, 7
[20] Ibid, 7-10
[21] H. Berkof & I.H. Enklaar, Sejarah
Gereja,121
[23]F.D. Wellem, Tokoh-tokoh
Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 125
[26] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 167-168
[27]C. De Jonge, Pembimbing
ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunug Mulia, 2015) 73
[29]Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2013), 247