Pengertian, Sejarah dan Perkembangan Gereja Methodist di Dunia


Methodist

       I.            Abstaksi
            Gereja Methodist adalah sebuah gereja Protestan, walaupun ia tidak lahir sebagai buah langsung gerakan Reformasi. Gereja Methodist berasal dari Gereja Anglikan di Inggris. Pendirinya adalah John Wesley, seorang pendeta Gereja Anglikan, yang bermaksud mengadakan pembaharuan kerohanian gereja Anglikan (bukan bermaksud memisahkan diri dari Anglikan). Tujuan Wesley pada mulanya adalah hanya untuk memberitakan Injil kepada orang-orang banyak, terutama buruh-buruh industri yang sudah tidak lama terjangkau oleh pelayanan gereja resmi.
    II.            Pembahasan
2.1.Pengertian Methodist
      Methodist adalah suatu nama ejekan yang diberikan karena “metode” pertobatan yang dipakai yang diajarkan oleh John Wesley dan teman-temannya.[1]Methodist pada mulanya merupakan nama ejekan terhadap sebuah wadah  keagamaan di Oxford yang dikenal juga dengan perhimpunan kudus.[2] Perhimpuan ini dinamakan Holy Club. Perhimpunan ini bertujuan memperkaya kehidupan rohani anggotanya, dengan jalan mengadakan Penelaan Alkitab dan diskusi, mengadakan komuni suci (Perjamuan Kudus) tiap minggu, dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan, termasuk orang-orang di penjara. Perkumpulan ini terkenal dengan disiplin dan metodenya (antara lain jadwal kegiatannya) yang ketat.[3]
2.2.Latar Belakang Methodist
      Sekitar akhir abad ke-17 gereja-gereja Anglikan, Lutheran, dan Calvinis di Eropa oleh banyak orang dilihat sudah semakin kaku, dingin, tidak bergairah, dan kurang menghargai manusia sebagai pribadi. Padahal masyarakat beragama mendambakan ungkapan-ungkapan yang lebih mesra, hangat, spontan, dan personal. Kerinduan ini mendorong lahirnya gerakan Pietisme, dan pada gilirannya melahirkan tiga rumpun gereja, antara lain gereja-gereja Movaria, gereja-gereja Swedia Injil dan gereja-gereja Methodist (Wesleyan).[4]
      Aliran Methodist muncul dilatarbelakangi oleh dua konteks antara lain:
a)      Konteks Kerohanian
      Keadaan kerohanian di Inggris pada zaman itu sangat menyedihkan, orang-orang kaya dan orang-orang terpelajar dipengaruhi oleh pencerahan, sehingga mereka menghina gereja. Orang-orang miskin pun dihina oleh gereja, mereka tidak dilayani sehingga mereka tidak tahu apa-apa tentang injil. Pencerahan telah berpengaruh besar, sehingga banyak pendeta dalam khotbah memuji-muji keunggulan akal budi dan kemajuan yang dihasilkan ilmu pengetahuan.[5] Tiap-tiap anggota menerima sepucuk surat keanggotaan, yang dibaharui sekali dalam tiap-tiap tiga bulan, jikalau anggota itu berkelakuan baik dan suci, tetapi apabila seorang saudara kalah dalam pemeriksaan rohani itu, surat keanggotaannya dicabut. Sifat yang lebih istimewa pada gereja Methodist ialah disamping pendeta-pendeta yang dilatih untuk jabatannya, mereka memakai banyak pengkotbah pembantu, yang dipilih diantara kaum awam.[6]
b)     Konteks Sosial-Budaya
      Pada awal abad ke-18 Inggris masih merupakan negeri agraris yang bersiap-siap memasuki era industri modern melalui Revolusi Industri yang berlangsung sejak pertengahan abad itu. Diantara bangsawan dan tuan-tuan tanah di satu pihak dan buruh tani di lain pihak terdapat kesenjangan yang sangat besar, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan sandang pangan sehari-hari. Kesenjangan itu tidak berkurang ketika roda Revolusi industri berputar semakin cepat, melahirkan banyak kota-kota dan kawasan industri  baru yang tidak segera dibarengi dengan jaringan transportasi yang memadai. Para buruh tani dari desa mengalir ke kota-kota menjadi buruh pabrik. Sementara kaum bangsawan  dan kapitalis bersenang-senang menikmati kemakmuran mereka, kaum buruh dan penganggur berjuang mempertahankan hidup di tempat-tempat kumuh. Karena itu tidak heran bila dikota-kota besar dan pusat-pusat industri di tingkat kriminalitas sangat tinggi, disamping wabah penyakit yang sering timbul akibat kotornya lingkungan dan banyaknya pelacuran. Terhadap masalah sosial seperti inilah, terutama terhadap masyarakat kelas bawah dan para nara pidana pelaku tindak kriminal yang tidak dipedulikan oleh Gereja Anglikan pada masa itu.[7]
      Gereja Wesley ini berasal dari Gereja Anglikan di Inggris yang didirikan oleh Jhon Wesley yaitu seorang pendeta Gereja Anglikan, dimana ia bermaksud hanya untuk mengadakan pembaharuan kerohanian gereja tersebut, bukan bermaksud untuk memisahkan diri dari Anglikan, tetapi akhirnya berpisah juga dari Anglikan. Tujuan Jhon Wesley pada mulanya hanyalah pemberiutaan injil pada orang banyak, terutama pada buruh-buruh industri yang sudah lama tidak terjangkau oleh pelayanan yang resmi.[8] Pada dasarnya Jhon Wesley tidak pernah berkeinginan membentuk satu denominasi diluar Gereja Anglikan. Justru ia ingin memperbaiki pola pelayanan Gereja Anglikan yang pada saat itu bagi dia sangat perlu diperhatikan. Jhon Wesley tampil untuk memperbaiki dan mengembalikan kepada panggilan gereja yang sebenarnya. Dia mencoba untuk memperbaiki dan mendesak pelayan-pelayan gereja untuk berbuat sesuai dengan panggilan Kristus ditengah-tengah gereja.[9] Kemudian dia mulai berkhotbah bersama-sama dengan adiknya, Charles di Inggris dalam gedung-gedung gereja untuk membangun hidup rohani Gereja Anglikan. Ada seorang lagi yang menggabungkan diri kepada Wesley bersaudara, yaitu George Whitefield, yang sudah bekerja selaku pengkhotbah di Amerika, dengan banyak berkat dan hasil.[10]
      Klerus resmi dari Gereja Anglikan sangat menentang perkara baru itu yang seakan-akan menyalahkan pekerjaan mereka. Oleh sebab itu pada tahun 1739, ketiga saudara tadi terpaksa berkhotbah diluar gedung-gedung gereja, yaitu lapangan-lapangan dan lorong-lorong kota atau padang-padang. Jhon Wesley berkhotbah sampai kira-kira 40.000 kali dan Whitefield yang meninggal lebih muda sampai 18.000 kali. Suara Whitefield demikian kuatnya, sehingga dapat di dengar oleh beribu-ribu orang dipadang. Cara bekerjanya mereka berkhotbah adalah mereka berkhotbah dengan bahasa sederhana, seraya memakai banyak kiasan, perumpamaan dan cerita. Teologi Wesley bercorak Arminian. Pandangan itu dilawan oleh Whitefield, yang mempunyai teologi Calvinis dan mendasarkan pertobatan dan kekudusan hidup itu pada predestinasi. Perbedaan pendapat ini menyebabkan antara Wesley dan Whitefield (1741), tetapi mereka tetap bersahabat dan saling menghargai. Lama-kelamaan gerakan Wesley itu melepaskan dirinya dari Gereja Anglikan dan menjadi suatu gereja sendiri yang amat besar dibawah pimpinan Wesley. Gereja Methodist ini banyak menarik anggota keluar dari gereja resmi.[11]
2.3.Tokoh-tokoh Dalam Gerakan  Methodist
2.3.1.      John Wesley (1703-1791)
      John Wesley lahir di Epworth pada tanggal 17 Juni 1703, ia adalah anak seorang pendeta Gereja Anglikan (Gereja Inggris). Ayahnya bernama Samuel Wesley dan ibunya bernama Susanna Annesley. Pada tahun 1714 John memasuki Charter School di London. Ia  belajar disini hingga tahun 1720 dan kemudian ia pindah ke Church Christ pada Universitas Oxford. Pada tahun 1724 ia menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana mudanya. Atas nasihat ayahnya ia menerima jabatan diakon pada tahun 1725. Pada tahun 1726 ia diangkat menjadi asisten dosen pada Lincoln College, Oxford, dan sewaktu disana ia menjadi salah satu pendiri perkumpulan kudus. Perkumpulan ini dimaksdukan bagi mereka yang serius mengenai pelaksanaan agama mereka, kelompok ini belajar bahasa Yunani, berpuasa pada hari rabu dan jumat serta sakramen setiap minggu. Mereka mengadakan perkunjungan-perkunjungan ke rumah sakit dan penjara. Kelompok ini mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan secara ketat. Itulah sebabnya orang-orang yang kurang senang dengan kelompok ini menyebut mereka “Methodist”. Menurut Wesley, kesucian adalah sesuatu yang mampu membuat oleh manusia dan yang membedakannya dengan orang-orang lain masih berada dalam gelap.[12]
      Pada hari Rabu, 9 Pebruari 1709 ketika John Wesley berumur lima tahun, hampir saja ia menemui ajalnya dalam kebakaran yang telah menyapu pastoran ayahnya. Sungguh ia adalah “api yang dipetik dari kebakaran itu”, seorang yang akan dipakai oleh Allah untuk menyulut iman pada ribuan orang. Di loteng JohnWesley  menaiki peti yang dekat jendela kamarnya yang terbuka dan ia berteriak minta tolong, dan kemudian dua orang bergegas membantunya. Salah seorang dari mereka naik kepundak temannya yang satu, dan John Wesley melompat kelengannya. Mereka menyerahkan John Wesley kepada ibunya, yang baru saja keluar dari pintu depan. Samuel yang mencari isterinya yang kebingungan, menemukannya sedang memegang John Wesley, yang ia kira telah terbakar ditengah api. Ia menciumi keduanya beberapa kali, sulit mempercayai keberuntungannya, dan memuji Allah atas belas kasihannya. Susanna bertanya kepadanya “Apakah buku-bukumu selamat?”. “Tidak apa-apa” ia berkata “Hal terpenting kamu dan anak-anak selamat”. Kemudian ia memanggil semua anaknya dan meminta sejumlah orang yang telah mengatasi api dengan cepat untuk berlutut dan mengucap syukur kepada Allah atas pemeliharaan-Nya terhadap 8 anak dan isterinya. Ia berkata ”Biarkan rumah itu, saya cukup kaya”. Selanjutnya , dengan mengutip Zakharia 3:2 yang berkata “Bukankah dia ini puntung yang ditarik dari api?”, John Wesley selama hidupnya menyebut dirinya “sebagai puntung yang ditarik dari api”. Selama 40 tahun, hal ini merupakan salah satu peristiwa paling membekas dalam ingatannya. Untuk selamanya, ia menghapus setiap keraguannya bahwa ada Allah, yang dengan belas kasihan-Nya turut campur tangan dalam saat-saat berbahaya.[13]
      Pada tahun 1738 adalah suatu tahun pergumulan bagi Wesley didalam hidupnya, ia bergumul tentang arti keselamatan yang sesungguhnya. Ia berfikir “saya sering berkhotbah dan memberikan tentang keselamatan kepada orang lain, tetapi saya masih ragu akan keselamatan itu pada diri saya sendiri”. Ia mencari arti keselamatan itu dan berharap menemukan jawaban yang tepat bagi dirinya. Lalu ia kembali berjalan malam hari di kota Oxford. ketika John Wesley sedang berjalan dijalan Alderstage ia melihat ada satu perkumpulan doa yang dipimpin oleh seorang awam, mereka adalah kelompok orang-orang Kristen yang sering berkebaktian dirumah-rumah. Ia  masuk kepersekutuan itu dan ia membaca tulisan Marthin Luther. Ketika ia membaca tulisan itu dan mendengarkan pembacaan Kitab Roma “tiba-tiba hatinya dipenuhi dengan Roh Kudus, ia merasakan ada kekuatan Roh Kudus yang merubah hatinya, dan ia tahu itu adalah kasih dari Tuhan Allah. Setelah itu ia berkata dan bersaksi “saya merasakan dan saya percaya bahwa saya ada di dalam Kristus, hanya Yesus sendiri yang memberi keselamatan dan  yang memberi jaminan kepastian pada saya, ia telah mengangkat dosa-dosa saya, hanya Dia satu-satunya yang menyelamatkan saya dari hukuman dosa dan kematian itu”. Suasana yang dirasakan John Wesley bersama kepastian keselamatan itu menjadikan awal pertobatan di dalam hidupnya. Sejak itu jugalah John Wesley benar-benar diperbaharui hidupnya dalam terang Allah. Ia kembali berkhotbah dengan penuh semangat dan berani menyatakan kebenaran yang sesungguhnya baik kepada orang banyak, baik dipusat perbelanjaan, dijalan-jalan, maupun dilapangan terbuka. Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi, itulah dasar  kehidupan John Wesley.[14]
      Pada tanggal 18 tahun 1751, John Wesley  menikah dengan Moly tetapi pernikahan mereka penuh dengan pertentangan, mereka bercerai yang dimana isteri John adalah seorang yang pecemburu. Hal itu diawali karena ketika John selesai berkhotbah, ia dikerumuni banyak wanita dan isterinya pun cemburu sampai terjadi kekerasan (menarik rambut), segenggam rambut berada di tangan isterinya. Sehingga John menganggap Moly seperti lalat pengganggu. John  Wesley meninggal pada tanggal 2 Maret 1791, tutup usia 88 tahun.[15] Dimana saat-saat terakhir hidupnya ia menyanyikan lagu-lagu karya adiknya, Charles salah satunya yang berbunyi:
            “aku memuji Khalikku. Dan pada akhir hidupku
            Akan kupuji namaNya. Puji bagiNya kunyanyi
            S’lama ‘ku ada di bumi atau di Surga yang baka.”
     Pada malam sehari sebelum kematiannya, Wesley mengucapkan satu ungkapan yang kemudian menjadi kata-kata penting bagi semua orang-orang Methodist: “Yang terbaik dari semuanya ialah, Tuhan menyertai kita.” Kemudian dia mengangkat tangannya “Tuhan menyertai kita.” Sepanjang malam ia memncoba menyanyikan lagu “ Aku memuji Khalikku” tetapi tidak dapat menyambungkannya lagi. Jam sepuluh hari Rabu, 2 Maret 1791, Wesley mencoba melihat semua yang hadir dikamarnya dan berkata, “Selamat tinggal,” dan ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 2 Maret 1791. [16]
Peraturan penggunaan waktu, John Wesley:
1.      Mulai dan akhiri setiap hari dengan Allah dan tidurlah dengan wajar.

2.      Rajinlah dalam pangggilanmu.

3.      Gunakan semjua waktu luangmu dalam hal agama (mempercakapkan tentang iman).

4.      Semua hari libur (minggu: kudus, berarti semua hari adalah kudus).

5.      Hindari mabuk-mabukan dan bergosip.

6.      Hindari keingintahuan, pekerjaan dan pengetahuan yang tidak berguna.

7.      Ujilah dirimu setiap malam.

8.      Janganlah membiarkan satu hari berlalu tanpa menyiapkan waktu paling sedikit satu jam untuk berdoa.Hindari semua hawa nafsu.[17]
2.3.2.      Charles Wesley (1707-1788)
      Charles Wesley lahir pada tanggal 18 Desember 1707, ia adalah adik dari John Wesley yang berusia empat tahun lebih muda dari John. Charles berbeda dengan anak-anak lainnya. Sewaktu ia lahir,  Charles tidak menangis sehingga ia dikira sudah meninggal. Charles juga mengikuti kakaknya. Ia masuk ke Oxford University, ia memulai suatu kelompok disana yang disebut Holy Club. Club ini bertujuan untuk memperkaya kehidupan rohani anggotanya dengan mengadakan Penelaan Alkitab, mengadakan kegiatan-kegiatan manusiawi.[18]
      Charles Wesley terkenal karena bakatnya dalam bidang musik dan pencipta lagu-lagu rohani yang menjadi sarana penting dalam mengobarkan kebangunan rohani. Menurut tradisi, ia mengarang sekitar 6.500 nyanyian dan 65 buah terdapat dalam buku Methodist Hymnal.[19] Peranan Charles Wesley sebagai seorang komponis pada zamannya sangatlah menonjol. Beberapa abad sebelum reformasi, nyanyian dalam gereja tidak begitu dipentingkan. Reformasilah yang kemudian mengangkat peranan nyanyian itu tampil dalam ibadah gereja, peranan Marthin Luther dalam hal ini sangat menonjol, dan kemudian Charles mencontoh semangat bernyanyi ini dari mereka. Jadi, perkembangan nayanyian di Inggris adalah sebuah sumbangan penting dalam gerakan Methodist. Banyak lagu yang diubah Charles yang iramanya penuh dengan sukacita.[20]
      Charles tidak bertobat hingga tanggal 21 Mei 1738, tapi yang menjadi titik balik pertobatan Charles Wesley yaitu sesudah mendengar Bohler tentang hakekat Iman, Charles membaca buku karya Marthin Luther. Commentary on Galatians, dan ia merasa terharu menemukan bahwa pengajaran tentang iman dan keselamatan melalui Iman dan Anugerah sangat ditekankan dalam buku tersebut. Maka Charles menulis dalam buku hariannya “bukanlah Iman yang tidak bekerja, melainkan Iman yang membuat (orang yang memiliki iman itu) bekerja dengan kasih, serta menghasilkan kesucian dan perbuatan-perbuatan baik.[21]
      Pada tanggal 19 Mei 1738 Charles Wesley jatuh sakit dan berbaring ditempat tidur, seorang wanita Ny. Turner mengunjunginya dan berkata bahwa Charles tidak akan bangkit dari tempat tidurnya kecuali ia benar-benar percaya. Wanita ini sudah memiliki iman yang kuat. Dua hari kemudian Ny. Turner datang kembali menemui Charles dan mengatakan langsung kepad Charles, “ Dalam Nama Yesus dari Nazaret, bangkitlah dari percayalah, dan anda akan disembuhkan dari segala penyakit-penyakitmu”. Pada waktu itu Charles sangat tergugah, namun ia agak enggan mengatakan “saya percaya”. Namun demikian Charles sungguh mengalami pembaharuan iman pada saat itu. Dikemudian hari ia menyebut peristiwa itu sebagai “Hari Pentakosta” bagi dirinya. Sekarang Charles memiliki iman bukan hanya sekedar secara intelek tapi iman yang hidup karena menghasilkan perangi baru dalam sorgawi. Hatinya dan pikirannya sudah menjadi milik sang Juruselamat. Pada 22 Mei, Charles menulis sebuah pujian “Where Shall My Wondering Soul Begin?”, dan kini mereka menyanyikan dengan sukacita.[22]
      Disini buku harian Charles mencatat hal yang terjadi pada hari setelah ia menulis himnenya yang pertama. Sekita pukul 22:00 malam, kakakku masuk dalam kemenangan bersama kelompok teman kami, dan menyatakan “Aku Percaya”. Kami menyanyikan himne itu dengan sukacita besar disertai doa. Sukacita itu tidak lengkap tanpa setidaknya bait pertama himne tersebut, yaitu:
Where shall my wondering soul begin?
How shall I all to Heaven aspire?
A branch plucked from eternal fire!
How shall I equal triump, raise
Or, sing my great Deliver’s praise?
Dimanakah seharusnya awal dari kekaguman jiwaku?
Bagaimanakah aku seharusnya bertindak untuk memenuhi hasrat surgawi?
Seorang budak ditebus dari kematian dan dosa
Sebatang ranting diangkat dari api keabadian!
Bagaimana aku menyamakan kemenangan yang muncul
Atau, menyanyika pujian Penebusku yang besar?[23]

2.3.3.      George Whitefield (1714-1770)
      George Whitefield dilahirkan dalam sebuah keluarga miskin  di Glouchester di Inggris pada 1714. Pada masa kecilnya George sudah terbiasa hidup didalam penderitaan karena ayahnya bekerja hanya sebagai penjaga rumah penginapan. Penderitaan hidupnya makin bertambah ketika ayahnya meninggal. Akibatnya, sekarang ibunya memikul tanggung jawab ganda sebagai ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga yang mencari nafkah untuk keluarganya. Pada tahun 1733 George belajar pada universitas Oxford. Disini dia bersahabat dengan Wesley. George mengalami pergumulan iman yang sangat hebat sekali, namun ia berhasil keluar dari pergumulan iman itu setelah merasakan kasih Tuhan Allah yang berlimpah-limpah. Ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh hidupnya bagi pekerjaan Tuhan. Pada tahun 1736 ia ditahbiskan menjadi pendeta dalam Gereja Anglikan. Ia mulai berkhotbah dengan sangat bersemangat, mula-mula ia di Gloucherteshire, kemudian di beberapa gereja besar di kota London. Itulah sebabnya pada tahun 1738 ia bersama-sama dengan Wesley dikirim ke Georgia, Amerika Serikat oleh lembaga untuk penyebaran Injil diluar negeri (Society for the Propagation of the Gospel in Foreign Parts). George juga berkhotbah di Boston dihadapan ribuan orang. Pekerjaan George di Amerika ini menimbulkan kebangunan rohani, terutama dalam kalangan gereja Presbiterian dan Kongregational. Ketika kembali ke Inggris, George mulai berkhotbah dimana-mana, dipasar, dilorong sempit, bahkan dilapangan terbuka. Kebangunan rohani di Inggris pada abad ke-18 ini berkaitan erat dengan pribadi pekerjaan George dan dengan Wesley. Whitefield adalah seorang pengkhotbah. Ia berkhotbah sebanyak 18.000 kali. Whitefield meninggal dunia akibat serangan asma di Newburyport, Mussachussets, pada tahun 1770 dalam umur 56 tahun.[24]
2.4.Paham-paham Dalam Gereja Methodist
2.4.1.      Pembenaran Oleh Iman
      Sebenarnya ajaran Pembaharuan Oleh Iman ini bukanlah khusus ajaran John Wesley, melainkan ia mengikuti ajaran bapa-bapa reformasi yang menolak perbuatan amal, pahala, dan sebagainya. Sebagai jalan keselamatan, sebagaimana hal itu perlu diajarkan Gereja Katolik dengan praktik surat pengampunan dosanya. Pembenaran oleh iman adalah pengampunan dosa. Allah membenarkan manusia melalui karya perdamaian oleh darah Anak-Nya. Dalam hal ini Allah menunjukkan keadilan-Nya dengan penghapusan dosa yang sudah lalu (Roma3:25). Kepada orang yang dibenarkan atau diampuni kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan. Dampak dari pembenaran oleh iman (pengampunan dosa) itu ialah sukacita dan damai sejahtera. Jadi pembenaran oleh iman dan pengampunan dosa itu tidaklah sesuatu yang hanya dipahami, tetapi harus di alami. Atas dasar ajaran inilah Wesley memberi tekanan pada “pengalaman” (experience) sebagai pilar teologi Methodist, disamping Alkitab (scripture), akal budi (reason), dan tradisi (tradition).
2.4.2.      Kelahiran Kembali (Lahir Baru)
      Ini adalah tindakan Allah, dan melaluinya seseorang dibawa masuk ke dalam kerajaan-Nya dan mengalami perubahan di dalam hati. Hanya dengan mengalami kelahiran kembali inilah seseorang bisa menjadi Kristen yang sungguh-sungguh bertekad menjalani hidup baru dan tidak lagi berdosa. Ia harus percaya bahwa Allah dapat dan mau menyelamatkannya. Tetapi Anugerah kehidupan rohani yang baru, yang merupakan tindakan lahir baru yang senyatanya, dikerjakan oleh kuasa Allah, dan hanya Allah saja. Gereja pun tidak memiliki kuasa membuat lahir baru. Yang terpenting bagi manusia adalah mengetahui bahwa ia telah “diseberangkan dari maut kepada kehidupan” dan bahwa ia sudah menjadi anak Allah.
2.4.3.      Penebusan Universal
      Berbeda dari Calvin yang menyatakan bahwa Allah melalui penebusan Kristus hanya menyelamatkan orang-orang yang telah terlebih dahulu ditetapkan dipilihnya, Wesley dan umat Methodist bersama kaum Arminian menegaskan bahwa penebusan dan keselamatan disediakan Allah bagi semua orang yang mau menerimanya. Kristus mati untuk semua orang. Pengharapan dan janji bukanlah hanya untuk segelintir orang, melainkan untuk setiap orang.

2.4.4.      Kepastian Keselamatan
      Menurut John Wesley, manusia mengetahui bahwa Allah telah membenarkannya, bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya, dan Allah telah menciptakannya menjadi manusia baru. Dasar Alkitabnya adalah:

1.      Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:16).

2.      Barang siapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya (Galatia 4:6 ; Roma 5:5).Kepastian keselamatan adalah kesaksian Roh Kudus kepada Roh kita yang meyakinkan bahwa kita adalah anak Allah, bahwa kita dikasihi Yesus Kristus, bahwa Yesus Kristus telah menyelamatkan hidup  kita, bahwa semua dosa kita telah diampuni dan dosa kita telah diperdamaikan dengan Allah. Hubungan ini diibaratkan seperti hubungan suami isteri. Pada mulanya hubungan  itu baru dalam tahap saling mengenal dan terbatas, tapi semakin lama hubungan itu makin lama makin dekat, sehingga lahirlah keyakinan dan kepastian bahwa mereka saling mengasihi. Hubungan Kristus dengan orang percaya melewati beberapa tahapan, yaitu:
·         Hubungan keimanan biasa.

Hubungan keyakinan bahwa Kristus mengasihi aku.

· Kepastian penuh bahwa Kristus mengasihi aku.

·         Kepastian kekal bahwa aku adalah anak Allah.
     Jadi kepastian itu adalah kepastian yang lahir secara berangsur-angsur, berkembang setahap demi setahap sampai pada kepastian keselamatan akan hidup yang kekal.
2.4.5.      Jatuh dan Kehilangan Kasih Karunia
      Kendati penebusan dan keselamatan disediakan bagi semua orang, dan kendati seorang telah menerimanya, bisa saja ia kehilangan kasih-karunia Allah itu. Sebab bisa saja pada akhir hidupnya ia murtad. Dengan ini sekaligus ditolak pandangan Calvin, bahwa bila seseorang telah ditetapkan dan dipilih Allah sendiri sejak semula untuk  selamat, ia tidak akan mungkin  kehilangan keselamatan itu. Tentu umat Methodist bersama seluruh umat Kristiani bersukacita kalau tidak seorang pun yang telah datang kepada Kristus menjadi murtad. Tetapi kodrat manusia adalah lemah dan dosa masih berkuasa. Karena adanya kemungkinan untuk jatuh dan kehilangan kasih-karunia ini, maka Gereja Methodist  senada dengan ajaran Tuhan Yesus tentang hal berdoa selalu mengingatkan untuk beriman, ”berjaga-jaga dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh kedalam pencobaan (Matius 26:41).
2.4.6.      Penginjilan dan semangat Injil
      Sama seperti Wesley yang mengobarkan kebangunan rohani dan semangat menginjili, yang membuat dia semangat menginijili, yang membuat dia dan pengikut-pengikutnya dipandang sebagai pelopor gerakan injili, maka gereja Methodist mendorong umatnya jadi bukan hanya penginjil profesional  agar juga dikobarkan oleh semangat yang sama. Setiap jemaat local harus punya perhatian dan upaya konkret di bidang ini. Tujuannya terutama adalah menjangkau orang-orang yang belum mendengar Injil, agar pada akhirnya sebanyak mungkin orang mendapat tempat di dalam kerajaan Allah yang dipenuhi dengan damai sejahtera.
2.4.7.      Izin Untuk Mengangkat Sumpah
      Dua puluh lima pokok-pokok Kepercayaan Methodist menentang pendapat berbagai gereja bebas, antara lain Kaum Anabaptis. Wesley menegaskan bahwa orang Kristen dapat mengangkat sumpah. Wesley dan umat Methodist yakin bahwa Alkitab tidak melarang orang Kristen melakukan hal itu dihadapan pemerintah dan pengadilan, “asalkan sumpah itu sesuai dengan iman, kasih didalam keadilan dan kebenaran.
2.4.8.      Kesaksian Roh
      Roh Kudus didalam hati orang beriman memberinya jaminan yang pasti bahwa ia adalah anak Allah (Roma 8:16). Umat Methodist bersama umat Kristiani lainnya bersukacita karena mengetahui bahwa Allah sungguh-sungguh memberi jaminan kepada setiap orang beriman bahwa keselamatan adalah pasti. Tetapi hal ini sering kali disalah pahami, atau timbul dari perasaan batinlah yang tidak bisa dibuktikan secara lahiriah, sehingga sering menjadi sasaran serangan orang yang tidak meyakininya. John Wesley sendiri sangat berhati-hati ketika mengkhotbahkan dan mengajarkan pokok ini “yang dimaksud dengan kesaksian Roh” kata Wesley adalah pesan batiniah di dalam jiwa dengan Roh segera dan langsung bersaksi kepada Rohku bahwa aku adalah Anak Allah; bahwa Yesus Kristus mengasihiku dan telah memberi daging-Nya bagiku; bahwa semua dosaku telah dihanyutkan; dan aku, aku pun telah diperdamaikan dengan Allah.
2.4.9.      Kesucian dan Kesempurnaan
        Wesley dan umat Methodist menganut wawasan kesempurnaan Kristiani yang moderat. Artinya: di satu pihak kesempurnaan itu, merupakan tujuan yang diupayakan pencapaiannya di dalam kehidupan masa kini, tetapi dilain pihak upaya tidak pernah berakhir. Dengan begitu kesempurnaan itu harus dikejar dan diupayakan terus-menerus disepanjang hidup, dan lebih  dititikberatkan pada kesempurnaan motivasi dan kerinduan. Menurut Wesley, pada waktu manusia mengalami kelahiran kembali “kerak-kerak dosa” masih tetap bersarang di dalam dirinya, dan itulah yang harus terus-menerus diperangi sepanjang hidup. Dengan ajaran ini Gereja Methodist menghimbau setiap orang beriman agar menaati perintah Allah, menanggalkan perbuatan dosa dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ibrani 12:14). Ajaran ini nanti menjadi salah satu ciri yang punya daya tarik kuat bagi orang banyak untuk bergabung dalam Gereja-gereja Methodist.[25]
2.5.Perkembangan Gereja Methodist
      Pada tahun 1804 didirikanlah “Perkumpulan Penyebaran Allah di Britinia dan di luar Negeri”. Pada tahun 1807, parlemen Inggris melarang perniagaan budak; keputusan ini sangat memperbaiki keadaan masyarakat yang amat buruk didaerah jajahan. Akan tetapi, akibat terpenting adalah bahwa pekabaran injil mulai bertumbuh kembali. Pada tahun 1792 Perhimpunan pekabaran injil mulai bertumbuh. Pada tahun 1792 perhimpunan pekabaran injil baptis didirikan oleh William Carey yang kemudian menjadi masyur oleh pekerjaannya di India. Sesudah itu semua gereja di Inggris turut membentuk perhimpunan untuk memajukan pekabaran injil diluar negeri dan yang terkenal adalah LSM. Di bagian Amerika Utara yang berbahasa Inggris, lahirlah gerakan pembangunan semacam itu juga, pada masa Metodisme di Inggris. Di Amerika Serikatlah Methodisme yang paling berkembang sampai kini.[26]
      Sementara di Inggris persekutuan Methodist harus menunggu sampai beberapa tahun sesudah John Wesley meninggal agar dapat secara resmi memisahkan diri dari Gereja Anglikan dan membentuk organisasi gereja baru (itu terjdi pada tahun 1795, ada penulis juga mengatakan bahwa itu sudah terjadi sejak 1787), di Amerika warga Methodist dengan cepat menghimpun diri dalam sejarah Gereja Methodist. Pada masa perang kemerdekaan memang para pengikut Wesley dicurigai sebagai pendukung Inggris karena kedekatan mereka pada Gereja Inggris. Tetapi setelah perang yang membuat Amerika Serikat merdeka, Wesley memutuskan mengizinkan umat Methodist disana membentuk gereja yang terlepas dari Gereja Anglikan. Untuk itulah dia menahbiskan Thomas Choke dan kawan-kawan, karena uskup Gereja Anglikan menolak permintaan Wesley untuk menahbiskan mereka. Seraya membentuk gereja baru, Thomas Choke juga ditugaskan oleh Francis Asbury (1745-1816) menjadi pendeta, melayani dan menginjili disana selama 13 tahun. Peresmian Gereja Methodist di Amerika Serikat dilangsungkan di Baltimor tanggal 24 Desember 1784.[27] Di Amerika Serikatlah Methodisme yang paling berkembang sampai saat ini. Sekarang ini Gereja-gereja Methodist di Amerika Serikat mempunyai  lebih dari delapan juta anggota. Dua orang Methodist yang kenamaan pada dewasa ini adalah Stanley Jones, seorang pemberita Injil di India yang kitab-kitabnya menarik perhatian seluruh dunia Kristen, dan John More yang menjadi pemimpin besar angkatan oikumenis dalam abad ke-20 ini.[28]Dari negara Inggris dan Amerika misi Methodist berkembang sampai ke seluruh pelosok dunia. Afrika, Amerika Latin, Asia termasuk Indonesia. Berarti dalam kurun waktu kurang lebih dari 80 tahun, umat Methodist di Amerika Serikat bertumbuh secara spektakuler menjadi lebih dari satu juta orang. Sekarang umat Methodist di Amerika berjumlah kira-kira 20 juta jiwa, rangking kedua dari segi jumlah anggota di seluruh gereja-gereja Protestan di Amerika. Untuk melihat angka jumlah umat Methodist sedunia, kita mengacu pada laporan World Methodist Council tahun 1991, yaitu:

Afrika
10.354.666
Asia
11.182.511
Amerika tengah
679.722
Eropa
1.722.337
Timur tengah
31.145
Amerika Selatan/ Kanada
31.257.880
Pasifik
2.941.026
Amerika Selatan
2.483.059
Jumlah
69.652.346[29]

      Sedangkan misi Methodist masuk ke Indonesia dari Singapura dan Malaya.Di kedua negeri jajahan Inggris itu misi dan Gereja Methodist (termasuk jaringan persekolahannya) sudah hadir sejak 1870-an. Sejak akhir 1880-an sudah ada niat mereka meluaskan pekerjaan ke Indonesia. Niat itu timbul karena sejumlah pemud Tionghoa maupun pribumi dari Jawa dan Sumatera datang bersekolah di sekolah-sekolah Methodist di Singapura dan Penang. Untuk menjagai kemungkinan membuka Pos pekabaran injil di Indonesia sejak 1888 hingga 1990 secara berturut-turut Bishop Methodist di Singapura, J. H. Oldham, dan beberapa misionaris meninjau beberapa daerah: Jawa, Kalimantan, Sumatera timur, Tapanuli, dan Sumatera Selatan, namun relasinya baru tampak sejak 1905.[30] Di Indonesia Jumlah umat Methodist berjumlah sekitar 100.000 jiwa (statistik 2000). Itu berarti 0,001% dari seluruh umat Methodist sedunia.[31]
2.6.Tata Ibadah Gereja Methodist
1.      Preludium
2.      Panggilan berbakti
3.      Doa pengakuan
4.      Saat teduh
5.      Kata-kata keyakinan/Firman penyegaran jiwa
6.      Doa Bapa Kami
7.      Bernyanyi
8.      Pembacaan bersahut-sahut
9.      Gloria patri
10.  Pengakuan Iman Rasuli
11.  Pembacaan Alkitab
12.  Doa Syafaat
13.  Persembahan atau nyanyian
14.  Nyanyian persiapan
15.  Khotbah
16.  Doa
17.  Nyanyian penutup atau Doxologi
18.  Berkat
19.  Saat teduh
20.  Postludium[32]
2.7.Jabatan Dalam Gereja Methodist
a.      Bishop
      Dalam Gereja Methodist di Amerika, Bishop dipilih untuk seumur hidup. Penempatannya bisa berpindah-pindah dari suatu konfrensi tahunan ke konfrensi tahunan lainnya, yang diatur oleh badan Episkopal. Sebuah badan yang terdiri dari pendeta dan warga gereja.
      Sementara di  Indonesia, jabatan seorang Bishop memiliki periode: ia harus dipilih sekali untuk empat tahun. Kalau dia tidak terpilih lagi, maka secara formal dia tidak disebut Bishop lagi. Kalau masih aktif (belum pensiun), maka sehabis jabatan sebagai Bishop, dia dapat ditempatkan sebagai Bishop yang baru untuk melayani di jemaat  atau pada unit pelayanan yang lain. Seorang Bishop hanya bisa menjabat sebanyak dua periode berturu-turut.
b.      Pimpinan Distrik
      Dalam Gereja Methodist jabatan sebagai pemimpin distrik disebut praeses, yang sering juga dikatakan sebagai Bishop Kecil. Pimpinan distrik bertugas sebagai pembantu Bishop distriknya masing-masing. Sebagaimana dikatakan diatas, Pimpinan Distrik diangkat dan ditempatkan langsung oleh Bishop. Itu adalah hak”Prerogatif” Bishop.
c.       pendeta
      Pendeta dalam GMI melaksanakan tugas untuk memberitakan Firman Tuhan, melaksanakan sakramen Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Disamping tugas tersebut, pendeta juga melaksanakan tugas pemeliharaan rohani atau penggembalaan. Seorang pendeta methodist terdaftar dalam konferensi tahunan dengan status “anggota penuh”, artinya pendeta tidak tergabung dalam satu jemaat tertentu, tetapi dia adalah anggota konferensi tahunan. Yang tergabung dalam satu jemaat adalah istri dan anak-anak pendeta. Sebelum seseorang diterima menjadi anggota konferensi tahunan, terlebih dahulu bersangkutan menjalani masa On-trial paling sedikit selama 2 tahun bagi seorang sarjana teologi. Selama masa On-trial tersebut pelayanan kami dinilai oleh jemaat tempatnya melayani dan oleh pimpinan distriknya.
d.      Majelis Jemaat
      Anggota Majelis Jemaat merupakan teman sekerja pendeta/guru Injil. Anggota Majelis ini merupakan teman sekerja pendeta jemaat, guru Injil, lay-leader, ketua-ketua komisi, pemimpin sekolah minggu. Lay leader  adalah suatu jabatan dalam Majelis Jemaat yang boleh dikatakan sebagai wakil (informal) pendeta dan atau guru Injil yang melayani di suatu jemaat.
      Dalam GMI tidak ada jabatan penatua. Yang ada adalah lay-speaker (pengkhotbah awam). Tugasnya adalah membantu pendeta dan guru Injil dalam melaksanakan tugas pemberitaan Firman dan memimpin kebaktian. [33]
2.8.Dampak Gereja Methodist Bagi Gereja dan Dunia
      Wesley beserta pengkhotbah injil lainnya menghadapai perlawanan dari kaum rohaniawan dan dari semua lapisan masyarkat.  Akan tetapi dalam waktu yang bersamaan, banyak juga yang memberi tanggapan yang positif. Melalui khotbah-khotbah mereka, Inggris mengalami kebangunan injili dan banyak orang diantara para pengetahuan pribadi yang hidup mengenai Yesus Kristus. Wesley bersaudara mengumpulkan jemaat mereka dalam himpunan-himpunan yang terdiri disamping-samping gereja lokal. Namun karena gereja utama Inggris, Gereja Anglikan, bersikap bermusuhan akhirnya mereka melarikan diri dan mendririkan Gereja Methodist. Ini tidak berarti bahwa Gereja Anglikan tidak terpengaruh oleh mereka, kelompok injili pada waktunya menjadi kelompok terpenting dalam gereja Inggris dan posisi ini mereka mempertahankan sampai bagian akhir abad ke-19. Secara tradisional tak terikat pada Gereja Anglikan (yaitu Gereja Presbeterian, Gereja Kongregasionalis, dan Gereja Baptis), yang mengalami kemunduran dalam jumlah anggota dan dalam kegairahan, bangkit kembali dan berkembang dengan pesatnya. Kebangunan rohani secara dramatis mempengaruhi Gereja di Inggris hanya dibidang kegerejaan. Melalui kebangunan rohani, lapisan masyarakat paling bawah dapat terjangkau oleh injil dengan jalan yang sebelum ini tidak pernah ditempuh. Bahkan seluruh lapisan masyarakat terpengaruh dan warna moral berubah. Serikat-serikat buruh dan partai buruh mempunyai akar-akarnya dalam pembangunan injili. Kehidupan sosioal politik bangsa Inggris dipengaruhi secara mendalam dengan berbagai cara.[34]
      Tidak hanya kehidupan Gerejawi saja yang dipengaruhi gerakan Revival ini meskipun itu yang menjadi pokok perhatiannya. Berkat usaha dari Wesley dan kawan-kawan, kekasaran, kemabukan,  dan sebagainya yang dihilangkan dari masyarakat. Gereja Methodistlah gereja yang pertama kali melarang anggota-anggotanya memiliki budak-budak dan mereka juga yang menjadi pemimpin-pemimpin pertama dari gerakan buruh (Labour Party).[35] Sumbangan terbesar John Wesley  ialah beliau telah berhasil mempopulerkan dan mewariskan pengertian yang modern tentang makna pembaharuan, pertobatan (konversi), penginjilan missa, pengudusan pribadi, dan sistem kelompok-kelompok. Doktrin Baptisan Roh Kudus yang diajarkan berbagai aliran Pentakosta dan  Kharismatik, berpangkal dari ajaran Wesley tentang “Pengudusan yang menyeluruh” sebagai karya Roh Kudus, yang dikaruniakan sesudah keselamatan, Wesley juga mengembangkan pengertian teologis tentang doktrin anugerah, predestinasi, dan kehendak bebas manusia.[36]
      Berkat dari usaha-usaha para tokoh Methodist, gereja-gereja protestan mengalami kebangunan rohani. Kebangunan itu memanfaatkan kesempatan yang telah diciptakan oleh pencerahan. Pengaruhnya terasa dibidang pekabaran  injil, dibidang ouikumene dan dibidang sosial juga. Dalam waktu dua puluh tahun lebih, dari tahun 1792,sampai tahun 1815 telah didirikan lima lembaga pekabar injil yang besar di Inggris, Belanda dan Jerman. Pada tahunn 1804, didirikian juga lembaga Alkitab untuk Inggris dan luar negeri  (British and Foreigh Bible Society), induk semua lembaga Alkitab diseluruh dunia. Didirikannya lembaga-lembaga itu merupakan titik tolak kegiatan pekabaran injil yang luar biasas selama abad ke-19 dan 20, juga titik tolak untuk gerakan oikumene (kesatuan antar gereja). Karena beberapa diantara lembaga-lembaga itu bersifat antar gereja.[37]
 III.            Refleksi Teologis
            Dari sajian ini kami mengambil nats Alkitab sebagai refleksi teologis dari sajian kami yaitu dari Matius 28:19-20: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. John Wesley, bermaksud mengadakan pembaharuan kerohanian gereja Anglikan, tujuan Wesley pada mulanya adalah hanya untuk memberitakan Injil kepada orang-orang banyak, terutama buruh-buruh industri yang sudah tidak lama terjangkau oleh pelayanan gereja resmi. Walau dalam penginjilannya Wesley dan kawan-kawan menghadapi banyak perlawanan beserta pengkhotbah injil lainnya menghadapai perlawanan dari kaum rohaniawan dan dari semua lapisan masyarkat, tapi Wesley dan kawan-kawan tetap melakukan penginjilan. Bukan hanya di Inggris saja, tapi gereja-gereja protestan mengalami kebangunan rohani yang memanfaatkan kesempatan yang telah diciptakan oleh pencerahan. Pengaruhnya terasa dibidang pekabaran  injil, dibidang ouikumene dan dibidang sosial juga.
 IV.            Daftar Pustaka
Aritonang, J., Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK-GM, 2015.
Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Umum. Bandung: Biji Sesawi, 2013.
Daulay, Richard M., Sejarah Gereja Methodist Indonesia. Jakarta: BPK-GM, 2014.
Daulay,Richard M., Mengenal Gereja Methodist Indonesia. Jakarta: BPK-GM, 2004.
End, Thomas Van Den. Harta Dalam Bejana. Jakarta: BPK-GM, 2014.
H. Enklar, H. Berkhof, Sejarah Gereja. Jakarta: BPK-GM, 2015.
Jonge,C., De Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK-GM, 2015.
Lane,Tony. Runtut Pijar. Jakarta: BPK-Gm, 2016.
S, Jonar. Sejarah Gereja Umum. Yogyakarta: ANDI, 2014.
Simanjuntak,B. P. dkk., Ini Aku Utuslah Aku John Wesley. Diterbitkan Dalam Rangka Dies Natalis ke-10 Institut Teologia Alkitab, 1993.
Tarigan, Berthalyna. Rekaman Akademik, STT Abdi Sabda Medan, Pada Tanggal 5 Nopember 2018.
Tobing,Robert L.,  John Wesley dan Pokok-pokok Penting Pengajarannya. Medan: Cipta Sarana Mandiri, 2005.
Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat. Jakarta: BPK-GM, 2015.
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: BPK-GM, 2011.
Wesley, John.  Khotbah Terbesar Sepanjang Masa. Yogyakarta: ANDI 2012.
Sumber Lain:
BiropembinaanGMIktws.blogspot.co.id, Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018, Pukul 14:17 WIB.



                [1] C. De Jonge, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 80.
                [2] F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 284.
                [3] J. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 85-86.
                [4] J. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 146.
                [5] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2013), 239.
                [6] H. Berkhof, I. H. Enklar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 252-253.
                [7] Jan Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, 181-182.
                [8] Richard M. Daulay, Mengenal Gereja Methodist Indonesia, 15.
                [9] B. P. Simanjuntak, dkk., Ini Aku Utuslah Aku John Wesley, (Diterbitkan Dalam Rangka Dies Natalis ke-10 Institut Teologia Alkitab, 1993), 3-4.
                [10] F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 284.
                [11] H. Berkhof, I. H. Enklar, Sejarah Gereja, 251-252.
                [12] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 187.
                [13] John Wesley, Khotbah Terbesar Sepanjang Masa, (Yogyakarta: ANDI 2012), 14-16.
                [14] Robert L. Tobing, John Wesley dan Pokok-pokok Penting Pengajarannya, (Medan: Cipta Sarana Mandiri, 2005), 27.
[15] F.D.Wellem, Riwayat hidup singkat tokoh-tokoh dalam sejarah gereja,188
[16] C.T.Winchester, The Life of John Wesley (London: The Macmillan Company,1919),164
                [17]  Berthalyna Tarigan, Rekaman Akademik, STT Abdi Sabda Medan, Pada Tanggal 5 Nopember 2018.
                [18] Ibid, 188.                                                                                                       
                [19] Richard M. Daulay, Sejarah Gereja Methodist Indonesia, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 75-76.
                [20] Ibid, 87-88.
                [21] Robert L. Tobing, John Wesley dan Pokok-pokok Penting Pengajarannya, 25-26.
                [22] Jonar S. Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 23-24.
                [23] John Wesley, Khotbah Terbesar Sepanjang Masa, 23-24.
                [24] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 190-191.
                [25] J. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja, 162-165.
                [26] H. Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 253.
                [27] J. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja, 154-155.
                [28] H. Berkhof, Sejarah Gereja, 253.
                [29] Richard M. Daulay, Mengenal Gereja Methodist Indonesia, 16-17.
                [30] J. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja, 192.
                [31] Richard M. Daulay, Mengenal Gereja Methodist Indonesia, 11.
                [32] http://andrewultimatebloggers.blogspot.com/2015/01/contoh-liturgi-gereja-methodist.html, Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018, Pukul 14:29 WIB.
                [33] Richard M. Daulay, Mengenal Gereja Methodist Indonesia, 11-12.
                [34] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK-Gm, 2016), 182-183.
                [35] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 240.
                [36] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja umum, 314.
                [37]Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 239-240.