Pengertian, Sejarah dan Perkembangan Gereja Methodist di Dunia
Methodist
I.
Abstaksi
Gereja
Methodist adalah sebuah gereja Protestan, walaupun ia tidak lahir sebagai buah
langsung gerakan Reformasi. Gereja Methodist berasal dari Gereja Anglikan di
Inggris. Pendirinya adalah John Wesley, seorang pendeta Gereja Anglikan, yang
bermaksud mengadakan pembaharuan kerohanian gereja Anglikan (bukan bermaksud
memisahkan diri dari Anglikan). Tujuan Wesley pada mulanya adalah hanya untuk
memberitakan Injil kepada orang-orang banyak, terutama buruh-buruh industri
yang sudah tidak lama terjangkau oleh pelayanan gereja resmi.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Methodist
Methodist adalah suatu nama ejekan yang diberikan karena
“metode” pertobatan yang dipakai yang diajarkan oleh John Wesley dan
teman-temannya.[1]Methodist
pada mulanya merupakan nama ejekan terhadap sebuah wadah keagamaan di Oxford yang dikenal juga dengan
perhimpunan kudus.[2]
Perhimpuan ini dinamakan Holy Club.
Perhimpunan ini bertujuan memperkaya kehidupan rohani anggotanya, dengan jalan
mengadakan Penelaan Alkitab dan diskusi, mengadakan komuni suci (Perjamuan
Kudus) tiap minggu, dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan, termasuk
orang-orang di penjara. Perkumpulan ini terkenal dengan disiplin dan metodenya
(antara lain jadwal kegiatannya) yang ketat.[3]
2.2.Latar
Belakang Methodist
Sekitar akhir abad ke-17 gereja-gereja Anglikan, Lutheran, dan
Calvinis di Eropa oleh banyak orang dilihat sudah semakin kaku, dingin, tidak
bergairah, dan kurang menghargai manusia sebagai pribadi. Padahal masyarakat
beragama mendambakan ungkapan-ungkapan yang lebih mesra, hangat, spontan, dan
personal. Kerinduan ini mendorong lahirnya gerakan Pietisme, dan pada
gilirannya melahirkan tiga rumpun gereja, antara lain gereja-gereja Movaria,
gereja-gereja Swedia Injil dan gereja-gereja Methodist (Wesleyan).[4]
Aliran Methodist muncul dilatarbelakangi oleh dua konteks
antara lain:
a)
Konteks
Kerohanian
Keadaan kerohanian di Inggris pada zaman itu sangat
menyedihkan, orang-orang kaya dan orang-orang terpelajar dipengaruhi oleh
pencerahan, sehingga mereka menghina gereja. Orang-orang miskin pun dihina oleh
gereja, mereka tidak dilayani sehingga mereka tidak tahu apa-apa tentang injil.
Pencerahan telah berpengaruh besar, sehingga banyak pendeta dalam khotbah
memuji-muji keunggulan akal budi dan kemajuan yang dihasilkan ilmu pengetahuan.[5]
Tiap-tiap anggota menerima sepucuk surat keanggotaan, yang dibaharui sekali
dalam tiap-tiap tiga bulan, jikalau anggota itu berkelakuan baik dan suci,
tetapi apabila seorang saudara kalah dalam pemeriksaan rohani itu, surat
keanggotaannya dicabut. Sifat yang lebih istimewa pada gereja Methodist ialah
disamping pendeta-pendeta yang dilatih untuk jabatannya, mereka memakai banyak
pengkotbah pembantu, yang dipilih diantara kaum awam.[6]
b)
Konteks
Sosial-Budaya
Pada awal abad ke-18 Inggris masih merupakan negeri agraris
yang bersiap-siap memasuki era industri modern melalui Revolusi Industri yang
berlangsung sejak pertengahan abad itu. Diantara bangsawan dan tuan-tuan tanah
di satu pihak dan buruh tani di lain pihak terdapat kesenjangan yang sangat
besar, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan sandang pangan sehari-hari.
Kesenjangan itu tidak berkurang ketika roda Revolusi industri berputar semakin
cepat, melahirkan banyak kota-kota dan kawasan industri baru yang tidak segera dibarengi dengan
jaringan transportasi yang memadai. Para buruh tani dari desa mengalir ke
kota-kota menjadi buruh pabrik. Sementara kaum bangsawan dan kapitalis bersenang-senang menikmati
kemakmuran mereka, kaum buruh dan penganggur berjuang mempertahankan hidup di
tempat-tempat kumuh. Karena itu tidak heran bila dikota-kota besar dan
pusat-pusat industri di tingkat kriminalitas sangat tinggi, disamping wabah
penyakit yang sering timbul akibat kotornya lingkungan dan banyaknya pelacuran.
Terhadap masalah sosial seperti inilah, terutama terhadap masyarakat kelas
bawah dan para nara pidana pelaku tindak kriminal yang tidak dipedulikan oleh Gereja
Anglikan pada masa itu.[7]
Gereja Wesley ini berasal dari Gereja Anglikan di Inggris yang
didirikan oleh Jhon Wesley yaitu seorang pendeta Gereja Anglikan, dimana ia
bermaksud hanya untuk mengadakan pembaharuan kerohanian gereja tersebut, bukan
bermaksud untuk memisahkan diri dari Anglikan, tetapi akhirnya berpisah juga
dari Anglikan. Tujuan Jhon Wesley pada mulanya hanyalah pemberiutaan injil pada
orang banyak, terutama pada buruh-buruh industri yang sudah lama tidak
terjangkau oleh pelayanan yang resmi.[8]
Pada dasarnya Jhon Wesley tidak pernah berkeinginan membentuk satu denominasi
diluar Gereja Anglikan. Justru ia ingin memperbaiki pola pelayanan Gereja
Anglikan yang pada saat itu bagi dia sangat perlu diperhatikan. Jhon Wesley
tampil untuk memperbaiki dan mengembalikan kepada panggilan gereja yang
sebenarnya. Dia mencoba untuk memperbaiki dan mendesak pelayan-pelayan gereja
untuk berbuat sesuai dengan panggilan Kristus ditengah-tengah gereja.[9]
Kemudian dia mulai berkhotbah bersama-sama dengan adiknya, Charles di Inggris
dalam gedung-gedung gereja untuk membangun hidup rohani Gereja Anglikan. Ada
seorang lagi yang menggabungkan diri kepada Wesley bersaudara, yaitu George
Whitefield, yang sudah bekerja selaku pengkhotbah di Amerika, dengan banyak
berkat dan hasil.[10]
Klerus resmi dari Gereja Anglikan sangat menentang perkara baru
itu yang seakan-akan menyalahkan pekerjaan mereka. Oleh sebab itu pada tahun
1739, ketiga saudara tadi terpaksa berkhotbah diluar gedung-gedung gereja,
yaitu lapangan-lapangan dan lorong-lorong kota atau padang-padang. Jhon Wesley
berkhotbah sampai kira-kira 40.000 kali dan Whitefield yang meninggal lebih
muda sampai 18.000 kali. Suara Whitefield demikian kuatnya, sehingga dapat di
dengar oleh beribu-ribu orang dipadang. Cara bekerjanya mereka berkhotbah
adalah mereka berkhotbah dengan bahasa sederhana, seraya memakai banyak kiasan,
perumpamaan dan cerita. Teologi Wesley bercorak Arminian. Pandangan itu dilawan
oleh Whitefield, yang mempunyai teologi Calvinis dan mendasarkan pertobatan dan
kekudusan hidup itu pada predestinasi. Perbedaan pendapat ini menyebabkan
antara Wesley dan Whitefield (1741), tetapi mereka tetap bersahabat dan saling
menghargai. Lama-kelamaan gerakan Wesley itu melepaskan dirinya dari Gereja
Anglikan dan menjadi suatu gereja sendiri yang amat besar dibawah pimpinan
Wesley. Gereja Methodist ini banyak menarik anggota keluar dari gereja resmi.[11]
2.3.Tokoh-tokoh
Dalam Gerakan Methodist
2.3.1.
John
Wesley (1703-1791)
John Wesley lahir di Epworth pada tanggal 17 Juni 1703, ia
adalah anak seorang pendeta Gereja Anglikan (Gereja Inggris). Ayahnya bernama
Samuel Wesley dan ibunya bernama Susanna Annesley. Pada tahun 1714 John
memasuki Charter School di London. Ia
belajar disini hingga tahun 1720 dan kemudian ia pindah ke Church Christ
pada Universitas Oxford. Pada tahun 1724 ia menyelesaikan pendidikan tingkat
sarjana mudanya. Atas nasihat ayahnya ia menerima jabatan diakon pada tahun
1725. Pada tahun 1726 ia diangkat menjadi asisten dosen pada Lincoln College,
Oxford, dan sewaktu disana ia menjadi salah satu pendiri perkumpulan kudus.
Perkumpulan ini dimaksdukan bagi mereka yang serius mengenai pelaksanaan agama
mereka, kelompok ini belajar bahasa Yunani, berpuasa pada hari rabu dan jumat
serta sakramen setiap minggu. Mereka mengadakan perkunjungan-perkunjungan ke rumah
sakit dan penjara. Kelompok ini mengikuti peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan secara ketat. Itulah sebabnya orang-orang yang kurang senang dengan
kelompok ini menyebut mereka “Methodist”. Menurut Wesley, kesucian adalah
sesuatu yang mampu membuat oleh manusia dan yang membedakannya dengan
orang-orang lain masih berada dalam gelap.[12]
Pada hari Rabu, 9 Pebruari 1709 ketika John Wesley berumur lima
tahun, hampir saja ia menemui ajalnya dalam kebakaran yang telah menyapu
pastoran ayahnya. Sungguh ia adalah “api yang dipetik dari kebakaran itu”,
seorang yang akan dipakai oleh Allah untuk menyulut iman pada ribuan orang. Di loteng
JohnWesley menaiki peti yang dekat
jendela kamarnya yang terbuka dan ia berteriak minta tolong, dan kemudian dua
orang bergegas membantunya. Salah seorang dari mereka naik kepundak temannya
yang satu, dan John Wesley melompat kelengannya. Mereka menyerahkan John Wesley
kepada ibunya, yang baru saja keluar dari pintu depan. Samuel yang mencari
isterinya yang kebingungan, menemukannya sedang memegang John Wesley, yang ia
kira telah terbakar ditengah api. Ia menciumi keduanya beberapa kali, sulit
mempercayai keberuntungannya, dan memuji Allah atas belas kasihannya. Susanna
bertanya kepadanya “Apakah buku-bukumu selamat?”. “Tidak apa-apa” ia berkata
“Hal terpenting kamu dan anak-anak selamat”. Kemudian ia memanggil semua
anaknya dan meminta sejumlah orang yang telah mengatasi api dengan cepat untuk
berlutut dan mengucap syukur kepada Allah atas pemeliharaan-Nya terhadap 8 anak
dan isterinya. Ia berkata ”Biarkan rumah itu, saya cukup kaya”. Selanjutnya ,
dengan mengutip Zakharia 3:2 yang berkata “Bukankah
dia ini puntung yang ditarik dari api?”, John Wesley selama hidupnya
menyebut dirinya “sebagai puntung yang ditarik dari api”. Selama 40 tahun, hal
ini merupakan salah satu peristiwa paling membekas dalam ingatannya. Untuk
selamanya, ia menghapus setiap keraguannya bahwa ada Allah, yang dengan belas
kasihan-Nya turut campur tangan dalam saat-saat berbahaya.[13]
Pada tahun 1738 adalah suatu tahun pergumulan bagi Wesley
didalam hidupnya, ia bergumul tentang arti keselamatan yang sesungguhnya. Ia
berfikir “saya sering berkhotbah dan memberikan tentang keselamatan kepada
orang lain, tetapi saya masih ragu akan keselamatan itu pada diri saya
sendiri”. Ia mencari arti keselamatan itu dan berharap menemukan jawaban yang
tepat bagi dirinya. Lalu ia kembali berjalan malam hari di kota Oxford. ketika
John Wesley sedang berjalan dijalan Alderstage ia melihat ada satu perkumpulan
doa yang dipimpin oleh seorang awam, mereka adalah kelompok orang-orang Kristen
yang sering berkebaktian dirumah-rumah. Ia
masuk kepersekutuan itu dan ia membaca tulisan Marthin Luther. Ketika ia
membaca tulisan itu dan mendengarkan pembacaan Kitab Roma “tiba-tiba hatinya
dipenuhi dengan Roh Kudus, ia merasakan ada kekuatan Roh Kudus yang merubah
hatinya, dan ia tahu itu adalah kasih dari Tuhan Allah. Setelah itu ia berkata
dan bersaksi “saya merasakan dan saya percaya bahwa saya ada di dalam Kristus,
hanya Yesus sendiri yang memberi keselamatan dan yang memberi jaminan kepastian pada saya, ia
telah mengangkat dosa-dosa saya, hanya Dia satu-satunya yang menyelamatkan saya
dari hukuman dosa dan kematian itu”. Suasana yang dirasakan John Wesley bersama
kepastian keselamatan itu menjadikan awal pertobatan di dalam hidupnya. Sejak
itu jugalah John Wesley benar-benar diperbaharui hidupnya dalam terang Allah.
Ia kembali berkhotbah dengan penuh semangat dan berani menyatakan kebenaran
yang sesungguhnya baik kepada orang banyak, baik dipusat perbelanjaan,
dijalan-jalan, maupun dilapangan terbuka. Kemuliaan bagi Allah di tempat yang
maha tinggi, itulah dasar kehidupan John
Wesley.[14]
Pada tanggal 18 tahun 1751, John Wesley menikah dengan Moly tetapi pernikahan mereka
penuh dengan pertentangan, mereka bercerai yang dimana isteri John adalah
seorang yang pecemburu. Hal itu diawali karena ketika John selesai berkhotbah,
ia dikerumuni banyak wanita dan isterinya pun cemburu sampai terjadi kekerasan
(menarik rambut), segenggam rambut berada di tangan isterinya. Sehingga John
menganggap Moly seperti lalat pengganggu. John
Wesley meninggal pada tanggal 2 Maret 1791, tutup usia 88 tahun.[15]
Dimana saat-saat terakhir hidupnya ia menyanyikan lagu-lagu karya adiknya,
Charles salah satunya yang berbunyi:
“aku memuji Khalikku. Dan pada akhir hidupku
Akan kupuji namaNya. Puji bagiNya kunyanyi
S’lama ‘ku ada di bumi atau di Surga yang baka.”
Pada malam sehari sebelum kematiannya, Wesley mengucapkan satu
ungkapan yang kemudian menjadi kata-kata penting bagi semua orang-orang
Methodist: “Yang terbaik dari semuanya ialah, Tuhan menyertai kita.” Kemudian
dia mengangkat tangannya “Tuhan menyertai kita.” Sepanjang malam ia memncoba
menyanyikan lagu “ Aku memuji Khalikku” tetapi tidak dapat menyambungkannya
lagi. Jam sepuluh hari Rabu, 2 Maret 1791, Wesley mencoba melihat semua yang
hadir dikamarnya dan berkata, “Selamat tinggal,” dan ia menghembuskan nafasnya
yang terakhir pada tanggal 2 Maret 1791. [16]
Peraturan
penggunaan waktu, John Wesley:
1. Mulai dan akhiri setiap hari dengan Allah dan tidurlah dengan wajar.
2. Rajinlah dalam pangggilanmu.
3. Gunakan semjua waktu luangmu dalam hal agama (mempercakapkan tentang iman).
4. Semua hari libur (minggu: kudus, berarti semua hari adalah kudus).
5. Hindari mabuk-mabukan dan bergosip.
6. Hindari keingintahuan, pekerjaan dan pengetahuan yang tidak berguna.
7. Ujilah dirimu setiap malam.
8. Janganlah membiarkan satu hari berlalu tanpa menyiapkan waktu paling sedikit satu jam untuk berdoa.Hindari semua hawa nafsu.[17]
1. Mulai dan akhiri setiap hari dengan Allah dan tidurlah dengan wajar.
2. Rajinlah dalam pangggilanmu.
3. Gunakan semjua waktu luangmu dalam hal agama (mempercakapkan tentang iman).
4. Semua hari libur (minggu: kudus, berarti semua hari adalah kudus).
5. Hindari mabuk-mabukan dan bergosip.
6. Hindari keingintahuan, pekerjaan dan pengetahuan yang tidak berguna.
7. Ujilah dirimu setiap malam.
8. Janganlah membiarkan satu hari berlalu tanpa menyiapkan waktu paling sedikit satu jam untuk berdoa.Hindari semua hawa nafsu.[17]
2.3.2.
Charles
Wesley (1707-1788)
Charles Wesley lahir pada tanggal 18 Desember 1707, ia adalah
adik dari John Wesley yang berusia empat tahun lebih muda dari John. Charles
berbeda dengan anak-anak lainnya. Sewaktu ia lahir, Charles tidak menangis sehingga ia dikira
sudah meninggal. Charles juga mengikuti kakaknya. Ia masuk ke Oxford
University, ia memulai suatu kelompok disana yang disebut Holy Club. Club ini bertujuan untuk memperkaya kehidupan rohani
anggotanya dengan mengadakan Penelaan Alkitab, mengadakan kegiatan-kegiatan
manusiawi.[18]
Charles Wesley terkenal karena bakatnya dalam bidang musik dan
pencipta lagu-lagu rohani yang menjadi sarana penting dalam mengobarkan
kebangunan rohani. Menurut tradisi, ia mengarang sekitar 6.500 nyanyian dan 65
buah terdapat dalam buku Methodist Hymnal.[19] Peranan Charles Wesley
sebagai seorang komponis pada zamannya sangatlah menonjol. Beberapa abad
sebelum reformasi, nyanyian dalam gereja tidak begitu dipentingkan. Reformasilah
yang kemudian mengangkat peranan nyanyian itu tampil dalam ibadah gereja,
peranan Marthin Luther dalam hal ini sangat menonjol, dan kemudian Charles
mencontoh semangat bernyanyi ini dari mereka. Jadi, perkembangan nayanyian di
Inggris adalah sebuah sumbangan penting dalam gerakan Methodist. Banyak lagu
yang diubah Charles yang iramanya penuh dengan sukacita.[20]
Charles tidak bertobat hingga tanggal 21 Mei 1738, tapi yang
menjadi titik balik pertobatan Charles Wesley yaitu sesudah mendengar Bohler
tentang hakekat Iman, Charles membaca buku karya Marthin Luther. Commentary on Galatians, dan ia merasa
terharu menemukan bahwa pengajaran tentang iman dan keselamatan melalui Iman
dan Anugerah sangat ditekankan dalam buku tersebut. Maka Charles menulis dalam
buku hariannya “bukanlah Iman yang tidak bekerja, melainkan Iman yang membuat
(orang yang memiliki iman itu) bekerja dengan kasih, serta menghasilkan
kesucian dan perbuatan-perbuatan baik.[21]
Pada tanggal 19 Mei 1738 Charles Wesley jatuh sakit dan
berbaring ditempat tidur, seorang wanita Ny. Turner mengunjunginya dan berkata
bahwa Charles tidak akan bangkit dari tempat tidurnya kecuali ia benar-benar
percaya. Wanita ini sudah memiliki iman yang kuat. Dua hari kemudian Ny. Turner
datang kembali menemui Charles dan mengatakan langsung kepad Charles, “ Dalam
Nama Yesus dari Nazaret, bangkitlah dari percayalah, dan anda akan disembuhkan
dari segala penyakit-penyakitmu”. Pada waktu itu Charles sangat tergugah, namun
ia agak enggan mengatakan “saya percaya”. Namun demikian Charles sungguh
mengalami pembaharuan iman pada saat itu. Dikemudian hari ia menyebut peristiwa
itu sebagai “Hari Pentakosta” bagi dirinya. Sekarang Charles memiliki iman
bukan hanya sekedar secara intelek tapi iman yang hidup karena menghasilkan
perangi baru dalam sorgawi. Hatinya dan pikirannya sudah menjadi milik sang
Juruselamat. Pada 22 Mei, Charles menulis sebuah pujian “Where Shall My Wondering Soul Begin?”, dan kini mereka menyanyikan
dengan sukacita.[22]
Disini buku harian Charles mencatat hal yang terjadi pada hari
setelah ia menulis himnenya yang pertama. Sekita pukul 22:00 malam, kakakku
masuk dalam kemenangan bersama kelompok teman kami, dan menyatakan “Aku
Percaya”. Kami menyanyikan himne itu dengan sukacita besar disertai doa.
Sukacita itu tidak lengkap tanpa setidaknya bait pertama himne tersebut, yaitu:
Where
shall my wondering soul begin?
How
shall I all to Heaven aspire?
A
branch plucked from eternal fire!
How
shall I equal triump, raise
Or,
sing my great Deliver’s praise?
Dimanakah
seharusnya awal dari kekaguman jiwaku?
Bagaimanakah
aku seharusnya bertindak untuk memenuhi hasrat surgawi?
Seorang
budak ditebus dari kematian dan dosa
Sebatang
ranting diangkat dari api keabadian!
Bagaimana
aku menyamakan kemenangan yang muncul
2.3.3.
George
Whitefield (1714-1770)
George Whitefield dilahirkan dalam sebuah keluarga miskin di Glouchester di Inggris pada 1714. Pada
masa kecilnya George sudah terbiasa hidup didalam penderitaan karena ayahnya
bekerja hanya sebagai penjaga rumah penginapan. Penderitaan hidupnya makin
bertambah ketika ayahnya meninggal. Akibatnya, sekarang ibunya memikul tanggung
jawab ganda sebagai ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga yang mencari
nafkah untuk keluarganya. Pada tahun 1733 George belajar pada universitas
Oxford. Disini dia bersahabat dengan Wesley. George mengalami pergumulan iman
yang sangat hebat sekali, namun ia berhasil keluar dari pergumulan iman itu
setelah merasakan kasih Tuhan Allah yang berlimpah-limpah. Ia memutuskan untuk
menyerahkan seluruh hidupnya bagi pekerjaan Tuhan. Pada tahun 1736 ia
ditahbiskan menjadi pendeta dalam Gereja Anglikan. Ia mulai berkhotbah dengan
sangat bersemangat, mula-mula ia di Gloucherteshire, kemudian di beberapa
gereja besar di kota London. Itulah sebabnya pada tahun 1738 ia bersama-sama
dengan Wesley dikirim ke Georgia, Amerika Serikat oleh lembaga untuk penyebaran
Injil diluar negeri (Society for the
Propagation of the Gospel in Foreign Parts). George juga berkhotbah di
Boston dihadapan ribuan orang. Pekerjaan George di Amerika ini menimbulkan kebangunan
rohani, terutama dalam kalangan gereja Presbiterian dan Kongregational. Ketika
kembali ke Inggris, George mulai berkhotbah dimana-mana, dipasar, dilorong
sempit, bahkan dilapangan terbuka. Kebangunan rohani di Inggris pada abad ke-18
ini berkaitan erat dengan pribadi pekerjaan George dan dengan Wesley.
Whitefield adalah seorang pengkhotbah. Ia berkhotbah sebanyak 18.000 kali.
Whitefield meninggal dunia akibat serangan asma di Newburyport, Mussachussets,
pada tahun 1770 dalam umur 56 tahun.[24]
2.4.Paham-paham
Dalam Gereja Methodist
2.4.1.
Pembenaran
Oleh Iman
Sebenarnya ajaran Pembaharuan Oleh Iman ini bukanlah khusus
ajaran John Wesley, melainkan ia mengikuti ajaran bapa-bapa reformasi yang
menolak perbuatan amal, pahala, dan sebagainya. Sebagai jalan keselamatan,
sebagaimana hal itu perlu diajarkan Gereja Katolik dengan praktik surat
pengampunan dosanya. Pembenaran oleh iman adalah pengampunan dosa. Allah
membenarkan manusia melalui karya perdamaian oleh darah Anak-Nya. Dalam hal ini
Allah menunjukkan keadilan-Nya dengan penghapusan dosa yang sudah lalu (Roma3:25).
Kepada orang yang dibenarkan atau diampuni kesalahannya tidak diperhitungkan
Tuhan. Dampak dari pembenaran oleh iman (pengampunan dosa) itu ialah sukacita
dan damai sejahtera. Jadi pembenaran oleh iman dan pengampunan dosa itu
tidaklah sesuatu yang hanya dipahami, tetapi harus di alami. Atas dasar ajaran
inilah Wesley memberi tekanan pada “pengalaman” (experience) sebagai pilar
teologi Methodist, disamping Alkitab (scripture), akal budi (reason), dan
tradisi (tradition).
2.4.2.
Kelahiran
Kembali (Lahir Baru)
Ini adalah tindakan Allah, dan melaluinya seseorang dibawa
masuk ke dalam kerajaan-Nya dan mengalami perubahan di dalam hati. Hanya dengan
mengalami kelahiran kembali inilah seseorang bisa menjadi Kristen yang
sungguh-sungguh bertekad menjalani hidup baru dan tidak lagi berdosa. Ia harus
percaya bahwa Allah dapat dan mau menyelamatkannya. Tetapi Anugerah kehidupan
rohani yang baru, yang merupakan tindakan lahir baru yang senyatanya,
dikerjakan oleh kuasa Allah, dan hanya Allah saja. Gereja pun tidak memiliki
kuasa membuat lahir baru. Yang terpenting bagi manusia adalah mengetahui bahwa
ia telah “diseberangkan dari maut kepada kehidupan” dan bahwa ia sudah menjadi
anak Allah.
2.4.3.
Penebusan
Universal
Berbeda dari Calvin yang menyatakan bahwa Allah melalui penebusan
Kristus hanya menyelamatkan orang-orang yang telah terlebih dahulu ditetapkan
dipilihnya, Wesley dan umat Methodist bersama kaum Arminian menegaskan bahwa
penebusan dan keselamatan disediakan Allah bagi semua orang yang mau
menerimanya. Kristus mati untuk semua orang. Pengharapan dan janji bukanlah
hanya untuk segelintir orang, melainkan untuk setiap orang.
2.4.4.
Kepastian
Keselamatan
Menurut John Wesley, manusia mengetahui bahwa Allah telah
membenarkannya, bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya, dan Allah telah
menciptakannya menjadi manusia baru. Dasar Alkitabnya adalah:
1. Roh
itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah
(Roma 8:16).
2. Barang
siapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya
(Galatia 4:6 ; Roma 5:5).Kepastian
keselamatan adalah kesaksian Roh Kudus kepada Roh kita yang meyakinkan bahwa
kita adalah anak Allah, bahwa kita dikasihi Yesus Kristus, bahwa Yesus Kristus
telah menyelamatkan hidup kita, bahwa
semua dosa kita telah diampuni dan dosa kita telah diperdamaikan dengan Allah.
Hubungan ini diibaratkan seperti hubungan suami isteri. Pada mulanya
hubungan itu baru dalam tahap saling
mengenal dan terbatas, tapi semakin lama hubungan itu makin lama makin dekat,
sehingga lahirlah keyakinan dan kepastian bahwa mereka saling mengasihi.
Hubungan Kristus dengan orang percaya melewati beberapa tahapan, yaitu:
·
Hubungan keimanan biasa.
Hubungan keyakinan bahwa Kristus
mengasihi aku.
· Kepastian penuh bahwa Kristus mengasihi
aku.
·
Kepastian kekal bahwa aku adalah anak
Allah.
Jadi kepastian itu adalah kepastian yang lahir secara
berangsur-angsur, berkembang setahap demi setahap sampai pada kepastian
keselamatan akan hidup yang kekal.
2.4.5.
Jatuh
dan Kehilangan Kasih Karunia
Kendati penebusan dan keselamatan disediakan bagi semua orang,
dan kendati seorang telah menerimanya, bisa saja ia kehilangan kasih-karunia
Allah itu. Sebab bisa saja pada akhir hidupnya ia murtad. Dengan ini sekaligus
ditolak pandangan Calvin, bahwa bila seseorang telah ditetapkan dan dipilih
Allah sendiri sejak semula untuk
selamat, ia tidak akan mungkin
kehilangan keselamatan itu. Tentu umat Methodist bersama seluruh umat
Kristiani bersukacita kalau tidak seorang pun yang telah datang kepada Kristus
menjadi murtad. Tetapi kodrat manusia adalah lemah dan dosa masih berkuasa.
Karena adanya kemungkinan untuk jatuh dan kehilangan kasih-karunia ini, maka Gereja
Methodist senada dengan ajaran Tuhan
Yesus tentang hal berdoa selalu mengingatkan untuk beriman, ”berjaga-jaga dan
berdoalah, supaya kamu jangan jatuh kedalam pencobaan (Matius 26:41).
2.4.6.
Penginjilan
dan semangat Injil
Sama seperti Wesley
yang mengobarkan kebangunan rohani dan semangat menginjili, yang membuat dia
semangat menginijili, yang membuat dia dan pengikut-pengikutnya dipandang
sebagai pelopor gerakan injili, maka gereja Methodist mendorong umatnya jadi
bukan hanya penginjil profesional agar
juga dikobarkan oleh semangat yang sama. Setiap jemaat local harus punya
perhatian dan upaya konkret di bidang ini. Tujuannya terutama adalah menjangkau
orang-orang yang belum mendengar Injil, agar pada akhirnya sebanyak mungkin
orang mendapat tempat di dalam kerajaan Allah yang dipenuhi dengan damai
sejahtera.
2.4.7.
Izin
Untuk Mengangkat Sumpah
Dua puluh lima pokok-pokok Kepercayaan Methodist menentang
pendapat berbagai gereja bebas, antara lain Kaum Anabaptis. Wesley menegaskan
bahwa orang Kristen dapat mengangkat sumpah. Wesley dan umat Methodist yakin
bahwa Alkitab tidak melarang orang Kristen melakukan hal itu dihadapan
pemerintah dan pengadilan, “asalkan sumpah itu sesuai dengan iman, kasih
didalam keadilan dan kebenaran.
2.4.8.
Kesaksian
Roh
Roh
Kudus didalam hati orang beriman memberinya jaminan yang pasti bahwa ia adalah
anak Allah (Roma 8:16). Umat Methodist bersama umat Kristiani lainnya bersukacita
karena mengetahui bahwa Allah sungguh-sungguh memberi jaminan kepada setiap
orang beriman bahwa keselamatan adalah pasti. Tetapi hal ini sering kali
disalah pahami, atau timbul dari perasaan batinlah yang tidak bisa dibuktikan
secara lahiriah, sehingga sering menjadi sasaran serangan orang yang tidak
meyakininya. John Wesley sendiri sangat berhati-hati ketika mengkhotbahkan dan
mengajarkan pokok ini “yang dimaksud dengan kesaksian Roh” kata Wesley adalah
pesan batiniah di dalam jiwa dengan Roh segera dan langsung bersaksi kepada
Rohku bahwa aku adalah Anak Allah; bahwa Yesus Kristus mengasihiku dan telah
memberi daging-Nya bagiku; bahwa semua dosaku telah dihanyutkan; dan aku, aku
pun telah diperdamaikan dengan Allah.
2.4.9.
Kesucian
dan Kesempurnaan
Wesley
dan umat Methodist menganut wawasan kesempurnaan Kristiani yang moderat.
Artinya: di satu pihak kesempurnaan itu, merupakan tujuan yang diupayakan
pencapaiannya di dalam kehidupan masa kini, tetapi dilain pihak upaya tidak
pernah berakhir. Dengan begitu kesempurnaan itu harus dikejar dan diupayakan
terus-menerus disepanjang hidup, dan lebih
dititikberatkan pada kesempurnaan motivasi dan kerinduan. Menurut
Wesley, pada waktu manusia mengalami kelahiran kembali “kerak-kerak dosa” masih
tetap bersarang di dalam dirinya, dan itulah yang harus terus-menerus diperangi
sepanjang hidup. Dengan ajaran ini Gereja Methodist menghimbau setiap orang
beriman agar menaati perintah Allah, menanggalkan perbuatan dosa dan kejarlah
kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ibrani
12:14). Ajaran ini nanti menjadi salah satu ciri yang punya daya tarik kuat
bagi orang banyak untuk bergabung dalam Gereja-gereja Methodist.[25]
2.5.Perkembangan
Gereja Methodist
Pada tahun 1804
didirikanlah “Perkumpulan Penyebaran
Allah di Britinia dan di luar Negeri”. Pada tahun 1807, parlemen Inggris
melarang perniagaan budak; keputusan ini sangat memperbaiki keadaan masyarakat
yang amat buruk didaerah jajahan. Akan tetapi, akibat terpenting adalah bahwa
pekabaran injil mulai bertumbuh kembali. Pada tahun 1792 Perhimpunan pekabaran
injil mulai bertumbuh. Pada tahun 1792 perhimpunan pekabaran injil baptis
didirikan oleh William Carey yang kemudian menjadi masyur oleh pekerjaannya di
India. Sesudah itu semua gereja di Inggris turut membentuk perhimpunan untuk
memajukan pekabaran injil diluar negeri dan yang terkenal adalah LSM. Di bagian
Amerika Utara yang berbahasa Inggris, lahirlah gerakan pembangunan semacam itu
juga, pada masa Metodisme di Inggris. Di Amerika Serikatlah Methodisme yang
paling berkembang sampai kini.[26]
Sementara di Inggris persekutuan Methodist harus menunggu
sampai beberapa tahun sesudah John Wesley meninggal agar dapat secara resmi
memisahkan diri dari Gereja Anglikan dan membentuk organisasi gereja baru (itu
terjdi pada tahun 1795, ada penulis juga mengatakan bahwa itu sudah terjadi
sejak 1787), di Amerika warga Methodist dengan cepat menghimpun diri dalam
sejarah Gereja Methodist. Pada masa perang kemerdekaan memang para pengikut
Wesley dicurigai sebagai pendukung Inggris karena kedekatan mereka pada Gereja
Inggris. Tetapi setelah perang yang membuat Amerika Serikat merdeka, Wesley
memutuskan mengizinkan umat Methodist disana membentuk gereja yang terlepas
dari Gereja Anglikan. Untuk itulah dia menahbiskan Thomas Choke dan
kawan-kawan, karena uskup Gereja Anglikan menolak permintaan Wesley untuk
menahbiskan mereka. Seraya membentuk gereja baru, Thomas Choke juga ditugaskan
oleh Francis Asbury (1745-1816) menjadi pendeta, melayani dan menginjili disana
selama 13 tahun. Peresmian Gereja Methodist di Amerika Serikat dilangsungkan di
Baltimor tanggal 24 Desember 1784.[27] Di
Amerika Serikatlah Methodisme yang paling berkembang sampai saat ini. Sekarang
ini Gereja-gereja Methodist di Amerika Serikat mempunyai lebih dari delapan juta anggota. Dua orang
Methodist yang kenamaan pada dewasa ini adalah Stanley Jones, seorang pemberita
Injil di India yang kitab-kitabnya menarik perhatian seluruh dunia Kristen, dan
John More yang menjadi pemimpin besar angkatan oikumenis dalam abad ke-20 ini.[28]Dari
negara Inggris dan Amerika misi Methodist berkembang sampai ke seluruh pelosok
dunia. Afrika, Amerika Latin, Asia termasuk Indonesia. Berarti dalam kurun
waktu kurang lebih dari 80 tahun, umat Methodist di Amerika Serikat bertumbuh
secara spektakuler menjadi lebih dari satu juta orang. Sekarang umat Methodist
di Amerika berjumlah kira-kira 20 juta jiwa, rangking kedua dari segi jumlah
anggota di seluruh gereja-gereja Protestan di Amerika. Untuk melihat angka
jumlah umat Methodist sedunia, kita mengacu pada laporan World Methodist
Council tahun 1991, yaitu:
Afrika
|
10.354.666
|
Asia
|
11.182.511
|
Amerika tengah
|
679.722
|
Eropa
|
1.722.337
|
Timur tengah
|
31.145
|
Amerika Selatan/
Kanada
|
31.257.880
|
Pasifik
|
2.941.026
|
Amerika Selatan
|
2.483.059
|
Jumlah
|
69.652.346[29]
|
Sedangkan misi Methodist masuk ke Indonesia dari Singapura dan
Malaya.Di kedua negeri jajahan Inggris itu misi dan Gereja Methodist (termasuk
jaringan persekolahannya) sudah hadir sejak 1870-an. Sejak akhir 1880-an sudah ada
niat mereka meluaskan pekerjaan ke Indonesia. Niat itu timbul karena sejumlah
pemud Tionghoa maupun pribumi dari Jawa dan Sumatera datang bersekolah di
sekolah-sekolah Methodist di Singapura dan Penang. Untuk menjagai kemungkinan
membuka Pos pekabaran injil di Indonesia sejak 1888 hingga 1990 secara
berturut-turut Bishop Methodist di Singapura, J. H. Oldham, dan beberapa
misionaris meninjau beberapa daerah: Jawa, Kalimantan, Sumatera timur,
Tapanuli, dan Sumatera Selatan, namun relasinya baru tampak sejak 1905.[30]
Di Indonesia Jumlah umat Methodist berjumlah sekitar 100.000 jiwa (statistik
2000). Itu berarti 0,001% dari seluruh umat Methodist sedunia.[31]
2.6.Tata
Ibadah Gereja Methodist
1. Preludium
2. Panggilan
berbakti
3. Doa
pengakuan
4. Saat
teduh
5. Kata-kata
keyakinan/Firman penyegaran jiwa
6. Doa
Bapa Kami
7. Bernyanyi
8. Pembacaan
bersahut-sahut
9. Gloria
patri
10. Pengakuan
Iman Rasuli
11. Pembacaan
Alkitab
12. Doa
Syafaat
13. Persembahan
atau nyanyian
14. Nyanyian
persiapan
15. Khotbah
16. Doa
17. Nyanyian
penutup atau Doxologi
18. Berkat
19. Saat
teduh
20. Postludium[32]
2.7.Jabatan
Dalam Gereja Methodist
a.
Bishop
Dalam Gereja Methodist di Amerika, Bishop dipilih untuk seumur
hidup. Penempatannya bisa berpindah-pindah dari suatu konfrensi tahunan ke
konfrensi tahunan lainnya, yang diatur oleh badan Episkopal. Sebuah badan yang
terdiri dari pendeta dan warga gereja.
Sementara di Indonesia,
jabatan seorang Bishop memiliki periode: ia harus dipilih sekali untuk empat
tahun. Kalau dia tidak terpilih lagi, maka secara formal dia tidak disebut
Bishop lagi. Kalau masih aktif (belum pensiun), maka sehabis jabatan sebagai
Bishop, dia dapat ditempatkan sebagai Bishop yang baru untuk melayani di
jemaat atau pada unit pelayanan yang
lain. Seorang Bishop hanya bisa menjabat sebanyak dua periode berturu-turut.
b.
Pimpinan
Distrik
Dalam Gereja Methodist jabatan sebagai pemimpin distrik disebut
praeses, yang sering juga dikatakan sebagai Bishop Kecil. Pimpinan distrik
bertugas sebagai pembantu Bishop distriknya masing-masing. Sebagaimana
dikatakan diatas, Pimpinan Distrik diangkat dan ditempatkan langsung oleh
Bishop. Itu adalah hak”Prerogatif” Bishop.
c.
pendeta
Pendeta dalam GMI melaksanakan tugas untuk memberitakan Firman
Tuhan, melaksanakan sakramen Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Disamping
tugas tersebut, pendeta juga melaksanakan tugas pemeliharaan rohani atau
penggembalaan. Seorang pendeta methodist terdaftar dalam konferensi tahunan
dengan status “anggota penuh”, artinya pendeta tidak tergabung dalam satu
jemaat tertentu, tetapi dia adalah anggota konferensi tahunan. Yang tergabung
dalam satu jemaat adalah istri dan anak-anak pendeta. Sebelum seseorang
diterima menjadi anggota konferensi tahunan, terlebih dahulu bersangkutan
menjalani masa On-trial paling
sedikit selama 2 tahun bagi seorang sarjana teologi. Selama masa On-trial tersebut pelayanan kami dinilai
oleh jemaat tempatnya melayani dan oleh pimpinan distriknya.
d.
Majelis
Jemaat
Anggota Majelis Jemaat merupakan teman sekerja pendeta/guru
Injil. Anggota Majelis ini merupakan teman sekerja pendeta jemaat, guru Injil, lay-leader, ketua-ketua komisi, pemimpin
sekolah minggu. Lay leader adalah suatu jabatan dalam Majelis Jemaat yang
boleh dikatakan sebagai wakil (informal) pendeta dan atau guru Injil yang
melayani di suatu jemaat.
Dalam GMI tidak ada jabatan penatua. Yang ada adalah lay-speaker (pengkhotbah awam). Tugasnya
adalah membantu pendeta dan guru Injil dalam melaksanakan tugas pemberitaan
Firman dan memimpin kebaktian. [33]
2.8.Dampak
Gereja Methodist Bagi Gereja dan Dunia
Wesley beserta pengkhotbah injil lainnya menghadapai perlawanan
dari kaum rohaniawan dan dari semua lapisan masyarkat. Akan tetapi dalam waktu yang bersamaan,
banyak juga yang memberi tanggapan yang positif. Melalui khotbah-khotbah
mereka, Inggris mengalami kebangunan injili dan banyak orang diantara para
pengetahuan pribadi yang hidup mengenai Yesus Kristus. Wesley bersaudara
mengumpulkan jemaat mereka dalam himpunan-himpunan yang terdiri
disamping-samping gereja lokal. Namun karena gereja utama Inggris, Gereja
Anglikan, bersikap bermusuhan akhirnya mereka melarikan diri dan mendririkan
Gereja Methodist. Ini tidak berarti bahwa Gereja Anglikan tidak terpengaruh
oleh mereka, kelompok injili pada waktunya menjadi kelompok terpenting dalam
gereja Inggris dan posisi ini mereka mempertahankan sampai bagian akhir abad
ke-19. Secara tradisional tak terikat pada Gereja Anglikan (yaitu Gereja
Presbeterian, Gereja Kongregasionalis, dan Gereja Baptis), yang mengalami
kemunduran dalam jumlah anggota dan dalam kegairahan, bangkit kembali dan
berkembang dengan pesatnya. Kebangunan rohani secara dramatis mempengaruhi
Gereja di Inggris hanya dibidang kegerejaan. Melalui kebangunan rohani, lapisan
masyarakat paling bawah dapat terjangkau oleh injil dengan jalan yang sebelum
ini tidak pernah ditempuh. Bahkan seluruh lapisan masyarakat terpengaruh dan
warna moral berubah. Serikat-serikat buruh dan partai buruh mempunyai
akar-akarnya dalam pembangunan injili. Kehidupan sosioal politik bangsa Inggris
dipengaruhi secara mendalam dengan berbagai cara.[34]
Tidak hanya kehidupan Gerejawi saja yang dipengaruhi gerakan
Revival ini meskipun itu yang menjadi pokok perhatiannya. Berkat usaha dari
Wesley dan kawan-kawan, kekasaran, kemabukan,
dan sebagainya yang dihilangkan dari masyarakat. Gereja Methodistlah gereja
yang pertama kali melarang anggota-anggotanya memiliki budak-budak dan mereka
juga yang menjadi pemimpin-pemimpin pertama dari gerakan buruh (Labour Party).[35]
Sumbangan terbesar John Wesley ialah
beliau telah berhasil mempopulerkan dan mewariskan pengertian yang modern
tentang makna pembaharuan, pertobatan (konversi), penginjilan missa, pengudusan
pribadi, dan sistem kelompok-kelompok. Doktrin Baptisan Roh Kudus yang
diajarkan berbagai aliran Pentakosta dan
Kharismatik, berpangkal dari ajaran Wesley tentang “Pengudusan yang
menyeluruh” sebagai karya Roh Kudus, yang dikaruniakan sesudah keselamatan,
Wesley juga mengembangkan pengertian teologis tentang doktrin anugerah,
predestinasi, dan kehendak bebas manusia.[36]
Berkat
dari usaha-usaha para tokoh Methodist, gereja-gereja protestan mengalami
kebangunan rohani. Kebangunan itu memanfaatkan kesempatan yang telah diciptakan
oleh pencerahan. Pengaruhnya terasa dibidang pekabaran injil, dibidang ouikumene dan dibidang sosial
juga. Dalam waktu dua puluh tahun lebih, dari tahun 1792,sampai tahun 1815
telah didirikan lima lembaga pekabar injil yang besar di Inggris, Belanda dan
Jerman. Pada tahunn 1804, didirikian juga lembaga Alkitab untuk Inggris dan
luar negeri (British and Foreigh Bible Society), induk semua lembaga Alkitab
diseluruh dunia. Didirikannya lembaga-lembaga itu merupakan titik tolak
kegiatan pekabaran injil yang luar biasas selama abad ke-19 dan 20, juga titik
tolak untuk gerakan oikumene (kesatuan antar gereja). Karena beberapa diantara
lembaga-lembaga itu bersifat antar gereja.[37]
III.
Refleksi
Teologis
Dari sajian ini kami mengambil nats
Alkitab sebagai refleksi teologis dari sajian kami yaitu dari Matius 28:19-20:
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman. John Wesley, bermaksud mengadakan
pembaharuan kerohanian gereja Anglikan, tujuan Wesley pada mulanya adalah hanya
untuk memberitakan Injil kepada orang-orang banyak, terutama buruh-buruh
industri yang sudah tidak lama terjangkau oleh pelayanan gereja resmi. Walau
dalam penginjilannya Wesley dan kawan-kawan menghadapi banyak perlawanan
beserta pengkhotbah injil lainnya menghadapai perlawanan dari kaum rohaniawan
dan dari semua lapisan masyarkat, tapi Wesley dan kawan-kawan tetap melakukan
penginjilan. Bukan hanya di Inggris saja, tapi gereja-gereja protestan
mengalami kebangunan rohani yang memanfaatkan kesempatan yang telah diciptakan
oleh pencerahan. Pengaruhnya terasa dibidang pekabaran injil, dibidang ouikumene dan dibidang sosial
juga.
IV.
Daftar
Pustaka
Aritonang,
J., Berbagai Aliran di Dalam dan di
Sekitar Gereja. Jakarta: BPK-GM, 2015.
Culver,
Jonathan E., Sejarah Gereja Umum. Bandung:
Biji Sesawi, 2013.
Daulay,
Richard M., Sejarah Gereja Methodist
Indonesia. Jakarta: BPK-GM, 2014.
Daulay,Richard
M., Mengenal Gereja Methodist Indonesia. Jakarta:
BPK-GM, 2004.
End,
Thomas Van Den. Harta Dalam Bejana. Jakarta:
BPK-GM, 2014.
H.
Enklar, H. Berkhof, Sejarah Gereja.
Jakarta: BPK-GM, 2015.
Jonge,C.,
De Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja. Jakarta:
BPK-GM, 2015.
Lane,Tony. Runtut Pijar. Jakarta: BPK-Gm, 2016.
S,
Jonar. Sejarah Gereja Umum. Yogyakarta:
ANDI, 2014.
Simanjuntak,B.
P. dkk., Ini Aku Utuslah Aku John Wesley.
Diterbitkan Dalam Rangka Dies Natalis ke-10 Institut Teologia Alkitab,
1993.
Tarigan,
Berthalyna. Rekaman Akademik, STT
Abdi Sabda Medan, Pada Tanggal 5 Nopember 2018.
Tobing,Robert
L., John
Wesley dan Pokok-pokok Penting Pengajarannya. Medan: Cipta Sarana Mandiri,
2005.
Wellem,
F. D., Riwayat Hidup Singkat. Jakarta:
BPK-GM, 2015.
Wellem,
F.D., Kamus Sejarah Gereja. Jakarta:
BPK-GM, 2011.
Wesley,
John. Khotbah Terbesar Sepanjang Masa. Yogyakarta: ANDI 2012.
Sumber Lain:
BiropembinaanGMIktws.blogspot.co.id,
Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018, Pukul 14:17 WIB.
http://andrewultimatebloggers.blogspot.com/2015/01/contoh-liturgi-gereja-methodist.html,
Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018, Pukul 14:29 WIB.
[15]
F.D.Wellem, Riwayat hidup singkat
tokoh-tokoh dalam sejarah gereja,188
[16]
C.T.Winchester, The Life of John Wesley
(London: The Macmillan Company,1919),164
[32]
http://andrewultimatebloggers.blogspot.com/2015/01/contoh-liturgi-gereja-methodist.html,
Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018, Pukul 14:29 WIB.